Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Tantangan Dan Hambatan Dalam Penyerapan Aspirasi


Masyarakat di Kabupaten Brebes
disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Penyerapan Aspirasi
Masyarakat

Dosen : Meliasta Hapri Tarigan, S.STP, M.Si.

Oleh

Nama : Nadia Primaswari


Kelas : F-12
No : 22

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat menyelesaikan salah
satu tugas makalah yang diberikan dengan judul “TANTANGAN DAN HAMBATAN
DALAM PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DENGAN”.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan dari mata kuliah Teknik Penyerapan Aspirasi Masyarakat. Selain itu,
makalah ini juga dibuat dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang
perkembangan kelembagaan politik di suatu daerah bagi para pembaca dan juga
untuk penulis secara pribadi.

Saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung


dalam penulisan makalah kali ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih
jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang membangun saya
harapkan.

Jatinangor, Februari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu daerah butuh untuk melaksanakan suatu proses


pembangunan, pertumbuhan dan pemerataan dengan selalu mempertimbangkan
aspek yang ada dalam kehidupan sosial dalam masyarakat. Terdapat beberapa
aspek yang diperhatikan dalam proses pembangunan dan perkembangan suatu
daerah, misalnya dalam segi aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi. Tentu
dengan semua aspek tersebut Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pembangunan di wilayahnya tersebut tidak semerta-merta melakukan decision
making secara sepihak. Beberapa lembaga juga dibentuk dan dibagi untuk
membantu melaksanakan tugas dalam pemerintahan daerah. Selain itu Masyarakat
juga harus turut andil dan mengambil bagian dalam proses pembangunan di
daerahnya.

Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan suatu daerah dapat dilihat


dari tingkat partisipasi masyarakat terhadap Pemerintah Daerah. Dalam proses
pembangunan memperhatikan aspek pertumbuhan dan pemerataan untuk
mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik, seperti visi dan misi yang
dimiliki Kabupaten Brebes yakni “Menuju Brebes yang unggul, sejahtera dan
berkeadilan”. Visi dan Misi yang dimiliki oleh Kabupaten Brebes merupakan
keinginan dari masyarakat, dimana pemerintah hanya sebagai fasilitator dan
dinamisator untuk mewujudkan pembangunan daerah agar mencapai tujuan yang
akan dicapai.

Dengan adanya Otonomi Daerah yang telah diatur dalam Undang-Undang


No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Daerah dapat
secara leluasa mengatur urusan rumah tangganya sendiri dengan melaksanakan
proses pendekatan yang ada dalam UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Adapun pendekatan yang dimakasud adalah
Pendekatan politik, Teknokratik, Partisipatif, atas ke bawah (top-down) dan Bawah
ke Atas (Bottom Up).
Pendekatan dari bawah ke atas (Bottom Up) dapat dilaksanakan dengan
proses penyerapan aspirasi dari masyarakat. Dalam proses teknik penyerapan
aspirasi dari masyarakat ini terdapat beberapa kendala dan hambatan yang dilalui.
Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai kendala, hambatan dan upaya
dalam pelaksanaan proses penyerapan aspirasi masyarakat yang ada di Kabupaten
Brebes.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka dapat
ditaraik rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Penyerapan aspirasi masyarakat yang terakomodasi di
Kabupaten Brebes?
2. Bagaimana kendala dan hambatan dalam proses penyerapan
aspirasi masyarat yang terjadi di kabupaten Brebes?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakakn


tersebut maka tujuan studi ini adalah :

1. Mengetahui Penyerapan aspirasi masyarakat yang terakomodasi di


Kabupaten Brebes
2. Mengetahui kendala dan hambatan dalam proses penyerapan
aspirasi masyarat yang terjadi di kabupaten Brebes
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penyerapan aspirasi masyarakat yang terakomodasi di Kabupaten


Brebes

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


menekankan pada konsep otonomi daerah dengan berfokus pada pemerataan,
keadilan dan pemberdayaan masyarakat serta penghargaan terhadap potensi dan
keanekaragaman lokal. Otonomi daerah memungkinkan suatu daerah untuk dapat
lebih leluasa mengatur wilayahnya agar dapat mencapai tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan beberapa metode pendekatan yang termuat
dalam UU No.25 Tahun 2004 yakni Pendekatan politik, Teknokratik, Partisipatif, atas
ke bawah (top-down) dan Bawah ke Atas (Bottom Up).

Negara Indonesia yang merupakan negara demokrasi, dimana pendapat


rakyat masuk dalam pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan perumusan
kebijakan. Maka metode Bottom-to-Up harus dilaksanakan dengan baik dan
terencana. Teknik penyerapan aspirasi dari masyarakat adalah salah satu cara
tergolong dalam metode Bottom-to-Up. Dengan demikian maka paradigma state
centered akan beralih kepada people centered.

Penyampaian aspirasi oleh masyarakat dapat dilakukan pada tingkatan yang


paling rendah hingga pada tingkatan yang tinggi. Aspirasi Masyarakat yang memuat
kepentingan masyarakat secara luas dapat disampaikan melalui musrenbang
(Musyawarah Rencana Pembangunan) yang dilaksanakan per jenjang, mulai dari
Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi hingga Nasional.

Dalam Musrenbangdes, masyarakat dan beberapa tokoh yang penting di


Desa mengemukakan usulan yang program dan kegiatan. Usulan tersebut
dilengkapi dnegan alokasi anggaran yang dibutuhkan. Sehingga apabila usulan
tersebut disetujui maka akan dikaji lebih lanjut oleh DPRD agar masuk dalam
RAPBD yang kemudian akan dibahas lebih lanjut dan menghasilkan APBD. APBD
sendiri harus selaras dengan kemauan dan harapan dari masyarakat.
Miriam Budiarjo (2005) mengutip pendapat Harold J. Laski, bahwa
masyarakat merupakan bentuk kumpulan manusia yang hidup dan bekerjasama
sebagai bentuk agar terwujudnya keinginan-keinginan mereka bersama-sama.
Tanpa adanya aspirasi dari masyarakat maka pembangunan di suatu daerah akan
menjadi ajang bagi elit politik yang ada dalam masyarakat tersebut untuk
mewujudkan kepentingan pribadi bukan kepentingan bersama, selain itu demokrasi
yang selama ini dicanangkan akan menjadi demokrasi palsu apabila tanpa
partisipasi dari masyarakat.

Aspirasi adalah harapan dan tujuan keberhasilan pada masa yang akan
datang, beraspirasi bercita-cita, berkeinginan, berhasrat serta keinginan yang kuat
untuk mencapai sesuatu, seperti keberhasilan dalam tujuan keinginan tersebut.
Aspirasi dalam bahasa inggris “aspiration‟ berarti cita-cita. Aspiration menurut kata
dasarnya, aspire bearti cita-cita atau juga berkeinginan Echols (1983:41).

Aspirasi merupakan.kemampuan untuk mempengaruhi dan mendukung


dalam proses pembangunan. Terkait hal tersebut, program yang tertuang dalam
SKPD Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan Kabupaten Kotabaru yang
dihasilkan dari jenjang tahapan mulai dari Musrenbang Desa, Musrenbang
Kecamatan, Musrenbang Kabupaten, hingga disahkan menjadi Perda APBD dan
Perbup APBD. Dalam hal ini tentu saja tahapantahapan penyerapan aspirasi
tersebut sehingga menjadi program yang sudah ada anggarannya harus dilalui
dengan benar sehingga Perda APBD benar-benar merupakan anggaran yang pro
rakyat. Ada beberapa pelaksanaan penyerapan aspirasi yang terdapat di Kabupaten
Brebes, yakni:

1. Input yang berupa Usulan Masyarakat

Usulan masyarakat (aspirasi) tercipta karena adanya musyawarah yang


terjadi antar warga bersama pemuka adat atau tokoh masyarakat dalam lingkungan
Rukun Tetangga yang terwakilkan melalui Ketua Rukun Tetangga (RT) Desa Baharu
Utara yang disampaikan pada saat musrenbang desa yang dihadiri kecamatan
dalam hal ini camat dan Kasi PMD, Fasilitator PNPM, tokoh adat dan tokoh
masyarakat (mewakili masyarakat) dengan telah dilakukan pemilahan berdasarkan
sumber pembiayaan yaitu CD/CSR, PID, Dana Alokasi Desa (DAD), itu nantinya
masuk dalam APBDes.
2. Sosialisasi

Masyarakat maupun tokoh yang dituakan atau dihormati dalam masyarakat


atau yang biasa disebut dengan pemuka adat, petugas kecamatan kasi PMD atau
camat, fasilitator PNPM sudah dibekali oleh Bappeda melalui sosialiasi untuk teknis
pemilahan usulan, apakah usulan ke kabupaten dg sumber dana APBD kabupaten,
atau ke perusahaan dengan CD/CSR-nya, apakah ke APBDesa dengan sumber
dana DAD, atau masuk dalam Gapura Saijaan atau masuk dalam PNPM, pamsimas
(Dana APBN).

3. MusrenbangDes

Dalam musrenbang desa sudah dipilah dari usulan/aspirasi masyarakat


berdasarkan prioritas yang telah dicantumkan sumber dananya berdasarkan
kebutuhan dan bukan lagi keinginan, misalnya dari 20 usulan yang ada akan
terangking berdasarkan prioritas dan sumber dana, yang tidak dicantumkan sumber
dana atau urutan terbawah itulah keinginan.

4. Musrenbang Kecamatan

Setelah musrnbang desa dilanjutkan lagi dalam musrenbang kecamatan yang dalam
pelaksanaanya dilakukan pemilahan atau koreksi kembali bersama dg tim
musrenbang kabupaten, petugas kecamatan (kasi PMD) dan fasilitator PNPM
berdasarkan sumber dana dan prioritas, hasil dibawa ke kabupaten untuk diverifikasi
atau dipilah disesuaikan dengan RKPD dan visi misi (RPJMD) yang selanjutnya
akan dalam renstra SKPD Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan
Kabupaten Brebes.

5. Forum SKPD

Dalam forum SKPD seluruh SKPD yang menjadi tempat usulan atau pencantuman
usulan Musrenbang hadir untuk melakukan rekonsiliasi antara petugas kecamatan
dengan SKPD. Di dalam forum SKPD ini usulan akan dipilah dan diteliti secara
teknis agar usulan tidak tumpang tindih dengan program yang akan dilaksanakan di
kabupaten atau usulan itu sudah masuk dalam APBDesa.
6. Musrenbang Kabupaten

Dihadiri oleh Bappenas, Bappeda Provinsi, Perusahaan (CDCSR), legislatif,


eksekutif yaitu bupati dan seluruh SKPD, LSM, tokoh masyarakat, dalam
Musrenbang tersebut dipaparkan lagi hasil-hasil musrenbang desa dan kecamatan
yang telah dipilah sehingga mana yang masuk pelaksanaanya oleh CDCSR
(perusahaan) mana yang masuk APBN melalui Bappenas dan Bappeda Provinsi
dan mana yang masuk dana APBD Kabupaten melalui SKPD terkait dalam hal ini
Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan Kabupaten Brebes.

2.2. kendala dan hambatan dalam proses penyerapan aspirasi masyarat


yang terjadi di kabupaten Brebes

waktu dalam melakukan pertemuan dengan masyarakat. Dimana Berkenaan


dengan masalah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Anggota Dewan, tentunya
kegiatan itu harus terjadwal dengan baik, dalam arti anggota Dewan dalam
melakukan kegiatan telah menyusun rencana kerja. Berkenaan dengan masa reses
ini tentunya harus di sediakan waktu khusus untuk bertemu dengan konstituen agar
dalam pelaksanaan reses dapat bertemu dengan masyarakat di mana daerahnya
yang di kunjungi anggota Dewan.

Selain waktu adalah keengganan masyarakat untuk mengikuti musrenbang,


padahal ada beberapa hal penting yang ada di pikiran masyrakat tersebut namun
tidak sisampaikan dengan baik. Terkadang masyarakt hanya bisa mengeluh dengan
kondisi dan keadaan, namun apabila aka nada musrenban, penyampaian yang akan
diutarakan tidak disiapkan dengan baik sehingga tidak sesuai dengan sasaran.

Kurangnya pengetahuan sumber daya masyarakat dengan isu-isu terkini


sehingga proses penyampaian aspirasi yang seharusnya disamoaikan oleh
masyrakat tidak berjalan secara maksimal. Dengan masyarakat yang cerdas dan
kritis maka proses penyerapan aspirasi masyarakat akan jauh lebih efektif dan
efisien.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

Penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD lebih optimal dilaksanakan


dengan melalui Musrenbang dan forum SKPD model face to face (berhadapan) dan
persuasif sehingga usulan dari bawah (bottom up) lebih berkualitas dan terarah.
Disarankan perlu dilakukan pelatihan di masyarakat terutama kepada Ketua RT
untuk menginventarisir kebutuhan pembangunan di wilayahnya agar setiap kegiatan
Musrenbang, usulan bisa lebih berkualitas.

Kabupaten Brebes menghadapi kendala yang tentu saja menggangu


terlaksananya proses penyerapan aspirasi masyarakat dengan baik. Oleh karena itu
anggota DPRD Kab Brebes harus memiliki perhitungan yang matang tentang
bentuk, waktu, dan manfaat kegiatan yang akan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai