NIM : 03031281823030
Shift/Kelompok : Rabu (13.00-16.20 WIB)/II
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang segar dan membusuk. Metode yang dilakukan untuk pengamatan yang benar
dengan menggunakan alat optik yaitu mikroskop juga menjadi suatu tolak ukur
yang penting mengenai praktikum ini untuk dilakukan kepada praktikan.
Sel dari organisme bersel tunggal relatif sederhana, tetapi memiliki fungsi
yang luar biasa. Hal ini terlihat dari aktivitas yang diasumsikan dilakukan oleh sel
fungsional lain, namun sel organisme seluler dapat melakukan aktivitasnya sendiri.
Sel-sel organisme bersel tunggal memiliki dinding luar yang tipis, sehingga kulit
luar ini dapat ditembus oleh bahan kimia (Dworkin, 2006). Cairan dinding sel yang
terdapat di dalam organisme bersel tunggal menyerupai tekstur selai yang disebut
sitoplasma. Sitoplasma ini mengandung struktur kecil yang disebut organel.
3
4
2.3.5. Ribosom
Ribosom merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein dan
sebagai mesin yang mengatur komponen-komponen yang terlibat dalam sintesis
protein. Bentuknya berupa butiran kecil dan tidak diselubungi membran. Ribosom
tersusun atas protein dan ribonucleic acid (RNA). Bakteri Escherichia coli pada
bagian dalamnya terkandung 150.000 ribosom, atau kira-kira sekitar seperempat
massa sel bakteri tersebut. Ribosom memiliki fungsi penting bagi bakteri (Riandari,
2007). Kumpulan dari ribosom disebut dengn polisom atau poliribosom.
2.3.6. Endospora
Bakteri dengan genus tertentu, seperti Clostridium sp. dan Bacillus sp.
akan membentuk endospora atau spora yang dihasilkan di bagian dalam sel. Proses
pembentukan endospora ini merupakan cara bakteri mengatasi kondisi lingkungan
yang kurang menguntungkan. Endospora bersifat dorman, yaitu berupa keadaan
saat sel tidak aktif dan proses metabolisme mengalami penurunan. Endospora dapat
bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, kekeringan, radiasi ultraviolet,
dan bahan kimia. Endospora bisa tahan terhadap panas, sehingga tidak akan mati
karena proses memasak pada temperatur biasa. Sifat-sifat ini menyebabkan butuh
perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Endospora dapat mati jika terpapar panas
pada suhu di atas 120⁰C, Endospora dapat tumbuh dan berkembang menjadi bakteri
seperti sedia kala apabila kondisi telah membaik. Ukuran dan letak dari endospora
di dalam sel merupakan karakteristik yang dipakai untuk membedakan spesies
bakteri pembentuknya. Spora bakteri bukan alat perkembangbiakan, tetapi usaha
melindungi diri dari keadaan yang kurang menguntungkan (Prescott dkk, 2008).
2.5. Sitoskeleton
Tulang manusia atau hewan adalah sistem yang terkenal. Sifat tulang yang
padat dan keras dapat melindungi dan mendukung keberadaan jaringan lunak
manusia. Jaringan ini berperan sangat penting dalam mengatur pergerakan tubuh.
Sel eukariotik juga memiliki sistem kerangka yang disebut sitoskeleton. Selain itu,
diyakini bahwa jaringan memiliki peran yang lebih besar, yaitu membantu
mengatur berbagai organel dan molekul yang tersebar di dalam sel. Sitoskeleton
membentuk jaringan terintegrasi yang menghubungkan hampir semua struktur sel
dan memiliki permukaan yang sangat luas, yang dapat mengikat berbagai protein
dan komponen sitoplasma ke permukaannya (Rudijanto dan Kalim 2006).
9
Pada sel eukariotik, hal yang perlu dibahas adalah kemampuan sitoplasma
yang telah diekstraksi dan dipisahkan dari organel untuk mempertahankan bentuk
selnya bahkan menyusut atau bergerak. Molekul yang berperan dalam kapasitas
sitoplasma adalah sitoskeleton, penyelenggara utama sitoplasma (Goodman, 2008).
Sitoskeleton adalah jaringan intraseluler yang kompleks dalam bentuk filamen,
yang didistribusikan di dalam sitoplasma antara membran sel dan inti sel.
Sitoskeleton berperan penting sebagai protein struktural yang menjaga bentuk sel,
yang dapat menggerakkan organel, kromosom, dan sel itu sendiri (Rimbun, 2015).
Sitoskeleton yang terdapat di dalam sel terdiri dari tiga filamen yang
tersusun berseberangan. Jaringan ini memungkinkan akses antara dinding sel, inti
sel, atau berbagai organel di dalam sel. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
peran masing-masing jenis filamen sitoskeleton di berbagai saluran mekanis
digunakan sebagai jalur pergerakan organel dan protein dalam sel. Jalur ini
memungkinkan pergerakan organel, protein, atau molekul lemak berpindah ke
posisi yang telah ditentukan sebelumnya. Sitoskeleton adalah suatu sistem di dalam
sel, fungsinya sebagai kerangka dan alat gerak, dan strukturnya adalah anyaman
benang. Sejumlah protein motor menggerakkan berbagai organel di sepanjang
sitoskeleton eukariota. Protein sitoskeleton pada sitoskeleton eukariota ditemukan
pula pada prokariota. Sebagian besar sel hewan memiliki empat struktur sitoskeletal
dengan protein penyusun yang berbeda, yaitu filamen aktin, mikrotubulus, filamen
perantara, dan protein aksesori (Wahjuningsih dan Djati, 2006).
2.6. Substrat
Substrat adalah substansi tempat organisme hidup, tumbuh dan mati. Bagi
hewan-hewan bentonik, tipe dari substrat merupakan sesuatu yang sangat penting,
sehingga dengan mengetahui tipe dari substrat suatu daerah dapat diperkirakan apa
yang akan ditemukan di daerah tersebut, baik pada kumpulan fosil atau kumpulan
hewan yang masih hidup. Faktor yang paling penting dari suatu substrat adalah
besarnya butir yang ada di substrat itu sendiri (grain size) (Isnaeni, 2019).
Kehidupan foraminifera sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya
seperti batimetri, salinitas, temperatur, substrat, penetrasi cahaya, nutrisi dan
kandungan oksigen. Kemampuan foraminifera dalam beradaptasi dengan
10
Holoenzim adalah enzim yang terdiri dari akoenzim dan kofaktor. Gugus prostetik
adalah kofaktor yang tergabung dalam enzim dan sulit dipisahkan tanpa merusak
aktivitasnya. Hanya holoenzim yang merupakan katalis aktif.
14
15