Anda di halaman 1dari 12

PROFESIONALISASI DAN SERTIFIKASI GURU

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN


Oleh:
Daman Hermawan

Abstrak
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, salah
satunya adalah mutu dan profesionalitas guru. Upaya yang dilakukan
untuk mei ngkatkan profesional dan mutu guru yakni dengan
peni igkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Kualifikasi guru harus
memenuhi persyaratan minimal sarjana. Kuai fikas dan kompetensi
guru yang memenuhi persyaratan dan kriteria yang dipersyaratkan
akan memperoleh sertifikat yang dihargai oleh pemei ntah dengan
adanya tunjangan profes guru. Dengan diberikannya tuniangan
profesi kepada guru berti; uan agar terjadi pei ngkatan mutu
pendidiikan yang terus-menerus (continous quality improvement)
dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan.

Kata Kunci: Profesionalisasi, Sertifikasi Guru, dan Mutu


Pendidikan

A. PENDAHULUAN Sejalan dengan kesada­


ran dan tuntutan masyarakat
Untuk menjadi guru
yang semakin tinggi terhadap
setiap orang bisa, tetapi
mutu pend iikan, maka guru
menjadi guru yang baik yang
harus mem i iki se imlah
memenuhi kompetensi yang
kompetensi yang harus
dipersyaratkan tidak semua
dikuasai dan dimiliki, bahkan
orang dapat melaksanakannya
harus melekat menjad sebuah
dengan baik pula. Guru yang
pekeijaan dan kepribad annya
baik adalah guru yang menjadi
yang utuh sebagai pendidik.
teladan, bertanggung; awab,
Kompetensi guru yang harus
disiplin, dicintai oleh peserta
dimiliki dan dikembangkan
didiknya, dan menjadi pelopor
terus yakni (a) kompetensi
bag; kemajuan masyarakat dan
personal, (b) kompetensi so­
bangsanya. Menjadi guru
sial, (c) kompetensi pedago-
adalah panggilan jiwanya,
gik, dan (d) kompetensi
bukan pilihan yang kedua atau
profesional. Sejumlah kompe­
karena ddak ada pekeraan
tensi tersebut merupakan satu
lain yang diperolehnya,
kesatuan utuh dai seorang
guru dalam menjalankan proses yang sepanjang hayat
fungsi dan tugasnya sebagai \lifetong) dan tidak pernah
konsekuensi tuntutan sebuah berakhir (never-ending), sela­
profesi. ma seseorang telah menyata­
Untuk mewujudkan se­ kan cm nya sebagai warga
jumlah kompetensi yang harus suatu profesi.
dimiliki oleh guru, maka Jika dalam masa
dalam pribadi guru harus pendidikan/latihan pra-jabatan
tertanam cara berpikir dan itu profesi nalisasi lebih ba­
berperilaku yang profesional. nyak ditentukan oleh lembaga
Cara berpikir dan berperilaku (community o f scholars, facul-
yang profesional merupakan ty members) dengan berpe­
sikap mental yang berusaha gang pada kaidah-kaidah
terus-menerus meningkatkan akademi?: dan Iat lan praktek
kompetensinya melalui mem­ yang standar, maka setelah
baca, menulis karya ilmiah, bekeiya, profesionalisasi lebih
beraiskus , mengakses infor­ banyak tergantung kepada
masi, mengikuti seminar, studi selap individu profesional
lanjut, dll. Kesadaran diri tersebut, apakah ia/mereka
semacam ini akan melahirkan mau meningkatkan profe­
guru yang profesional. Aktivis sionalitasnya (skills yang
dalam meningkatkan pengeta­ ditamp}-Ikan) dan profesio­
huan, keterampilan dan sikap nalismenya (komitmen pada
profesional ini harus berlang­ profesi), apakah ia mau terus
sung sepan : mg hayat. belajar, bergaul secara akrab
Hal in c tegaskan oleh dengan rekan sejawatnya
Sanu (1991) bahwa profesio­ untuk saling memberi dan
nalisasi, menunjuk pada menerima dalam suatu iklim
