Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DAN HUKUM

IJARAH, UJRAH, DAN JU’ALAH

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Tafsir dan Hadits Ekonomi ”

Dosen Pengampu
Prof. Dr. H. Masruhan, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1. Muhammad Januar G02219024
2. Nuriyah An Nabila G02219030

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kami nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar
biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Konsep dan Hukum Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah”
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-
banyaknya untuk bapak Prof. Dr. H. Masruhan, M.Ag. selaku dosen mata kuliah
tafsir dan hadits ekonomi yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami
guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga berharap dengan
sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait tafsir dan hadits ekonomi.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati. Oleh
sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya.
Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya
kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Surabaya, 15 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kumpulan ayat dan terjemahannya tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah..........3
B. Mufradat dari ayat tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah....................................
C. Pengertian dan penjelasan terkait ayat dalam Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah.......
D. Asbabun nuzul atau asbabun qunut dari ayat tentang
Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah...............................................................................
E. Kandungan hukum ayat dalam Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah.............................

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akad jual beli dan sewa menyewa (ijarah) merupakan akad muamalah
yang sering dilakukan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
baik lewat dunia bisnis maupun perdagangan. Hal ini dikarenakan akan jual
beli dan sewa menyewa merupakan strategi yang mudah untuk mendapatkan
keuntungan dalam bisnis. Kedua akad muamalah tersebut, substansinya sama-
sama jual beli, karena baik akad sewa menyewa maupun jual beli tujuannya
sama-sama memindahkan kepemilikan.
Perbedaan kedua akad tersebut, terletak pada objek kepemilikannya,
kalua dalam akad jual beli, objek kepemilikannya adalah dzat barang
sekaligus manfaatnya tanpa dibatasi waktu sedangkan dalam akad sewa
menyewa, yang menjadi objek kepemilikannya adalah manfaat barang yang
dibatasi waktu.1
Maka untuk melakukan proses jual beli dan sewa menyewa yang baik
secara efesien dan efektif dalam islam akan dibahas pada makalah yang telah
kami buat dengan pembahasan : konsep dasar, kumpulan ayat, penjelasan
lebih rinci, asbabun nuzul/asbababun qunut, dan kandungan hukum tentang
Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah berdasarkan ayat (Q.S. Az - Zukhruf (43) : 32,
Q.S. At - Talaq (65) : 6, Q.S. Al - Qashash (28) : 26 – 28, Q.S. Al-Baqarah
(2) : 233, Q.S. Yusuf (12) : 2)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana kumpulan ayat dan terjemahannya tentang Ijarah, Ujrah, dan
Ju’alah?
2. Bagaimana mufradat dari ayat tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah?

1
Drs. Harun, M.H, Fiqh Muamalah, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2017), hal 121

1
3. Bagaimana pengertian dan penjelasan terkait ayat/hadits dalam Ijarah,
Ujrah, dan Ju’alah?
4. Bagaimana bentuk Asbabun nuzul atau asbabun qunut dari ayat/hadits
tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah?
5. Bagaimana isi kandungan hukum ayat/hadits dalam Ijarah, Ujrah, dan
Ju’alah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kumpulan ayat dan terjemahannya tentang Ijarah,
Ujrah, dan Ju’alah.
2. Untuk mengetahui mufradat dari ayat tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah.
3. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan terkait ayat/hadits dalam
Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah.
4. Untuk mengetahui Asbabun nuzul atau asbabun qunut dari ayat/hadits
tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah.
5. Untuk mengetahui kandungan hukum ayat/hadits dalam Ijarah, Ujrah, dan
Ju’alah.

D. Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini, kami sebagai penyusun berharap
kedepannya makalah ini dapat memberi tambahan ilmu bagi pembacanya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kumpulan ayat dan terjemahannya tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah


1. Q.S. Az - Zukhruf (43) : 32

B‫ ا‬Bَ‫ ن‬B‫ ْع‬Bَ‫ ف‬B‫ َر‬B‫ َو‬Bۚ B‫ ا‬Bَ‫ ي‬B‫ ْن‬B‫ ُّد‬B‫ل‬B‫ ا‬B‫ ِة‬B‫ ا‬Bَ‫ ي‬B‫ح‬Bَ B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ ي‬Bِ‫ ف‬B‫ ْم‬Bُ‫ ه‬Bَ‫ ت‬B‫ َش‬B‫ ي‬B‫ع‬Bِ B‫ َم‬B‫ ْم‬Bُ‫ ه‬Bَ‫ ن‬B‫ ْي‬Bَ‫ ب‬B‫ ا‬Bَ‫ ن‬B‫ ْم‬B‫ َس‬Bَ‫ ق‬B‫ن‬Bُ B‫ح‬Bْ Bَ‫ ن‬Bۚ B‫ َك‬BِّB‫ ب‬B‫ر‬Bَ B‫ت‬ Bَ B‫ َم‬B‫ح‬Bْ B‫ َر‬B‫ن‬Bَ B‫ و‬B‫ ُم‬B‫ ِس‬B‫ ْق‬Bَ‫ ي‬B‫ ْم‬Bُ‫ ه‬Bَ‫أ‬
B‫ك‬
َ BِّB‫ ب‬B‫ر‬Bَ B‫ت‬ Bُ B‫ َم‬B‫ح‬Bْ B‫ َر‬B‫ َو‬Bۗ B‫ ا‬Bًّ‫ ي‬B‫ ِر‬B‫خ‬Bْ B‫ ُس‬B‫ ا‬B‫ض‬ ً B‫ع‬Bْ Bَ‫ ب‬B‫ ْم‬Bُ‫ ه‬B‫ض‬ ُ B‫ع‬Bْ Bَ‫ ب‬B‫ َذ‬B‫ ِخ‬Bَّ‫ ت‬Bَ‫ ي‬Bِ‫ ل‬B‫ت‬ ٍ B‫ ا‬B‫ َج‬B‫ َر‬B‫ َد‬B‫ض‬ ٍ B‫ ْع‬Bَ‫ ب‬B‫ق‬ َ B‫و‬Bْ Bَ‫ ف‬B‫ ْم‬Bُ‫ ه‬B‫ض‬ Bَ B‫ ْع‬Bَ‫ب‬
B‫ َن‬B‫ و‬B‫ ُع‬B‫ َم‬B‫ج‬Bْ Bَ‫ ي‬B‫ ا‬B‫ َّم‬B‫ ِم‬B‫ ٌر‬B‫ ْي‬B‫خ‬Bَ

Artinya :
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan ant ara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.2

2. Q.S. At - Talaq (65) : 6

Bُ B‫ ْي‬B‫ َح‬B‫ن‬Bْ B‫ ِم‬B‫ َّن‬Bُ‫ه‬B‫ و‬Bُ‫ ن‬B‫ ِك‬B‫ ْس‬Bَ‫أ‬


‫ اَل‬B‫و‬Bَ B‫ ْم‬B‫ ُك‬B‫ ِد‬B‫ج‬Bْ B‫ ُو‬B‫ن‬Bْ B‫ ِم‬B‫ ْم‬Bُ‫ ت‬B‫ ْن‬B‫ َك‬B‫ َس‬B‫ث‬
B‫ى‬Bٰ Bَّ‫ ت‬B‫ َح‬B‫ َّن‬B‫ ِه‬B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫ َع‬B‫ا‬B‫ و‬Bُ‫ ق‬Bِ‫ ف‬B‫ ْن‬Bَ‫ أ‬Bَ‫ ف‬B‫ ٍل‬B‫ ْم‬B‫ح‬Bَ B‫ت‬ ُ
ِ ‫اَل‬B‫ و‬B‫ أ‬B‫ َّن‬B‫ ُك‬B‫ن‬Bْ Bِ‫ إ‬B‫ َو‬Bۚ B‫ َّن‬B‫ ِه‬B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫ َع‬B‫ا‬B‫و‬Bُ‫ ق‬BِّB‫ ي‬B‫ض‬ Bَ Bُ‫ ت‬Bِ‫ ل‬B‫ َّن‬Bُ‫ه‬B‫ و‬BُّB‫ر‬B‫ ا‬B‫ض‬ Bَ Bُ‫ت‬
ْ
B‫ ْم‬B‫ ُك‬Bَ‫ ن‬B‫ ْي‬Bَ‫ ب‬B‫ا‬B‫ و‬B‫ ُر‬B‫ ِم‬Bَ‫ ت‬B‫ أ‬B‫و‬Bَ Bۖ B‫ َّن‬Bُ‫ ه‬B‫ َر‬B‫ و‬B‫ ُج‬Bُ‫ أ‬B‫ َّن‬Bُ‫ه‬B‫و‬Bُ‫ت‬B‫ آ‬Bَ‫ ف‬B‫ ْم‬B‫ ُك‬Bَ‫ ل‬B‫ن‬Bَ B‫ ْع‬B‫ض‬ Bَ B‫ر‬Bْ Bَ‫ أ‬B‫ن‬Bْ Bِ‫ إ‬Bَ‫ ف‬Bۚ B‫ َّن‬Bُ‫ ه‬Bَ‫ ل‬B‫م‬Bْ B‫ح‬Bَ B‫ن‬Bَ B‫ ْع‬B‫ض‬ Bَ Bَ‫ي‬
ٰB‫ى‬ ْ ُ َ
B B‫ َر‬B‫خ‬B B‫ أ‬Bُ‫ ه‬B‫ ل‬B‫ ُع‬B‫ض‬ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ
ِ B‫ر‬B B‫ ت‬B‫ َس‬B‫ ف‬B‫ ْم‬B‫ ت‬B‫ر‬B B‫ َس‬B‫ ا‬B‫ َع‬B‫ ت‬B‫ن‬B Bِ‫ إ‬B‫و‬Bَ Bۖ B‫ف‬ ْ
Bٍ B‫ و‬B‫ ُر‬B‫ ع‬B‫ َم‬Bِ‫ب‬

Artinya :
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah
ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-

2
Abdus Sami, Abdul Naeem, dan Abdul Moin, Alquran Dengan Tajwid Blok Warna Disertai
Terjemah, (Jakarta : Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2004) hal. 391

3
anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika
kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak
itu) untuknya.3

3. Q.S. Al - Qashash (28) : 26 - 28

َ B‫ر‬Bْ B‫ج‬Bَ Bْ‫ أ‬Bَ‫ ت‬B‫ ْس‬B‫ ا‬B‫ ن‬B‫ َم‬B‫ َر‬B‫ ْي‬B‫خ‬Bَ B‫ َّن‬Bِ‫ إ‬Bۖ Bُ‫ ه‬B‫ر‬Bْ B‫ ِج‬Bْ‫ أ‬Bَ‫ ت‬B‫ ْس‬B‫ ا‬Bِ‫ ت‬Bَ‫ ب‬Bَ‫ أ‬B‫ ا‬Bَ‫ ي‬B‫ ا‬B‫ َم‬Bُ‫ه‬B‫ ا‬B‫ َد‬B‫ح‬Bْ Bِ‫ إ‬B‫ت‬
B‫ ُن‬B‫ ي‬B‫ ِم‬Bَ ‫أْل‬B‫ ا‬BُّB‫ ي‬B‫ ِو‬Bَ‫ ق‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ت‬ Bْ Bَ‫ل‬B‫ ا‬Bَ‫ق‬

Artinya (26) :
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya".

Bۖ Bٍ‫ ج‬B‫ج‬Bَ B‫ح‬Bِ B‫ي‬ َ Bِ‫ن‬B‫ ا‬B‫ َم‬Bَ‫ ث‬B‫ ي‬Bِ‫ ن‬B‫ َر‬B‫ ُج‬Bْ‫ أ‬Bَ‫ ت‬B‫ن‬Bْ Bَ‫ أ‬B‫ى‬Bٰ Bَ‫ ل‬B‫ َع‬B‫ ِن‬B‫ ْي‬Bَ‫ت‬B‫ ا‬Bَ‫ ه‬B‫ي‬ َ B‫ َح‬B‫ ِك‬B‫ ْن‬Bُ‫ أ‬B‫ن‬Bْ Bَ‫ أ‬Bُ‫د‬B‫ ي‬B‫ ِر‬Bُ‫ أ‬B‫ ي‬Bِّ‫ ن‬Bِ‫ إ‬B‫ َل‬B‫ ا‬Bَ‫ق‬
َّ Bَ‫ ت‬Bَ‫ ن‬B‫ ْب‬B‫ ا‬B‫ ى‬B‫ َد‬B‫ح‬Bْ Bِ‫ إ‬B‫ك‬
B‫ َء‬B‫ ا‬B‫ َش‬B‫ن‬Bْ Bِ‫ إ‬B‫ ي‬Bِ‫ ن‬B‫ ُد‬B‫ ِج‬Bَ‫ ت‬B‫ َس‬Bۚ B‫ك‬َ B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫ َع‬Bَّ‫ ق‬B‫ ُش‬Bَ‫ أ‬B‫ن‬Bْ Bَ‫ أ‬Bُ‫د‬B‫ ي‬B‫ ِر‬Bُ‫ أ‬B‫ ا‬B‫ َم‬B‫و‬Bَ Bۖ B‫ك‬َ B‫ ِد‬B‫ ْن‬B‫ ِع‬B‫ن‬Bْ B‫ ِم‬Bَ‫ ف‬B‫ ا‬B‫ ًر‬B‫ ْش‬B‫ َع‬B‫ت‬ َ B‫ ْم‬B‫ َم‬B‫ ْت‬Bَ‫ أ‬B‫ن‬Bْ Bِ‫ إ‬Bَ‫ف‬
B‫ َن‬B‫ ي‬B‫ ِح‬Bِ‫ل‬B‫ ا‬BَّB‫ص‬B‫ل‬B‫ ا‬B‫ن‬Bَ B‫ ِم‬Bُ ‫هَّللا‬

Artinya (27) :
Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan
kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu
bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun
maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak
memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang baik".

B‫ ا‬B‫ َم‬B‫ى‬Bٰ Bَ‫ ل‬B‫ َع‬Bُ ‫ هَّللا‬B‫ َو‬Bۖ B‫ي‬


َّ Bَ‫ ل‬B‫ َع‬B‫ َن‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ B‫ ْد‬B‫ اَل ُع‬Bَ‫ ف‬B‫ت‬ َ Bَ‫ ق‬B‫ ِن‬B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫ج‬Bَ Bَ ‫أْل‬B‫ ا‬B‫ ا‬B‫ َم‬BَّB‫ ي‬Bَ‫ أ‬Bۖ B‫ك‬
ُ B‫ ْي‬B‫ض‬ َ Bَ‫ ن‬B‫ ْي‬Bَ‫ ب‬B‫و‬Bَ B‫ ي‬Bِ‫ ن‬B‫ ْي‬Bَ‫ ب‬B‫ك‬ َ Bِ‫ ل‬B‫ َذ‬Bٰ B‫ َل‬B‫ ا‬Bَ‫ق‬
B‫ ٌل‬B‫ ي‬B‫ ِك‬B‫ َو‬B‫ ُل‬B‫ و‬Bُ‫ ق‬Bَ‫ن‬

3
Ibid, 445

4
Artinya (28) :
Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja
dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada
tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang
kita ucapkan".4

