Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara dengan lebih dari 17.000 pulau,
memiliki wilayah yan strategis pula yaitu terdapat diantara benua
Asia dan Benua Australia, yang diikuti dengan lautnya yang luas.
Karena itu pula, Indonesia menjadi negara dengan ribuan budaya
di dalamnya. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku
bangsa di Indonesia atau tepatnya 1340 suku bangsa menurut
sensus BPS tahun 2010.
Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia
dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Disusul oleh
Suku Sunda yang merupakan kelompok terbesar kedua di
Indonesia setelah Suku Jawa. Yang selanjutnya yaitu suku
Tionghoa yang menjadi suku terbesar nomor tiga di Indonesia.
Walaupun kerap dikategorikan sebagai suku minoritas, namun
setelah Indonesia merdeka orang Tionghoa yang
berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu
suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai pasal 2 UU Nomor
12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Banyak pula suku suku terpencil, terutama di Kalimantan dan
Papua yang memiliki populasi kecil.
Indonesia memiliki 4.504 unit Perguruan Tinggi yang
terdaftar namun sebagian besar perguruan tinggi tersebut
berpusat di pulau jawa. Karena itu, banyak mahasiswa di Pulau
Jawa yang berasal dari suku lain selain Suku Jawa. Untuk
mencegah munculnya paham etnosentrisme serta fenomena
bullying, maka diperlukan suatu pemersatu yaitu Pancasila.

1
BAB II
PERMASALAHAN

A. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana sikap kita untuk mengimplementasikan nilai nilai
Pancasila?
2) Bagaimana sikap kita terhadap mahasiswa dengan suku
bangsa yang berbeda dari kita?
3) Apakah fenomena bullying mencerminkan nilai yang terdapat
pada Pancasila?
4) Bagaimana sikap yang sesuai dengan nilai Pancasila untuk
menanggapi fenomena bullying?

BAB III
PEMBAHASAN

A. BUTIR – BUTIR PANCASILA


Setiap sila yang terdapat dalam Pancasila memiliki butir –
butir didalamnya yang diatur dalam TAP MPR No. II/MPR/1978.
Dalam Ketetapan MPR tersebut disusun 36 butir penghayatan dan
pengamalan Pancasila. 36 butir pedoman tersebut telah diperbarui
lagi dengan diterbitkannya TAP MPR No. II/MPR/1978. Dalam
TAP MPR No. XVIII/MPR/1998 ini ditetapkan 45 butir pengamalan
Pancasila yang merupakan penjabaran dari kelima sila.
Butir-Butir Sila Ke-2 Pancasila: Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat


dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.

2
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

Dari butir – butir sila ke-2 tersebut, salah satu yang dapat
kita ambil yaitu menghargai orang lain. Setiap manusia harus
diperlakukan sesuai harkat dan martabatnya sebagau makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.

B. BULLYING

Menurut Sejiwa (2008), bullying adalah sebuah situasi di


mana terjadinya penyalagunaan kekuatan/kekuasaan yang
dilakukakn oleh seseorang/kelompok. Pihak yang kuat di sini tidak
hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tetapi bisa juga kuat secara
mental. Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela
atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau
mental. Riauskina dkk (2005), mengemukakan bahwa peristiwa
penindasan di lingkungan sekolah (school bullying) yaitu perilaku
agresif yang di lakukan berulang-ulang oleh seorang atau
sekelompok siswa yang berkuasa terhadap siswa-siswi yang
lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Bentuk-bentuk perilaku bullying menurut Astuti (2008)


adalah:

3
a) Bullying fisik: contoh bullying secara fisik adalah mengigit,
menarik rambut, memukul, menendang, mencakar,
mendorong, meludahi,mengancam, merusak barang milik
korban dan mengintimidasi korban di ruangan.
b) Bullying verbal: contoh bullying secara verbal adalah
pemalakan, pemerasan, mengancam, menghasut, berkata
jorok pada korban, dan menyebarluaskan kejelekan korban.
c) Bullying non-verbal: contoh bullying secara non-verbal
adalah memanipulasi pertemanan, mengasingkan,
mengancam, menatap dengan muka mengancam, dan
menakuti.

Fenomena bullying ini sangat bertentangan dengan sila


ke-2 Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia memiliki
harkat dan martabat yang sama. Karena itu, kita wajib
menghargai dan menumbuhkan sikap toleransi kita kepada
sesana manusia.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Fenomena bullying sangat bertentangan dengan nilai nilai
Pancasila terutama sila ke-2 yaitu Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab. Salah satu nilainya yaitu mengakui dan memperlakukan
manusia sesuai harkat dan martabatnya.

B. SARAN
Sebagai warga negara Indonesia yang mengamalkan
Pancasila, kita harus mulai menentang budaya bullying. Tidak
hanya itu, sebagai mahasiswa, kita juga harus mampu

4
mensosialisasikan tentang fenomena bullying yang menentang
nilai – nilai Pancasila.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Denura, farida.2017.Rukun Suku Nusantara.Dikuti dari


http:/www.netralnews.com/news/rsn/read/71459/di.indonesia.ad
a.1340.suku.bangsa.dan.300.kelompok.etnik/. 20 November
2018 21:37
Ludigdo, U., & Ak, C. A. (2012). Nilai-nilai luhur pancasila dalam
mencegah terjadinya kecurangan. Universitas Brawijaya
Malang
Umasugi, S. C. (2013). Hubungan antara regulasi emosi dan
religiusitas dengan kecenderungan perilaku bullying pada
remaja. EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai