Anda di halaman 1dari 31

PERBEDAAN KINERJA EKONOMI ANTARA PEMERINTAHAN

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DENGAN JOKO WIDODO


BERDASARKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

METODOLOGI PENELITIAN

Kelompok kerja :

Vitus Aries Suryawan 1115 27773

Diah Ajeng Utami 1115 27774

Fathurriza Adnan Sadsangga 1115 27781

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ats kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kelompok kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan penelitian yang
berjudul analisis perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dengan Joko Widodo berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Tidak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak Rudy Badrudin, Dr, M.Si. selaku Pembimbing
Metodologi Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara
Yogyakarta yang telah membimbing kelompok kami agar dapat menyelesaikan tentang
bagaimana cara menyuun laporan penelitian ini baik secara moril maupun spiritual.

Penelitian ini disusun agar dapat mengetahui tentang analisis perbedaan kinerja
ekonomi antara pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dengan Joko Widodo berdasarkan
pertumbuhan ekonomi, yang kami sajikan ini berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
dan data dari website resmi Badan Pusat Statistika (www.bps.go.id) dan data CNBC
Indonesia. Penelitian ini kami susun dengan berbagai rintangan . Baik itu yang datang dari
kami pribadi maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran, kerja keras, dan
terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa atau umum, khususnya pada
kami sendiri dan semua yang membaca penelitian kami, dan mudah mudahan juga dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun penelitian ini memiliki
kelebihan dan kekurangan kami mohon saran dan kritiknya. Terimakasih

Seturan, 21 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................4
1.1. Perumusan Masalah....................................................................................................9
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORITIS...............................................................................................10
2. 1 Landasan Teori...........................................................................................................10
2. 2 Penelitian Terdahulu..................................................................................................16
2. 3 Rumusan Hipotesis.....................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................19
3. 1 Rancangan Penelitian.................................................................................................19
3. 2 Populasi, Sampel, Teknik Penarikan Sampel.............................................................19
3. 3 Variabel: Definisi Operasional Variabel....................................................................20
3. 4 Lokasi dan Waktu Studi.............................................................................................21
3. 5 Jenis dan Sumber Data...............................................................................................21
3. 6 Pengumpulan Data ....................................................................................................21
3. 7 Analisis Data..............................................................................................................22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................23
4. 1 Hasil Penelitian..........................................................................................................23
4. 2 Pembahasan................................................................................................................27
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................29
5. 1 Kesimpulan.................................................................................................................29
5. 2 Saran...........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................30

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem sebuah negara
dan mempunyai peran penting untuk membangun suatu negara. Suatu negara yang
dibangun dari suatu perekonomian merupakan keberhasilan yang dicapai atas suatu
pemerintahan. Melalui hal tersebut, maka suatu sistem ekonomi perlu dibentuk. Bentuk
dari suatu sistem ekonomi tentunya harus sesuai dari sistem pemerintahan yang dianut.

Ketika terjadi perubahan dalam perekonomian, hal tersebut merupakan hal


yang biasa dalam sebuah negara dan hal tersebut harus ditanggung oleh pemerintahan
yang sedang berkuasa. Akan tetapi, suatu perubahan harus bisa dilakukan secara
mendasar karena dasar yang kuat mampu memberi dampak yang besar dalam
perekonomian. Dasar-dasar tersebut tentunya dilakukan dengan kajian yang mendalam
terhadap kondisi perubahan pada perekonomian yang sedang berjalan.

Dewasa ini, perekonomian yang sedang terjadi sangat berfluktuatif, dampak


yang dirasakan juga sangat terasa, khususnya yang terjadi di negara Indonesia.
Perubahan perekonomian yang terjadi di Indonesia dari awal kemerdekaan, yaitu era
Bung Karno sampai sekarang ini, yaitu era Jokowi, perekonomian berkembang sangat
pesat dengan dilakukannya berbagai perubahan kebijakan ekonomi untuk ke arah yang
lebih baik dan walaupun dalam kebijakan lainnya, misalnya politik, dapat berdampak
ke arah kebijakan ekonomi. Dalam kebijakan ekonomi yang telah ditentukan, dengan
sendirinya akan membuat suatu perbedaan antara pemerintah sebelumnya dengan yang
sekarang. Hal yang perlu diperhatikan adalah suatu perubahan yang hasil akhirnya
membuat kemajuan pada negara, akan tetapi mempunyai perbedaan dalam
melaksanakannya. Perekonomian negara tentunya akan berbeda dengan yang
sebelumnya, berbeda bukan dari sistem ekonomi yang dianut, akan tetapi kinerja yang
dicapai dan yang dilakukan pemerintah untuk melaksanakan kebijakan ekonomi yang
telah ditetapkan.

Di Indonesia sendiri, suatu kinerja ekonomi akan menjadi identik dengan siapa
yang sedang memimpin di negara Indonesia dan mungkin di dunia internasional.
Kinerja ekonomi merupakan suatu hal yang menarik untuk dijadikan sebagai

4
pembahasan karena dalam kinerja ekonomi ini dapat mengetahui bagaimana kinerja
pemerintah yang sebenarnya dan apa yang terjadi dalam kinerja ekonomi tersebut
sehingga pada akhirnya akan mengevaluasi tentang kinerja ekonomi yang dijalankan.
Jika menyebut tentang kinerja, maka hasil akhirnya akan menyebut baik atau buruk.
Namun, tidak relevan jika tidak menguraikan hal-hal yang membuat kinerja ekonomi
dapat berbeda.

Pada dasarnya, dalam menilai suatu kinerja harus mencakup tujuan umum yang
akan dicapai. Tentu saja untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan
tersebutdalam mencapai hasil kinerja yang memuaskan ada pihak yang mengatur
strategi dan mengambil keputusan. Adanya tujuan yang ditetapkan maka dalam
penelitian ini terdapat hubungan antara kinerja dengan suatu lembaga yang mengatur.
Kelembagaan tersebut penting untuk dinilai dan diukur kinerjanya berdasarkan
pencapaian hasil. Maka dari itu, terdapat beberapa alasan mengapa lembagamelakukan
pengukuran kinerja ( Behn, 2008):
a. Untuk mengevaluasi, yakni untuk mengevaluasi seberapa baik suatu organisasi
melakukan kinerja. Proses evaluasi ini terdiri dari dua variabel: data kinerja
organisasi dan patokan yang menciptakan suatu kerangka untuk menganalisis data
kinerja tersebut.
b. Untuk mengendalikan, yaitu kebutuhan untuk memastikan bahwa bawahan mereka
telah melakukan pekerjaan mereka secara benar. Organisasi pun menciptakan
sistem pengukuran yang menentuan tindakan tertentu apa yang harus dilakukan
oleh karyawan. Setelah itu, mereka pun mengevaluasi apakah sang karyawan betul-
betul telah melakukan apa yang telah ditugaskan kepada mereka dan
membandingkannya dengan standar kinerja.
c. Untuk menganggarkan, yaitu suatu anggaran perangkat mentah untuk
meningkatkan kinerja. Kinerja yang buruk tidak selalu berubah menjadi baik ketika
dilakukan pemotongan anggaran sebagai tindakan disipliner. Terkadang penaikan
anggaran lah yang menjadi jawaban untuk peningkatan kinerja.
d. Untuk memotivasi, yaitu digunakan oleh semua anggota organisasi di mana perlu
diberikan target yang signifikan untuk mereka raih dan lalu menggunakan ukuran
kinerja -termasuk target antara- untuk memfokuskan ernergi para karyawan dan
memberikan perasaan telah mencapai sesuatu. Target kinerja juga bisa mendorong

5
munculnya kreativitas dalam mengembangkan cara-cara yang lebih baik untuk
mencapai suatu tujuan.
e. Untuk merayakan, yaitu organisasi perlu memperingati prestasi-prestasi yang
mereka raih, karena ritual semacam peringatan ini bisa mengikat orang-orang yang
ada di dalam tim, memberikan mereka perasaan terikat. Perayaan merupakan
aktivitas yang mengeksplisitkan pengakuan atas prestasi dan pencapaian.
f. Untuk belajar, merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh organisasi untuk bisa
terus berkembang. Pembelajaran ini bisa didapat dengan mengevaluasi kinerja
sendiri, semisal dengan mengidentifikasi apa-apa saja yang berhasil dan yang
tidak. Dengan mengevaluasi hal ini, organisasi akan bisa pelajari alasan di balik
kinerja baik dan buruk.
g. Untuk mengembangkan, yaitu suatu organisasi harus belajar tentang apa yang
harus dilakukan secara berbeda untuk memperbaiki kinerja. Oleh karenanya
organisasi membutuhkan umpan balik untuk menilai kesesuaian rencana dan
arahan serta target sehingga bisa didapatkan pengertian mana-mana saja perihal
yang perlu diperbaiki dan dikembangkan.

Berdasarkan uraian tentang pentingnya kinerja dalam organisasi dimana organisasi


pemerintahan menjalankan peran penting negara, maka kinerja tentang organisasi dapat
menarik perhatian dan perlu dikaji lebih lanjut terutama yang menyangkut topik tentang
kinerja ekonomi. Di Indonesia, pemerintahan telah berganti sampai tujuh kali dari era
Presiden Sukarno. Maka dari itu, penulis tidak akan menjabarkan seluruhnya, artinya
perbedaan kinerja ekonomi dari Presiden Sukarno sampai dengan sekarang, akan tetapi
dalam kajian ilmiah ini penulis tertarik untuk membahas perbedaan suatu kinerja
ekonomi suatu era pemerintahan di Indonesia, khususnyaera SBY periode kedua dan era
Jokowi.

Pada hakikatnya, bahwa kinerja ekonomi dapat ditelusuri secara luas dari komponen
per komponen yang merupakan indikator kinerja ekonomi, seperti inflasi, rasio gini,
pengangguran, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan semuanya tersebut merupakan
indikator-indikator pembangunan ekonomi sebuah negara. Adanya indikator-indikator
tersebut, maka kinerja ekonomi dapat diukur sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan informasi publik. Namun, karena suatu ketertarikan akan indikator
pembangunan ekonomi tersebut, maka dalam penelitian ini lebih memilih pertumbuhan
ekonomi. Hal tersebut seperti diketahui terutama di Indonesia menjadi topik yang paling

6
banyak dibahas terutama membandingkan kinerja ekonomi antar pemerintah yang sudah
atau yang sedang berkuasa. Penelitian ini menggambarkan sesuai gambaran umumnya
yang sepadan dengan ruang lingkupnya, yaitu pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Joko Widodo.

Tabel 1

Sumber: data CNBC

Kedua pemerintahan tersebut menjadi perhatian karena kebijakannya dalam bidang


ekonomi terutama pertumbuhan ekonomi. Terdapat ilustrasi untuk menggambarkan
keadaan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimulai dari 1999 sampai dengan 2017 beserta
gambaran umum pertumbuhan ekonomi yang terjadi semasa kedua pemerintahan
tersebut.

A. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


Pemerintatahan SBY dalam melaksanakan roda perekonomian mampu menjalankan
dengan baik dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya naik pada masa periode
pertama akan tetapi cenderung turun pada masa pemerintahan yang kedua. Pada
umumnya, pertumbuhan ekonomi pada masa tersebut mendapat keistimewaan karena
mendapat harga yang tinggi pada komoditas utama Indonesia yang dijual ke pasar dunia
dengan komoditas tersebut adalah minyak sawit, batu bara, dan minyak mentah
dibandingkan pada masa pemerintahan Jokowi yang harganya cenderung turun pada akhir
tahun 2017.

7
Tabel 2

Sumber: data CNBC

Adanya harga komoditas tersebut maka yang terjadi Indonesia mendapat nilai tambah
pada tingginya harga komoditas yang dijual kepasar dunia. Selain pada harga komoditas,
Indonesia saat itu juga mempunyai daya beli yang tinggi karena berbagai kebijakan,
seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan subsidi yang sebenarnya memberatkan
anggaran fiskal akan tetapi harus tetap dilaksanakan karena untuk mendongkrak daya beli
tersebut supaya terdapat perputaran uang sehingga membentuk pendapatan yang
diharapkan akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

B. Pemerintahan Joko Widodo


Disaat Presiden Joko Widodo mulai memimpin Indonesia, beliau kurang beruntung
dalam hal harga komoditas ekspor yang sudah disebutkan diatas. Pasalnya saat Jokowi
menjabat, harga komoditas global mulai menunjukkan tren penurunan yang signifikan
sehingga terpaksa mendapat harga yang murah dan dianggap merugikan. Merugikan
karena ekspor Indonesia adalah barang mentah sedangkan jika ingin memiliki kembali
komoditas tersebut harus membeli dengan harga tinggi. Namun, tidak serta-merta dengan
harga yang murah terus diam begitu saja, akan tetapi harga tersebut dimanfaatkan ketika
harga minyak dunia turun Jokowi tidak menaikkan harga BBM karena selisih harga
tersebut digunakan untuk pembangunan yang lain.
Pada akhirnya dengan anjloknya harga komoditas, Jokowi terus berusaha mencari
solusi untuk mengatasi anjloknya harga komoditas, yaitu dengan cara hilirisasi. Hilirisasi

8
diberlakukan untuk memberikan cara yang sesuai sehingga komoditas mempunyai nilai
tambah sehingga dapat dijual lebih tinggi. Kecenderungan penurunan daya beli
masyarakat sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di masa Jokowi karena saat
itu berbagai subsidi yang diberlakukan oleh pemerintah sebelumnya mulai dihilangkan.
Misalnya, tarif listrik dan BBM jenis bensin. Subsidinya dicabut maka harga menjadi lebih
mahal sehingga akan mengurangi daya beli masyarakat.
Perbedaan kinerja ekonomi yang terjadi pada era SBY dan Jokowi tidak akan mudah
dibedakan ketika menyinggung masalah politik karena politik cenderung akan mendominasi
suatu kebijakan ekonomi. Oleh sebab itu, kajian ini akan khusus membahas pada segi
ekonomi saja terutama pertumbuhan ekonomi. Hal yang penting untuk diketahui adalah pada
umumnya di era SBY, pembangunan cenderung kurang dilaksanakan dari pada era Jokowi
karena pada era SBY lebih menekankan pada daya beli masyarakat yang tinggi sehingga akan
menghasilkan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Berbeda pada era Jokowi. Jokowi lebih
menekankan pada pembangunan infrastruktur sehingga harapannya dikemudian hari akan
meningkatkan perekonomian negara.
Dari sedikit gambaranumum tersebut, perbedaan kinerja ekonomi bisa diketahui
namun juga tidak mudah untuk menilai mana yang lebih baik, era SBY atau Jokowi karena
prinsipnya adalah sama, yaitu untuk membangun negara. Maka dari itu, perlu ulasan lebih
lanjut untuk mengetahui perbedaan kinerja ekonomi antara dua pemerintahan yang berkuasa
di Indonesia tersebut sehingga nantinya ulasan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
evaluasi kinerja ekonomi pemerintah.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan SBY periode


kedua dan pemerintahan Jokowi ?

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan SBY periode
kedua dan pemerintahan Jokowi

9
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Landasan teori


2.1.1 Kinerja dan Pengukuran kinerja Pemerintah
Konsep dalam kinerja pada umumnya merupakan suatu pengukuran dan
pengevaluasian terhadap suatu proses dalam kegiatan yang dilakukan.
Sedarmayanti (2011:260) mengungkapkan bahwa kinerja merupakan terjemahan
dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen
atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat
ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar
yang telah ditentukan).
Wibowo (2010:7) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Menurut Simanjuntak (2018), kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu dalam hal ini mencakup kinerja individu, kinerja kelompok,
kinerja perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern.
Mangkunegara (2009), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepaanya.
Menurut siswanto (dalam Muhamad sandy 2015:11) kinerja ialah prestasi yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
Wirawan (2009:5) menyebutkan bahwa kinerja merupakan singkatan dari
kinetika energi kerja yang padanannya alam bahasa inggris adalah performance.
Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator
suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Berdasarkan pengertian kinerja
dari beberapa para ahli tersebut, dapat ditafsirkan bahwa kinerja karyawan erat kaitanya
dengan hasil pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat
menyangkut kualitas, kuantitas dan ketetapan waktu.
(BPKP dalam Abdullah, 2014:145) Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif
yang mengembangkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan.

10
Menurut Surya Dharma (2012:83), mengemukakan bahwa indikator kinerja
sebagai berikut:
1. Konsisten
2. Tepat
3. Dapat diukur
4. Dapat dicapai
5. Menantang
6. Disepakati
7. Dihubungkan dengan waktu
8. Berorientasikan kerja kelompok

Menurut Mardiasmo (2009), sistem pengukuran kinerja pada organisasi sektor


publik merupakan serangkaian sistem yang memiliki tujuan untuk membantu
manajemen publik mengambil keputusan strategis melalui informasi keuangan dan
informasi non keuangan.

(Abdullah, 2014:114) standar kinerja merupakan tingkat kinerja yang diharapkan


dalam suatu organisasi, dan merupakan pembanding (benchmark) atau tujuan atau
target tergantung pada pendekatan yang diambil. Standar kinerja yang baik harus
realistis, dapat diukur dan mudah dipahami dengan jelas sehingga bermanfaat baik bagi
organisasi maupun karyawan.

Standar kinerja menurut Wilson (dalam Da Silvia, 2012:53) adalah tingkat yang
diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat dislesaikan, dan merupakan
pembanding (benchmark) atas tujuan atau target yang inggin dicapai, sedangkan hasil
pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh seorang karyawan dalam mengerjakan
pekerjaan sesuai persyaratan pekerjaan atau standar kerja.

Penerapan pengukuran kinerja membantu pemerintah untuk mengukur tingkat


keberhasilan yang dicapai (Verbeeten, 2008).

Dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja, khususnya dalam organisasi sektor


publik merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menilai kemudian mengevaluasi
apa yang yang menjadi capaian kinerja yang dilakukan dan apa yang menjadi
kelemahan kinerjanya dan dapat dipakai sebagai alat untuk mengambil keputusan
dalam pemerintahan.

11
2.1.2 Kinerja Bidang Pertumbuhan Ekonomi
Keberhasilan perekonomian dalam suatu negara merupakan berkat kerja sama
dan terimplementasinya strategi pemerintah dalam mengatasi suatu masalah di bidang
ekonomi. Sama terkaitnya keberhasilan ekonomi suatu negara akan menjadi keberhasilan
dalam pembangunan ekonomi. Namun terdapat perbedaan antara pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi.Prof. Simon Kuznet, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam keampuan suatu negara untuk meyediakan
semakin banyak jenis barang barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini
tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang diperlukan (jinghan, 2012:57). Sadono Sukirno berpendapat bahwa
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang
berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri,
perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahn produksi sektor
jasa dan pertambahan dan produksi barang modal. Untuk memberikan suatu gambaran
kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang selalu
digunakan adalah tingkat pertumbuhan penapatan nasional rill yang dicapai
(Sukirno,2011: 423).
Sedangkan pembangunan ekonomi adalah selain segi peningkatan produksi
secara kuantitatif, proses pembangunan juga mencakup perubahan pada komposisi
produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi) sumber daya produksi
(productiveresources) di antara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola
pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berbagai golongan pelaku
ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam
kehidupan masyarakat secara menyeluruh (Chalid;2015). Pada dasarnya, keberhasilan
perekonomian tidak serta merta ditemukan begitu saja akan tetapi mempunyai beragam
indikator untuk menentukan tingkat keberhasilan ekonomi. Sebagaimana dengan adanya
indikator yang digunakan maka indikator tersebut mampu menjelaskan bagaimana
perekonomian dapat berlangsung dan berkontribusi terhadap keberhasilan ekonomi
negara dengan menghasilkan angka-angka yang valid dan relevan sehingga menjadi
acuan dalam tingkat keberhasilan selanjutnya.
Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur perekonomian negara
adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, di mana dalam pertumbuhan ekonomi menjelaskan
bagaimana ekonomi suatu negara dapat tumbuh dan berkembang sehingga dapat

12
memajukan negara, yang pada akhirnya secara tidak langsung akan merangsang
perbaikan politik, sosial, dan budaya.
Menurut Lincolin Arsyad (2015;56) dalam bukunya mengemukakan
pengelompokan dari teori pertumbuhan yang dimulai dari mazhab historismus, teori
klasik, teori keynesian, teori neo-klasik, teori pertumbuhan endogen, teori Schumpter,
dan teori ketergantungan. Jika dikelompokkan lagi, maka ada dua kelompok besar dalam
teori pertumbuhan ekonomi, yaitu mazhab klasik dan mazhab analitik. Mazhab klasik
mengemukakan tentang efektivitas mekanisme pasar bebas dan mazhab analitik
mengungkapkan tentang peranan pemerintah untuk mengatasi kegagalan pasar bebas
yang selanjutnya teori ekonomi modern termasuk dalam mazhab analitik (Ma’ruf:2008).
Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman yang semakin cepat maka teori pun akan
mengalami pergeseran dan pengalami penyesuaian terhadap zaman yang sedang
berlangsung. Sehingga dengan adanya penyesuaian tersebut, di mana sekarang adalah
zaman modern maka penyesuaian terhadap landasan teori juga dipilih untuk teori yang
mendekati perkembangan ekonomi di zaman modern ini.
Simon Kuznet yang pada waktu itu menerima hadiah Nobel Ekonomi, mampu
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi modern yang mirip dengan karakteristik zaman
sekarang ini, yaitu sebagai peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan
barang-barang ekonomi bagi penduduknya, kenaikan pada kemampuan ini disebabkan
oleh adanya kemajuan teknologi, kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang
dibutuhkannya (Arsyad:2015:277) yang mempunyai komponen pokok :
a. Kenaikan output nasional secara terus-menerus yang berasal dari pertumbuhan
ekonomi dan kemampuan suatu perekonomian dalam menyediakan berbagai
macam barang ekonomi dan sebagai kematangan ekonomi
b. Kemajuan teknologi merupakan syarat perlu dalam merealisasikan pertumbuhan
ekonomi yang terkandung dalam teknologi baru
c. Penyesuasian kelembagaan, sikap, dan ideologi dalam tata ekonomi negara.

Sehingga, jika diruntut dari berbagai teori pertumbuhan ekonomi maka akan
menemukan empat faktor utama (Arsyad:2015:269), yaitu :
a. Akumulasi modal.
Tingkat akumulasi modal yang sudah dikumpulkan akan banyak membantu
dalam proses pertumbuhan ekonomi suatu negara. Artinya, modal tersebut berasal

13
dari investasi yang digunakan untuk menambah output. Akumulasi modal sebagai
investasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
 Investasi langsung. Investasi langsung memberikan dampak secara langsung
terhadap perubahan kondisi output. Penambahan atau pun penggantian
infrastruktur yang baru dalam produksi menimbulkan output yang lebih
banyak.
 Investasi tidak langsung. Misalnya dalam suatu produksi dengan
menambahkan manfaat yang lain, sehingga produk tersebut menjadi bernilai
tambah dan dapat dijual dipasaran dengan daya kualitas dan bernilai tinggi.
 Investasi insani. Jenis investasi ini akan mempengaruhi individu atau sumber
daya manusia. Pengembangan yang dilakukan terhadap sumber daya manusia
akan berdampak pada kualitasnya sehingga mempunyai daya saing yang
tinggi. Melalui sumber daya yang berkualitas maka dapat mempengaruhi
perekonomian negara dengan menciptakan beragam inovasi dan dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi secara efisien dan efektif.
b. Pertumbuhan penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini hubungannya adalah
dengan peningkatan angkatan kerja. Usia yang produktif merupakan harapan
bahwa suatu negara dapat meningkatkan pendapatan riil nya yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena dapat meningkatkan pasar
dalam negeri yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran terhadap suatu
produk dalam negeri. Permintaan yang lebih banyak akan meningkatkan daya beli
masyarakat seiring mendapatkan pendapatan yang proporsional. Jika ditelusuri dan
dihubungkan dari pertumbuhan ekonomi ke pembangunan manusia (Brata:2008),
maka pembangunan manusia akan menjadi penting untuk dikembangkan dengan
memanfaatkan pertumbuhan penduduk di mana penduduk yang walaupun sesuai
pendapatan yang diterima akan membelanjakan pendapatan mereka.
c. Kemajuan teknologi
Sistem teknologi yang baru akan memberikan dampak yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Menurut Solow-Swan (1956), terdapat pengaruh yang
dominan dengan adanya peranan teknologi dan Sadono Sukirno (2009)
menyatakan bahwa dengan adanya teknologi akan menghasilkan per output secara

14
bekelanjutan dengan tingkatan yang lebih tinggi. Penelitian menyebutkan bahwa
kemajuan teknologi dapat mencapai tiga tujuan penting.
 Pertumbuhan (growth), yaitu adanya suatu sumber daya yang ada dibutuhkan,
dialokasikan, dan digunakan untuk kegiatan produktif secara maksimal
 Pemerataan (equity), yaitu ada pengalokasian dan pendistribusian yang sama
tiap daerah sehingga tidak menimbulkan hanya satu atau beberapa titik fokus
yang dilihat untuk melaksanakan pertumbuhan sehingga semua orang dapat
menikmati teknologi sebagai pemerataan
 Berkelanjutan (sustainbility), yaitu di mana dalam teknologi yang digunakan
mampu memberikan jumlah produksi yang maksimal dan mempunyai titik
batas optimum untuk melakukannya sehingga harus dilaksanakan secara
berkesinambungan.
d. Kelembagaan.
Dalam proses pertumbuhan ekonomi dewasa ini, peranan kelembagaan sangat
dominan karena memberi dampak secara langsung terhadap perubahan. North
(1991) mengemukakan bahwa peranan kelembagaan mempunyai posisi sentral
yang sangat mempengaruhi peranan ekonomi. Dalam melaksanakan peranan
ekonomi tersebut, North menyebutkan bahwa kelembagaan yang dimaksud adalah
segenap aturan atau kebijakan yang sifatnya mengikat yang mempengaruhi
kehidupan bernegara. Scully (1988) menyatakan bahwa adanya hubungan saling
terkaitnya antara lembaga yang mengatur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang dibuktikan dengan adanya empat fungsi institusi (Rodrik:2000), yaitu :
 Pencipta pasar, terdapat lembaga yang melindungi hak kepemilikan dan
menelusur kepastian pelaksanaan suatu kontrak kerja.
 Pengatur pasar, adanya sistem regulasi terhadap komunikasi dan informasi
antar pasar sehingga mampu menekan biaya transaksi atas informasi tersebut.
 Stabilitas pasar, diperlukan untuk menjaga kestabilan perekonomian secara
menyeluruh dan penguatan terhadap sistem keuangan
 Legitimasi pasar, menerapkan perlindungan terhadap kebergunaan sosial dan
penggunaan asuransi terhadap masalah yag rawan konflik.

Pertumbuhan ekonomi merupakan pembahasan global dewasa ini di mana


pertumbuhan ekonomi memainkan peran penting dalam kemajuan suatu negara untuk
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Pertimbangan umum dalam

15
pertumbuhan ekonomi menekankan pada output nasional bahwa semakin tinggi produk
domestik bruto per kapita maka akan semakin maju dan makmur negara yang
bersangkutan di mana dalam pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat umum
(Sulistiawati:2012). Jika dilihat secara garis besar, maka dapat dapat dikatakan bahwa
output nasional tersebut merupakan hasil dari keempat faktor pembentuk pertumbuhan
perekonomian. Besarnya output nasional yang dihasilkan pada suatu perekonomian dapat
memberikan ilustrasi awal bahwa output nasional tersebut mampu mengukur seberapa
efisien sumber daya (antara lain tenaga kerja dan barang modal) digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa, juga memberikan ilustrasi tentang produktivitas dan
tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur tingkat kemakmuran adalah output nasional
per kapita, sedangkan alat ukur produktivitas rata-rata adalah output per tenaga kerja
(Raharja dan Manurung dalam Sulistiawati:2012).

Dengan demikian, teori-teori tersebut mampu menjelaskan tentang keadaan


perekonomian yang ada di dunia modern saat ini, khususnya Indonesia. Berbagai
perubahan dan kebijakan yang ditempuh negara Indonesia ternyata menimbulkan
beragam persepsi publik tentang pemerintahan yang sedang berkuasa terhadap kinerja
ekonomi yang dijalankannya terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi. Perspektif
publik memuncak ketika terjadi perubahan angka yang merupakan suatu pengukuran
dalam indikator pertumbuhan perekonomian negara, baik itu baik atau buruk sehingga
publik akan menilai kinerja pemerintah dalam bidang ekonomi tersebut. Dalam hal ini
sesuai dengan topik pembahasan, yaitu perbedaan kinerja ekonomi dalam hal
pertumbuhan ekonomi masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode dua dan
Joko Widodo akan dikaji seberapa capaian kinerja ekonomi terutama pertumbuhannya
pada masa dua pemerintahan tersebut.

2.2. Penelitian Terdahulu


Ma’ruf (2008) mengungkapkan dalam penelitiannya yang berjudul pertumbuhan
ekonomi : determinan dan prospeknya bahwa variabel PDRB memberikan dampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah juga memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, demikian pula variabel openness,
sumberdaya alam, lokasi, dan variabel desentralisasi sebagai peran kelembagaan juga
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara variabel
populasi memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk bukan angkatan kerja yang jumlahnya cukup besar akan

16
menurunkan rata‐rata produktivitas penduduk yang menjadi angkatan kerja yang
berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menurut Aswicahyono (2017) dalam CSIS Working Paper mengungkapkan bahwa
Presiden SBY masih kurang efektif dalam menekankan iklim investasi yang merupakan
warisan dari Presiden Megawati dan lebih menekakan pada stabilitas makroekonomi
yang disebut pemberdayaan daya beli masyarakat sehingga mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada Presiden Jokowi iklim investasi juga masih jauh
dari harapan karena memang pada saat itu semua regulasi terkait sedang diuji dan belum
didelegasikan kepada seluruh dinas terkait. Regulasi tersebut dimuat dalam Paket
Kebijakan Ekonomi.
OECD (2015) dalam survei ekonominya memberikan pesan utama terhadap
pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir telah
menguat sejak Krisis Asia, namun akhir-akhir ini mulai melambat dikarenakan adanya
pelemahan permintaan internasional terhadap produk Indonesia, jatuhnya harga
komoditas utama Indonesia, pertumbuhan investasi yang rendah, dan sebagian besar
karena birokrasi pemerintahan yang kurang stabil dan tidak pasti menimbulkan
terhambatnya infrastruktur negara.
Sulistiawati (2012) menjelaskan bahwa temuannya tersebut berbanding terbalik
terhadap apa yang sudah dipersepsikan walaupun menguji investasi pada pertumbuhan
ekonomi. Penelitiannya pada saat itu menggunakan data pada tahun 2006 sampai dengan
2010 dan diperoleh bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan namun
mempunyai hubungan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja provinsi di
Indonesia. Bermakna bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja provinsi di Indoensia. Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada
bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai komponen investasi, tenaga kerja, dan
penduduk.

2.3. Rumusan Hipotesis


Berdasarkan asumsi yang diterima, pertumbuhan ekonomi tergantung pada kebijakan
dan peraturan pemerintah sebagai fundamental perekonomian. Perekonomian yang
sedang berlangsung merupakan berkat kinerja pemerintah yang telah dijalankan. Namun,
berbagai sumber menyebutkan bahwa data yang diperoleh berbeda antar pemerintah
dalam hal pertumbuhan ekonomi. Perbedaan tersebut terletak pada bagian apa dan
dimana sehingga penelitian untuk mengkaji hal tersebut dibuat.
17
Berdasarkan kajian dari berbagai sumber baik dari teori maupun dari penelitian,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dengan Joko Widodo.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Suatu penelitian mempunyai sebuah rancangan yang digunakan untuk
mengumpulkan dan membuat analisis tentang data yang sudah terkumpul yang pada
akhirnya akan menyimpulkan apa sebenarnya yang ada pada data tersebut. Dalam
penelitian ini rancangan penelitan pada mulanya adalah dengan menentukan alat yang
digunakan, cara mengambil dan mengumpulkan data kemudian menganalisis data yang
sudah diambil. Pada rancangan penelitian ini mengunakan tipologi eksplanatori, yaitu
untuk menguji, menganalisis,lalu menjelaskan tentang pengujian yang dihasilkan .

3.2 Populasi, Sampel, Teknik Penarikan Sampel

Penelitian yang mengunakan sampel mempunyai banyak keunggulan karena dalam


suatu sampel mewakili populasi yang digunakan. Namun, sampel tersebut harus sesuai
dengan apa yang dijelaskan oleh populasi. Penggunaan sampel akan lebih efektif karena
tidak harus mencakup seluruh populasi dan populasi tersebut dihasilkan oleh sensus yang
besar dan mempunyai biaya yang mahal. Populasi dalam penelitian ini adalah kinerja
ekonomi dalam bidang pertumbuhan ekonomi dari negara yang dibangun oleh
pemerintah selama sepuluh tahun dengan rincian lima tahun pemerintahan SBY dan jika
digenapkan sampai sekarang ini adalah empat tahun masa pemerintahan Jokowi.
Kemudian, sampel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi kumulatif atau total
per tahun yang diambil dari Produk Domestik Bruto metode pengeluaran atas dasar harga
berlaku. Jika dirinci maka akan menggunakan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
masa pemerintahan SBY dan tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 adalah masa
pemerintahan Jokowi dengan tahun tersebut adalah tahun penggenapan dari masa lima
tahunan per pemerintahan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitian ini akan menggunakan sampel yang
merupakan penggenapan masa pemerintahan, yaitu selama tiga tahun dan yang akan
diambil adalah pada tahun ketiga kedua pemerintahan tersebut, yaitu tahun 2012 dan
2017 karena pada saat penelitian ini dibuat masa pemerintahan Jokowi belum genap,
tahun 2018 adalah genap empat tahun.

19
3.3. Variabel : Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja ekonomi pada bidang pertumbuhan
ekonomi sebagai variabel X, artinya sebagai variabel dependen dan pemerintahan SBY
dan Jokowi adalah sebagai variabel Y, yiatu variabel independen.
Definisi operasional perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman dasar sebagai
pedoman untuk penelitian selanjutnya. Terlebih lagi, dalam definisi operasional
merupakan suatu kajian khusus yang memuat rentang, ruang lingkup, dan data yang akan
dikumpulkan kemudian dianalisis dan selanjutnya akan dijabarkan pemilihan variabel
tersebut sehingga data dapat dipilih dengan tepat. Menurut catatan dari Solehah (2016),
dalam penelitian deskriptif kualitatif, dalam hal ini juga dihubungkan dengan penelitian
komparatif, jarang menggunakan definisi operasional variabel karena kurangnya
penggunaan relasi antar variabel sehingga hipotesisnya pun tidak dinyatakan dalam
hipotesis murni kuantitatif.
Dari pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa makna khusus dalam penelitian ini
ada dalam variabel pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan
pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan pengukuran yang dilakukan untuk
menemukan angka-angka yang valid dan mempunyai realibilitas. Pada dasarnya,
mengukur tingkat pertumbuhan mempunyai beberapa cara, yaitu dilihat dari pendekatan
pendapatan, pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran (Algifari, dkk:2016).
Kemudian pada pendekatan pendapatan yang dilihat dari sektor-sektor ekonomi
(lapangan usaha) dan pendekatan pengeluaran, dijabarkan dengan metode atas dasar
harga konstan atau atas dasar harga berlaku. Pada dasarnya, penggunaan metode atau
pendekatan yang digunakan akan diperoleh nilai yang sama dengan catatan
menggunakan dasar harga yang sama pula. Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pengeluaran dan berdasarkan harga
berlaku. Rumus umum pendekatan pengeluaran adalah :

Y = C + I + G +X – M

dengan keterangan :
Y = pendapatan nasional
C = pengeluaran konsumsi rumah tangga
I = pengeluaran investasi domestik bruto
G = pengeluaran belanja pemerintah

20
X = penerimaan ekspor
M = pengeluaran impor

3.4. Lokasi dan Waktu Studi


Lokasi berada di Negara Indonesia terutama pada lingkup data pemerintahan SBY
dan Jokowi dengan waktu studi adalah tahun 2018.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Data yang diambil berdasarkan sumber yang ada pada berbagai buku, jurnal, dan riset-
riset yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Data deskriptif bersumber dari data
yang dikeluarkan oleh BPS dan tim riset CNBC yang menunjukkan data dan grafik dari
indikator pertumbuhan ekonomi. Menurut [ CITATION Rum13 \l 1057 ] ketika melakukan
tahap statistik adanya suatu pengumpulan data yang akan diolah yang pada umumnya
sumber data memiliki dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung
oleh peneliti atau pihak pertama.
b. Data Sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dalam penelitian atau dari pihak lain yang terkait dengan objek yang diteliti. Data
ini bisa diperoleh dari studi pustaka berupa buku, referensi, dokumen, dan
sebagainya yang berfungsi untuk melengkapi data primer.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh, maka dalam penelitian ini menggunakan
data sekunder yang dalam kajiannya membahas tentang perekonomian Indonesia yang
dapat ditelusur dari pertumbuhan ekonominya.

3.6. Pengumpulan Data.


Data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber terutama berbagai jurnal dan
riset yang berhubungan dengan penelitian. Namun, data akurat diperlukan untuk
memastikan bahwa data yang ada dalam penelitian adalah benar adanya. Maka dari itu,
data yang dikumpulkan berasal dari lembaga atau sumber data yang resmi. Jika data
berupa data angka, maka diambil dari BPS dan CNBC. Jika data berupa aspek deskriptif
penelitian maka diambil dari buku, jurnal dan berbagai sumber yang sah.

