Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

DENGAN GENERAL ANESTESI PADA KASUS APPENDISITIS DI IBS RS PKU


MUHAMMADIYAH YOGYAKRTA
Di susun untuk Memenuhi Tugas Mandiri Praktik Klinik Keperawatan Anestesi Prodi D-IV
Keperawatan Semester V

Clinical Structure : Agus Budi Prasetyo S.Tr.Kep

Disusun Oleh :

Kurnia Gemilang Sakti

1811604070

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan pada Ny.I dengan tindakan Operasi Laparascopy di ruang IBS RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Pre-Intra-Post
Anestesi semester V. Telah disahkan pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 21 November 2020

Tempat : RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Mengetahui,

Yogyakarta, 21 November 2020

CI Lahan Pembimbing Akademik

( ) ( )

Mahasiswa

( )
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam menyelesaikan AsuhanKeperawatan
Pre-Intra-Post ini sesuai harapan kami dan sesuai waktu yang telah di tentukan, meskipun tidak
sedikit hambatan yang kami hadapi.

Kami berharap dengan terwujudnya Laporan Pendahuluan ini dapat dijadikan bahan
bacaan minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan menambah rasa tanggung jawab kami sebagai mahasiswa dan mahasiswi di Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan Laporan Pendahuluan


ini, semoga mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat. Adanya, kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penulisan AsuhanKeperawatan berikutnya.

Yogyakarta,21 November 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010).
Apendisitis merupakan kasus bedah gawat darurat pada bagian abdomen kerena adanya
peradangan apendiks vermiformis yang menjadi salah satu penyebab pasien mengalami abdomen
akut. Istilah apendisitis dikalangan masyarakat sering disebut sebagai usus buntu padahal
apendisitis adalah sekum (wijaya dan putri, 2013).
Insiden apendisitis pada tahun 2011 dinegara maju lebih tinggi penyerengannya pada
negara maju, tetapi dalam kurung waktu 3-4 tahun terakhir kejadiannya menurun. Penyebeb
apendisitis adalah karena seringnya masyarakat yang mengkonsumsi makanan yang kurang
berserat pada menu kesehariannya. Apendisitis sama-sama bisa terjadi pada laki-laki maupun
perempuan, tetapi pada laki-laki umumnya lebih banyak dari perempuan terutama pada usia 20-30
tahun (syamsuhidayat dan De joeng, 2011).Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia.
Berdasarkan WHO (2010) yang dikutip oleh Naulibasa (2011) angka mortalitas akibat apendisitis
adalah 21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki lebih bnyak dibandingkan perempuan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari General Anestesi?
2. Apa definisi dari APPENDISITIS ?
3. Bagaimana etiologi APPENDISITIS ?
4. Bagaimana klasifikasi APPENDISITIS ?
5. Bagaimana patofisiologi APPENDISITIS?
6. Bagaimana pathway APPENDISITIS ?
7. Bagaimana manifestasi klinis APPENDISITIS ?
8. Bagaimana penatalaksanaan kasus APPENDISITIS ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang kasus APPENDISITIS ?

C. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan kasus APPENDISITIS
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari APPENDISITIS
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana etiologi APPENDISITIS
3. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana klasifikasi APPENDISITIS
4. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana patofisiologi APPENDISITIS
5. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana pathway APPENDISITIS
6. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana manifestasi klinis APPENDISITIS
7. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana penatalaksanaan kasus APPENDISITIS
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI GENERAL ANESTESI

1. Pengertian
Menurut Mangku (2010) general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). General anestesi
menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang
tinggi. Selama masa induksi pemberian obat bius harus cukup untuk beredar di dalam darah dan
tinggal di dalam jaringan tubuh. Beberapa teknik general anestesi inhalasi adalah Endotrakea Tube
(ETT) dan Laringeal Mask Airway (LMA).

2. Indikasi
 Infant dan anak usia muda
 Dewasa yang memilih anestesi umum
 Pembedahan luas dan / ekstensif
 Penderita sakit mental
 Pembedahan lama
 Pembedahan dimana anestesi local tidak praktis atau tidak memuaskan
 Riwayat penderita alergi obat anestesi local

3. KontraIndikasi
Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan, ( harus hindarkan pemkaian
obat ).
 Hepar : obat hepatotoksik, dosis dikurangi/obat yang toksik terhadap hepar/dosis
diturunkan.
 Jantung : obat yang mendepresi miokard
 Ginjal : obat yang di ekskreksikan di ginjal
 Paru : obat yang merangsang sekresi paru
 Endokrin : hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah

4. Teknik
Anestesi umum menurut Mangku dan Tjokorda (2010), dapat dilakukan dengan 3 teknik,
yaitu:
1) Anestesi umum intravena Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2) Anestesi umum inhalasi Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat 11 anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan
yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.

3) Anestesi imbang Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat –


obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik
anestesi umum dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal dan
berimbang.

5. Komplikasi
Beberapa komplikasi anestesi umum di bawah ini termasuk jarang sekali terjadi.
Kemungkinan efek samping dari anestesi umum antara lain:

 Cedera di lokasi penyuntikan


 Infeksi
 Gangguan pernapasan
 Kerusakan saraf jangka pendek
 Reaksi alergi, misalnya 
 Masih memiliki kesadaran atau rasa sakit selama operasi
 Cedera pada mulut, gigi, bibir atau lidah
 Kerusakan laring atau pita suara
 Kerusakan paru-paru
 Serangan jantung
 Kerusakan otak
 Stroke
 Gagal hati
 Paraplegia (ekstremitas bawah mengalami kelumpuhan)
 Quadriplegia (kelumpuhan pada 4 anggota tubuh).

