Emosi adalah rangsangan untuk bertindak. Tingkat Emosi yang tinggi seperti
cinta, rasa takut atau marah mudah untuk diidentifikasi. Ada beberapa emosi
yang kompleks dan karena itu sulit untuk mengenalinya. Beberapa dapat
berlangsung selama beberapa menit saja, tapi ada yang sampai berminggu-
minggu lamanya.
Emosi adalah naluri bertahan hidup yang penting. Semua hewan memiliki
pengalaman emosional yang serupa dengan manusia, perbedaannya
hanyalah manusia memiliki kapasitas yang lebih dalam memikirkan dan
mengendalikan emosi.
Social and emotional learning (SEL) adalah proses belajar untuk mencapai
EQ yang lebih tinggi. Studi menunjukkan bahwa EQ adalah alat prediksi
terbaik dari prestasi masa depan anak; lebih baik daripada faktor apa pun.
Sebagian orang mengatakan bahwa EQ adalah alat prediksi yang lebih baik
atas kesuksesan daripada IQ atau kombinasi keterampilan tekhnis.
Mengapa harus Mengembangkan Emotional Intelligence?
Walaupun prestasi akademik sangat penting, ada banyak hal-hal lain yang
lebih penting dalam hidup kita. Kestabilan emosional tidak hanya
berkontribusi pada prestasi akademik, tetapi juga pada kesehatan fisik yang
lebih baik, keluarga bahagia dan pengalaman kerja yang memuaskan dalam
hidup kita.
Bagaimana kita mendidik kita? Hal ini tergantung pada nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang kita ajarkan kepada mereka dalam kehidupan. Hal ini bergantung
pada jenis pengalaman kita sebagai orangtua, tergantung bagaimana kualitas
lingkungan anak-anak kita. Di samping itu, terkait juga dari berapa banyak
waktu dan kualitas yang kita berikan kepada mereka setiap hari.
Saya pikir mengenal dan memahami anak kita adalah langkah pertama.
Seorang bayi yang baru lahir ingin selalu dekat ibunya, karena dia ingin
merasa aman. Anak 3 tahun mulai menggambar lingkaran yang mungil -
menjadi bersemangat untuk menunjukkan kepada Anda dan ingin mendengar
pujian; anak ingin diterima. Anak 5 tahun, membantu ibu untuk mengatur
meja makan – berusaha untuk menunjukkan nilainya, ingin menjadi berguna,
dihargai, dan dicintai. Seiring dengan pertumbuhannya anak mulai meningkat
pada hal yang lebih tinggi lagi dalam mengisi kebutuhan emosional mereka
seperti kebutuhan untuk merasa bebas, ingin merdeka, ingin mengambil
tantangan, memiliki kreativitas, keberhasilan dll.
* Emosional dan sosial anak dapat di tularkan; kita sebagai orangtua dapat
membantu mewujudkan emosional dan sosial anak kita yang lebih baik.
* Semakin awal memulai pendidikan emosional lebih baik. Bersiaplah
menemukan kebutuhan sosial dan emosional yang berbeda-beda dari ketika
dia bayi, balita, menjadi remaja.
* Bantuan anak-anak mempelajari kata-kata untuk mengambarkan perasaan
mereka.
* Cari mainan atau produk yang membantu anak-anak untuk membangun
kompetensi emosional anak.
* Membicarakan tentang emosi secara terbuka, dan mencari peluang untuk
mengajakan untuk mengajarkannya pada anak-anak.
* Ajarkan anak bagaimana mengelola emosi negatif, seperti marah, depresi
dll.
* Pujilah anak-anak daslam upaya mereka dalam meningkatkan EQ.
* Ajarkan kompetensi emosional dengan cerita, dan membicarakan film atau
website.
* Jadilah teladan. Anak-anak meniru kebiasaan orangtuanya.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang ia buat. Masih adakah
individu yang berkarakter? Tentu saja masih, walaupun sedikit.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas
Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
Terdapat 9 pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: cinta;
kemandirian dan tanggungjawab; kejujuran; hormat dan santun; dermawan, suka
menolong dan bekerjasama; percaya diri dan pekerja keras; kepemimpinan dan
keadilan; rendah hati; toleransi.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan
holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the
good.
Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja.
Setelah itu harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan
dan mencintai kebajikan sehingga menjadi mesin yang bisa membuat orang
senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Setelah terbiasa melakukan kebajikan,
maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.
Usia 0 sampai dengan 5 tahun dikenal sebagai "The Golden Years", karena pada
masa-masa ini seorang anak membentuk karakter, sifat serta kecerdasan baik
intelegensia maupun kecerdasan emosional, yang mendasari sifat-sifat, pola pikir
dan sudut pandangnya di usia-usia selanjutnya. Pada masa ini, orang tua
mempunyai peran penting dalam memperkenalkan konsep kecerdasan, terutama
kecerdasan emosi pada anak usia dini.
Anak yang tidak diberi ruang untuk berkembang secara emosi dapat tumbuh
menjadi pribadi yang sulit. Hal tersebut dapat terbawa terus hingga memasuki
masa dewasanya. Pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan fisik yang harmonis
menjadi cikal bakal pribadi anak yang sehat yang sangat dibutuhkan saat mereka
tumbuh dewasa nanti.
1. kesadaran diri,
2. kemampuan untuk mengelola diri,
3. kesadaran sosial dan
4. kemampuan untuk mengelola interaksi dengan lingkungan sosial.
Cerdas emosi bukan hanya kewajiban anak seorang diri. Peran aktif orang tua
sangat penting dalam proses perkembangan kecerdasan emosi anak. Cerdas emosi
merupakan proses timbal balik dengan lingkungannya serta pembelajaran yang
diperoleh anak dari aktifitas sehari-hari.