3.7. Analisis Data


a. Model analisis data.

21
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis beda dua
rata-rata populasi pada variabel sampel independen. Pengujian ini dimulai dari suatu
dugaan (hipotesis) terhadap beda dua rata-rata populasi, kemudian untuk menguji
dugaan tersebut digunakan sampel pada masing-masing populasi. Sampel yang satu
independen terhadap sampel lain. Dengan kata lain, anggota dari suatu sampel tidak
boleh merupakan anggota dari sampel yang lain.
b. Teknik analisis data.
Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dikembangkan menjadi data yang
bersifat inferensial untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang telah
dikembangkan. Dengan demikian, statistik inferensial yang akan digunakan
menggunakan perumusan :
 Merumuskan hipotesis
H 0 :μ 1=μ2
H A : μ1 ≠ μ2
 Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5%, kemudian akan dibagi 2 sesuai
dengan uji dua sisi
 Untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata pada sampel (n) kurang dari 30
menggunakan rumus uji distribusi nilai hitung sebagai berikut :

X́ 1− X́ 2
t=
S X́ − X́
1 2

( n1−1 ) s21 +( n2−1) s2 S1 2 S2 2


S X́ −X́ =
1 2
√ n1+¿ n −22
2
¿x
√ +
n1 n2

 Dasar pengambilan keputusan dari pengujian ini adalah:


Berdasarkan t hitung dan z tabel :
a. Jika statistik nilai hitung (t hitung) >nilai kritis (t : α/2;df), maka H0 ditolak.
b. Jika statistik nilai hitung (t hitung)<nilai kritis (t : α/2;df), maka H0 diterima.

22
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Analisis Data Deskriptif
Penggunaan analisis deskriptif suatu penelitian adalah gambaran umum yang
merupakan ringkasan dari data yang diambil dan dimaksudkan bukan untuk pengambilan
suatu keputusan atas data terkumpul. Menurut Toswari [ CITATION 2015 \l 1057 ],
penggunaan analisis data deskriptif pada dasarnya merupakan proses transformasi data
penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpresikan. Toswari
lebih lanjut mengatakan bahwa tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturanatau
penyusunan data dalam bentuk tebel numeric dan grafik. Statistic deskriptif umumnya
digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variable
penelitian yang utama dan data demografi responden (jika ada).
Berdasarkan hal tersebut, dibawah ini akan disajikan perolehan data dari penelitian
perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan SBY dan Jokowi antara tahun 2012 dan
tahun 2017.
Tabel 3

23
Sumber : BPS dan diolah kembali
Selanjutnya, data yang telah dikumpulkan tersebut akan dianalisa berdasarkan
analisis deskriptif yang merupakan ringkasan atas data yang diperoleh. Berikut ini
merupakan penyajian dari analisis data deskriptif yang diperoleh dalam bentuk variabel
ringkasan statistik.
Tabel 4

Sumber : BPS dan diolah kembali

Jika data PDB Pengeluaran tersebut disajikan dalalm bentuk grafik, maka akan
nampak pada Tabel 5.

24
Tabel 5

Sumber : BPS dan diolah kembali

4.1.2. Analisis Data Induktif


Dalam analisis data induktif, data yang terkumpul akan dianalisis kemudian akan
disimpulkan berdasarkan hipotesis yang diuji. Analisis data induktif merupakan analisis
yang dipakai berdasarkan data yang diperoleh dan digunakan sebagai pengujian atas data
yang terkumpul sehingga akan menarik kesimpulan. Perbedaan utama suatu data analisis
pada penelitian, yaitu pada data deskriptif dan induktif terdapat pada kesimpulan yang
akan dibuat. Sebenarnya, data deskriptif tidak boleh disimpulkan karena pengujian yang
kurang akurat dan hanya sebatas data yang nampak, sedangkan data induktif lebih akurat
karena menganalisis apa yang terdapat didalamnya.
Pada penelitian ini, pengujian perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan SBY
dan Jokowi, dibuat berdasarkan analisis pengujian hipotesis beda dua rata-rata populasi
sampel independen dan dibuat menggunakan Microsoft Excel dengan pengujian t-Test:
Two-Sample Assuming Unequal Variances. Pada pengujian hipotesis tersebut, terlebih
dahulu akan dikelompokkan berdasarkan tahapan uji hipotesis. Dibawah ini,
menunjukkan data analisis induktif.

25
Tabel 6

Sumber : BPS dan diolah kembali

Dengan demikian, data atas analisis induktif tersebut dapat dijelaskan dan diketahui
bagaimana data berasal sebagai berikut :
1. Rumusan hipotesis
Ho: Tidak terdapat perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dengan Joko Widodo

Ha: Terdapat perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan Susilo Bambang


Yudhoyono dengan Joko Widodo

2. Menentukan nilai kritis


Tingkat signifikansi adalah suatu tingkat kebenaran yang kebenaran tersebut
tidak bisa lepas dari persoalan yang akan dikaji dan ditelusuri. Tingkat siginifikansi
merupakan asumsi kebenaran, di mana dalam penelitian ini menggunakan
signifikansi sebesar 5%, artinya asumsi kebenaran dianggap 95% dan kemungkinan
terjadi kesalahan adalah sebesar 5%. Penggunaan uji dua sisi, mengakibatkan tingkat
signifikansi sebesar 5% akan dibagi dua, sehingga masing-masing sisi memperoleh

26
probabilitas 2,5%. Dengan demikian, nilai kritis yang juga bisa disebut dengan
pembatas daerah penerimaan dan penolakan Ho adalaht 0,025; 8 = ± 2,31

3. Menentukan nilai hitung


Nilai hitung merupakan nilai distribusi keberadaan data yang diperoleh. Dapat
dikatakan, nilai hitung adalah letak suatu data yang diuji merujuk pada tempat data
tersebut berada. Sehingga nilai hitung berdasarkan penelitian yang dianalisis adalah
t hitung: -0,88.

4. Keputusan
Dengan demikian, data yang diperoleh ternyata nilai hitung (-0,88) kurang dari
nilai kritis (± 2,31), sehingga data yang dapat diperoleh adalah menerima Ho dan
menolak Ha.

4.2. Pembahasan
Penggunaan alat uji analisis dua rata-rata populasi dengan sampel independen
menyatakan bahwa adanya penerimaan Ho dan menolak Ha, berarti tidak terdapat
perbedaan kinerja ekonomi antara pemerintahan SBY dan Jokowi. Hal tersebut, bisa jadi
tidak mengejutkan karena memang data yang diperoleh dan yang ditunjukkan merupakan
data dari pertengahan masa mereka memimpin, yaitu menggunakan tahun 2012 dan 2017.
Pemerintahan SBY yang mendapat kemudahan pada tahun-tahun awal memerintah
yang pada akhirnya mulai merosot dalam pemerintahan selanjutnya. Keadaan ekonomi
global juga menyeret perekonomian Indonesia terpaksa masuk kedalmnya. Pada tahun
2012 terdapat ketidakpastian global yang semakin meluas karena adanya krisis Yunani dan
pada tahun 2017 masih adanya ketidakpastian global karena menguatnya perekonomian
Amerika Serikat yang dilanjutkan perang dagang dengan Tiongkok yang menyebabkan
jatuhnya negara-negara yang kurang mampu mengendalikan keadaan ekonominya. Hal
tersebut merupakan faktor eksternal, namun akan menyangkut perekonomian dalam
negeri. Seperti halnya harga komoditas ekspor yang melonjak naik kemudian turun,
kecenderungan investor yang merasa waspada terhadap perekonomian dalam negeri
karena terseret arus global, dll.
Pembangunan infrastruktur yang sedang menjadi primadona mulai tahun 2014 masa
Jokowi memerintah hingga sekarang ini yang dicanangkannya menjadi paradoks bahwa

27
pertumbuhan ekonomi menjadi turun lajunya dan tidak pada realisasi angkanya. Hal
tersebut dimungkinkan memang saat sekarang ini fokus pada pembangunan infrastruktur,
namun dikemudian hari akan menambah produktifitas dalam negeri. Jika dilihat secara
kasat mata, memang PDB diantara tahun 2012 dan 2017 akan berbeda dan laju
pertumbuhannya yang berbeda pula. Data BPS menyebutkan bahwa laju pertumbuhan
tahun 2012 sekitar 6,2% sedangkan tahun 2017 sebesar 5,07%. Dilihat cenderung turun,
namun ternyata kinerja diantara keduanya tidak mempunyai perbedaan.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pergantian pemerintah yang berkuasa menyebabkan berbagai kebijakan dan
peraturan yang dibuat juga berbeda sehingga berdampak pada keadaan ekonomi yang
sedang berlangsung. Keadaan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kinerja pemerintah
yang sedang memimpin. Pada pemerintahan SBY, PDB metode pengeluaran mampu
memunculkan angka 8.241,9 triliun rupiah sedangkan Jokowi mampu mencapai
13.588,88 triliun rupiah. Walaupun data secara umum tersebut berbeda secara signifikan,
namun secara garis besar kesimpulan yang didapat adalah tidak terdapat perbedaan
kinerja ekonomi antara pemerintahan SBY dan Jokowi yang merupakan daerah
penerimaan Ho terhadap uji suatu hipotesis.

5.2. Saran
Saran yang bisa diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Data yang diambil tersebut merupakan data berdasarkan informasi terkini, yaitu
tahun 2017 yang merupakan masa tiga tahun Jokowi memimpin sehingga akan
dibandingkan dengan masa SBY pada tahun 2012 yang masa kepemimpinan tahun
ketiga periode dua. Dengan demikian, diharapkan penelitian selanjutnya
menganalisis data pada tahun keseluruhan sebagai populasi atau penggunaan data
tahun terkini pada penelitian selanjutnya.
2. Mengambil data pada PDB pengeluaran, sehingga komponen kurang bervariasi dan
selanjutnya diharapkan untuk mengambil data PDB produksi, atau PDB berdasar
lapangan usaha atau pendapatan sehingga lebih bervariasi dan mampu melihat
perbedaannya.
3. Menggunakan alat uji hipotesis yang paling sederhana yaitu beda dua rata-rata
populasi sampel independen yang mempunyai banyak kelemahan, sehingga
disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan alat uji yang lain yang masih
terkait.

29
DAFTAR PUSTAKA

Algifari, & dkk. (2016). Ekonomi Makro Pengantar. Seturan: STIE YKPN.
Arsyad, L. (2016). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Aswicahyono, H., & Christian, D. (Agustus 2017). CSIS Working Paper. Perjalanan
Reformasi Ekonomi Indonesia 1997-2016.
Brata, A. G. (2008). Jurnal Ekonomi Pembangunan. Pembangunan Manusia dan Kinerja
Ekonomi Regional Indonesia.
CNBC, T. R. (2017). Tahun-tahun Menentukan : Tinjauan Tematik Kinerja Ekonomi Jokowi-
JK.
DHITHA, N. (2016). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 1984-2013. 18-19.
Echdar, S. (2014). Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Pengembangan
Human Capital, 375.
Gerry Hartajunika, E. S. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi
Sektor Publik.
Inayati, N. I. (2018). Implementasi Pengukuruan Kinerja pada Organisiasi Sektor Publik,
Hal. 2-3.
Ma'ruf, A., & Wihastuti, L. (2008). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia : Determinan dan
Prospeknya, hal. 46-48;54.
MSF, H. (2015). pengaruh kompetensi terhadap kinerja karyawan bidang produksi dengan
pemberian insentif sebagai variable moderatory. 09-10.
Mursidin, N. (2017). Pengukuran Kinerja Sektor Publik Ditinjau dari Perspektif Balanced
Score Scard, Hal. 10-11.
OECD. (Maret 2015). Ikhtisar. Survei Ekonomi OECD Indonesia.
Pratiwi, A. (2013). Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Pos
Indonesia (Persero) Kantor Cabang Bangkalan.
Ramadhan, R. (2018). Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Anggota Koperasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Solehah, H. (2016, Desember 31). Definisi Operasional dalam Pendekatan Analisis
Kuantitatif. Dipetik Oktober 23, Pukul 11.26 WIB, 2018, dari
http://hafiatuns18.blogspot.com/2016/12/definisi-operasional-dalam-pendakatan.html
Sulistiawati, R. (2012). Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan
Tenaga Kerja Serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia.
Tukino. (2012). Kajian Kesejahteraan Rakyat dan Kesejahteraan Negara di Indonesia.

30
31

Anda mungkin juga menyukai