Makalah Manajemen Program Supervisi BK
Makalah Manajemen Program Supervisi BK
PENDAHULUAN
1
bahwa persepsi pengawas yang mengadakan pengawasan kesekolah bukan lagi
inspeksi dari orang yang merasa serba tahu (superior) kepada orang yang belum
tahu sama sekali (inperior), tetapi pengawasan dalam bentuk pembinaan
pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah
individu sehingga individu mampu melihat masalahnya sendiri.
Dalam kontek bimbingan dan konseling (BK) manajemen dapat
berarti proses perencanaan, pengorgaisasian, pengarahan dan pengawasan
aktifitas-aktifitas yang berlangsung dalam bimbingan dan konseling, serta
penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Manajemen BK mengupayakan agar tercapainya efektivitas dan
efisiensi serta tercapainya tujuan. Oleh karena itu, manajemen diperlukan
dalam bimbingan dan konseling dengan tiga alasan, yaitu : a. Untuk mencapai
tujuan, b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan (jika ada), c. Untuk mencapai efektivitas dan efisien.
Tujuan manajemen bimbingan dan konseling dalam aspek akademik
(belajar) antara lain : 1) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif, 2)
Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat, 3) Memiliki
ketrampilan belajar yang efektif, 4) Memiliki ketrampilan untuk menetapkan
tujuan dan perencanaan pendidikan, 5) Memiliki kesiapan mental dan
kemampuan untuk menghadapi ujian.
2.3 Prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling
Secara umum prinsisp-prinsip manajemen pelayanan BK meliputi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia (Staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan
pengawasan (controlling).
Perencanaan (planning) bimbingan dan konseling sebagai suatu
proses kegiatan, membutuhkan perencanaan yang matang dan sistematis dari
mulai penyusunan program hingga pelaksanaannya. Agar pelaksanaan
bimbingan dan konseling memperoleh hasil sesuai tujuan yang dirumuskan.
Pengorganisasian (organizing) berkenaan dengan pelaksanaan
bimbingan tersebut dikelola dan diorganisir. Sistem pengorganisasian
bimbingan dan konselingbisa diketahui dari struktur organisasi sekolah
tersebut. Organisasinya terdiri atas koordinator, anggota, dan staf administrasi
(syamsul yusuf dan junita Nurihsan, landasan bimbingan dan konseling)
4
Penyusunan personalia (satffing) bagaimana para personalia
ditetapkan, disusun dan diadakan pembagian tugas (job discriptio), agar
dalam pelaksanaannnya menjadi efektif dan efisien sehingga tujuan dapat
dicapai dengan baik.
Pengarahan dan kepemimpinan (leading) berkenaan dengan
mengarahkan dan memimpin para personalia sehingga bekerja sesuai dengan
job atau bidang tugasnyamasing-masing, agar aktivitas pelayanan menjadi
terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan (controlling) berkenaan dengan melakukan pengawasan
dan penilaian terhadap kegiatan mulai dari penyusunan rencana program
hingga pelaksanaannya
2.4 Pola Manajemen bimbingan dan Konseling
Pola manajemen bimbingan dan konseling adalah kerangka hubungan
struktural antara berbagai bidang atau sebagai kedudukan dalam pelaksanaan
disekolah dan madrasah kerangka hubungan tersebut digambar dalam suatu
struktur organisasi. Sesuai dengan pola yang dianut oleh masing-masing
sekolah, maka pola manajemen BK ini terbagi menjadi dua bagian, yakni pola
professional dan pola non profesional. Yang dimaksud pola professional
disini adalah guru pembimbing di sekolah yang bersangkutan direkrut dari
alumni BK baik strata satu (S1), strata dua (S2) dan strata tiga (S3),
sedangkan yang dimaksud pola non professional adalah guru pembimbing
direkrut bukan dari alumni BK. Pola non professional biasanya menetapkan
kepala sekolah, guru mata pelajaran tertentu atau wali kelas sebagai petugs
bimbingan.
Dari keterangan tersebut, maka pemakalah menyimpulkan pola
manajemen /struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah yang
menganut pola professional akan berbeda dengan struktur organisasi sekolah
yang menganut pola non professional. Contoh pola manajemen BK yang
professional adalah sebagai berikut : Pola manajemen atau struktur organisasi
pelayanan BK diatas, ditunjuk koordinator manajemen BK dan Koordinator
menetapkan tenaga-tenaga bimbingan konseling (staf BK) yang lain dan
tenaga penunjang. Koordinator bertanggung jawab atas pelayanan bimbingan
5
dan konseling disekolah yang bersangkutan. Contoh pola manajemen BK
yang non-professional adalahb sebagai berikut ; pada pola manajemen atau
struktur organisasi BK diatas, kepala sekolah tidak bertugas sebagai
pembimbing utama, namun pola diatas juga menunjukkan bahwa sekolah
yang bersangkutan belum atau tidak memiliki petugas atau tenaga bimbingan
khusus, karena manajemen bimbingan konseling dilaksanakan oleh wakil
kepala Sekolah urusan kesiswaan dan para wali kelas. Dengan pola diatas,
wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan para wali kelas memiliki tugas
rangkap.