4. Q.S. Al-Baqarah (2) : 233

Bَّ‫ م‬Bِ‫ ت‬Bُ‫ ي‬B‫ن‬Bْ Bَ‫ أ‬Bَ‫د‬B‫ ا‬B‫ َر‬Bَ‫ أ‬B‫ن‬Bْ B‫ َم‬Bِ‫ ل‬Bۖ B‫ ِن‬B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫ ِم‬B‫ ا‬B‫ َك‬B‫ ِن‬B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫و‬Bْ B‫ َح‬B‫ َّن‬Bُ‫ ه‬B‫ اَل َد‬B‫و‬Bْ Bَ‫ أ‬B‫ َن‬B‫ع‬Bْ B‫ض‬ Bِ B‫ر‬Bْ Bُ‫ ي‬B‫ت‬ ُ B‫ ا‬B‫ َد‬Bِ‫ل‬B‫ ا‬B‫ َو‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ
ُ Bَّ‫ ل‬B‫ َك‬Bُ‫ اَل ت‬Bۚ B‫ف‬
B‫ف‬ ِ B‫ و‬B‫ ُر‬B‫ ْع‬B‫ َم‬B‫ ْل‬B‫ ا‬Bِ‫ ب‬B‫ َّن‬Bُ‫ه‬Bُ‫ ت‬B‫ َو‬B‫ ْس‬B‫ ِك‬B‫ َو‬B‫ َّن‬Bُ‫ه‬Bُ‫ ق‬B‫ز‬Bْ B‫ ِر‬Bُ‫ ه‬Bَ‫ ل‬B‫ ِد‬B‫ و‬Bُ‫ ل‬B‫و‬Bْ B‫ َم‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ ى‬Bَ‫ ل‬B‫ َع‬B‫و‬Bَ Bۚ Bَ‫ ة‬B‫ َع‬B‫ ا‬B‫ض‬ َ BَّB‫ر‬B‫ل‬B‫ا‬
َ َ َ ٌ ُ ‫اَل‬ َ ٌ
B‫ ى‬B‫ ل‬B‫ َع‬B‫ َو‬Bۚ Bِ‫ ه‬B‫ ِد‬B‫ ل‬B‫ َو‬Bِ‫ ب‬Bُ‫ ه‬B‫ ل‬B‫د‬B‫ و‬B‫ ل‬B‫و‬Bْ B‫ َم‬B‫ َو‬B‫ ا‬Bَ‫ ه‬B‫ ِد‬B‫ ل‬B‫ َو‬Bِ‫ ب‬B‫ ة‬B‫ َد‬Bِ‫ل‬B‫ ا‬B‫ َو‬BَّB‫ر‬B‫ ا‬B‫ض‬ ُ ‫اَل‬
َ B‫ ت‬Bۚ B‫ ا‬Bَ‫ ه‬B‫ َع‬B‫ ْس‬B‫ ُو‬Bِ‫ إ‬B‫س‬ ‫اَّل‬ ٌ B‫ ْف‬Bَ‫ن‬
َ B‫ ا‬Bَ‫ ن‬B‫ اَل ُج‬Bَ‫ ف‬Bٍ‫ ر‬B‫ ُو‬B‫ ا‬B‫ َش‬Bَ‫ ت‬B‫و‬Bَ B‫ ا‬B‫ َم‬Bُ‫ ه‬B‫ ْن‬B‫ ِم‬Bٍ‫ض‬B‫ ا‬B‫ َر‬Bَ‫ ت‬B‫ن‬Bْ B‫اًل َع‬B‫ ا‬B‫ص‬
B‫ح‬ Bَ Bِ‫ ف‬B‫ ا‬B‫ َد‬B‫ ا‬B‫ر‬Bَ Bَ‫ أ‬B‫ن‬Bْ Bِ‫ إ‬Bَ‫ ف‬Bۗ B‫ك‬ ٰ
َ Bِ‫ ل‬B‫ َذ‬B B‫ ُل‬B‫ ْث‬B‫ ِم‬Bِ‫ ث‬B‫ ِر‬B‫ ا‬B‫ َو‬B‫ ْل‬B‫ا‬
B‫ ْم‬Bُ‫ ت‬B‫ ْم‬Bَّ‫ ل‬B‫ َس‬B‫ ا‬B‫ َذ‬Bِ‫ إ‬B‫ ْم‬B‫ ُك‬B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫ َع‬B‫ح‬ َ B‫ ا‬Bَ‫ ن‬B‫ اَل ُج‬Bَ‫ ف‬B‫ ْم‬B‫ ُك‬B‫ اَل َد‬B‫و‬Bْ Bَ‫ أ‬B‫ا‬B‫ و‬B‫ ُع‬B‫ض‬ ِ B‫ر‬Bْ Bَ‫ ت‬B‫ ْس‬Bَ‫ ت‬B‫ن‬Bْ Bَ‫ أ‬B‫ ْم‬Bُ‫ ت‬B‫ ْد‬B‫ر‬Bَ Bَ‫ أ‬B‫ن‬Bْ Bِ‫ إ‬B‫ َو‬Bۗ B‫ ا‬B‫ َم‬B‫ ِه‬B‫ ْي‬Bَ‫ ل‬B‫َع‬
Bِ Bَ‫ ب‬B‫ َن‬B‫و‬Bُ‫ ل‬B‫ َم‬B‫ ْع‬Bَ‫ ت‬B‫ ا‬B‫ َم‬Bِ‫ ب‬Bَ ‫ هَّللا‬B‫ َّن‬Bَ‫ أ‬B‫ا‬B‫ و‬B‫ ُم‬Bَ‫ ل‬B‫ ْع‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ Bَ ‫ هَّللا‬B‫ا‬B‫ و‬Bُ‫ ق‬Bَّ‫ت‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ Bۗ B‫ف‬
B‫ ٌر‬B‫ ي‬B‫ص‬ ِ B‫ و‬B‫ ُر‬B‫ع‬Bْ B‫ َم‬B‫ ْل‬B‫ ا‬Bِ‫ ب‬B‫ ْم‬Bُ‫ ت‬B‫ ْي‬Bَ‫ت‬B‫ آ‬B‫ ا‬B‫َم‬