proses peningkatan kualifikasi kesejawatan dan kebersamaan
maupun kemampuan para ang­ (Satori, 2005).
gota profesi dalam mencapai
kriteria yang standar dalam B. APAKAH GURU
penampilannya sebagai suatu MEMENUHI CIRI-
profesi. Profesionalisasi pada CIRI SEBUAH
dasarnya merupakan serang­ PROFESI?
kan m proses pengembangan
profesional {professional de- Salah satu hal yang harus
melekat pada kepribadian guru
velopment), baik dilakukan
adalah memberikan pelayanan
melalui pendidikan/latihan
yang terba c bagi peserta
“pra-jabatan” maupun latihan
didik. Orang tua yang meni-
dalam abatan {Inservice trai-
tpkan anaknya ke sekolah
nning). Oleh karena itu,
mengharapkan pelayanan
profesionalisasi merupakan
yang terbaik di sekolah. 5. Membutuhkan suatu ke­
Tuntutan orang tua atau ma­ giatan intelektual yang
syarakat terhadap pendidikan tinggi.
yang bermutu semakin t/,igg:. 6. Adanya organ jasi yang
Orang tua atau masyarakat dapat men igkatkan stan­
banyak berharap agar anaknya dar pelayanan, disiplin
dapat diajari oleh guru yang diri dalam profesi, serta
profesional. Orang tua dan kesejahteraan anggotanya.
masyarakat memandang bah­ 7. Memberikan kesempatan
wa salah satu keberhasilan untuk kemajuan, spesia­
yang akan diraih oleh anaknya lisasi dan kemandirian.
apallla sekolah tersebut me- S. Memandang profesi se­
milik guru yang kompeten. bagai suatu karier hidup
Untuk mengetahui apa­ (a ¡¿ve career) dan men­
kah guru adalah sebuah jadi seorang anggota yang
profesi, di bawah ini dikemu- permanen.
kakan ci i-ciri profesi da< pa­
ra pakar pendidikan. Lebih lanjut Sanusi
Menurut Robert W. (1991) mengutarakan ciri-ciri
Rickey (1974) bahwa ciri-ciri utama suatu profesi itu
suatu profesi sebagai berikut: sebagai berikut:
1. Lebih mementingkan pe­ 1. Suatu jabatan yang
layanan kemanusiaan memiliki fungsi dan
yang ideal dari pada signifikansi sosial yang
kepentingan pribadi. menentukan (crusial).
2. Seorang pekerja profe­ 2. Jabatan yang menuntut
sional, secara relatif me­ keteramp: ian/keahlian ter­
merlukan waktu yang tentu.
panjang untuk mem­ 3. Keterampilan/keahlian
pelajari konsep-konsep yang dituntut jabatan itu
serta prinsip-prinsip didapat melalu pemeca­
pengetahuan khusus yang han masalah dengan
mendukung keahliannya. menggunakan teori dan
3. Memiliki kualifikasi ter­ metode ilmiah.
tentu untuk memasuki 4. Jabatan itu berdasarkan
profesi tersebut serta pada batang tubuh
mampu mengikut per­ disiplin ilmu yang jelas,
kembangan dalam per­ sistematik dan ekplisit,
tumbuhan jabatan. yang bukan hanya seke­
4. Memiliki kode etik yang dar pendapat khalayak
mengatur keanggotaan, umum.
tingkah laku, sikap serta 5. Jabatan itu memerlukan
cara keija. pendidikan perguruan
inggi dengan waktu yang landasan sejumlah teknik
cukup lama. dan prosedur yang in.ik.
6. Proses pendidilan untuk 3. Diperlukannya persiapan
jabatan itu juga meru­ yang sengaja dan sis­
pakan aplikasi dan tematis sebelum orang
sosialisasi nilai-nilai mampu melaksanakan
profesional itu send i suatu pekeijaan profe­
7. Dalam membeirikan laya­ sional.
nan kepada masyarakat 4. Dimilikinya suatu meka­
anggota profesi itu nisme untuk menyaring,
berpegang teguh pada sehinga hanya mereka
kode etik yang dikontrol yang dianggap kompeten
oleh organisasi profesi. yang d perbolehkan be­
8. Tiap anggota profesi kerja untuk lapangan
mempunyai kebebasan pekeijaan tertentu.
dalam memberikan judg- 5. Dimilikinya organisasi
ment terhadap permasa­ profesional yang disam-
lahan profesi yang diha­ ping melindungi kepen­
dapinya. tingan anggotanya dari
9. Dalam prakteknya mela­ saingan kelompok luar,
yaki masyarakat, anggota juga berfungsi untuk
profe:: otonom dan bebas meningkatkan kualitas
da campur tangan orang layanan kepada masya­
luar. rakat, termasuk 1i adak etis
10. Jabatan ini mempunyai profesional pada anggo­
prestise yang tingg dalam tanya.
masyarakat, dan karena­
nya memperoleh mbalan Berdasarkan beberapa
yang tinggi pula. ciri yang dikemukakan di atas,
apakah guru sudah termasuk
Westby (1965) menya­ profesi? Jika jawabannya
takan secara terperi ic i, ciri adalah sudah memenuh suatu
keprofesian sebagi be ikut: profesi, apakah guru sudah
1. Pengakuan oleh masya­ dihargai oleh pemer itah dan
rakat terhadap layanan masyarakat? Ini adalah per­
tertentu yang hanya dapat tanyaan yang ser lg muncul di
dilakukan oleh kelompok kalangan para pendidik dan te­
pekeria yang dikatego­ naga kependic kan sekarang
rikan sebagai suatu ini.
profesi. Akhir-akhir ini profesi
2. Dimilikinya sekumpulan guru mulai diperhatikan oleh
bidang ilmu yang menjadi pemerintah dengan lahirnya
Undang-Undang Guru dan
Dosen. Implémentas: UU guru tertanam sikap profesional.
dan dosen yang teiah di­ Profesionalisasi harus menjadi
tetapkan oleh pemerintah se­ cara berpikir (mindset) guru
dang dinantikan oleh beij ita- dalam mengarung tugas
juta guru di tanah air profesinya. Profesona 1 sas
Indonesia. Jika Undang- merupakan proses yang
undang ini diwujudkan, sepanjang hayat (lifelong) dan
kesejahteraan guru akan me­ tidak pernah berakh (never-
ningkatkan karena ga pokok ending), selama seseorang
guru naik satu kali lipat telah menyatakan dirinya
dibandingkan dengan ga; sebaga warga suatu profesr
sebelum undang-undang ini Dan per-ulasan di atas,
lahir. dapat dikemukakan bahwa
guru dianggap. sebagai suatu
C. PROFESIONALISASI profesi b iamana ia memiliki
GURU DALAM pernyataan dasar, keterampi­
PENDIDIKAN lan teknik serta didukung oleh
sikap kepribadian yang
Apakah kesejahteraan
mantap. Menurut Soedlarto
guru yang meningkat akan
(1982) bahwa guru yang
diikuti pula oleh pen igkatan
profesional harus memiliki
mutu pendidikan? Jawabannya
kompetensi berikut:
belum tentu. Jika kese­
1. Kompetensi Profesional,
jahteraan in diikuti oleh
artinya ia memiliki pe­
pemahaman ,.guru.yang benar ngetahuan yang luas serta
yakni termotivasi' untuk dalam da i subjek matter
berusaha terus meningkatkan
(bidang studi) yang akan
kompetensinya dan tanggung
diajarkan serta pengua­
jawabnya, tentunya hal ini
saan metodologi » dalam
akan melahirkan proses
ar mer iliki pengetahuan
peningkatan mutu pendidikan.
konsep teoritik, mampu
Sebaliknya, apabila yang memilih metode yang
terpikir oleh guru adalah
tepat serta mampu meng­
membel barang, membuka
gunakan berbagai metode
rekening baru agar dapat me­
dalam proses belajar me­
minjam uang ke Bank, dan
ngajar. Guru pun harus
perilaku konsumtif lainnya, memilii; pengetahuan
maka pei 'ngkatan kesejah­
luas tentang landasan
teraan guru tidak akan diikuti
kepenuidiKan dan pema­
oleh peningkatan mutu pen­
haman terhadap subjek
didikan. didik (murid).
Oleh karena itu, di 2. Kompetensi Personal,
dalam prinad guru harus
arilnya menilik sikap
kepribadian yang mantap, menjadi tanggung
sehingga mampu men­ jawabnya.
jadi sumber identifikasi b. Memiliki kebebasan
bagi subjek. Dengan kata untuk mengambil
