Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

PERAN KELUARGA BERENCANA DALAM UPAYA


MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DI
INDONESIA

Pembimbing:

Dr. dr. Raditya Wratsangka, Sp. OG(K)

Penyusun:

Fiareza Dilaga (030.12.108)

Saphira Evani (030.12.247)

Alexander Herman (030.13.014)

Carla Octavani (030.13.044)

Karina Pathya (030.13.106)

Mulyana (030.13.128)

Wilson Saputra W (030.13.206)

Izzati Saidah (030.13.234)

Luthfi Sulistya N (030.13.236)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Periode 27 Agustus - 04 November 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat – Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Peran keluarga
berencana dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di Indonesia”.

Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat . Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. dr. Raditya Wratsangka, Sp. OG(K) yang telah membimbing dan membantu kami
dalam melaksanakan kepaniteraan dan dalam menyusun referat ini.

2. Seluruh staf yang bertugas di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu, yang telah
membantu kami selama menjalankan kepaniteraan.

3. Semua teman kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang membangun guna menyempurnakan
referat ini sangat kami harapkan. Demikian yang kami dapat sampaikan, semoga referat ini
dapat bermanfaat dalam bidang kedokteran, khususnya untuk bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat.

Jakarta, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan ............................................................................... 1
BAB II
2.1 Definisi KB ............................................................................... 2
2.2 Tujuan KB ............................................................................... 2
2.3 Sasaran KB ............................................................................... 3
2.4 Akseptor KB ............................................................................... 3
2.5 Jenis-jenis KB ............................................................................... 4
2.6 Maternal Mortality Rate ............................................................................... 4
2.7 Epidemiologi MMR ............................................................................... 7
2.8 Penyebab tingginya MMR .............................................................................. 9
2.9 Peran penggunaan KB .............................................................................. 11
2.10 Upaya Safe Motherhood .............................................................................. 12
BAB III .............................................................................. 14
Kesimpulan .............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dikatakan

bahwa angka kematian ibu memiliki jumlah sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup yang

dapat terbilang cukup tinggi. Oleh karena hal ini, maka upaya dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan meningkatkan derajat kesehatan ibu menjadi salah satu prioritas

utama dalam penanganan bidang kesehatan khususnya untuk menangani tingginya AKI di

indonesia. Pada tahun 2000, rencana strategis jangka panjang upaya penurunan angka

kematian ibu dan kematian bayi baru lahir telah disusun oleh departemen kesehatan, dimana

upaya ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap

untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah. 1

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, hampir

90% penyebab langsung kematian ibu terjadi pada saat persalinan dan segera setelah

persalinan. Selain itu, ada beberapa factor yang disebut factor keterlambatan yang

mengakibatkan risiko kematian ibu juga makin tinggi, yaitu:2

1. Terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk(termasuk terlambat mengenali tanda

bahaya

2. Terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat

3. Terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan.

Oleh sebab itu, karena tingginya angka kematian ibu di Indonesia maka diperlukan

beberapa intervensi untuk menurunkan kejadian tersebut, salah satunya adalah dengan

penggunaan KB

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak

kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Secara umum keluarga berencana dapat diartikan

sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga

berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan

menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. 1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, pasal I tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan KB adalah upaya

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui

promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga berkualitas.2

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,

mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan

dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.3

Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan

suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk

mengakhiri kehamilan dengan aborsi1

2.2 Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Penggunaan KB sangat berperan dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,

komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu dan juga unsafe abortion.

2
Selain itu, Keluarga Berencana juga menjadi sarana yang sangat strategis untuk mencegah

kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak). 3

Pelayananan KB dapat membantu menurunkan Angka Kematian Ibu melalui :3

1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan

2. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan

yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.

3. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil

mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama

kehamilan, persalinan, dan nifas.

2.3 Sasaran Program KB

Sasaran langsung dari program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu

pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan

pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat

mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB aktif


(4)
lestari sehingga memberi efek langsung terhadap penurunan fertilisasi. Sasaran

tidak langsung program KB adalah organisasi-organisasi, lembaga-lembaga

kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat


(5)

2.4 Akseptor KB

Akseptor KB adalah pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan salah
satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program
maupun non program

jenis-jenis akseptor KB: (6)

1) Akseptor aktif, yaitu akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

3
2) Akseptor aktif kembali, yaitu PUS yang telah menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan
atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat
kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

3) Akseptor KB Baru, yaitu akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat
kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.