Komplikasi fatal dari anestesi umum sangat jarang terjadi. Diperkirakan hanya sekitar satu dari
10.000 orang meninggal dunia akibat komplikasi dari anestesi umum, seperti karena reaksi alergi
dan serangan jantung.
B. KONSEP TEORI APPENDISITIS
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus
buntu yang selama ini dikenal dan digunakan dimasyarakat kurang tepat, karena yang merupakan
usu buntu sebenarnya adalah sekum (Wijaya dan Putri, 2013).

2. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor penyebabnya.
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, batu
feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang
diduga menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica
(Sjamsuhidajat, 2010).

3. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis menurut Nurafif & Kusuma (2013) terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang memberikan tanda, disertai
maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut bagian kanan bawah
yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut
pertama sembuh spontan.
c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa), dan
keluhan hilang setelah apendiktomi.

4. Patofisiologi
Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan-makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat, 2005 dalam Mutaqqin, 2011).
Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan perkembangan
bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan kogesti dan penurunan perfusi pada dinding
apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi apendiks (Atassi, 2002 dalam Mutaqqin,
2011).
Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berpoliferasi dan meningkatkan tekanan
intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding apendiks yang disebut dengan
apendisitis mukosa, dengan manifestasi ketidaknyamanan abdomen. Adanya penurunan
perfusi pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis disertai peningkatan tekanan
intraluminal yang disebut apendisitis nekrosis, juga akan meningkatkan resiko perforasi dari
apendiks. Proses fagositosis terhadap respon perlawanan pada bakteri memberikan
manifestasi pembentukan nanah atau abses yang terkumulasi pada lumen apendiks yang
disebut dengan apendisitis supuratif.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini
dengan cara menutup apendiks dengan omentum dan usus halus sehingga berbentuk massa
periapendikular. Perforsi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk kerongga abdomen lalu
memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila
perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan memberikan manifestasi nyeri
lokal akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan memberikan respons peritonitis.
Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba datang
pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005 dalam Mutaqqin, 2011)
5. Pathway

Apendiksitis

inflamasi

edema

infeksi

Bakteri Apendik ( bawah kanan


rongga abdomen ) Obstruksi usus
flora usus

konstipasi Abses sekunder

Rangsang saraf
reseptor

hati
pelvis diafragma

6. Manifestasi Klinis nyeri

menurut Lippicott williams &wilkins (2011) yaitu :


Jumlah lekosit
a. Nyeri periumbilikal atau epigastik kolik yang tergeneralisasi maupun setempat, anoreksia,
mual muntah.
b. Nyeri setempat pada perut bagian kanan bawah.
c. Regiditas abdominal seperti papan.
d. Respirasi retraktif.
e. Rasa perih yang semakin menjadi.
f. Spasma abdominal semakin parah.
g. Rasa perih yang berbalik (menunjukan adnya inflamasi peritoneal).
h. Gejala yang minimal dan samar rasa perih yang ringan pada pasien lanjut usia.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksaan appendisitis menurut Andra & Yessi, 2013 :


Sebelum operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis sering kali
belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan
tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis
ataupun perioritas lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah
(leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic, foto abdomen dan toraks tegak
dilakukan untuk mencari memungkinkan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah
timbulnya keluhan.
b. Antibiotik
Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tanpa perlu di berikan antibiotik, kecuali
apendisitis ganggrenosa atau apendisitis perporasi. Penundaan tindak bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
a. Oerasi apendiktomi.
b. Apendiks di buang, jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis dan antibiotik.
c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, masaanya mungkin mengecil, atau abses
mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan
bila operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
Pasca operasi dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertrmia atau gangguan pernafasan, angkat sonde lambung,
bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah, baringkan pasien
dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari
pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit.
Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan diangkat dan
pasien di perbolehkan pulang.

8. Pemeriksaan Penunjang

 Hitung WBC/leukosit total hampir selalu meningkat diatas 10.000 sel/mm³, pada
sebagian besar pasien (95%). Jumlah leukosit yang sangat tinggi (> 20.000/mm³)
memberi kesan kearah apendisitis komplikata dengan gangren atau perforasi.
 Foto polos abdomen posisi tegak dilakukan untuk mengesampingkan adanya
perforasi dan obstruksi intestinalis. Pemeriksaan ini mungkin menunjukkan dilatasi
lengkung usus halus pada fosa iliaka dekstra.
 Ultrasonografi abdomen untuk mengesampingkan penyebab lain yang mencakup
penyebab ginekologik. Ultrasonografi dapat memperlihatkan organ tubular aperistaltik
dan tidak mengempis dengan dinding tabung yang tebal. Pemeriksaan ultrasonografi
dapat digunakan untuk menunjukkan adanya nyeri tekan oleh probe ultrasonografi
(sensitivitas 85%, spesifitas 90%).
 CT scan
merupakan pemeriksaan pilihan (sensitivitas 90%, spesifisitas 90%). Protein C-
reaktif meningkat pada setiap kelainan peradangan seperti apendisitis (Shenoy dan Nileswar,
2014)
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) IdentitasPasien
Nama: NY. I

Umur: 32 tahun

Jenis kelamin :Perempuan

Agama :Islam

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Pedagang

SukuBangsa : Jawa

Status perkawinan` : Kawin

Golongandarah :O

Alamat : cokrodiningratan 1/602 rt 43/15 suryatmajan danurejan

No.CM :7636xx

Diagnosa medis : Appendisitis

Tindakan operasi : Laparascopy

Tanggal masuk : 17-11-2020

Tanggal pengkajian : 18-11-2020

Dokter anestesi : dr. joko murdiyanto, Sp.An.,MPH

Dokter operator : dr. Sagiran, Sp.B

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. Y

Umur : 29

Jeniskelamin : PEREMPUAN

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : pedagang

SukuBangsa : Jawa

Hubungan dg Klien : adik

Alamat : cokrodiningratan 1/602 rt 43/15 suryatmajan danurejan

b. RiwayatKesehatan
1) Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya dengan skala
nyeri 5
2) Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang kerumah sakit pada hari senin 17
November 2020 mengeluhkan nyeri dan kembung di bagian perutnya
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan tidak memeiliki penyakit dahulu
4) Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak memeiliki riwayat penyakit
keluarga

5) RiwayatKesehatan:
- Pasienmengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak pernah mendapat oprasi sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak pernah di anasthesi sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak mendapatkan transfusi darah
- Pasien mengatakan tidak pernah di diagnosis HIV
- Paasien mengatakan tidak memakai lensa kontak, kacamata, alat bantu dengar,
gigi palsu,dll
6) Riwayat pengobatan :
- Obat/resep : Tidak ada
- Obatbebas ( vitamin, herbal ) : Tidak ada
- Aspirin : Tidak ada
- Anti nyeri :Tidak pernah
7) Kebiasaan :
- Merokok : Tidak
- Alkohol : Tidak
- Kopi/teh/soda : Tidak
- Olahragarutin : Tidak
- Alergi : Tidak
8) Status kesehatan saat ini :
- Hilangnya gigi : Tidak
- Maslah leher pendek : Tidak
- Batuk :Tidak
- Sesak napas :Tidak
- Gangguan saluran napas atas :Tidak
- Nyeri dada :Tidak
- Denyut jantung tidak normal :Tidak
- Muntah :Tidak
- Pingsan :Tidak
- Kejang :Tidak
- Stroke :Tidak
- Sedang hamil :Tidak
- Kelainan tulang belakang :Tidak
- Obesitas : Tidak
- Cemas :Ya Tingkat kecemasan: Sedang
- Nyeri :Ya Skala nyeri: 5

c. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


1) Udara atau oksigenasi :
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Normal
- Letak tempat tinggal : Dataran rendah
2) Air
a) Sebelum sakit :
- Konsumsi air : Sumur
- Kondisi air : Baik
- Frekwensi minum air: 8 Gelas per hari
b) Saat sakit :
Minum air

- Frekuensi : 8 Gelas per hari


- Jenis : Cair
- Cara : Normal
- Keluhan : Tidak ada
3) Nutrisi / makanan
a) Sebelum sakit :
- Frekuensi : 3x Sehari
- Jenis : Padat
- Porsi : Sedang
- Diet khusus : Tidakada
- Makanan yang disukai : NasiTelor
- Pantangan : Tidakada
- Napsu makan :Baik
b) Saat sakit
- Frekuensi : 2x sehari
- Jenis : Padat
- Porsi : Sedikit
- Diet khusus : Tidak Ada
- Makanan yang disukai : Nasi sayur
- Napsu makan : Baik
- Puasa terakhir : Sabtu 17 November 10.00 WIB
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit

- Frekuensi : 3x sehari
- Konsistensi : padat
- Warna : coklat ke kuning - kuningan
- Bau : berbau
- Cara : normal
Saat Sakit
- Frekuensi : 10x sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning kehitaman
- Bau : berbau
- Cara : normal
- Keluhan : tidak ada

b) BAK
Sebelum sakit

- Frekuensi : 18 x sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau : berbau
- Cara : normal
Saat sakit

- Frekuensi : 10 x sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : gelap
- Bau : berbau
- Cara : normal
- Keluhan : tidak ada

5) Pola aktivitas dan istirahat


a)   Aktivitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan dan minum V

Mandi V

Toileting V

Berpakaian V

Berpindah V

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang


lain dan alat, 4: tergantung total
c) Istirahat Dan Tidur
Pasien mengatakan waktu istirahat dan tidur nya sebelum sakit lebih banyak
dari pada saat sakit.
Pasien mengatakan pernah mengalami insomnia
Pasien mengatakan waktu tidur malam hari 8 jam

6) Interaksi sosial
- Kegiatan Lingkungan : Baik
- Interaksi Sosial : Baik
- Keterlibatan Kegiatan Sosial : Baik

7) Pencegahan risiko yang mengancam kehidupan dan kesejahteraan manusia


- Konsumsi vitamin : Ya
- Imunisasi : Ya
- Olahraga : Ya
- Upaya keharmonisan keluarga : Baik
- Sters dan adaptasi : Ya

8) Peningkatan kesehatan dan peningkatan fungsi manusia


- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman : Baik
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Baik

2. PemeriksaanFisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis

GCS : verbal :5 Motorik :6 Mata :4

Penampilan : pasien tampak menahan sakit

Tanda-tanda Vital : 130 / 90 mmhg

BB : 70 Kg

2) Pemeriksaan Kepala
 Inspeksi :
Bentuk kepala : dolichepalus, Kesimetrisan (+), Hidrochepalus (-), Luka (-), Darah
(-) Trepanasi (-)
3) Pemeriksaan Wajah :
 Inspeksi :
Ekspresi wajah : tegang, warna dan kondisi wajah : dagu kecil (+), Edema (-),
Kelumpuhan otot-otot fasialis (-), gigi palsu (-), gigi goyang (-), gigi maju (-),
kemampuan membuka mulut <3cm (+), jarak thyromentalis 6 sm (+)

4) Pemeriksaan Mata
 Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
b. Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
c. Kelopak mata / palpebra : oedem (-), ptosis (-),
peradangan (-) luka (-), benjolan (-)

d. Bulu mata : normal


e. Konjunctiva dan sclera : normal
f. Warna iris : coklat gelap
g. Reaksi pupil terhadap cahaya : (Normal) isokor (+)
h. Kornea : warna coklat
i. Nigtasmus (-), Strabismus (-)
j. Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : ketajaman penglihatan baik Tanpa Snelen Card :
ketajaman penglihatan baik

k. Pemeriksaan lapang pandang : normal

 Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan tonometry normal, dengan palpasi teraba normal.
5) Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi dan palpasi
a. Amati bagian telinga luar : normal
b. Warna sesuai warna kulit lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan
serumen (-).
c. Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna normal, perdarahan (-),
perforasi (-).
d. Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Tes bisik : baik
- Dengan arloji : baik
- Uji weber : seimbang
- Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara
- Uji swabach : sama

6) Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi dan palpasi
- Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi : tidak ada pembengkakan
- Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-), pembesaran /
polip (-)

7) Pemeriksaan Mulut dan Faring


a. Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal (-),warnabibir : merahmuda
lesi (-), Bibir pecah (-),
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (-), Kotoran (-), Gingivitis (-), gigipalsu :
(-), gigi goyang : (-), gigi maju :(-);
- Kemampuanmembukamulut< 3 cm : (+)
- Lidah :Warna lidah : merah muda, Perdarahan (-), Abses (-).
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : tidak berbau, uvula (simetris), Benda
asing : (tidak ada)
- Tonsil :T0 M1
- Perhatikan suara klien : tidak berubah

8) Pemeriksaan Leher
 Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna
(normal), massa (-)
b. Kelenjar tiroid, pembesaran (-)
c. Jarakthyromentalis , 6 cm : (+),
d. Vena jugularis : pembesaran (-), tekanan :
e. Pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (-), posisi trakea (simetris)
f. Mobilitasleher : menggrekanrahangkedepan : (+),ekstensi : (+),fleksi :
(+),menggunakan collar : (-)

9) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


 Inspeksi
- Ukuran payudara : bentuk (simetris), pembengkakan (-).
- Kulit payudara : warna coklat, lesi (-), Areola : perubahan warna (-)
- Puting : cairan yang keluar (-), ulkus (-), pembengkakan (-)
 Palpasi
- Nyri tekan (-), dan kekenyalan (kenyal), benjolan massa (-)
10) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
 Inspeksi
- Bentuk torak (Normal chest), susunan ruas tulang belakang (Kiposis), bentuk
dada (Simetris), keadaan kulit (Normal)
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta (+), retraksi suprasternal
( +), Sternomastoid (-), pernafasan cuping hidung (-).
- Pola nafas :Eupnea
- Amati : cianosis (-), batuk (Produktif).
 Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba

(Sama). Lebih bergetar sisi

 Perkusi
Area paru : Sonor

 Auskultasi
- Suara nafas
 Area Vesikuler : Bersih
 Area Bronkovesikuler : Bersih
- Suara Ucapan
 Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-)
- Suara tambahan
 Terdengar : Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural fricion rub
(-)
b) Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi
Ictus cordis (+), pelebaran

 Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba :Kuat

 Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :

Batas atas : Normal ICS 3 linea parasternal kanansampaidengankiri

Batas bawah : Normal ICS 5 linea paraternal kanan sampai dengan linea
aksilaries anterior kiri

Batas Kiri : Normal ICS3 lineal parasternal kirisampaidengan ICS 5


lineaaksilaris anterior kiri

Batas Kanan : Normal ICS ke 3 sampai dengan 5 pada linea parasternal


kanan

 Auskultasi
BJ I terdengar Normal

BJ II terdengar Normal

Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)

11) Pemeriksaan Abdomen


a) Inspeksi
- Bentuk abdomen : ( cembung )
- Massa/Benjolan ( -), Kesimetrisan (+),
- Bayangan pembuluh darah vena (+)
b) Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus : 30x/menit

c) Perkusi :
Tympani : normal
d) Palpasi
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (-), permukaan (simetris), tepi hepar
(tumpu).

- Palpasi Lien :
Pembesaran lien : (-)

- Palpasi Appendik :
 Titik Mc. Burney . nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar kontralateral
(-).
 Acites atau tidak :Shiffing Dullnes (-) Undulasi (-)
- Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan(-), pembesaran (-).

12) PemeriksaanTulangBelakang :
- Kelainan tulang belakang : (-)

13) Pemeriksaan Genetalia


a) Genetalia Pria
 Inspeksi :
Rambut pubis (-), lesi (-), benjolan (-)

Lubang uretra : penyumbatan ( -), Hipospadia (-), Epispadia (-)

 Palpasi
Penis : nyeri tekan ( -), benjolan (-), cairan

Scrotum dan testis : benjolan (- ), nyeri tekan (- ),

Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :

Hidrochele (-), Scrotal Hernia (-), Spermatochele (-) Epididimal


Mass/Nodularyti (-) Epididimitis (-), Torsi pada saluran sperma (- ), Tumor
testiscular ( -)

 Inspeksi dan palpasi Hernia :


Inguinal hernia (-), femoral hernia (-), pembengkakan (-)

b) Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (Bersih), lesi ( -),eritema ( -), keputihan (- ), peradangan (
-).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( -)

14) Pemeriksaan Anus


 Inspeksi
Atresia ani ( -), tumor ( - ), haemorroid ( -), perdarahan (-)

Perineum : jahitan (- ), benjolan ( -)

 Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus (-) pemeriksaan Rectal Toucher

15) Pemeriksaan Ekstremitas


a) Ekstremitas Atas
- Palpasi
Edema :( 1 – 4)
Lakukan uji kekuatan otot : ( 1 – 5 )

b) Ekstremitas Bawah :
- Palpasi
Edema : (1 – 4 )
Lakukan uji kekuatan otot : ( 1 – 5 )

Kesimpulan palpasi ekstermitas :

- Edema: 0 0

0 0

uji kekuatan otot :


5 5
5 5

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

1. Menguji tingkat kesadaran secarakuantitaifdengan GCS ( Glasgow Coma Scale )


- Eye /Menilai respon membuka mata4
- Verbal/Menilai respon Verbal 5
- Motorik/Menilai respon motorik 6
Pemeriksaan tingkat kesadaran secara kualitatif : Composmentis

Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak

Penigkatan suhu tubuh (- )nyeri kepala (-), kaku kuduk ( -), mual –muntah ( +) kejang
( -)penurunan tingkat kesadaran ( -)

2. Memeriksa nervus cranialis

Nervus I , Olfaktorius (pembau ) : Normal

Nervus II, Opticus ( penglihatan ) : Normal

Nervus III, Ocumulatorius : Normal

Nervus IV, Throclearis : Normal

Nervus V, Thrigeminus : Normal

- Cabang optalmicus : Normal

- Cabang maxilaris : Normal

- Cabang Mandibularis : Normal

Nervus VI, Abdusen : Normal

Nervus VII, Facialis : Normal

Nervus VIII, Auditorius : Normal

Nervus IX, Glosopharingeal : Normal


Nervus X, Vagus : Normal

Nervus XI, Accessorius : Normal

Nervus XII, Hypoglosal : Normal

3. Memeriksa fungsi motorik


Ukuran otot (Simetris ), atropi (+ )kekuatan otot :

4. Memeriksa fungsi sensorik


Kepekaan saraf perifer :

5. Memeriksa reflek kedalaman tendon


- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + )
b. Reflek trisep ( +)
c. Reflek brachiradialis (+)
d. Reflek patella (+)
e. Reflek achiles (+)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.

a. Reflek babinski (-)


b. Reflek chaddok (-)
c. Reflek schaeffer (-)
d. Reflek oppenheim (-)
e. Reflek gordon (-)

3. Data Penunjang Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium
JenisPemeriksaan Hasil Nilai Normal

Ureum 12 6-21 mg/dl


GDS 181 70-130
Kreatinin 0,6 0,5-1,1
HBSag -
Rapid test Non reaktif
AL 8,5 <23
HB 15 12,0-14,0
HMT 37 40-50
AT 259
Protein -
Natrium 137 135-145
K 4,2 3,5-5,0
Cl 105
lekosit 7 5,0-10,0
trombosit 300 150-400

Evaluasi Hasil Pemeriksaan laboratorium, hasil laboratorium dalam batas normal.

b. Pemeriksaan Radiologi :
Pulmo dan Cor normal

4. Therapi : -

5. Pertimbangan Anestesi
a. Jenis Anestesi : General Anestesi
b. Teknik Anestesi : ETT
c. Obat-obatan Anestesi :
1) Pre-medikasi : Fentanyl 100 mcg

2) Induksi : Propofol 100 mg

3) Pelumpuh otot : Tramus 25 mg

4) Obat maintenance : keterolac 30 mg

5) Obat anti emetik : ondansentron 4 mg

6) Obat life savin :

Sevoflurane
7) Maintenance
02 : 2 ltr

n20 : 2 ltr

4. Kebutuhan Cairan

a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan klien selama operasi yang harus terpenuhi
1. Kebutuhan Cairan
a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi
1) Rumus maintenance (M): 2 x kgBB
2 x 70 kg = 140ml
2) Rumus pengganti puasa (PP):
2cc x jam puasa x bb
2 cc x 8 jam x 70 kg = 1120 ml
3) Rumus stress operasi (SO):
Jeniso perasi (b/s/k) x BB
8 x 70 kg = 560 ml

b. Prinsip pemberian cairan durante operasi (Jam I-IV)


1) Jam I : M + ½ PP + SO = 140 ml + 560 ml + 560 ml = 1260 ml
2) Jam II dan III : M + ¼ PP + SO = 140 ml + 280mll+ 560 ml = 980 ml
3) Jam IV : M + SO = 140 ml + 560 ml = 700 ml

TAHAP PRE ANESTESI

Rencana Anestesi: General Anestesi

b. Persiapan klien di Ruang Penerimaan


i. Mengecek kelengkapan status klien
ii. Klien telah puasa sejak pukul 03. 00 WIB
iii. Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan IBS, dari pasien mengatakan
merasakan nyeri di bagian perut kanan dan pasien mengatakan cemas.
iv. Klien sudah terpasang infus line pada tangan kiri, infus lancar
v. Klien telah memakai baju dan topi operasi
vi. Memposisikan klien
vii. Sign in dilakukan untuk mempersiapkan dan memastikan kondisi klien, data yang
didapat diantaranya: status klien ASA II, klien telah terpasang IV line dengan infus
RL loading di tangan kiri, mengalir lancar, klien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemikMengecek TTV: TD: 150/80 mmHg; N: 84 x/mnt; Saturasi 100%
b. Pesiapan mesin
1) Mengecek sumber gas apakah sudah terpasang dan tidak ada kebocoan
2) Mengecek isi volatil agent
3) Mengecek kondisi absoben
4) Mengecek apakah ada kebocoan mesin
5) Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri dan spignomanometer
6) Persiapan seluruh alat Anestesi Regional
c. Persiapan alat :
1) S (Scope) : stesoscope, laringoscope
2) T (Tube) : LMA/ETT
3) A (Aiway) : OPA
4) T (Tape) : Plester ± 20 cm 1 lembar
5) I (Introducer) : forcep magyl/stylet
6) C (Conector) terpasang
7) S (Suction) : terpasang
8) Jarum Ukuran 26G
9) Spuit 3cc, 5cc dan 10cc
10) Sarung tangan steril
d. Persiapan obat
1) Obat premedikasi : fentanyl 100 mcg
2) Obat Induksi : propofol 100 mg
3) Obat pelumpuh otot : 25 mg
4) Anti Emetik : Ondansetron 4mg
5) Analgetik : Ketorolac 30mg, petidin 50mg
6) Cairan infus RL 1000
TAHAP INTRA ANESTESI
11
1. Jenis pembedahan : Laparascopy
2. Jenis Anestesi : General Anestesi
3. Teknik Anestesi : Intubasi ETT
4. Ukuran ET : 7 dan 7,5
5. Mulai Premed : 10.00 WIB
6. Mulai Operasi : 10.10 WIB
7. Posisi : Supinasi
8. Induksi : Propofol 100 mg
9. Pelumpuh otot : Tramus 25 mg
10. Antiemetik :Ondansetron 4mg
11. Analgetik : Ketorolac 30mg
12. Maintenance : N20 2 liter dan Sevoflurane
13. Respirasi : o2 ETT 2 ltr
14. Cairan Kristaloid : RL 1000
15. Selesai operasi : 11.00 WIB
16. Monitoring Intra Operasi

Jam Tindakan Tensi Nadi Sa O2

10.0  Klien masuk ke kamar operasi, dan 150/80 110 100


0 dipindahkan ke meja operasi
 Pemasangan monitoring tekanan darah dan
saturasi oksigen
 Loading cairan infus RL sudah terpasang
pada tangan kiri, aliran lancer

10.0 Intubasi ET 140/70 100 97


5
Injeksi fentanyl 100 mcg, propofol 100 mg,
tramus 25 mg
intake 500 cc

10.1 time out 130/70 80 98


0
insisi

maintenance o2, n2o, (50% : 50%)

10.4 maintenance o2, n2o, (50% : 50%) 105/58 98 99


5
sevoflurane

ondansentron 4 mg, keterolac 30 mg

intake 500 cc

10.5 pasien selesai operasi 100/70 98 99


0
sign out

injeksi revers sulfat atropine dan neostigmin


(2:1)

ekstubasi

11.0 pasien di bawa ke RR 130/70 88 98


0

TAHAP POST ANESTESI

1. Klien keluar dari ruang RR pukul 11.05 WIB


2. Kesadaran compos mentis
3. Observasi tanda- tanda vital
4. Mual (+), muntah (-), pusing (-), Nyeri (-), lemah (+)
5. TTV pasien: TD: 125/76;N:98;SpO2:99%;RR:22x/menit
6. Penilaian aldrete score 8
7. Terpasang infus RL 500ml

DATA PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)
Pre operasi
DS : DO :
 Pasien mengatakan nyeri pada daerah  Pasien tampak lemas dan gelisah
perut bagian kanan, nyeri terasa  Tingkat kesadaran: CM
seperti ditusuk tusuk dan terus  GCS: E4V5M6
menerus, skala nyeri 6.  TD: 140/40
 P: Reseptor kimia (appendiksitis)  RR: 19x/mnt
 Q: seperti ditusuk tusuk
Nn: 97x/mnt
 R: kuadran kanan tengah perut
 S: 6
 T: Terus menerus

Intra operasi
- terdapat secret pada daerah faring sekitar ET.
. SpO2 98%
- - suhu ruangan 19 derajat Celcius
-Akral pasien teraba dingin
Post operasi
 Pasien mengatakan  Pasien beberapa kali refleks muntah namun
mengatakan mual dan terasa ingin tidak disertai keluarnya muntahan.
muntah  Terdapat luka insisi pada pasien.

B. AnalisaData

No Symptom Etiologi Problem


I. PRE ANESTESI
1 DS : Appendisitis nyeri akut
 Pasien mengatakan
nyeri pada daerah perut
bagian kanan, nyeri
terasa seperti ditusuk
tusuk dan terus
menerus, skala nyeri 6.
 P: Reseptor kimia
(appendiksitis)
 Q: seperti ditusuk
tusuk
 R: kuadran kanan
tengah perut
 S: 6
 T: Terus menerus

DO :
 Pasien tampak
lemas
 Tingkat kesadaran:
CM
 GCS: E4V5M6
 TD: 140/40
 RR: 19x/mnt
 Nn: 97x/mnt

2 DS: Ancaman Status Terkini Ansietas


 Pasien mengatakan
cemas karena belum
pernah menjalani
Tindakan operasi
sebelumnya.

DO:
 Wajah tampak
gelisah
 GCS: E4V5M6
 ASA II

TTV:
 TD: 150/80 mmHg
 N: 100x/mnt
 SpO2: 98 %

RR : 14x/mnt.
II. INTRA ANESTESI

1 DS: - Risiko Aspirasi


-

DO:
- terdapat secret pada
daerah faring sekitar ET,
SpO2 98%

2 DS: Paparan udara dingin di kamar resiko hipotermi


- operasi
DO:
- suhu ruangan 19 derajat
Celcius

-Akral pasien teraba dingin

 Spo2 : 98%

II. PASCA ANESTESI

1 DS : - Mual
 Pasien mengatakan
mual
DO :
 Pasien beberapa
kali refleks muntah
namun tidak
disertai keluarnya
muntahan.

2 DS : - Tindakan Insisi Post Operasi Resiko Infeksi


DO :
 Terdapat luka insisi
di bagian perut
pasien
 TD : 100/60
mmHg
 N : 60 x/m
 SpO2 : 99%
 RR : 12 x/m

II. Problem ( Masalah )

No Prioritas Diagnosa Pre Operasi

1. Nyeri Akut
No Prioritas Diagnosa Intra Operasi
2. Ansietas
1. Risiko Aspirasi

2. hipotermi

No Prioritas Diagnosa Post Operasi

1. Mual

2. Resiko Infeksi
A. Perencanaan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
Pre Anestesi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan  Mengkolaborasi 1. Perawat, dokter, dan
tindakan selama 1 x 15 pemberian obat orang tua harus
menit, nyeri pasien analgesia atau anti mengidentifikasi dan
berkurang dengan kriteia nyeri observasi serta
hasil :  Mengajarkan teknik menggunakan kriteria
non farmakologis penilaian nyeri yang
1. Pasien dapat
(relaksasi nafas konsisten (mis.,
menyebutkan faktor
dalam) Penilaian skala,
yang meningkatkan
 Mengobservasi perilaku spesifik) untuk
nyeri.
hasil non verbal menilai nyeri.
2. Penurunan skala maupun verbal dari 2. Penggunaan tindakan
nyeri yang nyeri pereda nyeri non-
dilaporkan dari 6  Melakukan invasif (mis.,
menjadi 4 pengkajian nyeri Relaksasi, pijatan,

secara pengalihan perhatian)


Pasientidakgelisah
komprehensif dapat meningkatkan

( PQRST ) terapi efek terapeutik


dari obat pereda nyeri
(Fellowes et al., 2004).
3. Analgesia multimodal,
yang menggunakan 2
atau 3 kelas analgesik,
bisa lebih efektif
daripada satu kelas
saja. Itu kombinasi
dosis yang lebih rendah
dari masing-masing
kelas lebih efektif
daripada dosis yang
lebih tinggi dari satu
kelas dengan efek
samping yang lebih
sedikit (Pasero &
McCaffery, 2011).

2 Ansietas Setelah dilakukan asuhan  Mengobservasi 1. Bina hubungan


keperawatan selama 1 x Tingkat Ketakutan saling percaya
10 menit klien di ruangan pasien (1-10). 2. Jelaskan informasi
pre operasi, diharapkan  Berbicara secara secara sederhana
kecemasan klien perlahan dan tentang tindakan yang
berkurang. Kriteria tenang. akan dilakukan
hasil :  Mendorong klien 3. Dampingi klien untuk
1. Klien tidak untuk mengurangi rasa
tampakmenangi mengekspresikan cemas
2. Klien mampu perasaan ( apa yang 4. Dorong klien untuk
mengungkapkan ditakuti dari operasi mengungkapkan
penyebab yang akan dijalani) perasaan dan persepsi
kecemasan  Mengajarkan teknik
3. Klien tidak relaksasi napas
merasa takut dengan
operasi menggunakan irama
4. Keluarga dan lambat.
mengetahui
tentang
penatalaksanaan
tindakan
pembiusan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
Intra Anestesi
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji TTV Pasien 1. Pemantauan TTV
aspirasi tindakan keperawatan setiap 5 menit pasien sangat
selama 1 x 1 jam 2. Pantau bersihkan penting untuk
diharapkan resiko jalan napas pasien memonitor keadaan
aspirasi pasien teratasi 3. Lakukan suction pasien
dengan indikator : jika terdapat
2. Bersihkan jalan
1. Pasien tidak aspirasi secret
napas harus selalu
TTV dalam batas normal
bersih agar pasien
terhindar dari resiko
aspirasi

3. Suction dapat
menyedot secret
yang mengganggu
jalan napas pasien.
2 Resiko Setelah dilakukan 1. Pantau TTV pasien, cek 1. Pemantauan TTV
Hipoterm tindakan keperawatan suhu tubuh pasien. dapat mendeteksi dini
ia anestesi selama 1x 15 2. Berikan selimut hangat keadaan umum pasien
menit, diharap kan 3.Pasang alat penghangat sehingga dapat
masalah risiko di dekat pasien. melakukan penanganan
hipotermia teratasi 4. Pasang infuse warmer dengan lebih awal.
dengan criteria hasil: 2.selimut hangat efektif
1. pasien tidak untuk menghangatkan
kedinginan lagi tubuh pasien dari
dan dapat paparan suhu ruang
mempertahankan yang terlalu dingin.
suhu tubuhnya 3. Alat penghangat
dalam Batasan dapat memberikan suhu
normal hangat yang efektif dan
2. pasien tidak cepat pada pasien
mengatakan melalui kontak dari luar
kedinginan. tubuh.
4. Alat penghangat
dapat memberikan suhu
hangat yang efektif dan
cepat pada pasien
melalui kontak dari
dalam tubuh langsung
lewat pembuluh darah.

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


Post Operasi
1 Mual Setelah dilakukan 1. Bantu pasien mengatur 1. Posisi yang nyaman bagi
tindakan keperawatanan posisi nyamannya. pasien dapat membantu
estesi selama 1 x 5 menit, 2. Hindari reseptor yang pasien mengurasngi rasa
diharapkan masalah mual menyebabkan mual seperti mual nya.
pasien teratasi dengan pergerakan perut yang tiba 2.Posisitubuh yang
klriteria hasil : tiba. bergejolak secara tiba –tiba
1. Pasien tidak 3. Kelola pemberian dapat merangsang pasien
merasa mual lagi, antiemetic sesuai dosis mual,
dan refleks kebutuhan pasien. 3. Pemberian antiemetic
muntah berhenti. sesuai dosis yang tepat
2. pasien merasa dapat efektif meredakan
relax. mual.

2 Risiko Setelah dilakukan 1. Awasi tanda - 1. Keluarga merupakan


infeksi tindakan keperawatan tanda resiko infeksi salah satu agen
post anestesi selama 1 x 2. Observasi TTV pendukung
15 menit diharapkan 3. Edukasi pasien dan keberhasilan intervensi.
resiko infeksi berkurang keluarga cara 2. Antibiotik diberikan
/hilang dengan kriteria : mencegah infeksi pada interval yang tepat
4. Kolaborasi memastikan
1. Pasien terhindar
pemberian pemeliharaan tingkat
dari tanda dan
antibiotic terapeutik.
gejala infeksi.
III.Pelaksanaan
Nama : Ny. I No.CM :7636xx

Usia : : 32 Tahun Dx : appendisitis

Jeniskelamin : Perempuan Ruang : Marwah

No Hari/Tanggal/Jam Problem (Masalah Tindakan Paraf


Kesehatan Anestesi)

1 Rabu, 18 Nyeri Akut  Mengkolaborasi pemberian obat kurnia


November 2020 analgesia atau anti nyeri
09.00 WIB  Mengajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi nafas dalam)
 Mengobservasi hasil non verbal
maupun verbal dari nyeri
 Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif ( PQRST )

2 Rabu, 18 Ansietas  Mengobservasi Tingkat Ketakutan kurnia


November 2020 pasien (1-10).
09.05 WIB  Berbicara secara perlahan dan tenang.
 Mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaan ( apa yang
ditakuti dari operasi yang akan dijalani)
 Mengajarkan teknik relaksasi napas
dengan menggunakan irama dan
lambat.
IV. Evaluasi
No Problem ( Masalah ) Evaluasi
1 Nyeri Akut 09.10 WIB
S:
 pasien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 3
 Pasien mengatakan bisa melakukan relaksasi nafas
secara mandiri

O:
 Pasien tampak lebih rileks dan tenang
 TD : 100/80 mmHg
 N : 80x/menit
 RR : 16x/menit

A : Masalah nyeri akut teratasi


P : Intervensi dihentikan
2 Ansietas 09.15 WIB
S:

 Pasien mengatakan paham akan rasa takutnya akibat


akan menjalani operasi dan sekarang sudah tidak
takut lagi karena perawat sudah menjelaskan
mengenai prosedurnya dan lebih relax
 Pasien mengatakan juga paham bagaimana cara
melakukan relaksasi nafas.

O:

 Pasien tampak lebih tenang dan relax.


 TD : 110/80mmHg
 N : 80x/menit
 RR : 20x/menit

A: Masalah Ketakutan Pasien Teratasi

P: Intervensi dihentikan

II. Pelaksanaan
Nama : Ny. I No.CM :7636xx

Umur : 32 Tahun Dx : appendisitis

Jeniskelamin : Perempuan Ruang : Marwah

No Hari/Tanggal/Jam Problem (Masalah Tindakan Paraf


Kesehatan Anestesi)

1 Rabu,18 Risiko aspirasi 1. Mengkaji TTV Pasien setiap 5 menit kurnia


November 2020 2. Memantau bersihkan jalan napas
09.30 WIB pasien
3. Melakukan suction jika terdapat
secret
2 Rabu, 18 Resiko hipotermi 1. Memantau TTV pasien, cek suhu kurnia
November 2020 tubuh pasien.
09.50 WIB 2. Memberikan selimut hangat
3. Memasang alat penghangat di dekat
pasien.
4. Memasang infus warmer

III.Evaluasi

No Problem ( Masalah ) Evaluasi


1 Risiko Aspirasi 09.50 WIB
S:-

O:
Tidak terjadi aspirasi pada pasien.
TTV :
TD : 100/80 mmhg, nadi 80 x/mnt, RR 18x/mnt, SpO2 99%

A: Masalah Risiko Aspirasi teratasi

P: Hentikan Intervensi.

2 Resiko Hipotermi 10.05 WIB


S:-

O:
Pasien tampak nyaman, akral pasien lebih hangat,
TTV: TD: 100/80 mmhg, nadi 80 x/mnt, RR 18x/mnt,

A: Masalah Risiko hipotermia teratasi

P: Hentikan Intervensi.

II. Pelaksanaan
Nama : Ny. I No.CM :736xxx

Umur : 32 Tahun Dx : appendisitis

Jeniskelamin :Perempuan Ruang : Marwah

No Hari/Tanggal/Jam Problem (Masalah Tindakan Paraf


Kesehatan Anestesi)

1 Rabu, 18 Mual  Membantu pasien mengatur posisi kurnia


November 2020 nyaman nya.
10.10 WIB  Menghindari reseptor yang
menyebabkan mual seperti pergerakan
perut yang tiba-tiba.
 Mengelola pemberian antiemetic
sesuai dosis kebutuhan pasien.
2 Rabu, 18 Resiko Infeksi  Mengawasi tanda - tanda resiko kurnia
November 2020 infeksi
 Mengobservasi TTV
10.15 WIB
 Mengedukasi pasien dan keluarga cara
mencegah infeksi
 Mengkolaborasi pemberian antibiotic

III.Evaluasi

No Problem ( Masalah ) Evaluasi


1 Mual 10.25 WIB
S:
 Pasien mengatakan sudah lebih relax dan tidak mual
lagi.

O:
 pasien tampak relax dan refleks muntah terhenti.
TTV: TD: 110/80 mmhg, nadi 80 x/mnt, RR 18x/mnt

A : Masalah Mual Teratasi

P : Hentikan Intervensi.

2 Resiko Infeksi 10.30 WIB


S : Pasien mengtakan sudah mengerti bagaimana cara
mencegah terjadinya infeksi
O:
 Kebersihan luka terjaga dan tidak terdapat sepsis
 TD : 110/80 mmHg
 N : 80x/menit
 Sp02 : 100 %
 RR : 19 x/menit

A : Masalah resiko infeksi teratasi


P : intervensi diberhentikan.
Kesimpulan
Apendisitis adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering
ditemukan dan membutuhkan pembedahan dengan segera. Risiko seseorang menderita
apendisitis selama hidupnya mencapai 7-8%, dengan insiden tertinggi pada usia 20-30
tahun. Pada kasus apendisitis yang saya ambil dan lakukan asuhan keperawatan anestesi
pre intra post,terdapat beberapa diagnosa keperawatan anestesi yang saya ambil, yaitu :
untuk pre operasi diambil diagnosa nyeri akut dan ansietas,sedangkan pada intra operasi
diambil diagnosa risiko aspirasi dan risiko Hipotermi ,dan pada post operasi mual dan
resikoinfeksi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, lynda juall-2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan -Alih Bahasa:Estu Tiar, edisi
14. EGC:
Jakarta.

Arfa, M. (2013). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien
post-operasi appendisitis di ruangan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
Gorontalo. Skripsi, 1(841408019).

Arifin, d. S. (2014). Asuhan keperawatan pada an. F dengan post operasi apendictomy et cause
apendisitis acute hari ke 2–3 di ruang dahlia rumah sakit dr. R goeteng taorenadibrata
purbalingga (doctoral dissertation, universitas muhammadiyah purwokerto).

Panduan Praktikum Asuhan Keperawatan Anestesi Pre, Intra, Post

Anda mungkin juga menyukai