Artinya :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.5
5. Q.S. Yusuf (12) : 2

َ B‫ ْن‬Bَ‫أ‬
B‫ َن‬B‫ و‬Bُ‫ ل‬Bِ‫ ق‬B‫ع‬Bْ Bَ‫ ت‬B‫ ْم‬B‫ ُك‬Bَّ‫ ل‬B‫ َع‬Bَ‫ ل‬B‫ ا‬Bًّ‫ ي‬Bِ‫ ب‬B‫ر‬Bَ B‫ َع‬B‫ ا‬Bً‫ن‬B‫ آ‬B‫ر‬Bْ Bُ‫ ق‬Bُ‫ه‬B‫ ا‬Bَ‫ ن‬B‫ ْل‬B‫ز‬ B‫ا‬Bَّ‫ ن‬Bِ‫إ‬
4
Ibid, 309
5
Ibid, 28

5
Artinya :
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.6

B. Mufradat dari ayat tentang Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah

C. Pengertian dan penjelasan terkait ayat dalam Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah
1. Q.S. Az - Zukhruf (43) : 32

6
Ibid, 186

6
Qur’an surat Al-Zukhruf ini menurut penjelasan Quraish Shihab,
dalam ayat tersebut Allah telah membagi-bagi sarana penghidupan
manusia di kehidupan dunia karena manusia tidak dapat melakukannya
sendiri dan Allah telah meninggikan sebahagian kekuatan manusia dalam
harta benda, ilmu, kekuatan dan lain-lain agar sebahagian manusia
tersebut dapat mempergunakan sebahagian yang lain sehingga dapat
saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masing-
masing manusia saling membutuhkan dalam mencari dan manusia
haruslah saling menolong satu sama lain, salah satu bentuk dari tolong
menolong adalah dengan memberi bantuan kepada orang lain yang
membutuhkan melalui pemberian pinjaman dengan tujuan memenuhi
kebutuhan hidupannya.7
Ayat 32 surat Al-Zukhruf di atas memberikan penjelasan bahwa
sesama manusia haruslah saling menolong satu sama lain, salah satu
bentuk dari tolong menolong adalah dengan memberi bantuan kepada
orang lain yang membutuhkan melalui pemberian pinjaman dengan tujuan
memenuhi kebutuhan hidupannya. Penerapan dari ayat tersebut pada
lembaga keuangan adalah lembaga keuangan diibatakan sebagai pihak
yang mempunyai kelebihan dana sehingga lembaga keuangan diharuskan
menolong masyarakat yang merasa kekurangan dana dengan tujuan untuk
menunjang kebutuhan masyarakat tersebut, dan ini merupakan salah satu
produk lembaga keuangan yaitu melakukan penyaluran dana.
Salah satu contoh Lembaga keuangan yakni Baitul Maal wa
Tamwil. Baitul Maal wa Tamwil selain berperan sebagai organisasi bisnis
juga berperan sosial dilihat dari namanya yaitu baitul maal berarti
lembaga sosial sejenis Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (BAZIS),
sedangkan baitul tamwil berarti lembaga bisnis. Baitul Maal wa Tamwil
sebagai lembaga bisnis lebih mengembangkan usahanya pada sektor
keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini sama seperti usaha perbankan
7
Quraish shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta :
Lentera Hati, 2002), hal 561

