Anda di halaman 1dari 17

Beranda › Kurikulum

LANDASAN KURIKULUM 2013

Ditulis sahaja Sabtu, 23 April 2016 Tulis Komentar

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan landasan yuridis, landasan filosofis, landasan empirik, dan
landasan teoretis. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk
pengembangan kurikulum. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada
manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan
pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar
teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.

1. Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi.Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan
Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN). Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya
adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran
Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan.

2. Landasan Filosofis

Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa,
yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta
dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa
sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai
dan pretasi bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai
anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan
bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa
dan warga negara di masa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut, kurikulum selalu
menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial- budayanya, mengembangkan kehidupan individu
peserta didik sebagai warga negara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan
masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi.

3. Landasan Empiris

Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya
kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi bangsa
masih tetap ada.Maka, kurikulum harus mampu membentuk manusia Indonesia yang mampu
menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai bagian dari
bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.

Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan dengan beban
belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar.Beban belajar ini bahkan secara kasatmata terwujud pada
beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah.Beban belajar ini salah satunya berhulu dari
banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar.Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar
perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan
pembentukan karakter.

Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secara negatif
lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya potensi rawan pangan
pada berbagai belahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus dihadapi
generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk
membangun kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan
kemampuan untuk merumuskan pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan
ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan.
Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment),studi yang memfokuskan pada literasi
bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah
dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan
siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang
komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan
masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum, yaitu tidak membebani peserta didik dengan konten namun mengutamakan pada aspek
kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun
negaranya pada abad 21.

BACA JUGA:

Penilaian K13 dan Pengisian Rapor

Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang


Standar Proses

PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

4. Landasan Teoretik

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based
education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.

Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas
minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum
dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di atasnya. Standar
kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan.Standar Kompetensi Lulusan
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK.

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan


keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang
bersangkutan berinteraksi.Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam SKL.Hasil dari pengalaman
belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang
dinyatakan dalam SKL.
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kurikulum merupakan hal yang pokok dalam dunia pendidikan. Hal-hal yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan pendidikan dipandang sebagai kurikulum. Kurikulum merangkum semua pengalaman
belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai,
pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan, mereka itu
pendidik, pejabat pendidikan, penguasaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Namun, dalam
perwujudan dari prinsip, aspek dan konsep kurikulum tersebut terletak pada guru. Sehingga guru
memiliki tanggung jawab terhadap tercapainya tujuan kurikulum itu sendiri.

Seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan melaksanakan prinsip-prinsip apa saja yang
terdapat dalam kurikulum. Namun hal ini sering diabaikan oleh para pelaksana kuikulum, sehingga
pencapaian tujuan pendidikan tidak optimal atau bahkan melenceng dari tujuan sebenarnya.

Oleh karena itu, penting sekali bagi pendidik mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kurikulum,
termasuk salah satu di dalamnya yaitu prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dalam prinsip
pengembangan kurikulum terdapat tiga hal pokok diantaranya, prinsip umum dari kurikulum, prinsip
khusus yang didasarkan pada kurikulum 2006 (KTSP), dan prinsip khusus yang berdasarkan pada
kurikulum 2013. Hal inilah yang mendasari penyusun untuk menyusun makalah yang berjudul prinsip
prinsip pengembangan kurikulum. Salah satunya yaitu agar kita sebagai calon pendidik memiliki
pengetahuan akan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, sehingga kita mudah dalam
pelaksanaannya.
Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan, sebagai berikut:

Apakah pengertian dari pengertian prinsip pengembangan kurikulum?

Bagaimana prinsip-prinsip umum dalam kurikulum?

Bagaimana prinsip-prinsip khusus berdasarkan pada kurikulum 2006 (KTSP)?

Bagaimana prinsip-prinsip khusus berdasarkan pada kurikulum 2013?

Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan agar dapat:

Memahami makna prinsip dalam pengembangan kurikulum

Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip umum dalam kurikulum

Mengeatahui dan memahami prinsip-prinsip khusus berdasarkan pada kurikulum 2006 (KTSP)

Mengetahui dan memahmi prinsip-prinsip khusus berdasarkan pada kurikulum 2013

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang
lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga
dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik.
Dengan kata lain, pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru
melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode
waktu tertentu. Prinsip kurikulum dapat juga dikatakan sebagai aturan yang menjiwai pengembangan
kurikulum. Prinsip tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain atau dihasilkan sesuai
dengan permintaan semua pihak yakni anak didik, orangtua, masyarakat dan bangsa.

Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembangn kurikulum sebagai suatu proses
yang kontinu, merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan,
bahan, kegiatan dan evaluasi.

Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat.

Penerapan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum salah satunya dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya
dalam kurikulum berbasis kompetensi dimana dalam prinsip pengembangan ini juga memperhatikan
beberapa aspek mendasar tentang karakteristik bangsa.

Prinsip-prinsip Umum Kurikulum

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum, yaitu sebagai berikut:

Relevansi

Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan proses belajar harus
relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan relevansi ke dalam berarti
bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara
tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang menunjukkan keterpaduan kurikulum.

Fleksibilitas

Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini
dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Hal ini berarti
bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang
anak.

Kontinuitas

Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara berkesinambungan,
maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu
tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara
jenjang pendidikan dengan pekerjaan.

Praktis/efisiensi

Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah.
Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik
keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.

Efektifitas

Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari kebijakan-kebijakan
pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara aspek utama kurikulum yaitu
tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Adapun menurut Hamalik (1999: 30-32) ada delapan prinsip, diantaranya yaitu:

Prinsip Berorientasi pada Tujuan

Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan pendidikan tertentu.

Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap


(attitude) dan nilai (value), yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang
mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan
pendidikan nasional.
Prinsip Relevansi (Kesesuaian)

Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan (sesuai)
dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi
dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.

Efisiensi dan Efektifitas

Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu,
tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat
harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran.

Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara
tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan.

Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya
gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan
secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau
keberhasilan siswa.

Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan
keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu
kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota,
karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn
industri.

Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini
lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor
pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
Prinsip Kontiunitas (Berkesinambungan)

Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan
kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan
fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat
perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut
sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Prinsip Keseimbangan

Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai
program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin
dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur
keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan
terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan
sumbangan terhadap pengembangan pribadi.

Prinsip Keterpaduan

Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik
tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan
melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan
keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan
keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara
teori dan praktek.

Prinsip Mengedepankan Mutu

Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan
pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,
media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan
nasional yang diaharapkan.
Prinsip-prinsip Khusus Berdasarkan pada Kurikulum 2006 (KTSP)

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapat sejumlah prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,
dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta
status sosial ekonomi dan gender

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar
substansi.

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk


menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
Menyeluruh dan berkesinambungan.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur
pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal
Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena
prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum. Dalam menyikapi suatu
perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai
jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kultural (perilaku) guna memenuhi
prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum tersebut

Prinsip-prinsip Khusus Berdasarkan pada Kurikulum 2013


Prinsp-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum, 2013 ini sama seperti prinsip
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Sebagaimana telah disebutkan dalam Peraturan
Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi
Kurikulum 2013, sebagai berikut:

Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.

Hal tersebut menjadi dasar dalam pembentukan peserta didik secara utuh. Dalam KTSP disusun agar
semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.

Kebutuhan kompetensi masa depan

Kemampuan peserta didik yang diperlukan, yaitu kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, dan kreatif
dengan mempertimbangkan nilai dan norma Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki
minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya,
peduli terhadap lingkungan. Kurikulum harus mampu menjawab tantangan kehidupan di masa yang
akan datang sehingga perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu.

Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
peserta didik

Pendidikan merupakan proses sistematika untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang
memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, dan psikomotor) berkembang dengan memerhatikan
potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spiritual, dan kinestik
peserta didik.

Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan
pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk
mengahsilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah dan nasional.

Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.


Di era otonomi dan desentralisasi, kurikulum salah satu mendia pengikat dan pengembang keutuhan
bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
Untuk itu kurikulum perlu memerhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Untuk itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Agama

Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, takwa, serta akhlak mulia tetap
memlihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, di didalamnya harus memuat
semua mata pelajaran yang mendukung hal itu.

Dinamika perkembangan global

Kurikulum menciptakan kemandirian, baik individu maupun bangsa. Pergaulan antarbangsa semakin
dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk
hidup berdampingan dengan suku bangsa lain.

Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan


Kebangsaan Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik
yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan
wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam
wilayah NKRI.

Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat

Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan
menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresisasi pada budaya setempat
ditumbuhkan terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

Kesetaraan Gender Kurikulum

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang berkeadilan dengan memerhatikan
kesetaraan gender.

Karakteristik Satuan Pendidikan

Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam. Jogjakarta: DIVA
Press
Fadhillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta

Syaodih, Nana Sukmadinata. 2014. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai