App Fix BGT
App Fix BGT
Disusun Oleh :
1811604070
Laporan Pendahuluan pada Ny.I dengan tindakan Operasi Laparascopy di ruang IBS RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Pre-Intra-Post
Anestesi semester V. Telah disahkan pada :
Hari : Sabtu
Mengetahui,
( ) ( )
Mahasiswa
( )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam menyelesaikan AsuhanKeperawatan
Pre-Intra-Post ini sesuai harapan kami dan sesuai waktu yang telah di tentukan, meskipun tidak
sedikit hambatan yang kami hadapi.
Kami berharap dengan terwujudnya Laporan Pendahuluan ini dapat dijadikan bahan
bacaan minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan menambah rasa tanggung jawab kami sebagai mahasiswa dan mahasiswi di Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010).
Apendisitis merupakan kasus bedah gawat darurat pada bagian abdomen kerena adanya
peradangan apendiks vermiformis yang menjadi salah satu penyebab pasien mengalami abdomen
akut. Istilah apendisitis dikalangan masyarakat sering disebut sebagai usus buntu padahal
apendisitis adalah sekum (wijaya dan putri, 2013).
Insiden apendisitis pada tahun 2011 dinegara maju lebih tinggi penyerengannya pada
negara maju, tetapi dalam kurung waktu 3-4 tahun terakhir kejadiannya menurun. Penyebeb
apendisitis adalah karena seringnya masyarakat yang mengkonsumsi makanan yang kurang
berserat pada menu kesehariannya. Apendisitis sama-sama bisa terjadi pada laki-laki maupun
perempuan, tetapi pada laki-laki umumnya lebih banyak dari perempuan terutama pada usia 20-30
tahun (syamsuhidayat dan De joeng, 2011).Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia.
Berdasarkan WHO (2010) yang dikutip oleh Naulibasa (2011) angka mortalitas akibat apendisitis
adalah 21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki lebih bnyak dibandingkan perempuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari General Anestesi?
2. Apa definisi dari APPENDISITIS ?
3. Bagaimana etiologi APPENDISITIS ?
4. Bagaimana klasifikasi APPENDISITIS ?
5. Bagaimana patofisiologi APPENDISITIS?
6. Bagaimana pathway APPENDISITIS ?
7. Bagaimana manifestasi klinis APPENDISITIS ?
8. Bagaimana penatalaksanaan kasus APPENDISITIS ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang kasus APPENDISITIS ?
C. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan kasus APPENDISITIS
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari APPENDISITIS
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana etiologi APPENDISITIS
3. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana klasifikasi APPENDISITIS
4. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana patofisiologi APPENDISITIS
5. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana pathway APPENDISITIS
6. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana manifestasi klinis APPENDISITIS
7. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana penatalaksanaan kasus APPENDISITIS
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Menurut Mangku (2010) general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). General anestesi
menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang
tinggi. Selama masa induksi pemberian obat bius harus cukup untuk beredar di dalam darah dan
tinggal di dalam jaringan tubuh. Beberapa teknik general anestesi inhalasi adalah Endotrakea Tube
(ETT) dan Laringeal Mask Airway (LMA).
2. Indikasi
Infant dan anak usia muda
Dewasa yang memilih anestesi umum
Pembedahan luas dan / ekstensif
Penderita sakit mental
Pembedahan lama
Pembedahan dimana anestesi local tidak praktis atau tidak memuaskan
Riwayat penderita alergi obat anestesi local
3. KontraIndikasi
Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan, ( harus hindarkan pemkaian
obat ).
Hepar : obat hepatotoksik, dosis dikurangi/obat yang toksik terhadap hepar/dosis
diturunkan.
Jantung : obat yang mendepresi miokard
Ginjal : obat yang di ekskreksikan di ginjal
Paru : obat yang merangsang sekresi paru
Endokrin : hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah
4. Teknik
Anestesi umum menurut Mangku dan Tjokorda (2010), dapat dilakukan dengan 3 teknik,
yaitu:
1) Anestesi umum intravena Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2) Anestesi umum inhalasi Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat 11 anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan
yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi anestesi umum di bawah ini termasuk jarang sekali terjadi.
Kemungkinan efek samping dari anestesi umum antara lain:
Komplikasi fatal dari anestesi umum sangat jarang terjadi. Diperkirakan hanya sekitar satu dari
10.000 orang meninggal dunia akibat komplikasi dari anestesi umum, seperti karena reaksi alergi
dan serangan jantung.
B. KONSEP TEORI APPENDISITIS
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus
buntu yang selama ini dikenal dan digunakan dimasyarakat kurang tepat, karena yang merupakan
usu buntu sebenarnya adalah sekum (Wijaya dan Putri, 2013).
2. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor penyebabnya.
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, batu
feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang
diduga menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica
(Sjamsuhidajat, 2010).
3. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis menurut Nurafif & Kusuma (2013) terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang memberikan tanda, disertai
maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut bagian kanan bawah
yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut
pertama sembuh spontan.
c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa), dan
keluhan hilang setelah apendiktomi.
4. Patofisiologi
Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan-makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat, 2005 dalam Mutaqqin, 2011).
Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan perkembangan
bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan kogesti dan penurunan perfusi pada dinding
apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi apendiks (Atassi, 2002 dalam Mutaqqin,
2011).
Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berpoliferasi dan meningkatkan tekanan
intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding apendiks yang disebut dengan
apendisitis mukosa, dengan manifestasi ketidaknyamanan abdomen. Adanya penurunan
perfusi pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis disertai peningkatan tekanan
intraluminal yang disebut apendisitis nekrosis, juga akan meningkatkan resiko perforasi dari
apendiks. Proses fagositosis terhadap respon perlawanan pada bakteri memberikan
manifestasi pembentukan nanah atau abses yang terkumulasi pada lumen apendiks yang
disebut dengan apendisitis supuratif.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini
dengan cara menutup apendiks dengan omentum dan usus halus sehingga berbentuk massa
periapendikular. Perforsi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk kerongga abdomen lalu
memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila
perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan memberikan manifestasi nyeri
lokal akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan memberikan respons peritonitis.
Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba datang
pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005 dalam Mutaqqin, 2011)
5. Pathway
Apendiksitis
inflamasi
edema
infeksi
Rangsang saraf
reseptor
hati
pelvis diafragma
7. Penatalaksanaan
8. Pemeriksaan Penunjang
Hitung WBC/leukosit total hampir selalu meningkat diatas 10.000 sel/mm³, pada
sebagian besar pasien (95%). Jumlah leukosit yang sangat tinggi (> 20.000/mm³)
memberi kesan kearah apendisitis komplikata dengan gangren atau perforasi.
Foto polos abdomen posisi tegak dilakukan untuk mengesampingkan adanya
perforasi dan obstruksi intestinalis. Pemeriksaan ini mungkin menunjukkan dilatasi
lengkung usus halus pada fosa iliaka dekstra.
Ultrasonografi abdomen untuk mengesampingkan penyebab lain yang mencakup
penyebab ginekologik. Ultrasonografi dapat memperlihatkan organ tubular aperistaltik
dan tidak mengempis dengan dinding tabung yang tebal. Pemeriksaan ultrasonografi
dapat digunakan untuk menunjukkan adanya nyeri tekan oleh probe ultrasonografi
(sensitivitas 85%, spesifitas 90%).
CT scan
merupakan pemeriksaan pilihan (sensitivitas 90%, spesifisitas 90%). Protein C-
reaktif meningkat pada setiap kelainan peradangan seperti apendisitis (Shenoy dan Nileswar,
2014)
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) IdentitasPasien
Nama: NY. I
Umur: 32 tahun
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Pedagang
SukuBangsa : Jawa
Golongandarah :O
No.CM :7636xx
Umur : 29
Jeniskelamin : PEREMPUAN
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pedagang
SukuBangsa : Jawa
b. RiwayatKesehatan
1) Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya dengan skala
nyeri 5
2) Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang kerumah sakit pada hari senin 17
November 2020 mengeluhkan nyeri dan kembung di bagian perutnya
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan tidak memeiliki penyakit dahulu
4) Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak memeiliki riwayat penyakit
keluarga
5) RiwayatKesehatan:
- Pasienmengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak pernah mendapat oprasi sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak pernah di anasthesi sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak mendapatkan transfusi darah
- Pasien mengatakan tidak pernah di diagnosis HIV
- Paasien mengatakan tidak memakai lensa kontak, kacamata, alat bantu dengar,
gigi palsu,dll
6) Riwayat pengobatan :
- Obat/resep : Tidak ada
- Obatbebas ( vitamin, herbal ) : Tidak ada
- Aspirin : Tidak ada
- Anti nyeri :Tidak pernah
7) Kebiasaan :
- Merokok : Tidak
- Alkohol : Tidak
- Kopi/teh/soda : Tidak
- Olahragarutin : Tidak
- Alergi : Tidak
8) Status kesehatan saat ini :
- Hilangnya gigi : Tidak
- Maslah leher pendek : Tidak
- Batuk :Tidak
- Sesak napas :Tidak
- Gangguan saluran napas atas :Tidak
- Nyeri dada :Tidak
- Denyut jantung tidak normal :Tidak
- Muntah :Tidak
- Pingsan :Tidak
- Kejang :Tidak
- Stroke :Tidak
- Sedang hamil :Tidak
- Kelainan tulang belakang :Tidak
- Obesitas : Tidak
- Cemas :Ya Tingkat kecemasan: Sedang
- Nyeri :Ya Skala nyeri: 5
- Frekuensi : 3x sehari
- Konsistensi : padat
- Warna : coklat ke kuning - kuningan
- Bau : berbau
- Cara : normal
Saat Sakit
- Frekuensi : 10x sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning kehitaman
- Bau : berbau
- Cara : normal
- Keluhan : tidak ada
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 18 x sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau : berbau
- Cara : normal
Saat sakit
- Frekuensi : 10 x sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : gelap
- Bau : berbau
- Cara : normal
- Keluhan : tidak ada
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
6) Interaksi sosial
- Kegiatan Lingkungan : Baik
- Interaksi Sosial : Baik
- Keterlibatan Kegiatan Sosial : Baik
2. PemeriksaanFisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
BB : 70 Kg
2) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala : dolichepalus, Kesimetrisan (+), Hidrochepalus (-), Luka (-), Darah
(-) Trepanasi (-)
3) Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi :
Ekspresi wajah : tegang, warna dan kondisi wajah : dagu kecil (+), Edema (-),
Kelumpuhan otot-otot fasialis (-), gigi palsu (-), gigi goyang (-), gigi maju (-),
kemampuan membuka mulut <3cm (+), jarak thyromentalis 6 sm (+)
4) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
b. Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
c. Kelopak mata / palpebra : oedem (-), ptosis (-),
peradangan (-) luka (-), benjolan (-)
Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan tonometry normal, dengan palpasi teraba normal.
5) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
a. Amati bagian telinga luar : normal
b. Warna sesuai warna kulit lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan
serumen (-).
c. Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna normal, perdarahan (-),
perforasi (-).
d. Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Tes bisik : baik
- Dengan arloji : baik
- Uji weber : seimbang
- Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara
- Uji swabach : sama
6) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
- Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi : tidak ada pembengkakan
- Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-), pembesaran /
polip (-)
8) Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna
(normal), massa (-)
b. Kelenjar tiroid, pembesaran (-)
c. Jarakthyromentalis , 6 cm : (+),
d. Vena jugularis : pembesaran (-), tekanan :
e. Pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (-), posisi trakea (simetris)
f. Mobilitasleher : menggrekanrahangkedepan : (+),ekstensi : (+),fleksi :
(+),menggunakan collar : (-)
Perkusi
Area paru : Sonor
Auskultasi
- Suara nafas
Area Vesikuler : Bersih
Area Bronkovesikuler : Bersih
- Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-)
- Suara tambahan
Terdengar : Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural fricion rub
(-)
b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Ictus cordis (+), pelebaran
Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba :Kuat
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas bawah : Normal ICS 5 linea paraternal kanan sampai dengan linea
aksilaries anterior kiri
Auskultasi
BJ I terdengar Normal
BJ II terdengar Normal
Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
c) Perkusi :
Tympani : normal
d) Palpasi
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (-), permukaan (simetris), tepi hepar
(tumpu).
- Palpasi Lien :
Pembesaran lien : (-)
- Palpasi Appendik :
Titik Mc. Burney . nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar kontralateral
(-).
Acites atau tidak :Shiffing Dullnes (-) Undulasi (-)
- Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan(-), pembesaran (-).
12) PemeriksaanTulangBelakang :
- Kelainan tulang belakang : (-)
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( -), benjolan (-), cairan
b) Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (Bersih), lesi ( -),eritema ( -), keputihan (- ), peradangan (
-).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( -)
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus (-) pemeriksaan Rectal Toucher
b) Ekstremitas Bawah :
- Palpasi
Edema : (1 – 4 )
Lakukan uji kekuatan otot : ( 1 – 5 )
- Edema: 0 0
0 0
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Penigkatan suhu tubuh (- )nyeri kepala (-), kaku kuduk ( -), mual –muntah ( +) kejang
( -)penurunan tingkat kesadaran ( -)
b. Pemeriksaan Radiologi :
Pulmo dan Cor normal
4. Therapi : -
5. Pertimbangan Anestesi
a. Jenis Anestesi : General Anestesi
b. Teknik Anestesi : ETT
c. Obat-obatan Anestesi :
1) Pre-medikasi : Fentanyl 100 mcg
Sevoflurane
7) Maintenance
02 : 2 ltr
n20 : 2 ltr
4. Kebutuhan Cairan
a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan klien selama operasi yang harus terpenuhi
1. Kebutuhan Cairan
a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi
1) Rumus maintenance (M): 2 x kgBB
2 x 70 kg = 140ml
2) Rumus pengganti puasa (PP):
2cc x jam puasa x bb
2 cc x 8 jam x 70 kg = 1120 ml
3) Rumus stress operasi (SO):
Jeniso perasi (b/s/k) x BB
8 x 70 kg = 560 ml
intake 500 cc
ekstubasi
DATA PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)
Pre operasi
DS : DO :
Pasien mengatakan nyeri pada daerah Pasien tampak lemas dan gelisah
perut bagian kanan, nyeri terasa Tingkat kesadaran: CM
seperti ditusuk tusuk dan terus GCS: E4V5M6
menerus, skala nyeri 6. TD: 140/40
P: Reseptor kimia (appendiksitis) RR: 19x/mnt
Q: seperti ditusuk tusuk
Nn: 97x/mnt
R: kuadran kanan tengah perut
S: 6
T: Terus menerus
Intra operasi
- terdapat secret pada daerah faring sekitar ET.
. SpO2 98%
- - suhu ruangan 19 derajat Celcius
-Akral pasien teraba dingin
Post operasi
Pasien mengatakan Pasien beberapa kali refleks muntah namun
mengatakan mual dan terasa ingin tidak disertai keluarnya muntahan.
muntah Terdapat luka insisi pada pasien.
B. AnalisaData
DO :
Pasien tampak
lemas
Tingkat kesadaran:
CM
GCS: E4V5M6
TD: 140/40
RR: 19x/mnt
Nn: 97x/mnt
DO:
Wajah tampak
gelisah
GCS: E4V5M6
ASA II
TTV:
TD: 150/80 mmHg
N: 100x/mnt
SpO2: 98 %
RR : 14x/mnt.
II. INTRA ANESTESI
DO:
- terdapat secret pada
daerah faring sekitar ET,
SpO2 98%
Spo2 : 98%
1 DS : - Mual
Pasien mengatakan
mual
DO :
Pasien beberapa
kali refleks muntah
namun tidak
disertai keluarnya
muntahan.
1. Nyeri Akut
No Prioritas Diagnosa Intra Operasi
2. Ansietas
1. Risiko Aspirasi
2. hipotermi
1. Mual
2. Resiko Infeksi
A. Perencanaan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
Pre Anestesi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Mengkolaborasi 1. Perawat, dokter, dan
tindakan selama 1 x 15 pemberian obat orang tua harus
menit, nyeri pasien analgesia atau anti mengidentifikasi dan
berkurang dengan kriteia nyeri observasi serta
hasil : Mengajarkan teknik menggunakan kriteria
non farmakologis penilaian nyeri yang
1. Pasien dapat
(relaksasi nafas konsisten (mis.,
menyebutkan faktor
dalam) Penilaian skala,
yang meningkatkan
Mengobservasi perilaku spesifik) untuk
nyeri.
hasil non verbal menilai nyeri.
2. Penurunan skala maupun verbal dari 2. Penggunaan tindakan
nyeri yang nyeri pereda nyeri non-
dilaporkan dari 6 Melakukan invasif (mis.,
menjadi 4 pengkajian nyeri Relaksasi, pijatan,
3. Suction dapat
menyedot secret
yang mengganggu
jalan napas pasien.
2 Resiko Setelah dilakukan 1. Pantau TTV pasien, cek 1. Pemantauan TTV
Hipoterm tindakan keperawatan suhu tubuh pasien. dapat mendeteksi dini
ia anestesi selama 1x 15 2. Berikan selimut hangat keadaan umum pasien
menit, diharap kan 3.Pasang alat penghangat sehingga dapat
masalah risiko di dekat pasien. melakukan penanganan
hipotermia teratasi 4. Pasang infuse warmer dengan lebih awal.
dengan criteria hasil: 2.selimut hangat efektif
1. pasien tidak untuk menghangatkan
kedinginan lagi tubuh pasien dari
dan dapat paparan suhu ruang
mempertahankan yang terlalu dingin.
suhu tubuhnya 3. Alat penghangat
dalam Batasan dapat memberikan suhu
normal hangat yang efektif dan
2. pasien tidak cepat pada pasien
mengatakan melalui kontak dari luar
kedinginan. tubuh.
4. Alat penghangat
dapat memberikan suhu
hangat yang efektif dan
cepat pada pasien
melalui kontak dari
dalam tubuh langsung
lewat pembuluh darah.
O:
Pasien tampak lebih rileks dan tenang
TD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 16x/menit
O:
P: Intervensi dihentikan
II. Pelaksanaan
Nama : Ny. I No.CM :7636xx
III.Evaluasi
O:
Tidak terjadi aspirasi pada pasien.
TTV :
TD : 100/80 mmhg, nadi 80 x/mnt, RR 18x/mnt, SpO2 99%
P: Hentikan Intervensi.
O:
Pasien tampak nyaman, akral pasien lebih hangat,
TTV: TD: 100/80 mmhg, nadi 80 x/mnt, RR 18x/mnt,
P: Hentikan Intervensi.
II. Pelaksanaan
Nama : Ny. I No.CM :736xxx
III.Evaluasi
O:
pasien tampak relax dan refleks muntah terhenti.
TTV: TD: 110/80 mmhg, nadi 80 x/mnt, RR 18x/mnt
P : Hentikan Intervensi.
Carpenito, lynda juall-2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan -Alih Bahasa:Estu Tiar, edisi
14. EGC:
Jakarta.
Arfa, M. (2013). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien
post-operasi appendisitis di ruangan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
Gorontalo. Skripsi, 1(841408019).
Arifin, d. S. (2014). Asuhan keperawatan pada an. F dengan post operasi apendictomy et cause
apendisitis acute hari ke 2–3 di ruang dahlia rumah sakit dr. R goeteng taorenadibrata
purbalingga (doctoral dissertation, universitas muhammadiyah purwokerto).