Penyusunan program bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya
tidak mungkin sisa dilaksanakan sendiri oleh kepala sekolah atau oleh
petugas bimbingan sekolah, maka program tersebut akan melibatkan berbagai
pihak yang terkait disekolah (stakeholders) agar dapat mencapai peningkatan
muutu pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah.
2.5 Aspek-aspek Manajemen Bimbingan dan Konseling
Aspek-aspek dalam manajemen bimbingan dan konseling yaitu :
a. Perencanaan program bimbingan dan konseling untuk tercapainya
program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka ada beberapa
hal yang harus dilakukan yaitu : analisis kebutuhan siswa, penentuan
tujuan BK, analisis situasi sekolah, penentuan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan, penetapan metode pelaksanaan kegiatan, penetapan
personel kegiatan, persiapan fasilitas dan biaya kegiatan, dan perkiraan
tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.
b. Pelaksanaan dan pengarahan program bimbingan dan konseling sekolah
sebagai satuan pendidikan perlu merancang program bimbingan dan
konseling sebagai integral dari program sekolah secara keseluruhan.
Program inilah yang akan dijadikan acuan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Terdapat dua jenis program
yang perlu dirancang dan diprogramkan yaitu : a. program tahunan
sebagai program sekolah, program tahunan ini dijabarkan menurut
alokasi waktu setiap semester; b. Program bulanan bahkan program
mingguan. Oleh karena itu, perlu dibuat dalam satu matrik atau schedule.
6
Dalam program itu dicantumkan substansi kegiatan, jenis layanan
menurut alokasi waktu. Program kegiatan layanan bagi setiap gur
pembimbing perlu membuat program berupa satuan layanan (satlan)
bahan satuan kegiatan pendukung (satkung) setiap kali akan melakukan
pelayanan kepada siswa berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.
Penyusunan program pada masing-masing bidang pelayanan bimbingan
dan konseling hendaknya disesuaikan dengan karakteristik satuan
pendidikanatau jenis dan jenjang sekolah. Agar pelaksanaan program
kegiatan manajemen bimbingan dan konseling sesuai dengan tujuan yang
ingin di dicapai maka diperlukan pengarahan agar terjadi suatu tata kerja
yang diwarnai oleh koordinasi dan komunikasi yang efektif doiantara staf
bimbingan dan konseling
c. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
merupakan upaya menilai efisiensi dan efektifitas manajemen bimbingan
dan konseling di sekolah pada khususnya dan program bimbingan dan
konseling yang dikelola oleh staf bimbingan dan konseling pada
umumnya. Tujuan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling secara umum, yaitu : 1. Mengetahui kemajuan program
bimbingan dan konseling atau subyek yang telah memanfaatkan layanan
bimbingan dan konseling, 2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas
strategi pelaksanaan program dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain : 1.
Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan programyang telah dicapai, 2.
Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan
bimbingan dan konseling yang ada, 3. Mengetahui jenis layanan yang
sudah ataupun belum dilaksanakan dan jenis layanan yang memerlukan
perbaikan atau pengembangan, 4. Mengetahui tingkat partisi[asi staf atau
personel sekolah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan program, 5.
Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah, 6. Memperoleh
informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan perencanaan
7
langkah-langkah pengembangan program, 7. Membantu mengembangkan
kurikulum sekolah yang disesuiakan dengan kebutuhan peserta didik
d. Supervisi kegiatan Bimbingan dan Konseling
Manfaat pokok dari supervisi ini adalah untuk mengendalikan
personel pelaksana bimbingan dan konseling, memantau kemungkinan
adanya kendala yang muncul dan dihadapi oleh personil dalam
pelaksanaan tugasnya, mencari jalan keluar terhadap hambatan dan
permasalahan delam pelaksanaan program agar tercapainya pelaksanaan
yang lancar kearah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah (Heru Mugiarso, Bimbingan dan Konseling, Semarang:
Universitas Negeri Semarang)
8
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada para
pembimbing atau konselor untuk membantu peserta didik yang sedang dalam
tahap perkembangan guna mendapatkan situasi belajar mengajar lebih
optimal.
9
c. Hasil supervisi harus berfungsi sebagai sumber informasi bagi staf
sekolah sebagai pengembangan proses belajar mengajar/ bimbingan
konseling
d. Supervisi dilaksanakan dengan mekanisme yang menunjang
kurikulum yang berlaku.
2. Prinsip khusus, yaitu supervisi hendaknya dilaksanakan secara :
a. Sistematis artinya supervisi di kembangkan dengan perencanaan
yang matang sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
b. Objektif artinya supervisi memberikan masukkan sesuai dengan
aspek yang terdapat dalam instrument.
c. Realistis artinya supervisi di dasarkan atas kenyataan yang
sebenarnya yaitu pada keadaan hal-hal yang sudah di pahami dan di
lakukan oleh para staf sekolah.
d. Antisipatif artinya supervisi diarahkan untuk menghadapi kesulitan-
kesulitan yang mungkin akan terjadi.
e. Konstruktif artinya supervisi memberikan saran-saran perbaikan
kepada yang di supervisi untuk berkembang sesuai dengan ketentuan
atau aturan yang berlaku.
2.9 Aspek yang di supervisi
Dalam supervisi program bimbingan dan konseling aspek-aspek yang
akan di supervisi terdiri dari:
1. Aspek Ketenagaan, yang terdiri dari:
a. Jumlah guru pembimbing dan kesesuaian latar belakang pendidikan
b. Ratio konselor adalah 1: 150
c. Tenaga administrasi
2. Aspek organisasi, yang terdiri dari:
a. Struktur organisasi
b. Deskripsi tugas personal
3. Aspek Kegiatan, yang terdiri dari:
a. Program kegiatan bimbingan dan konseling
b. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan koneling
c. Evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling
10
d. Analisis hasil evaluasi bimbingan dan konseling
e. Tindak lanjut
4. Aspek Sarana dan Prasarana, terdiri dari:
a. Ruang khusus bimbigan dan konseling
b. Ruang konseling
c. Catatn pribadi siswa
d. Kartu status konseling
e. Kartu catatan kejadian
f. Kartu komunikasi.
g. Peta laporan dan peta kelas
5. Aspek Laporan, yang terdiri dari:
a. Laporan bulanan
b. Laporan caturwulan
c. Laporan tahunan
11
Selanjutnya secara khusus dapat dikatakan bahwa materi supervisi bimbingan
koseling sekolah mencakup :
a. Layanan dan orientasi pokok, yang terdiri dari:
1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi
3. Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran
4. Layanan bimbingan belajar
5. Layanan konseling kelompok
6. Layanan konseling perorangan
12
Dalam pelaksanaan supervisi program bimbingan konseling yang terpenting
dilakukan adalah membuat kontrak sesi individual selama beberapa periode
waktu dengan orang yang sama.
Berkaitan dengan hal ini Hawkins dan Shohert (1989:200) telah
membangun model proses supervisi yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan
beberapa isu ini. Model tersebut terdiri dari enam level operasi dalam supervisi
program BK antara lain:
1). Refleksi terhadap muatan sesi konseling. Fokusnya di sini adalah klien, apa yang
di ucapkannya,bagaimana berbagai bagian dari kehidupan klien saling bertautan
dan apa yang di inginkan klien dari penyuluhan.
2) Eksplorasi tekhnik dan strategi yang di gunakan oleh konselor. Tingkatan ini
berkenaan dengan maksud terapeutuik konselor,dan pendekatan yang di ambilnya
untuk membantu klien.
3) Eksplorasi terapeutik.Tujuan dari level ini menguji cara interaksi antara klien dan
konselor, dan apakah mereka telah membangun aliansi kerja yang berfungsi.
4) Perasaan konselor kepada klien. Dalam daerah supervisi ini, Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi dan memahami reaksi conter- transference konselor, dan
isu personal yang di rangsang kembali melalui kontak dengan klien.
5) Apa yang terjadi saat ini dan sekarang antara supervisor dan yang di awasi.
Hubungan yang terjadi dalam sesi supervisi mungkin memaparkan karakteristik
yang mirip dengan hubungan antara konselor dan kliennya.
6) Perasaan pengawas merespons yang di awasi juga dapat memberikan panduan
beberapa cara untuk melihat kasus yang tidak secara sadar diartikulasikan oleh
pengawas atau yang di awasi, sekaligus memberikan kontribusi terhadap
pemahaman kualitas hubungan pengawas dengan yang di awasi.
2. Dampak Supervisi Bimbingan Konseling
Jika pelaksanaan supervisi program bimbingan konseling tidak
dilakukan secara efektif maka menimbulkan dampak sebagai berikut:
1) Tidak ada balikan dari orang yang kompeten apakah praktek profesional telah
memenuhi standar kompetensi dan kode etik
2) Ketinggalan iptek dalam bk
3) Kehilangan identitas profesi BK
13
4) Kejenuhan profesional (bornout)
5) Pelanggaran kode etik yang akut
6) Mengulang kekeliruan secara masif
7) Erosi pengetahuan yang sudah di dapat daripendidikan prajabatan (pt)
8) Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layananbk sebagaimana mestinya
·
14
2. Menetapkan standar kinerja.
3. “Menegur” secara bijak atas perilaku dan sikap
negatif konselor
1. Mendorong berfikir kritis
2. Menginspirasi dan memberi contoh praktik
profesional yang berkualitas tinggi.
