Anda di halaman 1dari 48

BRIEF PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

LITERATURE REVIEW

Oleh:
Maria Natalia Ponga
NIM : 01.2.17.00614

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1


STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemenkes 2014 mendefinisikan diabetes melitus sebagai suatu

penyakit yang berkarakteristik hiperglikemia yang disebabkan adanya

kelainan sekresi insulin maupun kerja insulin (Khasanah & Sugiyanto. 2018).

Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu tipe 1 atau diabetes juvenile dan diabetes tipe

2 yaitu diabetes yang diperoleh pada masa dewasa (Nuryatno, 2019). Dalam

hal ini ada kaitannya dengan kualitas hidup pasien yang tidak baik dan jika

tidak segera ditangani maka akan memengaruhi terhadap kualitas hidup

penderita (Khasanah & Sugiyanto. 2018). Kualitas hidup yang buruk yang

dirasakan penderita diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena persepsi

penderita terhadap penyakit yang dideritanya tidak mengalami kesembuhan

dan peningkatan sehingga kondisi fisik, psikologis, aktivitas, hubungan sosial

dan lingkungan menjadi terganggu (Sofia, dkk. 2013). Penderita diabetes

melitus mengalami penurunan kualitas hidup disebabkan oleh self efficacy

yang rendah serta keputusasaan hidup. Pengukuran kualitas hidup bersifat

multidimensi yang mencakup fungsi fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan

kualitas hidup secara hidup dan pengukuran ini bisa dilakukan dengan

kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (Tamara, dkk. 2014).

Populasi penderita diabetes melitus menurut data WHO tahun 2016

dimana 70% penyakit tidak menular termasuk penyakit diabetes menjadi

angka yang tertinggi dari total kematian di dunia serta diabetes tipe 2

menduduki angka 90-95% kasus diabetes pada umumnya. Menurut


International Diabetes Federation (IDF) Atlas memaparkan negara Indonesia

termasuk negara yang menduduki peringkat keenam di dunia setelah

Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dimana didapatkan

data sekitar 10,3 juta orang penderita diabetes pada rata-rata usia 20-79 tahun.

Berkaitan dengan hal sebelumnya, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

menjelaskan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap

prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 6,9% di tahun 2013 dan terus

meningkat menjadi 8,5% di tahun 2018. Menurut penelitian yang dilakukan

Sasmiyanto dalam jurnal kesehatan primer menyebutkan bahwa prevalensi

diabetes melitus di Jawa Timur berada pada urutan kelima di Indonesia yaitu

mencapai angka 2,6% di tahun 2018 dimana sebelumnya menurun 2,1%

tahun 2013 sedangkan di Jawa Timur prevalensi diabetes melitus pada rata-

rata 1,25% dari seluruh jumlah penduduk (Sasmiyanto. 2019). Survei yang

dilakukan di Puskesmas Ngadiluwih Kabupaten Kediri didapatkan data

selama 3 bulan terakhir bahwa jumlah penderita diabetes melitus yaitu

sebanyak 819 orang (Etika & Monalisa. 2016). Penelitian Yuniati (2018)

menunjukkan dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 34

responden (60,7%) dengan kualitas hidup pasien buruk 24 responden

(42,9%). Menurut hasil penelitian Parinduri, dkk (2016) diketahui bahwa dari

30 responden, kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe II terdapat 19 orang

dalam kategori buruk (63,34%) dan sebanyak 11 orang dalam kategori baik

(36,66%). Hasil pengukuran kualitas penderita diabetes melitus tipe II

didapatkan bahwa kategori buruk sebanyak 22 orang (51,2%) dan kategori

baik sebanyak 21 orang (48,8%) (Nuryatno. 2019). Berdasarkan penelitian


yang dilakukan Sofia, dkk (2013) prevalensi frekuensi kualitas hidup pada

penderita diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kuningan

menunjukkan persentase kategori buruk 48,9% dan persentase kategori baik

51,1%.

Kualitas hidup merupakan salah satu faktor dalam kesejahteraan

kesehatan masyarakat Indonesia (Purmanti. 2017). Dalam hal ini ditekankan

kualitas hidup pasien yang tidak baik dan jika tidak segera ditangani maka

akan memengaruhi terhadap kualitas hidup penderita (Khasanah & Sugiyanto.

2018). Kualitas hidup yang rendah pada pasien diabetes melitus dipengaruhi

oleh berbagai komplikasi diabetes melitus seperti obesitas, hipertensi, dan

perubahan fungsi seksual (Yuniati. 2018). Peningkatan kualitas hidup adalah

bagian dari suatu program tujuan akhir yang meliputi rehabilitasi medik dan

mobilitas. Oleh karena itu hal ini termasuk aspek yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup seseorang (Tamara. 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup menurut Teori Baltes diantaranya keadaan personal yang

meliputi kesehatan dan dukungan keluarga, persepsi dan kemampuan adaptasi

terhadap perubahan, konteks sosial dan historis hidup individu saat ini, faktor

biologis, faktor sosiokultural dan faktor individual (dalam buku Novieastari,

dkk. 2020).

Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani masalah penderita

diabetes melitus yaitu pengobatan diabetes melitus tipe II dimana diperlukan

waktu yang lama berdasarkan karakteristik diabetes yang diderita seperti

penyakit menahun yang diderita seumur hidup. Keadaan yang seperti itu bisa

memengaruhi kapasitas fungsional fisik, psikologis dan kesejahteraan sosial


serta kesejahteraan penderita diabetes melitus (Parinduri, dkk. 2016).

Penurunan kualitas hidup mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

angka kesakitan dan kematian serta mempengaruhi usia harapan hidup

penderita diabetes melitus. Pengelolaan pada penderita berfokus pada empat

hal diantaranya pendidikan, pengaturan diet, olahraga dan pengobatan secara

efektif yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Ketercapaian upaya tersebut

berhubungan pada salah salah aspek yaitu dukungan keluarga (Sofia, dkk.

2013). Dukungan keluarga diperlukan dalam menunjang perawatan terhadap

yang dimaksudkan agar penderita bisa mandiri dan mengurangi

ketergantungan dalam melakukan aktivitas pada keluarganya (Islamiati.

2017). Pengukuran kualitas hidup dalam penelitian Anggraini, 2018 ini

menggunakan instrumen WHOQoL-BREF yang berisikan 26 pertanyaan

yang berbentuk responden diminta memberi respon sesuai dengan kondisi

dirinya, kemudian akan diinstruksikan untuk memilih salah satu angka dari

skala 1-5 pada masing-masing pertanyaan. Kuesioner ini terdiri atas 4

dimensi yaitu kesehatan fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan. Masing-

masing dimensi memiliki jumlah item-item pertanyaan tersendiri diantaranya

dimensi kesehatan fisik terdiri dari 7 pertanyaan, dimendi psikologis terdiri

dari 6 pertanyaan, dimensi sosial terdiri dari 3 pertanyaan dan dimensi

lingkungan terdiri dari 8 pertanyaan. Semakin tinggi skor yang didapat

semakin baik kualitas hidup yang dimiliki, dan jika skor yang didapat

ternyata rendah maka semakin buruk kualitas hidupnya (Anggraini. 2018).

Alat ukur yang digunakan dalam menilai dukungan keluarga yaitu kuesioner

yang terdiri dari 19 pertanyaan meliputi dukungan emosional, dukungan


informasional, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan dengan

menggunakan skala Guttman yaitu “ya dan “tidak” (Radiani. 2018).