lain, guru harus memiliki langkah-langkah in­
kepribadian yang patut teraksi edukat f da­
diteladani, sehingga lam batas tanggung
mampu melaksanakan ke­ jawabnya dan ikut
pemimpinan yang d ike­ serta dalam proses
mukakan oleh Ki Hadjar pengembangan pen­
Dewantara yaitu Tut Wuri didikan setempat.
Handayani, Ing Madya c. Menikmati kepemim­
Mangun Karso dan Ing pinan teknis dan du­
Ngarso Sung tulodo. kungan pengelolaan
3. Kompetensi______Sosial. yang efektif dan efi­
artinya ia menunjukkan sien dalam rangka
kemampuan berkomun' menjalankan tugas
kasi sosial, baik dengan sehari-hari.
murid-muridnya maupun d. Menerima perlindu­
dengan sesama teman ngan dan penghar­
guru, dengan kepala gaan yang wajar ter­
sekolah bahkan dengan hadap usaha-usaha
masyarakat luas. dan prestasi yang
4. Kemampuan untuk mem­ inovatif dalam bi­
berikan pelayanan yang dang pengabc iannya.
sebaik-ba^Knya yang ber­ e. Menghayati kebeba­
arti mengutamakan nilai san mengembangkan
kemanusiaan daripada kompetensi profesio­
nilai benda material. nalnya secara indivi­
dual maupun secara
Apabila seorang guru institusional (Satori,
telah memiliki kompeten­ 2005).
si tersebut di atas, maka
guru tersebut telah Menurut Sanusi
memiliki hak profesional (1991:23) terdapat enam a-
karena ia telah dengan sumsi yang melandasi per­
nyata memenuhi syarat- lunya profesionalisasi dalam
syarat berikut: pendidikan (dan bukan dila­
a. Mendapat pengakuan kukan secara acak saja),
dan perlakuan hukum yakni sebagai berikut:
terhadap batas wewe­ 1. Sub ;k pendidikan adalah
nang keguruan yang manusia yang memiliki
kemauan, pengetahuan,
emosi, dan perasaan dan didik dengan pendidik
dapat dikembangkan se­ yang memungkinkan pe­
suai dengan potensinya; serta didik tumbuh ke
sementara itu pendidikan arah yang dikehendaki
dilandasi oleh nilai-nilai oleh pendidik agar selaras
kemanusiaan yang meng- dengan nilai-nilai yang
hargai martabat manusia. dijunj mg tinggi masya­
2. Pendí» ikan dilakukan se­ rakat.
cara intensional, yakni 6. Sering terjadinya dilema
secara sadar bertujuan, antara tujuan utama
maka pendidikan men­ pendidikan yaitu menjadi­
jadi normatif yang diikat kan manusia sebagai
oleh norma-norma dan manusia yang baik
nilai-nilai yang baik (dimensi intrinsik) dengan
secara universal, nasio­ misi instrumental yakni
nal, maupun lokal, yang yang merupakan alat
merupakan acuan para untuk perubahan atau
pendidik, peserta didik mencapai sesuatu.
dan pengelola pendidi­
kan. Mengacu kepada enam
3. Teori-teori pendidikan asumsi yang melandasi perlu­
merupakan jawaban ke­ nya profesionalisasi dalam
rangka hipotesis dalam pendidikan, guru dituntut un­
menjawab permasalahan tuk tumbuh kesadaran diri
pendidikan. secara mendalam untuk
4. Pendidikan bertolak dari senantiasa bekeija keras dan
asumsi pokok tentang memiliki motivasi yang kuat
manusia, yakni manusia agar men igkatkan kompe­
mempunyai potensi yang tensi, pengetahuan, keteram­
ba;'c untuk berkembang. pilan dan sikapnya. Untuk
Oleh sebab itu pendidikan mewujudkan profesionalisasi
itu adalah usaha untuk guru yakni dengan terus-
mengembangkan potensi menerus meningkatkan kom­
unggul tersebut. petensinya. Menurut Udi
5. ln:5 pendidikan teijadi Turmudi (dalam Satori, 2005)
dalam prosesnya, yakni bahwa aspek-aspek kompe-
sitúas! dimana teijadi tens keguruan dapat d lukis­
dialog antara peserta kan dalam gambar 2 di bawah:
Aspek-aspek Kompetensi Keguruan
(Sumber: Udi Turmudi, 1987)

Winamo Surachmad itu tidak saja dapat


(1973) menyatakan bahwa : memperkuat pengaruh teknis,
“sebuah profesi, dalam tetapi juga pengaruh-pengaruh
artinya yang umum, adalah sosial dan politik, kedaiam
bidang pekerjaan dan maupun keluar. Umumnya
pengabdian tertentu. Yang dengan mudah orang me­
karena hakekat dan sifatnya nyetujui bahwa tugas sebagai
membutuhkan persyaratan seorang guru baiknya dipan­
dasar, keterampilan teknis dang sebagai tugas profe­
dan sikap kepribadian sional. Tetapi tidak semua
t e r t e n t u Dalam bentuknya menyadari bahwa profesio­
yang modem, profesi itu nalisasi tenaga pelaksana itu
ditandai pula oleh adanya bukan hanya terletak dalam
pedoman-pedoman tingkah masa-masa persiapan (pendi­
laku yang khusus memper­ dikan pendahuluan) tetapi juga
satukan mereka-mereka yang di dalam pembinaan dan cara-
tergolong di dalamnya sebagai cara pelaksanaan tugas sehari-
satu korps, ditinjau dari hari. Dengan perkataan lain
pembinaan etik jabatan. profesionalisasi guru tidak
Pelembagaan profesi, serupa selesai dengan diberikannya
lisensi mengajar kepada yang berpengaruh terhadap
mereka yang berhasil hasil belajar harus memenuhi
menamatkan pendidikannya. standar minimal. Aspek yang
Untuk menjadi guru ini baru berpengaruh terhadap hasil
mencakup aspeknya yang belajar itu adalah: (a) Imple­
formil. Kualifikasi yang mentasi kurikulum/proses
formil ini masih perlu dijiwai belajar mengajar, (b) admi-
dengan kualifikasi riil dan ini nsitrasi/manajemen sekolah,
hanya mungkin diwujudkan (c) organisasi/kelembagaan
dalam praktek. sekolah, (d) Sarana dan pra­
sarana, (e) tenaga pendidik
D. SERTIFIKASI GURU dan kependidikan, (f) pembia­
DALAM PENING­ yaan, (g) siswa/peserta didik,
KATAN MUTU PEN­ (h) peran serta masyarakat,
DIDIKAN dan (i) lingkungan sekolah
yang bersih dan kondusif (PP
Dalam UU Nomor
No. 19 Tahun 2005).
14/2005 tentang Guru dan
Aspek-aspek yang ber­
Doseii dinyatakan bahwa
pengaruh terhadap mutu pen­
“Guru wajib memiliki kua­
didikan sebagaimana disebut­
lifikasi akademik, kompetensi,
kan di atas, tenaga pendidik
dan sertifikat pendidik.
(guru) tidak bisa dijabat oleh
Pemerintah dan pemda wajib
orang yang tidak memiliki
membina dan mengem­
standar kompetensi dan
bangkan kualifikasi akademik
kualifikasi sebagaimana diper­
dan kompetensi guru.”
syaratkan. Karena guru hanya
Berdasarkan UU tersebut
dapat dijabat oleh orang-orang
guru wajib memiliki kualifi­
yang memiliki standar ke­
kasi akademik, kompetensi
guruan. Kondisi mutu
dan sertifikat. Kewajiban ter­
pendidikan yang rendah salah
sebut apabila dapat dimple-
satu faktornya karena masih
mentasikan secara transparan,
banyak guru yang mengajar
bermutu dan akuntabel akan
tidak sesuai dengan bidang
melahirkan proses peningka­
keahliannya. Disamping itu
tan mutu pendidikan.
pula, faktor kesejahteraan
Standardisasi mutu pen­
guru yang relatif masih
didikan tidak hanya dilakukan
rendah, apalagi guru honorer.
terhadap hasil (kompetensi)
Sedangkan faktor internal
saja, tetapi juga terhadap se­
guru, tidak sedikit guru yang
luruh aspek yang memberi pe­
tidak meningkatkan kompe­
ngaruh terhadap hasil belajar.
tensinya. Guru merasa cukup
Untuk menjadikan pendidikan
dengan pengetahuan dan
bermutu, keseluruhan aspek keterampilan yang dimilikinya
sekarang. Ia kurang berusaha benar menjadi salah satu
untuk secara terus-menerus upaya agar mutu pendidikan
meningkatkan kompetensinya. semakin meningkat. Se­
Bahkan ada sebagian guru baliknya, apabila proses
yang tidak memahami sertifikasi ini hanya memenuhi
hakikatnya sebagai pendidik. persyaratan formal saja, lebih-
Guru hanya dipahami oleh lebih proses uji kompetensi
dirinya sebagai suatu peker­ dan sertifikasi ini dihiasi oleh
jaan mengajar saja dan setelah KKN, maka sertifikat yang
itu ia memperoleh gaji. Jika diraih guru itu tidak akan
pemahaman seperti ini berarti apa-apa dalam
melekat pada diri seorang peningkatan mutu pendidikan
guru, apa yang diharapkan nasional. Untuk lebih jelasnya
dengan guru seperti ini? Oleh dapat di lihat pada gambar di
karena itu, dengan akan bawah ini:
bergulirnya sertifikasi guru
merupakan saat yang tepat
untuk memposisikan guru
pada posisi yang sebenarnya.
Sehingga dengan diberlaku­
kannya sertifikasi ini benar-

lulusan 0- lulusan Q-
(VfSarJana tvtt&rfana
«apendfdfcan tfonftapeftdldlkan
L . — ........^

Sertifikasi
Profesi Guru
Baru

Standar
: Kdraoetofl#
i G<nUPemula
< SK 6I>)

❖ P e d a g o g ik
<♦ K e p rib a d ia n
<• P ro fe s io n a l
❖ S osia l

fia m h n r 9 Prr»cp>c C p r t ifiL -o c i O n m


Sertifikasi yang akan Basuni Suryamihardja, 1986,
dilaksanakan hendaknya PGRl Sebagai Organi­
memperhatikan kriteria dan sasi Profesi Bagi Gurux
persyaratan yang harus dipe­ Bandung; IPBI.
nuhi oleh guru. Hanya guru
yang memenuhi persyaratan Departemen Penerangan RI,
dan kriteria tertentu saja yang 1974, Undang-undang
boleh mengikuti uji kom­ No. 8 Tahun 1974 ten­
petensi untuk memperoleh tang Pokok-pokok Kepe-
sertifikat. Sertifikat diberikan gawaianx Jakarta.
hanya kepada guru yang
benar-benar memenuhi per­ Nasution, S., 1987, Sejarah
syaratan dan kriteria serta Pendidikan Indonesia,
lulus seleksi secara transparan Bandung: Jemmars.
dan akuntabel.
Secara teoritis, proses Omstein, Allan C., dan
sertifikasi yang dilakukan Levine, Daniel U., An
dengan benar akan berkon­ Introduction Foundation
tribusi positif terhadap mutu o f Educationa Third Edi­
pendidikan. Mutu pendidikan tion, Boston: Houghton
adalah keadaan baik-kurang Miffin Co.
baiknya kondisi, layanan dan
hasil pendidikan di suatu PGRI, 1973, Buku Kenang-
sekolah berdasarkan kriteria kenangan Kongres PGRI
ideal dan harapan masyarakat. ke XIII 21 s.d. 25
Kondisi, layanan, dan hasil Nopember 1973 dan
pendidikan yang sesuai atau HUT PGRI ke XXII.
melebihi harapan pihak yang
berkepentingan adalah indi­ Peraturan Pemerintan No. 19
kator utama sekolah bermutu. Tahun 2005 ...tentang
Standar Nasional Pendi­
dikan.

DAFTAR PUSTAKA R Hermawan S., 1979, Etika


Keguruan: Suatu Pende­
Amitai, Etzioni, 1969, The katan Terhadap Kode
Semiprofesions and Etik Guru, Jakarta: PT.
Their Organizations, Margi Waluyu.
Teacher Nurses and
Social Workersx New Richey, Robert W., 1974,
York: Free Press, h.v. Preparing for a Career
in Education, New York:
Me Graw Hill.
Rochman Natawidjaja, 1989, Penulis:
Meningkatkan Kualitas
Daman Hermawan,
Profesional Guru SD
Dosen Jurusan
Melalui Pemantapan
Lembaga Pendidikannya\ Aammistrasi Pendidikan FIP
DPI.
Makalah Seminar,
Bandung PGRI.

Sanusi, Ahmad, 1991, Studi


Pengembangan Model
Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikanx
IKIP Bandung.

Soedijarto, 1982, Kemampuan


Profesional Tenaga Ke-
pendidikan (Terutama
Guru) dan Implikasinya
dalam Penyusunan
Kurihilum LPTK'x
MalftAg: Konsorsium
Ilmu Pendidikan.

Satori, Dj&m’an, (2005),


Modtil Profesi Kegu­
ruan, Bandung

T. Raka Joni, (1979),


Langfcpjfedangkah Pe=
ngembangan Kurikulum
dah htaf Akademik.

Uhdfang-Uftdang No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan
Dosen.

Anda mungkin juga menyukai