Guide/Role
3. Meningkatkan dan melanggengkan praktik etik.
Model
4. Memberi contoh seluruh keterampilan konseling
yang ditargetkan.
5. Memberikan rujukan berbagai opsi belajar.
1. Mendengarkan dengan penuh empatik
2. Menjaga konfidensial (jika dianggap perlu)
Supporter
3. Memotivasi dan memberdayakan konselor
4. Meningkatkan kesadaran diri
1. Memediasi konflik antara konselor dengan
Mediator/
manajemen (dalam beberapa kasus tertentu)
Facilitator
2. Memfasiltasi pemecahan masalah pekerjaan.
1. Meminta umpan balik atas kinerjanya
2. Membuka diri untuk belajar hal-hal baru yang
Learner berkaitan dengan tugasnya
3. Memiliki komitmen untuk meningkatkan
kapasitas diri sebagai supervisor
Dalam supervisi konseling, peran konselor sebagai pihak yang disupervisi,
mencakup:
1. Menyajikan berbagai isu, kasus, dan dilema
terkait dengan tugasnya.
2. Terbuka untuk memaksimalkan kesempatan
Active
belajar.
Participant
3. Menerapkan dan mempraktikan berbagai hasil
bimbingan yang didapat dari supervisi, baik selama
supervisi maupun di luar kegiatan supervisi.
Learner 1. Menerima dan mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh.
2. Menunjukkan berbagai isu terkait dengan
15
kesadaran diri dan pengembangan profesi.
3. Memiliki komitmen untuk terus berusaha
meningkatkan kapasitas diri sebagai konselor.
1. Memiliki agenda belajar mandiri
2. Menentukan kebutuhan belajar dan kemampuan
Guide yang hendak dipertajam.
3. Memantau proses supervisi dan memberikan
umpan balik kepada supervisor.
1. Menyiapkan kondisi-kondisi yang memungkinkan
Facilitator supervisor dapat memberikan pelayanan
terbaiknya.
Sumber: Adaptasi dari tulisan: Deborah Boswell. 2005. Trainer’s Manual:
Counseling Supervision and Training: Family Health International.
16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Mugiarso, heru., dkk. 2011. Bimbingan dan konseling. Semarang: UPT UNNES
Press
Septian, 2012. Makalah bimbingan dan konseling.
http://rianseptian.blogspot.com/2012/03/makalahbimbingankonselingdi
sekolah.html.
Vitahafyan, 2012. Penyelenggaraan manajemen bimbingan.
http://vitahafyan.blogspot.com/2012/01/penyelenggaraan-manajemen-bimbingan-
dan.html
Infodiknas. Manajemen pendidikan dan bimbingan konseling.
http://www.infodiknas.com/manajemen-pendidikan-dan-bimbingan-konseling/
(Robert L Gibson dan Marianne H. Mitchell, 2011. Bimbingan dan konseling,
Yogyakarta: pustaka pelajar 2011,
17
http://www.scribd.com/doc/34987024/Manajemen pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah Sabtu, 2 Juni 2018 jam 05.40)
Gibson, Robert L dan Marianne, Bimbingan dan konseling, yogyakarta : Pustaka
Pelajar Hidayat
Hikmat. Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia
Heru Mugiarso, Bimbingan dan Konseling, Semarang: Universitas Negeri
Semarang
http://www.scribd.com/doc/34987024/Manajemen pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah Sabtu, 2 Juni 2018 jam 05.40
Sugiyo, Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah, Semarang : Widya
karya, 2010
(nurdin Murty, implementasi Dasar-dasar manajemen sekolah:
http://www.scribd.com/doc/34987024/Manajemen pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah Sabtu, 2 Juni 2018 jam 05.40
Flurentin, Elia. 2001. Organisasi dan Manjemen Bimbingan di Sekolah. Malang :
Tanpa Penerbit
· Indra,2012.Supervisi Bimbingan Penyuluhan. (online).
(http://indrasangpujangga.blogspot.com/2012/04/supervisi-bimbingan-
penyuluhan.html). Diakses tanggal 22 April 2013
· ________.Instrumen Supervisi Kegiatan Bimbingan dan Konseling.(online).
(http://www.scribd.com/doc/50678504/Instrumen-Supervisi-Kegiatan-Bimbingan-
Dan-Konseling) diakses tanggal 22 April 2013
· _______.Pengarahan Supervisi dan Penilaian Kegiatan
.(online).(http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2173703-pengarahan-
supervisi-dan-penilaian-kegiatan/#ixzz1tNzieDHI). Diakses tanggal29 April 2012
18
19