Berdasarkan fenomena dan latar belakang masalah tersebut maka peneliti

tertarik untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas

hidup lansia berdasarkan literatur review.

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang Prevalensi pasien


mempengaruhi kualitas hidup diabetes melitus tipe II
menurut Teori Baltes : didapatkan hasil dari 30
1. Keadaan personal responden, kualitas
hidup pasien diabetes
a. Kesehatan
Kualitas hidup melitus tipe II terdapat
b. Dukungan keluarga 19 orang dalam kategori
penderita Diabetes
2. Persepsi dan kemampuan buruk (63,34%) dan
Melitus
adaptasi terhadap perubahan sebanyak 11 orang dalam
3. Konteks sosial dan historis kategori baik (36,66%).
hidup individu saat ini
4. Faktor biologis Parinduri, dkk (2016)
5. Faktor sosiokultural
6. Faktor individual

(Dalam buku Novieastari,


dkk. 2020)

Gambar 1.1 Identifikasi masalah Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus berdasarkan
hasil review literature

Peningkatan jumlah usia harapan hidup lansia menjadi salah satu indikator

keberhasilan pembangunan dimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup lansia diantaranya keadaan personal yang meliputi kesehatan dan

dukungan keluarga, persepsi dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan,


konteks sosial dan historis hidup individu saat ini, faktor biologis, faktor

sosiokultural, faktor individual. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut belum

terpenuhi maka timbul masalah penurunan dalam beberapa aspek kualitas hidup

dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi pasien diabetes melitus tipe II didapatkan

hasil dari 30 responden, kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe II terdapat 19

orang dalam kategori buruk (63,34%) dan sebanyak 11 orang dalam kategori baik

(36,66%).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas didapat rumusan masalah yaitu, “Apakah

ada hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup lansia?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

1.4.2 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan dukungan keluarga

terhadap kualitas hidup pada penderita diabetes melitus berdasarkan review

literature jurnal dalam 10 tahun terakhir.

1.4.3 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga berdasarkan hasil literature

review

2. Mengidentifikasi kualitas hidup pada penderita diabetes melitus

berdasarkan hasil literature review


3. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

pada penderita diabetes melitus

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan dan perkembangan ilmu keperawatan

terutama mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

pada penderita diabetes melitus berdasarkan literature review.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penderita Diabetes Melitus

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan ilmu mengenai

hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup penderita diabetes

melitus.

2. Institusi STIKES RS. Baptis Kediri

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu acuan bagi institusi

dalam mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

penderita diabetes melitus.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar dan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti

lebih dalam berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga terhadap

kualitas hidup penderita diabetes melitus.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kualitas Hidup

2.1.1 Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan WHO sebagai “persepsi individu tentang posisi

mereka dalam kehidupan atas konteks budaya dan sistem di mana mereka hidup

dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan kekhawatiran” yang

terkait juga pada aspek kesehatan, fungsi kemampuan sehari-hari dan kemampuan

mencapai kehidupan yang layak (dalam buku Saleh, dkk. 2020).

Kualitas hidup adalah konsep yang kompleks yang dinilai dari keberhasilan

perawatan dan dengan mengetahui kualitas hidup pasien kiranya dapat menunjang

keberhasilan perawatan yang dilakukan (dalam buku Septina, dkk. 2020).

Kualitas hidup yang dimaksudkan berdasarkan prinsip-prinsip yang

dipengaruhi oleh ketahanan orang, persepsi, citra diri, dan tingkat pemberdayaan

yang tersedia dan kualitas hidup pada prinsipnya tidak hanya berlaku untuk anak-

anak dan dewasa muda tetapi setiap orang disepanjang hidup mereka (Brown &

Schippers. 2018).

Kualitas hidup merupakan konsep dalam melakukan melakukan perawatan

kepada pasien. Adanya pengkajian kualitas hidup tentang pemahaman mengenai

kesehatan psikologis. Bentuk pertanyaan terbuka tentang sikap, nilai, perasaan

dan kesehatan mental, contohnya “Coba jelaskan bagaimana anda menceritakan

kualitas hidup sehari-hari” atau “Adakah hal yang anda lakukan untuk

meningkatkan kualitas hidup?” (dalam buku Dewi. 2014).


2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut Teori

Baltes (dalam buku Novieastari, dkk. 2020) :

1. Keadaan personal

a. Kesehatan

b. Dukungan keluarga

2. Persepsi dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan

3. Konteks sosial dan historis hidup individu saat ini

4. Faktor biologis

5. Faktor sosiokultural

6. Faktor individual

2.1.3 Domain Kualitas Hidup

Dalam buku Herdayanti (2020) menyatakan bahwa dimensi kualitas hidup

harus mencakup konsep kualitas hidup secara keseluruhan tanpa adanya batasan

jumlah dan keluasan domain kualitas hidup individu. Berikut ini domain beberapa

penjelasan domain kualitas hidup menurut beberapa peneliti.

Tabel 2.1 Domain Inti Kualitas Hidup Menurut Beberapa Peneliti

No. Peneliti Domain Inti


1. Felce (1996) Disabilitas atau psikologi meliputi 6 domain diantaranya

kesejahteraan fisik, kesejahteraan materi, kesejahteraan sosial,

kesejahteraan produktif, kesejahteraan emosional, dan kesejahteraan

masyarakat.
2. Schalock (2000) Disabilitas atau psikologi meliputi 8 domain diantaranya
kesejahteraan fisik, kesejahteraan materi, inklusi sosial,

kesejahteraan emosional, personal development dan selp

determination.
3. WHO (1993) Kesehatan yang meliputi 6 domain diantaranya adalah fisik,

lingkungan, hubungan sosial, psikologis, tingkat kemandirian, dan

spiritual.
4. Hagerty et al Penelitian indikator sosial yang meliputi 7 domain diantaranya

(2001) kesehatan, kesejahteraan materi, merasa bagian dari komunikasi

lokal, pekerjaan atau aktivitas produktif, kesejahteraan emosional,

hubungan dengan keluarga atau teman dan keamanan pribadi.


5. Cummins (1997) Disabilitas yang meliputi 7 domain diantaranya kesehatan,

kesejahteraan materi, kesejahteraan masyarakat, pekerjaan atau

aktivitas produktif, kesejahteraan emosional, hubungan sosial atau

keluarga dan keamanan


6. WHO (1998) Kesehatan yang meliputi 4 domain diantaranya fisik, psikis, sosial,

dan lingkungan.
7. Scneider (2013) Transportasi yang meliputi 11 domain diantaranya pendidikan,

pekerjaan dan ekonomi, lingkungan, perumahan, komunitas sosial,

kesehatan, lokal ameneties, rekreasi dan hiburan, keamanan,

spiritual dan transportasi.

Dalam buku Zubaili, dkk (2019) menjelaskan ada 2 dimensi kualitas hidup

yaitu objektif dan subjektif. Pertama kualitas hidup objektif didasarkan pada

adanya pengamatan eksternal individu seperti standar hidup dan yang paling

penting bagaimana individu dapat mengontrol kehidupannya, kualitas hidup

objektif meliputi pendapatan, kesehatan, lingkungan. Cara mengukur domain


objektif adalah dengan menggunakan indikator sosial yang mencakup standar

kehidupan maupun norma budaya. Kedua, kualitas hidup subjektif didasarkan

pada adanya respon psikologis terhadap kepuasan hidup. Cara mengukur domain

subjektif adalah dengan menggunakan pengamatan terhadap individu dalam

menerima kehidupan yang disesuaikan dengan standar kehidupan.

2.1.4 Teori Kualitas Hidup

Seorang ahli dalam teori pendekatan perkembangan rentang kehidupan

bernama Baltes (1939-2006) yang mempertimbangkan variasi yang terjadi pada

setiap individu mengenai lansia terkait riset terkini yang menekankan pada

sasaran berhubungan dengan usia berorientasi terhadap hubungan dan aktivitas

sosial untuk mendukung kesejahteraan secara berkelanjutan. Pandangan ini

berdasar pada pertimbangan berbagai faktor mulai dari keadaan personal meliputi

kesehatan dan dukungan keluarga persepsi dan kemampuan adaptasi terhadap

perubahan serta konteks sosial, faktor biologis, faktor sosiokultural, dan faktor

individual (dalam buku Novieastari, dkk. 2020).

Teori continuity atau teori kepribadian berlanjut adalah sebuah teori yang

menjelaskan tentang dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada

lansia untuk mempermudah dalam memelihara hubungan kepada masyarakat,

melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan

interpersonal (Kholifah. 2016).

2.1.5 Pengukuran Kualitas Hidup


Pengukuran OHRQoL adalah pengukuran kualitas hidup yang berhubungan

dengan kesehatan mulut. OHRQoL dapat diukur dengan GOHAI (Geriatric Oral

Health Assessment Index) dengan indikator 12 pertanyaan yang dibuat untuk

mengevaluasi tiga dimensi dari kualitas hidup yang berhubungan dengan

kesehatan mulut diantaranya fungsi fisik, fungsi psikososial, dan sakit

(Amurwaningsih, dkk. 2020).

Pengukuran kualitas hidup dalam penelitian Anggraini, (2018) ini

menggunakan instrumen WHOQoL-BREF yang berisikan 26 pertanyaan yang

berbentuk responden diminta memberi respon sesuai dengan kondisi dirinya,

kemudian akan diinstruksikan untuk memilih salah satu angka dari skala 1-5 pada

masing-masing pertanyaan. Kuesioner ini terdiri atas 4 dimensi yaitu kesehatan

fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan. Masing-masing dimensi memiliki jumlah

item-item pertanyaan tersendiri diantaranya dimensi kesehatan fisik terdiri dari 7

pertanyaan, dimendi psikologis terdiri dari 6 pertanyaan, dimensi sosial terdiri

dari 3 pertanyaan dan dimensi lingkungan terdiri dari 8 pertanyaan. Semakin

tinggi skor yang didapat semakin baik kualitas hidup yang dimiliki, dan jika skor

yang didapat ternyata rendah maka semakin buruk kualitas hidupnya.

Alat ukurvariabel kualitas hidup berupa kuesioner WHOQoL-BREF atau World

Health Organization Quality Of Life – Bref merupakan pengembangan dari alat

ukur WHOQOL-100 dan alat ukur WHOQoL-BREF juga digunakan dalam uji

psikometri yang dimana hasilnya terbukti valid dan reliable dalam mengukur

kualitas hidup (Anbarasan (2015).


Berikut ini adalah contoh kuesioner kualitas hidup WHOQoL-BREF (Anggraini.

2018) :

1. Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup,

kesehatan

2. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada anda bersamaan dengan

pilihan jawaban

3. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai

4. Jika anda tidak yakin tentang jawaban anda terhadap pertanyaan yang

diberikan, pikiran pertama yang muncul dalam benak anda seringkali

merupakan jawaban yang terbaik.

Tabel 2.2 Kuesioner Pengukuran Kualitas Hidup (Anggraini. 2018)

Sangat Biasa Sangat


No. Pertanyaan Buruk Baik
buruk saja baik
1. Bagaimana
menurut
Bapak/Ibu
kualitas hidup
anda? 1 2 3 4 5
Sangat
Tidak Biasa Sangat
Pertanyaan tidak Puas
puas saja puas
puas
2. Seberapa puas
Bapak/Ibu
1 2 3 4 5
terhadap
kesehatan anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering Bapak/Ibu mengalami hal-hal

berikut ini dalam 4 minggu terakhir.


No. Pertanyaan Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam
sama jumlah sering jumlah
sekali sedang banyak
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik
Bapak/Ibu sehingga mencegah
5 4 3 2 1
anda dalam beraktivitas sesuai
kebutuhan anda?
4. Seberapa sering Bapak/Ibu
membutuhkan terapi medis
5 4 3 2 1
untuk dapat berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
5. Seberapa jauh Bapak/Ibu
1 2 3 4 5
menikmati hidup anda?
6. Seberapa jauh Bapak/Ibu merasa
1 2 3 4 5
hidup anda berarti?
7. Seberapa jauh Bapak/Ibu
1 2 3 4 5
mampu berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa aman
Bapak/Ibu rasakan dalam 1 2 3 4 5
kehidupan sehari-hari?
9. Seberapa sehat lingkungan
tempat tinggal Bapak/Ibu
1 2 3 4 5
(berkaitan dengan sarana dan
prasarana)

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa penuh Bapak/Ibu alami hal-hal berikut ini

dalam 4 minggu terakhir.

No. Pertanyaan Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam


sama jumlah sering jumlah
sekali sedang banyak
10. Apakah Bapak/Ibu memiliki
vitalitas yang cukup untuk 1 2 3 4 5
beraktivitas sehari-hari?
11. Apakah Bapak/Ibu dapat 1 2 3 4 5
menerima penampilan tubuh
anda?
12. Apakah Bapak/Ibu memiliki
cukup uang untuk memenuhi 1 2 3 4 5
kebutuhan anda?
13. Seberapa jauh ketersediaan
informasi bagi Bapak/Ibu dari 1 2 3 4 5
hari ke hari?
14. Seberapa sering Bapak/Ibu
memiliki kesempatan untuk 1 2 3 4 5
bersenang-senang atau rekreasi?

No. Pertanyaan Sangat Buruk Biasa Baik Sangat


buruk saja baik
15. Seberapa baik kemampuan
1 2 3 4 5
Bapak/Ibu dalam bergaul?

No. Pertanyaan Sangat Tidak Biasa Puas Sangat


tidak puas saja puas
puas
16. Seberapa puas Bapak/Ibu
1 2 3 4 5
terhadap kesehatan anda?
17. Seberapa puas Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan kemampuan anda untuk
menampilkan aktivitas
kehidupan anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan kemampuan anda untuk
bekerja?
19. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
terhadap diri anda?
20. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan hubungan personal atau
sosial anda?
21. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan kehidupan seksual anda?
22. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan dukungan yang anda
peroleh dari teman anda?
23. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan kondisi tempat tinggal
anda saat ini?
24. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan akses pada layanan
kesehatan?
25. Seberapa puaskah Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
dengan transportasi yang harus
anda jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering Bapak/Ibu merasakan atau

mengalami hal-hal berikut dalam 4 minggu terakhir.

No. Pertanyaan Tidak Jarang Cukup Sangat Selalu


pernah sering sering
26. Seberapa sering Bapak/Ibu
memiliki perasaan negatif
5 4 3 2 1
seperti “feeling blue” (kesepian),
putus asa, cemas, dan depresi?