4) Akseptor KB Dini, yaitu para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu
2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

5) Akseptor langsung, yaitu para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu
40 hari setelah melahirkan abortus.

6) Akseptor Drop Out, yaitu akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3
bulan

2.5 Jenis-jenis alat kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau

“mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel

telur dengan sel sperma.

Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti kondom, obat

vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping, dan berupaya rujukan. Alat

kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : punya daya guna,

aman, estestis, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus- menerus dan efek

sampingnya sedikit-dikitnya. Metode kontrasepsi adalah suatu cara yang digunakan untuk

mencegah/menghindari terjadinya kehamilan. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang

4
aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan

kecocokan individual bagi setiap klien.

Metode tersebut meliputi: (7)


a. Non hormonal
1. Metode Amenore Laktasi (MAL).
2. Kondom.
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
4. Abstinensia (Kalender).
5. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi).
b. Hormonal
1. Progestin: pil, injeksi dan implan.
2. Kombinasi: pil dan injeksi.

1. IUD ( INTRA UTERINA DEVICE)

IUD ( INTRA UTERINA DEVICE ) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau AKDR adalah
alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang halus dan berbentuk spiral atau lainnya yang dipasang
ke dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter dan bidan yang sudah dilatih. Kontra
indikasi pemasangan IUD / AKDR :

1. Adanya sangkaan kehamilan


2. Pendarahan di saluran kencing

Efektivitas : Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun
penggunaan.

2 . IMPLANT

Implant adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil seperti karet elastis yang ditanam
dibawah kulit dan pemakain alat ini dalam jangka waktu 3 – 5 tahun. Kontraindikasi penggunaan
IMPLANT : Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa bercak
Pendarahan ( spotting, hipermenorea serta amenorea ). Evektivitas : Sangat efektif ( kegagalan 0,2 – 1
kehamilan per 100 perempuan ).

3 . MOW ( Metode Operatif Wanita )

5
Metode Operatif Wanita adalah metode operasi melalui operasi rongga perut dengan

pemotongan pada tubapalopi. Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan.

Kontraindikasi penggunaan MOW : Alergi terhadap obat anastesi, berat badan berlebihan ( obesitas ),

infeksi pada saat melahirkan ( intrapartum ) dan nifas. Efektivitas : Sangat efektif ( gagal 0,1 – 0,7 per

100 perempuan.

2.6 Maternal Mortility Rate

Menurut WHO, maternal mortality atau kematian ibu adalah kematian seseorang

wanita saat masa hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi

dan lokasi kematian, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh

kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukam dari sebab-sebab kebetulan atau insidental.(8)

Ukuran statistik kematian maternal

 Maternal Mortality Ratio : jumlah kematian ibu selama satu periode per 100.000

kelahiran hidup selama periode yang sama

 Maternal Mortality Rate : jumlah kematian ibu dalam satu periode per 100.000 wanita

usia reprodiksi selama periode yang sama

Rumus MMR

Jumlah kematianibu
MMR= x 100.000
Jumlah kelahiran hidup

2.7 Epidemiologi Maternal Mortality Rate

6
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka

kematian ibu masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sdikit menurur

meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium Development Goals ke-5

adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2015.(9)

Gambar 1 Angka Kematian iIbu di Indonesia tahun 1991-2015(9)

Menurut data WHO tahun 2013, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan

atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara

berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi

hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara

persemakmuran.(10)

Angka kematian ibu di ASEAN tergolong paling tinggi di dunia. WHO memperkirakan

sementara total AKI dan AKB di ASEAN sekitar 170 ribu dan 1,3 juta per tahun. Sebanyak

98% dari seluruh AKI dan AKB di kawasan ini terjadi di Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan

7
Myanmar. Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki angka kematian maternal

yang cukup tinggi (WHO, 2008).(10)

Angka kematian ibu (AKI) masih tinggi. Data Kementerian Kesehatan pada 2016 tercatat 305

ibu meninggal per 100.000 orang.

Gambar 2 Angka kematian ibu di Indonesia tahun 1991-2015(11)

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390

menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang

signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali

menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan

hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Gambaran AKI di Indonesia dari tahun

1991 hingga tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.2 (11)

2.8 Penyebab tinggi nya Maternal Mortality Rate (MMR)

8
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 2001, penyebab

langsung kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera setelah

persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor

keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. 11

Ada tiga risiko keterlambatan:

4. Terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk(termasuk terlambat mengenali tanda

bahaya

5. Terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat

6. Terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan.

Berdasarkan data dari RISKESDAS tahun 2013, tempat persalinan terbanyak terjadi di

rumah bersalin, klinik dan tempat praktek tenaga kesehatan/bidan (38%), sementara proporsi

persalinan di rumah masih tinggi (29,1%) dan rumah sakit (21,4%). Hal ini berarti tingginya

kematian ibu yang terjadi 90% pada saat proses persalinan dipengaruhi pula oleh tempat

persalinan yang masih cukup banyak terjadi di rumah dan atau fasilitas kesehatan dengan

sarana terbatas. 12

9
Gambar 3 Proporsi kelahiran berdasarkan tempat bersalin di Indonesia ( sumber: Riskesdas

2013, Badan Litbangkes)

Masalah kematian ibu yang tinggi di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kondisi

geografis negara kepulauan dan medan yang sulit, ketidaksetaraan dalam memperoleh

informasi dan pendidikan, sumber daya manusia bidang kesehatan (menyangkut jumlah,

kualitas dan distribusinya). Sebagai gambaran rasio tenaga dokter : kurang dari 2500

penduduk yang masih merata terutama di Indonesia Timur. Faktor lain adalah kompleksnya

pembiayaan masalah kesehatan, yang telah beberapa kali mengalami perubahan mulai dari

bentuk kartu miskin, jamkesda, jamkesmas, jampersal untuk ibu bersalin, hingga JKN

(jaminan kesehatan nasional) oleh BPJS.

Berdasarkan gambar 2, tampak penyebab kematian secara global sekitar 28% disebabkan

oleh pendarahan hebat, 27 % oleh penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan, 11% oleh

infeksi, 14% oleh hipertensi dalam

kehamilan, 9% oleh persalinan macet, serta

aborsi yang tidak aman (8 %). 13

10
Gambar 4. Penyebab kematian ibu di dunia

Penyebab kematian ibu di Indonesia 80% disebabkan oleh penyebab langsung

obstetrik seperti perdarahan, sepsis, abortus tidak aman, preeklampsia-eklampsia, dan

persalinan macet. Sisanya 20 % terjadi oleh karena penyakit yang diperberat oleh kehamilan.

Sementara penyebab kematian ibu baik di dunia maupun di Indonesia masih berputar pada 3

masalah utama (perdarahan, preeklampsia-eklampsia dan infeksi). 14

2.9 Peran penggunaan KB dalam penurunan angka kematian ibu

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan untuk menganalisis penggunaan kontraseptif

dalam perannya dalam menurunkan angka kematian ibu di 172 negara dinyatakan bahwa

penggunaan kontrasepsi dapat menurunkan angka kematian ibu hingga 44%. Angka tersebut

berkisar antara 7% hingga 60% diantara ke 172 negara tersebut.15 Di Indonesa sendiri

indicator KB berupa CPR (Contraceptive Prevalence Rate) dan unmet need pelayanan KB

dalam sepuluh tahun terakhir tidak mengalami kemajuan. CPR cara modern sudah meningkat

pesat selama kurang lebih 10 tahun dari 47% (SDKI 1991) menjadi 56,5% (SDKI 2002)

berarti peningkatan sebesar 9,5%, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir hanya naik 1,4%

menjadi 57,9% (SDKI 2012). Demikian juga persentase kelompok unmet need yang sudah

menurun pesat selama 1991-2002 dari 12,7% menjadi 8,6%, namun meningkat sebesar 0,5%

menjadi 9,1% (SDKI 2007) dan kemudian menurun sebesar 0,6% menjadi 8,5% (SDKI

11
2012); praktis penurunannya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir hanya 0,1%. Masuh jauh

dari target MDGs pada tahun 2015 yaitu unmet need pelayanan KB menjadi 5% dan CPR

metode modern meningkat menjadi 65% pada tahun 2015. Masih jauhnya dari target kedua

indicator program KB ini patut diduga berkontribusi terhadap landainya penurunan AKI

dimana program KB merupakan salah satu upaya penurunan AKI di bagian hulu. 16 Dapat

dilihat ditabel dibawah ini bahwa angka kematian ibu pada tahun 2012 sebesar 359 per

100.000 kelahiran hidup, jauh dibawah target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran

hidup.10

1.10 Upaya Safe Motherhood

Menurut Kemenkes RI Tahun 2015-2017 Angka Kematian Ibu turun dari 4.999 tahun

2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus.

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian

Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu

1. diharapkan propinsi dan kabupaten/kota telah selesai menyusun Rencana Aksi

Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim

dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,

memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.

12
2. pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap

Puskesmas mendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta

per tahun. Dengan adanya BOK, pelayanan outreach di luar gedung terutama

pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yang membutuhkan.

3. menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator

komposit (status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan).

4. penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan di

Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, mobile

team.

5. akan diluncurkan 2 Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan KB

berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BAB III

KESIMPULAN

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan

dengan memakai kontrasepsi. Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha

yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,

13
ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung

dari kehamilan tersebut.

Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dikatakan

bahwa angka kematian ibu memiliki jumlah sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup yang

dapat terbilang cukup tinggi. Oleh karena hal ini, maka upaya dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan meningkatkan derajat kesehatan ibu menjadi salah satu prioritas

utama dalam penanganan bidang kesehatan khususnya untuk menangani tingginya AKI di

indonesia. Pada tahun 2000, rencana strategis jangka panjang upaya penurunan angka

kematian ibu dan kematian bayi baru lahir telah disusun oleh departemen kesehatan, dimana

upaya ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap

untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawiroharjo.,Prof.,DR. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Gramedia. Jakarta.

1997.

2. Ide B. Pengawasan Wanita Hamil dalam : Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran. EGC. 2007. p187-93.

14
3. Sakti G.M.K, Wicaksono, Ardiana I, Sujoko A, et all. Buku Pedoman Manajemen

Pelayanan Keluarga Berencana. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.

4. Suratun, S. Heryani, & Manurung, S., 2008, Pelayanan Keluarga Berencana dan

Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Info Media: 15-16, 19, 87-89.

5. Hartanto, H., 2009, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan: 212-213.

6. BKKBN, 2006, Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi

Konseling, Jakarta: BKKBN.

7. Kementerian Kesehatan. Kajian Health Technology Assesment Indonesia 2009, KB

pada Periode Menyusui, Hasil Kajian HTA, Jakarta 2010.

8. WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.

9. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi

Profil Kesehatan Indonesia 2012. Accessed at:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf

10. Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2013. WHO, UNICEF, UNFPA, The World

Bank and the United Nations Population Division. Accessed at:

http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/112682/9789241507226_eng.pdf;jsess

ionid=62978812728D7B6F256E3D0499DBC917?sequence=2

11. IndoDATIN Kementrian Kesehatan RI. Accessed at:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf

12. Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI

15
13. Say L, Chou D, Gemmill A, Tunçalp Ö, Moller AB, Daniels J, Gülmezoglu AM,

Temmerman M, Alkema L. Global causes of maternal death: a WHO systematic

analysis. The Lancet Global Health. 2014 Jun 1;2(6):e323-33.

14. Situasi Kesehatan Ibu. In: Pusat Data dan Informasi, editor. Infodatin. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI; 2014, 1-6.

15. Ahmed S, Li Q, Liu L, Tsui AO. Maternal deaths averted by contraceptive use: an

analysis of 172 countries. Lancet. 2012 Jul 14;380(9837):111-25.

16

Anda mungkin juga menyukai