7
yakni menghimpun dana anggota pembiayaan atau dalam lingkup Baitul
Maal wa Tamwil biasanya dikenal dengan sebutan anggota dan calon
anggota serta menyalurkan kepada sektor ekonomi yang halal dan
menguntungkan. Badan hukum Baitul Maal wa Tamwil adalah koperasi,
baik Koperasi Serba Usaha (KSU) maupun Koperasi Simpan
Pinjam(KSP).8

2. Q.S. At - Talaq (65) : 6


Ayat ini mempertegas hak wanita-wanita itu memeroleh tempat
tinggal yang layak.. Ayat ini menyatakan: Tempatkanlah mereka, para
istri yang dicerai itu, di mana kamu, wahai yang menceraikannya,
bertempat tinggal. Kalau dahulu kamu mampu tinggal di tempat yang
mewah dan sekarang penghasilan kamu menurun atau sebaliknya maka
tempatkanlah mereka di tempat sesuai dengan kemampuan kamu
sekarang dan janganlah sekali-kali kamu sangat menyusahkan mereka
dalam hal tempat tinggal atau selainya dengan tujuan untuk
menyempitkan hati dan keadaan mereka sehingga mereka terpaksa keluar
atau minta keluar.9
Pemberian upah dalam Q.S at-Thalaq ayat 6 tentang menepatkan
tempat sesuai dengan kemampuan, maksudnya adalah seperti di dalam
indutri kecil yang baru berkembang tidak mungkin dapat memberikan
upah yang tinggi karena disesuaikan dengan keuntungan dan tingkat
produksi dalam perusahaan tersebut. Sehingga teori tentang upah harus
dapat mensejahtrakan keluarganya harus diimbangi dengan bagaimana
perusahaan tersebut berkembang.

3. Q.S. Al - Qashash (28) : 26 - 28


8
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal watTamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 31

9
M. Raish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 14,(Jakarta: Lentera Hati, 2002) hal.142-145

8
4. Q.S. Al-Baqarah (2) : 233
Terhadap penyempurnaan susuan selama 2 tahun dalam surat Al-
Baqarah 233, beberapa ulama memberikan penafsiran sebagai berikut :
1) Kata haulaini kamilaini oleh Abi Thohir bin Ya’qub diartikan sebagai
dua tahun yang benar-benar sempurna. Dan itu diperuntukkan atas
penyusuan anak-anaknya kepada seorang ayah (ya’ni ‘ala al-Ab).
Dengan demikian, seorang Ibu tidak terlalu mengambil resiko dan
tidak terlalu bertanggungjawab secara penuh dalam memberikan
penyusuan kepada bayinya.10
2) Kedudukan ayat “haulaini kamilaini” menurut Abi Fadl Shihabuddin
adalah sebagai tarkib, dimana haulaini sebagai maushuf dan kamilaini
sebagai shifat-nya. Maka tidak salah manakala hal ini menjadi
petunjuk waktu bahwa kasih sayang kepada anak dalam bentuk
penyusuan dianggap sebagai hal krusial yang selanjutnya akan
mendapatkan penjelasan persoalan waktu penyusuan yang ideal.11
3) Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar berpendapat bahwa dii ayat
inimbertemu pula apa yang dialami oleh ilmu ketabiban modern,
bahwasanya air susu ibu lebih baik dari susu yang lain. Di sebut pula
di sini bahwa masa penyusuan yang baik disempurnakan dua tahun.12
4) Allah mewajibkan kepada ibu untuk menyusui bayinya, guna
membuktikan bahwa air susu ibu mempunyai pengaruh yang besar
kepada si anak. Di samping ibu dengan fitrah kejadiannya memiliki
rasa kasih sayang yang mendalam sehingga penyusuan langsung dari
ibu ini, berhubungan erat dengan perkembangan jiwa dan mental
anak. Dengan demikian kurang tepat tindakan sementara para ibu
10
Abi Thohir bin Ya’qub, Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas, (Beirut, Darul Fikr : 1995),
hal. 37
11
Abi Fadl Shihabuddin, Ruhul Ma’ani fi Tafsiri Al-Qur’an Al-Adzim, jilid I, (Beirut: Darul Fikr,
2001), hal. 539.
12
Prof. Dr. Hamka , Tafsir Al-Azhar, juz II, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1984), hal. 232

9
yang tidak mau menyusui anaknya secara langsung hanya kepentingan
pribadinya, umpama; untuk memelihara kecantikan. Padahal ini
bertentangan dengan fitrahnya sendiri dan secara tidak langsung ia
tidak membina dasar hubungan keibuan dengan anaknya sendiri
dalam bidang mental dan kepribadian.13
5) Muhammad Nasib Ar-Rifa’i dalam tafsir Ibnu Katsir berpendapat
bahwa anjuran Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233 merupakan
bimbingan bagi para ibu, hendaknya mereka menyusui anak-anaknya
secara sempurna, yaitu selama dua tahun. Setelah itu tiada lagi
penyusuan. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Bagi orang yang
hendak menyempurnakan penyusuan.” Mayoritas imam mengatakan
bahwa tidak dilarang penyusuan kecuali yang kurang dari dua tahun.
Jadi, apabila bayi yang berusia lebih dari dua tahun menyusu, maka
tidak dilarang (tidak diharamkan).14

5. Q.S. Yusuf (12) : 2

13
Departemen Agama RI, Al-Qur’aan dan Tafsirnya, jilid 1-2-3, tahun 1990 hal. 393.

14
Muhammad Nasib, Ringkasan Ibnu Katsir, (Jakarta : , Gema Insani,1999), hal. 388.

10
D. Asbabun nuzul atau asbabun qunut dari ayat tentang Ijarah, Ujrah, dan
Ju’alah
1. Q.S. Az - Zukhruf (43) : 32
2. Q.S. At - Talaq (65) : 6
3. Q.S. Al - Qashash (28) : 26 - 28
4. Q.S. Al-Baqarah (2) : 233
5. Q.S. Yusuf (12) : 2

E. Kandungan hukum ayat dalam Ijarah, Ujrah, dan Ju’alah


Ayat-ayat tersebut di atas memuat konsep dan aturan sewa menyewa dan
Ju’alah sebagai berikut:
1. Ijarah adalah akad sewa menyewa yang dilakukan oleh penyewa dan
pemilik terhadap manfaat barang yang halal dalam waktu tertentu dengan
harga atau nilai tukar tertentu berdasarkan kesepakatan yang
menguntungkan kedua belah pihak.
2. Ujrah adalah akad sewa menyewa yang dilakukan oleh penyewa dan
pemilik jasa terhadap jasa yang dibutuhkan dalam waktu tertentu dengan
harga atau nilai tukar tertentu berdasarkan kesepakatan yang
menguntungkan kedua belah pihak.
3. Ju’alah adalah janji yang diucapkan oleh seseorang (kafil) kepada pihak
yang mampu memenuhi janji dan keinginan seseorang tersebut.15

BAB III

15
Dr. Hj. Suqiyah Musafa’ah, M.Ag, Tafsir Ayat Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam, (Surabaya :
UIN Sunan Ampel, 2007), hal 134

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

12

Anda mungkin juga menyukai