Komentar pewawancara tentang penilaian ini?

Tabel 2.3 Lembar Penilaian Kualitas Hidup

Persamaan untuk menghitung nilai domain Nilai Transformed


mentah scores
4 - 20 0 - 100

1. Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10+Q15+Q16+Q17+ Q18


a= b= c=
+ + + + + +

2. Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)


a= b= c=
+ + + + +

3. Domain 3 Q20 + Q21 + Q22


a= b= c=
+ +

4. Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24+Q25
a= b= c=
+ + + + + + +

2.2 Konsep Dukungan Keluarga

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan proses dari sikap yang terjadi terhadap

penderita yang sakit. Dukungan dapat berasal dari orang lain dimana bentuk

dukungan tersebut berupa informasi dan perilaku tertentu (dalam buku Ayuni.

2020).

Dukungan keluarga adalah dukungan respon yang berasal dari setiap

anggota keluarga dalam bentuk dukungan informasi, penilaian, instrumental dan

emosional yang didapatkan dari adanya ikatan pernikahan yang sah (dalam buku

Yulianto. 2020).

Dukungan di dalam keluarga yaitu mengacu pada dukungan yang diberikan

oleh anggota keluarga satu sama lain yang berfungsi menjadi penyangga untuk
mencegah dampak negatif efek lingkungan sekitar seperti terjadinya stres (dalam

buku Miftakhuddin & Harianto. 2020).

Dukungan keluarga dapat diperoleh melalui timbulnya sikap berani,

bertanggungjawab dan mandiri yang terkadang tidak muncul tiba-tiba sehingga

pengambilan keputusan menjadi salah hal yang terpenting dimana didalam

keluarga yang selalu mendukung setiap langkah keputusan seseorang membentuk

sebuah kebiasaan yang mendorong motivasi seseorang untuk bertindak (dalam

buku Bista & Glass. 2020).

Dukungan keluarga merupakan memegang peranan utama dalam peran

pengasuh utama dimana memiliki kebutuhan unik terkait keperawatan dan

pengasuhan. Ketika terjadi perubahan kehidupan karena adanya penyakit,

keluarga harus melakukan penyesuaian yang besar untuk melakukan perawatan

pada anggota keluarga yang mendukung kebutuhan psikologis, sosial dan

perawatan kesehatan (dalam buku Novieastari, dkk. 2020).

Keluarga merupakan sumber dukungan utama bagi seseorang yang sakit dan

hanya keluarga dekat yang memberikan bantuan jangka panjang yang intensif

bagi pasien. Keluarga berperan dalam mendampingi, membimbing penurunan

stimulus, meningkatkan koping terhadap stimulus dan meningkatkan respon

adaptasi (dalam buku Dharma, Kelana Kusuma. 2018).

Dukungan keluarga merupakan hal yang sangat penting bagi mental ibu

pada masa hamil dan ketika menghadapi persalinan sehingga terkadang wanita

hamil seringkali tergantung pada bantuan orang lain (Pieter & Lubis. 2010).

Dari konsep-konsep dukungan keluarga maka disimpulkan bahwa keluarga

merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung
dan berinteraksi, secara teratur antara satu dengan yang lain yang diwujudkan

dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan

bersama.

2.2.2 Tipe Keluarga

Menurut buku Pemberdayaan Keluarga Sebagai Personal Reference Pada

Ibu Menyusui Eksklusif Pujiastuti (2019), tipe keluarga digolongkan menjadi dua

bagian yaitu tradisional dan nontradisional :

1. Keluarga tradisional adalah keluarga yang terbagi atas keluarga inti dan

keluarga besar.

- Keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak yang tinggal

dalam satu rumah dimana ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai ibu

rumah tangga (Pujiastuti. 2019).

Nuclear family atau keluarga inti merupakan kelompok kecil yang terdiri

dari sebuah sami, istri, beserta anak-anaknya yang belum menikah dan biasa

disebut rumah tangga (Nuraini & Yahya. 2017).

- Keluarga besar adalah pasangan suami istri bersama-sama melakukan

pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orangtua atau kerabat dekat

yang tinggal dalam satu rumah.

2. Keluarga nontradisional adalah keluarga yang terbagi atas communal family,

unmarried parent and child, cohibing couple, serta institusional.

Dalam buku yang dijelaskan oleh Kaswoto (2019) menyatakan bahwa ada

beberapa tipe-tipe keluarga yang meliputi :


1. Keluarga otokratik

Keluarga yang dimana orangtua mempunyai kuasa kepada pasangannya

dan terutama kepada anak-anaknya dan memiliki aturan yang cenderung

bersifat kaku dan tidak layak.

2. Keluarga berpola bebas

Keluarga yang bersifat memiliki pola bebas dimana orang tua menolak

berperilaku kasar, keras, da tegas akan tetapi memperbolehkan anggota

keluarga membuat rencana dan Menyusun program sendiri secara bebas.

3. Keluarga demokratik

Keluarga berpola demokratik menilai tinggi keseimbangan, kebebasan dan

tanggung jawab dan memperbolehkan kebebasan, tetapi dengan batas-

batas tertentu yang cenderung mengikuti aturan menjadi baik, fleksibel

dan dapat diterima.

2.2.3 Peran Keluarga

Berbagai peranan yang terdapat di dalam sebuah keluarga adalah sebagai

berikut (dalam buku Yunita, dkk. 2020) :

1. Peranan ayah

Peran ayah adalah sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, pendidik,

pelindung dan pemberi rasa aman.

2. Peranan ibu
Peran ibu selain sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya tetapi sebagai

pelindung dan sebagai salah satu kelompok peranan sosial.

3. Peran anak

Anak-anak dalam menjalankan oerannya diperlukan pengawasan dan

bimbingan dari orang tua dengan berbagai aspek perkembangan yaitu

fisik, mental, sosial dan spiritual.

4. Peran kakek atau nenek

Masa kakek dan nenek adalah pengalaman mengenai bagaimana peran

tersebut dapat dilaksanakan dan terkadang memiliki perbedaan dalam

peran kakek dan nenek dan bertindak sebagai pengawas keluarga.

Menurut buku Pujiastuti (2019), peran keluarga menggambarkan komponen

perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan dengan individu

dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat. Peran keluarga terdiri dari 2 peran yaitu peran formal dan

informal yaitu :

1. Peran formal

Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami istri antara lain

penyedia, pengatur rumah tangga, merawat anak, pencetus ide, dan persaudaraan.

2. Peran informal

Didalam peran ini terbagi menjadi dua yaitu peran adaptif yang meliputi

pendorong, pengharmonis, inisiator, pendamai, penghibur, pengikut. Sedangkan

pada merusak kesejahteraan keluarga meliputi dominator, penghalang, keras hati,

dan kambing hitam.


2.2.4 Fungsi Keluarga

Dalam keluarga, setiap anggota keluarga harus bisa menjalankan fungsinya

dengan baik. Setidaknya ada lima fungsi keluarga yang dijelaskan oleh Berns

(dalam buku Saefudin. 2019) adalah sebagai berikut :

1. Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan dan memperluas

perkembangan manusia di lingkungan masyarakat.

2. Sosial atau edukasi

Keluarga berperan sebagai sarana untuk transmisi nilai, keyakinan,

pengetahuan, dan sikap terhadap kehidupan.

3. Peran sosial

Dalam keluarga peran sosial harus realita terhadap identitas pada setiap

anggota keluarga yang mencakup ras, religi, sosial, ekonomi dan peran

jenis kelamin sehingga dalam pemahaman ini diharapkan akan

menimbulkan rasa toleransi dan menghargai perbedaan.

4. Dukungan ekonomi

Dukungan ekonomi yang baik akan menyebabkan kestabilan

perkembangan mulai dari penyediaan tempat berlindung, penyediaan

makanan dan jaminan kehidupan.

5. Dukungan emosi atau pemeliharaan

Keluarga terutama orangtua mengajarkan interaksi pertama pada

anak,bersifat mendalam, mengasuh dan berdaya tahan.


Menurut Horton dan Hunt dalam buku Damsar (2016) menyebutkan bahwa

keluarga memiliki bebepara fungsi yaitu :

1. Fungsi pengaturan keluarga

2. Fungsi reproduksi

3. Fungsi sosialisasi

4. Fungsi afeksi

5. Fungsi penentuan status

6. Fungsi perlindungan

7. Fungsi ekonomi

Secara detail, adapun fungsi keluarga menurut beberapa para ahli dapat

diuraikan sebagai berikut (dalam buku Puspitawati 2012) :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun1994 menyebutkan adanya

delapan fungsi didlam keluarga yaitu keagamaan, sosial, bdaya, cinta

kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi,

dan pembinaan lingkungan.

2. Menurut United Nations (1993), fungsi keluarga meliputi fungsi

pengukuhan ikatan suami istri, hubungan seksual, perlindungan anggota

keluarga, rekreasi dan perawatan emosi.

3. Menurut Mattensich dan Hill (1995) fungsi keluarga terdiri atas akuisisi

anggota keluarga baru, pemeliharaan moral keluarga dan pendewasaan

anggota keluarga dan melepaskan anggota keluarga dewasa.

4. Menurut Rice dan Tucker (1986) menyatakan fungsi keluarga meliputi

fungsi ekspresif yang meliputi pemeruhan kebutuhan emosi dan


perkembangan anak termasuk moral dan fungsi instrumental meliputi

manajemen sumber daya keluarga untuk mencapai berbagai tujuan

keluarga dan sosialisasi anak dan dukungan serta pengembangan

anggota keluarga.

2.2.5 Bentuk Dukungan Keluarga

Dalam buku oleh Rizka, dkk (2020) menyebutkan tentang adanya beberapa

bentuk dukungan keluarga, diantaranya :

1. Dukungan penilaian

Dukungan ini untuk menciptakan strategi koping demi menghadapi

masalah yang muncul dengan ekspresi positif

2. Dukungan instrumental

Pada dukungan ini, yang termasuk di dalam dukungan instrumental

meliputi dukungan fisik seperti pelayanan bantuan material dan finansial.

3. Dukungan informasional

Meliputi adanya penyediaan jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama. Pada dukungan ini, keluarga berfungsi sebagai penyedia

informasi untuk anggota keluarga.

4. Dukungan emosional

Dengan memberikan dukungan emosional pada angota keluarga maka

akan terbentuk rasa empati, perasaan dihargai, dicintai, kenyamanan dan

keluarga berfungsi sebagai penyedia tempat untuk tinggal.


Bentuk dukungan kepada keluarga dapat berupa (dalam buku Kalalo &

Yuniar. 2019):

1. Psikoedukasi mengenai anggota keluarga yang mengalami gangguan

gejala penyakit

2. Pelatihan untuk keluarga

3. Pendampingan kepada keluarga dalam mendapatkan akses beberapa

informasi

4. Memberikan dukungan emosional melalui upaya mendengarkan secara

empati keluhan-keluhan yang dirasakan keluarga

2.2.6 Pengukuran Dukungan Keluarga

Alat ukur yang digunakan dalam menilai dukungan keluarga yaitu kuesioner

yang terdiri dari 19 pertanyaan meliputi dukungan emosional, dukungan

informasional, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan dengan

menggunakan skala Guttman yaitu “ya dan “tidak” maupun “Sangat Sering”,

“Sering”, “Kadang-kadang”, dan “Tidak Pernah” (Radiani. 2018).

IDENTITAS RESPONDEN

Nomor Responden :

Inisial nama :

Usia : tahun

Jenis Kelamin : L/P

Status : Tidak Menikah Menikah Duda/janda

Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah SD SMP SMA PT


Pekerjaan (jika bekerja) :

Penghasilan/bulan (jika bekerja) :

Penyakit kronis yang dialami (jika ada) :

Keluhan saat ini (3 bulan terakhir) :

Lansia dirumah tinggal dengan siapa saja (sebutkan)

Kuesioner Dukungan Keluarga

Petunjuk pengisian (Kurniawan. 2017) :

1. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dialami

2. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

Tabel 2.4 Kuesioner Pengukuran Dukungan Keluarga (Kurniawan. 2017)

Sangat Kadang- Tidak


Sering
No. Pernyataan Sering kadang Pernah
(S)
(SS) (KK) (TP)
A. Dukungan Informatif
1. Keluarga mencari
informasi tentang upaya
penyembuhan untuk
penyakit yang saya alami
2. Keluarga mengajari saya
tentang hal-hal yang harus
dihindari selama
perawatan
3. Keluarga memberikan
nasehat ketika saya
menghadapi masalah
4. Keluarga menginatkan
saya untuk selalu
mengikuti perawatan
5. Selama sakit, saya
mendapat bimbingan atau
saran dari keluarga dalam
menjalani perawatan
B. Dukungan Penilaian atau Penghargaan
6. Keluarga memberikan
pujian atau penghargaan
positif ketika ada
kemajuan yang lebih baik
7. Keluarga mendukung
penuh terhadap tindakan
yang dilakukan dirumah
sakit
8. Ketika saya sakit, keluarga
menganggap saya seperti
biasa, seperti sebelum
saya sakit yaitu tidak
menjadi beban dalam
keluarga
9. Keluarga meyakinkan
saya untuk patuh
mengikuti program
perawatan yang diberikan
pihak rumah sakit
10. Keluarga memberikan
motivasi kepada saya
untuk selalu sabar dan
tabah dalam menghadapi
masalah
C. Dukungan Emosional
11. Keluarga menanyakan
keadaan saya setiap hari
12. Keluarga mendengarkan
ketika saya
mengungkapkan perasaan
13. Keluarga mendampngi
dan memberikan
perhatiannya ketika saya
sedang dalam menjalani
perawatan
14. Keluarga memberikan
kesempatan untuk
melakukan aktivitas yang
masih bisa saya lakukan
secara mandiri tanpa
bantuan
15. Keluarga memahami
keadaan saya selama sakit
D. Dukungan Instrumental
16. Keluarga membantu
membiayai biaya program
pengobatan
17. Keluarga membantu
kebutuhan makan minum
sehari-hari
18. Keluarga mengantarkan
saya ke rumah sakit untuk
mengikuti pengobatan
19. Keluarga membantu saya
untuk mendapatkan
fasilitas yang saya
butuhkan selama masa
pengobatan

2.3 Konsep Diabetes Melitus

2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme yang secara klinis

berkaitan dengan ciri hiperglikemia akibat adanya kelainan sekresi insulin dan

mekanisme kerja insulin (dalam buku Fandinata & Ernawati. 2020).


Diabetes melitus merupakan penyakit yang banyak diketahui oleh

masyarakat dimana terjadi secara kronis atau jangka Panjang karena

ketidakmampuan tubuh memproduksi insulin secara tepat (dalam buku Ulfa, dkk.

2020).

Menurut International Diabetic Federation menjelaskan mengenai diabetes

melitus termasukpenyakit kronis yang terjadi akibat tubuh tidak secara efektif

memproduksi insulin yang cukup. (dalam buku Siahaan. 2020).

Diabetes melitus adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan kadar glukosa di dalam tubuh (dalam buku Aini. 2017).

2.3.2 Penyebab Diabetes Melitus

Menurut PERKENI tahun 2015 dalam buku Ulfa, dkk (2020) menjelaskan

bahwa ada empat penyebab terjadinya diabetes melitus, yaitu :

1. Diabetes Melitus Tipe I

Diabetes ini lebih dikenal dengan juvenile diabetes. Hal ini ditandai

dengan kurangnya produksi insulin yang dihasilkan di pancreas.

2. Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes ini disebut sebagai adult onset diabetes. Disebabkan oleh bisa

karena keadaan tubuh penderita diabetes melitus yang dalam

penggunaan insulin kurang efektif oleh tubuh.

3. Diabetes Melitus Tipe Lain

Penyebabnya bervariasi diantaranya defek genetik fungsi sel beta dan

kerja insulin, penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, obat, zat kimia,

kelainan imunologi dan sindrom genetic.


4. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes yang biasanya terjadi pasa masa kehamilan pada ibu penderita

diabetes melitus dan dapat menurun ke bayi sehingga mengalami

penyakit diabetes melitus pada usia dewasa.

2.3.3 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Tanda-tanda terjadinya diabetes melitus adalah sebagai berikut (dalam buku

Aini. 2017) :

1. Poliuria

2. Polidipsi

3. Penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia

4. Glikosuria

5. Ketosis

6. Asidosis

Gejala utama penyebab diabetes melitus adalah hiperglikemia yang

diakibatkan oleh (dalam buku Aini. 2017) :

1. Jumlah glukosa dalam sel mengalami penurunan

2. Berkurangnya penggunaan glukosa oleh berbagai jaringan didalam

tubuh

3. Adanya peningkatan jumlah produksi glukosa oleh hati

2.3.4 Klasifikasi Diabetes Melitus

Berdasarkan American Diabetes Association tahun 2016 dalam buku

Fandinata & Ernawati (2020) terdapat 4 klasifikasi diabetes melitus, diantaranya :

1. Diabetes Melitus Tipe I


Terjadi karena sel beta mengalami kerusakan di pancreas sehingga

memerlukan penanganan segera melalui pemberian insulin eksogen

seumur hidup.

2. Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes Melitus Tipe II pada dasarnya tipe diabetes yang umum dan

sering diderita saat usia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor obesitas dan

keturunan

3. Diabetes Melitus Gestasional

Pada diabetes ini biasa dialami pada ibu yang sedang hamil yang

dipengaruhi oleh faktor riwayat diabetes melitus dalam keluarga,

obesitas , faktor usia ibu saat hamil, riwayat melahirkan bayi > 4000

gram, hipertensi maupun abortus. Oleh sebab itu, seringkali tidak

diketahui bila diabetes melitus gestasional tidak segera ditangani secara

dini pada ibu akan menyebabkan preeklamsia, komplikasi proses

persalinan, risiko diabetes melitus tipe 2 pasca melahirkan.

4. Diabetes Melitus Tipe Lain

Banyaknya faktor yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Defek genetik fungsi sel beta

2. Defek genetik kerja insulin

3. Penyakit eksokrin pankreas

4. Endokrinopati

2.3.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Pada dasarnya dalam pengelolaan diabetes melitus dibagi atas 4 pilar, yaitu

(dalam buku Simatupang. 2020) yaitu :

1. Pendidikan kesehatan

Acuan dukungan bagi penderita diabetes melitus. Penderita diabetes

dapat mengontrol terjadinya jika diimbangi dengan pengetahuan yang

cukup baik (dalam buku Fox & Kilvert. 2010).

2. Perencaan pola makan

Perencanaan pola makan melalui diet perlu memperhatikan kebutuhan

jumlah kalori dan zat gizi yang dibutuhkan penderita, serta pedoman 3J

(jumlah makan, jenis makan, dan jadwal makan). Oleh karena itu, hal

terpenting yang perlu diketahui kebutuhan setiap orang berbeda-beda.

3. Latihan aktivitas fisik

Dilakukan setidaknya 3-4 kali dalam seminggu. Latihan fisik yang dapat

dapat membantu penderita diabetes adalah olahraga yang bisa membantu

meningkatkan metabolisme tubuh. Jenis latihan yang dimaksud seperti

latihan gerak 30 menit per hari dan bersepeda. Latihan ini berfungsi

untuk meningkatkan kerja insulin dan mengurangi tingkat kadar gula

darah.

4. Intervensi farmakologi

Pada dasarnya obat dapat membantu tubuh menghasilkan insulin.

2.3.6 Komplikasi Diabetes Melitus


Mirza (2017) menyatakan bahwa komplikasi yang termasuk dalam diabetes

melitus adalah :

1. Komplikasi fisik

a. Kerusakan mata

b. Kerusakan ginjal

c. Penyakit jantung

d. Tekanan darah tinggi

e. Stroke

2. Komplikasi psikologis

a. Kecemasan

b. Komplikasi yang ditimbulkan proses terjadinya diabetes melitus

sendiri

3. Komplikasi sosial

a. Pembatasan diet ketat

b. Keterbatsan aktivitas akibat komplikasi yang muncul

4. Komplikasi ekonomi

Biaya perawatan penyakit dalam jangka panjang

2.4 Keaslian Penelitian


2.5 Tabel Keaslian Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus

No Judul Variabel Desain Hasil

1. Hubungan Dukungan 1. Variabel Cross Menurut hasil


Keluarga Terhadap Independen : sectional didapatkan ada
Kualitas Hidup Pasien Dukungan hubungan
Diabetes Melitus Tipe Keluarga dukungan keluarga
2 di Puskesmas 2. Variabel terhadap kualitas
Helvetia Medan Dependen : hidup penderita
(Nuryatno, 2019) Kualitas Hidup diabetes tipe 2
Pasien Diabetes dengan nilai hasil
Melitus Tipe 2 80,8% pada 21
penderita dari 26
sampel yang diteliti

2. Pengaruh dukungan 1. Variabel Cross Dalam hasil uji


sosial dan keluarga Independen : Sectional statistik didapatkan
terhadap kualitas Dukungan nilai p=0,01
hidup pasien DM tipe Keluarga sehingga diperoleh
2 Di Wilayah Kerja 2. Variabel kesimpulan bahwa
Puskesmas Mangsa Dependen : ada pengaruh
Kota Makasar kualitas hidup dukungan sosial
(Tombokan, dkk. pasien DM dan keluarga
2019) tipe 2 terhadap kualitas
hidup pasien DM
tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas
Mangsa Kota
Makasar.

3. Hubungan Dukungan 1. Variabel Cross Hasil analisis


Keluarga Terhadap Independen : Sectional penelitian kualitas
Kualitas Hidup Pasien Dukungan hidup pasien
Diabetes Melitus di Keluarga diabetes melitus di
Rumah Sakit Umum 2. Variabel Rumah Sakit
Imelda Medan Dependen : Umum Imelda
(Yuniati. 2018) Kualitas Hidup Medan terdapat
Pasien Diabetes hubungan
Melitus dukungan keluarga
dengan nilai (p-
value = 0,000) dan
komplikasi kualitas
hidup pasien
diabetes melitus
dengan nilai (p-
value = 0,002).

4. Hubungan Dukungan 1. Variabel Deskriptif Berdasarkan hasil


Kepala Keluarga Independen : korelasi uji Spearmean
Dengan Kualitas Dukungan diperoleh p-value =
Hidup Klien Diabetes Kepala 0,000 sehingga
Melitus Tipe II Di Keluarga dapat disimpulkan
Wilayah Kerja 2. Variabel bahwa ada
Puskesmas Batunadua Dependen : hubungan antara
Kecamatan Kualitas Hidup dukungan kepala
Padangsidimpuan Klien Diabetes keluarga dengan
(Parinduri. 2016) Melitus Tipe II kualitas hidup klien
diabetes melitus
tipe II

5. Hubungan Antara 1. Variabel Deskriptif Hasil analisa data


Dukungan Keluarga independen : korelatif uji chi-square
Dan Kualitas Hidup Dukungan menunjukkan hasil
Pasien Diabetes Keluarga p value sehingga
Melitus Tipe II Di 2. Variabel disimpulkan ada
RSUD Arifin Achmad dependen : hubungan antara
Provinsi Riau Kualitas Hidup dukungan keluarga
(Tamara, dkk. 2014) Pasien dan kualitas hidup
Diabetes pasien DM tipe 2 di
Melitus Tipe II RSUD Arifin
Achmad Provinsi
Riau.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

Diabetes Melitus

Kualitas Hidup :

1. Kesehatan fisik
2. Kesejahteraan psikologis
3. Hubungan sosial
4. Hubungan dengan lingkungan
(Mirza, 2017)

Faktor-faktor Kualitas Hidup :


1. Keadaan personal
a. Kesehatan
b. Dukungan keluarga
2. Persepsi dan kemampuan adaptasi
terhadap perubahan
3. Konteks sosial dan historis hidup
individu saat ini
4. Faktor biologis
5. Faktor sosiokultural
6. Faktor individual
(Novieastari, dkk. 2020)

Keterangan :

: Diteliti : Berpengaruh

: Tidak Diteliti : Berhububungan


Gambar 3.1 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pada

Penderita Diabetes Melitus berdasarkan hasil review literature

Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa penyakit diabetes melitus

mempengaruhi kualitas hidup penderita meliputi kesehatan fisik, kesejahteraan

psikologis, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas indivdu diantaranya keadaan personal terdiri atas

kesehatan dan dukungan keluarga, persepsi dan kemampuan adaptasi terhadap

perubahan, konteks sosial, dan historis hidup individu saat ini, faktor biologis,

faktor sosiokultural, dan faktor individual.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Review ini bertujuan untuk mengetahui dan memeriksa literature. Apakah

terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada penderita

diabetes melitus. Peneliti melakukan review penelitian yang menggunakan desain

deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada penderita diabetes

melitus.

4.2 Kerangka Kerja

Identifikasi dan penetapan masalah penelitian

Penetapan pertanyaan penelitian dan hipotesis

Penetapan PICO

Melakukan pencarian hasil pencarian dengan kata kunci “Kualitas Hidup Pada
Penderita Diabetes Melitus” “Quality of Life for People With Diabetes Mellitus”

Melakukan seleksi terhadap referensi telah didapatkan

Melakukan review dan analisa artikel jurnal yang terpilih dengan


menggunakan Critical Appraisal

Menyusun pembahasan dan mengambil kesimpulan hasil review sesuai


dengan tujuan yang telah ditetapkan
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Dukungan Terhadap Kualitas Hidup Pada
Penderita Diabetes Melitus berdasarkan review literature
4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Jurnal penelitian terbaru pada 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010

sampai dengan 2020. Sumber data base online berasal dari repository baik dari

Indonesia atau negara lain yang menggunakan bahasa internasional.

4.3.2 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Telah terpublikasi dengan Open Access Journal

2. Naskah jurnal terdiri dari abstract dan fulltext

3. Artikel berbahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

4. Jurnal dari Indonesia terindeks SINTA, Google Scholar dan Garuda

5. Jurnal dari negara lain terindeks SCIMAGO

4.3.3 Jumlah Referensi

Jumlah jurnal yang digunakan dalam literature review ini adalah 10 jurnal

yang terdiri abstract dan fulltext yang terindeks SINTA, Google Scholar, Garuda,

dan SCIMAGO dengan artikel berbahasa Indonesia dan berbahasa internasional.

Terdapat 1 jurnal bereputasi tinggi terindeks SCIMAGO, terdapat 1 jurnal

bereputasi tinggi terindeks SINTA, terdapat 2 jurnal bereputasi rendah terindeks

SINTA, terdapat 4 jurnal bereputasi rendah terindeks Google Scholar, dan 2 jurnal

terindeks Garuda.

4.4 Protocol and registration


Pada penelitian ini tentang hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas

hidup pada penderita diabetes melitus penelitian ini menggunakan metode analisis

deskriptif Literature Review dan sesuai dengan indikator inklusi yang spesifik

dalam penseleksian dokumen melalui sistem pencarian yang komprehensif

(Comprehensive Literature Search). Peneliti melakukan review jadi hasil

penelitian yang menggunakan berbagai desain penelitian yaitu deskriptif,

kualitatif, dan deskriptif observasional dan korelasi.

4.4.2 Egilibity Criteria

Egilibity criteria pada penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria

inklusi untuk mengeliminasi dan menyeleksi data. Hasil penelitian yang direview

merupakan penelitian dengan karakteristik studi berupa PICO yang terdiri dari :

1. Population

Partisipan penelitian ini adalah penderita diabetes melitus dan pasien diabetes

melitus.

2. Intervention

Tidak ada

3. Comparison

Tidak ada

4. Outcome

Hasil yang diukur dalam penelitian adalah Hubungan Dukungan Keluarga

Terhadap Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus.

4.4.3 Information Source

Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi dari pencarian

electronic database, dan penelitian reference list articles, tidak ada pembatasan
bahasa pada artikel. Penelitian ini diambil dari database elektronik Google

Scholar, melalui database scanning, dan screening artikel dilakukan secara

mandiri oleh peneliti. Peneliti mengikuti syarat dalam pemenuhan kriteria inklusi.

4.4.4 Search

Peneliti menggunakan seluruh search engine strategy untuk setiap database

elektronik dengan limitasi kriteria inklusi. Peneliti menggunakan search

string dengan kata kunci : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus, Kualitas Hidup, Quality of

Life, Dukungan Keluarga, Family Support.

4.4.5 Data Collection Procces

Peneliti mengidentifikasi data melalui PICO (Population, Intervention,

Comparison, Outcome). Peneliti melakukan seleksi dan pemeriksaan. Data juga

diidentifikasi oleh pembimbing untuk dilakukan review hasil ekstraksi oleh

peneliti, setelah itu dilakukan diskusi terkait ekstraksi yang telah dilakukan oleh

peneliti dari 10 jurnal yang ditemukan.

4.4.6 Data Items

Informasi data yang diekstrak diantaranya adalah karakteristik responden

diantaranya variabel yang sama yaitu dukungan keluarga dan kualitas hidup

penderita diabetes melitus.

4.4.6 Data Items

Peneliti melakukan validasi terhadap literatur dengan melakukan

ekstraksi data. Peneliti mengidentifikasi penelitian pada literatur apakah telah

dilaksanakan sesuai prosedur, dan diukur menggunakan alat yang tervalidasi, dan

juga metode pengumpulan data apakah dilakukan blank metode. Peneliti


mengeksplorasi variabilitas pada hasil penelitian (heterogenency), dan peneliti

menentukan tujuan penelitian sebelum melakukan analisa peneliti dalam

mengidentifikasi Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pada

Penderita Diabetes Melitus 10 pada setiap literatur mungkin akan menghasilkan

hasil yang berbeda-beda sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan.


Daftar Pustaka

Aini. 2019. Analisis Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Pada Pengobatan

Diabetes Melitus. Banda Aceh. Syiah Kuala University Press

Anggraini, Retno Dewi (2018). Hubungan Status Bekerja Dengan kualitas Hidup

Lansia Sebagai Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sembayat

Gresik. http://repository.unair.ac.id/. Diakses pada tanggal 14 Desember

2020 pukul 13.20

Ayuni. 2020. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Pada Pasien Post Operasi

Katarak. Padang. Pustaka Galeri Mandiri

Bista & Glass. 2020. Journal Of International Students. Jakarta. Star Scholar

Network

Brown & Schippers (2018). The Background And Development Of Quality Of Life

And Family Quality Of Life : Applying Research, Policy, And Practice To

Individual And Family Living. International Journal of Child, Youth and

Family Studies, 9(4): 1-11

Dharma, Kelana Kusuma. 2018. Pemberdayaan Keluarga Untuk Mengoptimalkan

Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke. Yogyakarta. Deepublish

Dewi, 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Deepublish

Fandinata & Ernawati. 2020. Management Terapi Pada penyakit Degeneratif

(Mengenal, Mencegah dan Mengatasi Penyakit Degeneratif : Diabetes

Mellitus dan Hipertensi). Gresik. Graniti


Fox & Klivert. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Depok. Penebar Plus

Hariani, dkk (2020). Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi DM Terhadap

Kualitas Hidup Pasien DM Tipe II Di Wilayah Batua Kota Makassar.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Volume 15, Nomor 1: 56-63

Hasan, dkk (2017). High Perceived Discrimination and No Family Support

Increase Risk of Poor Quality of Life in Gender Dysphoria. Jurnal

Universa Medicina. Volume 36, Nomor 3: 187-196

Herdayanti. 2020. Komuting Dan Masyarakat Urban : Dampak Mobilitas

Nonpermanen Terhadap Kesehatan Masyarakat Perkotaan. Malang.

Inteligensia Media

Kalalo, Yuniar. 2019. Gangguan Spektrum Autisme: Informasi untuk Orang Tua

dalam Bentuk Modul Psikoedukasi. Surabaya. Airlangga University Press

Khasanah & Sugiyanto (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas

Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Gamping II. Student

Journals. Hal 4-11

Miftakhuddin & Harianto. 2020. Anakku Belahan Jiwaku: Pola Asuh Yang Tepat

Untuk Membentuk Psikis Anak. Jawa Barat. CV Jejak

Mirza (2017). Memaksimalkan Dukungan Keluarga Guna Meningkatkan Kualitas

Hidup Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal JUMANTIK. Volume 2, Nomor 2:

12-30

Novieastari, dkk. 2020. Dasar-dasar Keperawatan. Indonesia. Elsevier

Nuraini & Yahya (2017). Komunikasi 4 Tipe Keluarga Terhadap Perilaku Anak

Dalam Penyesuaian Sosial. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah.

Volume 2, Nomor 4: 181-192


Nuraisyah, dkk (2017). Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes

Mellitus. Journal of Community Medicine and Public Health. Volume 33,

Nomor 1: 55-66

Nuryatno (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Helvetia Medan . Journal of Health

Science And Physiotherapy. Volume 1, Nomor 1: 18-24

Parinduri, dkk (2016). Hubungan Dukungan Kepala Keluarga Dengan Kualitas

Hidup Klien Diabetes Militus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Batunadua Kecamatan Padangsidimpuan. Jurnal Kesehatan Ilmiah

Indonesia. Volume 1, Nomor 3: 1-11

Pieter & Lubis. 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta. Kencana

Pujiastuti. 2019. Pemberdayaan Keluarga Sebagai Personal Reference Pada Ibu

Menyusui Eksklusif. Forikes

Puspitawati, Herien. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di

Indonesia. Bogor. PT Penerbit IPB Press

Radiani, (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia

Yang Mengalami Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle

Kabupaten Pangkep. http://digilib.unhas.ac.id/. Diakses pada tanggal 14

Desember 2020 pukul 13.05

Rahayu, dkk (2014). Pengaruh Program Diabetes Self Management Education

Berbasis Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus

Tipe II Di Wilayah Puskesmas II Baturraden. Jurnal Keperawatan

Sudirman. Volume 9, Nomor 3: 163-172


Ratnawati, dkk (2019). Dukungan Keluarga Berpengaruh Kualitas Hidup Pada

Lansia dengan Diagnosa Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan

Indonesia. Volume 9, Nomor 2: 585-594

Saleh, dkk. 2020. Manajemen Stres Kerja (Sebuah Kajian Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Dari Aspek Psikologis Pada ATC). Yogyakarta.

Deepublish

Sari, (2016). Peningkatan Kualitas Hidup Menggunakan Reminiscence

Affirmative Therapy Berbasis Teori Lazarus. Jurnal Ners Lentera. Volume

4, Nomor 1: 81-90

Septina, dkk. 2020. Mengenal Terapi Radiasi Dan Kemoterapi Bagi Dokter Gigi.

Malang. UB Press

Siahaan. 2020. Impresi Ekstrak Etanol Buah Labu Siam : Tinjauan Kritis Ekstrak

Etanol Buah Labu Siam dan Stres Oksidatif Tikus Putih Model Diabetes

Tipe 2. Jawa Barat. Edu Publisher

Simatupang. 2020. Pedoman Diet Penderita Diabetes Melitus. Serang Banten.

Yayasan Pendidikan dan Sosial

Sofia, dkk (2013). Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Klien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Wijaya Kusumah Kuningan.

Jurnal Ilmu-ilmu Kesehatan Bhakti Husada Kuningan. Volume 2, Nomor

2: 98-102

Tamara, dkk (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

Journal Article. Volume 1, Nomor 2: 1-7


Tombokan, dkk (2019). Pengaruh Dukungan Sosial dan Keluarga Terhadap

Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa

Kota Makassar. Jurnal Media Keperawatan Politeknik Kesehatan

Makasar. Volume 10, Nomor 2: 1-17

Ulfa, dkk. 2020. Medication Picture Dan Pill Count Pada Kepatuhan Minum

Obat Penderita Diabetes Mellitus Dan Hipertensi. Gresik. Graniti

Yuniati (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Imelda Medan. Journal of

Nursing Update. Volume 1, Nomor 1: 1-6

Yunita, dkk. 2020. Buku Ajar Psikoterapi Self Help Group Pada Keluarga Pasien

Skizofrenia. Sulawesi Selatan. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai