NIM : 082011133035
No. Absen : 12
Pada tugas kali ini saya akan menjelaskan beberapa dari kelainan-kelainan kromosom
baik dari kelainan kromosom seks dan kelainan kromosom autosom. Adapun kelainan
kromosom seks yang akan dibahas adalah Sindrom Turner, Sindrom Klinefelter, Sindroma
Triple X, dan Sindrom Pria XXY. Untuk kelainan kromosom autosom, kita akan membahas
Sindrom Down, Sindrom Edward, Sindrom Patau, dan Sindrom Cri-du-Chat.
Sindrom Turner
Turner syndrome / sindrom Turner adalah kelainan genetik pada wanita yang
menyebabkan penderitanya bertubuh pendek dan mengalami gangguan kesuburan. Sindrom
Turner disebabkan oleh kelainan genetik akibat hilangnya kromosom X pada perempuan.
Sindrom Turner terjadi pada satu dari 2500 bayi perempuan, sehingga termasuk kondisi yang
jarang terjadi. Sampai saat ini, belum ada faktor yang diketahui bisa meningkatkan risiko
anak terlahir dengan sindrom Turner.
Sindrom Turner dapat terjadi pada siapa saja, dan tidak ada hubungannya dengan usia
ibu saat mengandung. Kondisi ini juga tidak diturunkan dari orang tua, dan sangat jarang
menimpa anak kedua.
Ciri-Ciri
Sindrom Turner ditandai dengan laju pertumbuhan yang lambat, sejak usia 3 tahun.
Oleh karena itu, tinggi badan penderita sindrom Turner akan lebih pendek dibandingkan
wanita seusianya. Penderita sindrom Turner juga akan terlambat mendapatkan menstruasi
pertama, akibat kekurangan hormon seksual. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penderita
sindrom Turner sulit memiliki anak, bila tidak diberikan pengobatan..
Penyebab
Susunan kromosom normal pada perempuan yaitu 46XX. Namun, salah satu kromosom X
akan rusak atau rusak pada pengidap sindrom Turner. Alterasi genetik pada sindrom Turner
antara lain:
Monosomy
Hilangnya 1 kromosom X biasanya terjadi karena kerusakan pada sperma atau ovum,
sehingga setiap sel pada tubuh pengidap hanya memiliki satu kromosom X.
Mosaicism
Masalah terjadi saat pembelahan sel di awal perkembangan janin yaitu beberapa sel memiliki
2 kromosom X seperti pada normalnya, sementara beberapa sel lainnya hanya memiliki 1
kromosom X.
Abnormalitas Kromosom X
Terkadang ditemukan adanya kekurangan atau defek pada kromosom X. Kelainan ini terjadi
jika 2 kromosom X yang terbentuk berasal dari 1 kromosom X normal dan 1 kromosom X
yang memiliki defek. Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh masalah saat
pembelahan sel, sehingga hanya beberapa sel memiliki kromosom X yang tidak normal
sementara sel lain memiliki kedua kromosom X normal.
Material Kromosom Y
Pada sedikit kasus, beberapa sel memiliki 1 kromosom X dan sel lainnya memiliki 1
kromosom X dan materi kromosom Y yang seharusnya tidak ada sama sekali pada sel tubuh
perempuan.
Semua kondisi tadi terjadi secara acak dan tidak diturunkan secara genetik.
Gejala
Sindrom Turner dapat didiagnosis sebelum kelahiran, karena gejala sindrom turner dapat
ditemukan saat bayi masih dalam kandungan. Sementara, gejala sindrom turner yang terlihat
setelah kelahiran, akan berbeda pada tiap tingkat kehidupan.
Sebelum kelahiran, melalui penggunaan prenatal ultrasound dapat ditemukan adanya
kumpulan cairan yang banyak pada bagian tengkuk leher atau bengkak pada bagian tubuh
lain. Selain itu, dapat juga ditemukan abnormalitas jantung dan ginjal.
Pertumbuhan terhambat.
Tidak terjadi percepatan tumbuh yang seharusnya terjadi pada masanya.
Postur tubuh pendek.
Pada saat pubertas, terjadi perubahan seksual yang tidak normal.
Perkembangan seksual yang terhenti pada saat remaja.
Menopause dini.
Mandul.
Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya salinan
kromosom X tambahan. Akibatnya, laki-laki yang dilahirkan dengan kondisi ini akan memiliki
beberapa karakteristik perempuan.
Orang dengan sindrom Klinefelter akan mengalami kegagalan perkembangan testis, akibat
hipogonadisme dan gangguan spermatogenesis. Angka kejadian sindrom Klinefelter di dunia
berkisar antara 1 dalam 500–1000 anak laki-laki. Sebanyak 3.1% laki infertil memiliki
sindrom ini.
Penyebab
Kelainan ini terjadi selama masa perkembangan janin di dalam kandungan. Semakin banyak
jumlah salinan kromosom X tambahan, umumnya akan semakin berat gangguan kesehatan
yang terjadi.
Belum diketahui penyebab pasti dari sindrom Klinefelter. Namun, salah satu faktor yang
diduga bisa meningkatkan risiko terjadinya kelainan genetik ini adalah usia ibu yang sudah
cukup tua saat hamil.
Gejala
Jika dibagi berdasarkan usia, gejala sindrom Klinefelter yang bisa muncul adalah:
- Bayi
Lebih tinggi dibandingkan dengan anak seusianya dengan perbandingan tungkai kaki
yang panjang, badan yang lebih pendek, pinggul yang lebih lebar
Masa pubertas (masa perkembangan organ seksual) terlambat, tidak sempurna, atau
tidak terjadi. Biasanya beberapa tandanya adalah testis (buah zakar) lebih kecil, penis
lebih kecil, rambut kemaluan lebih sedikit
Payudara membesar (ginekomastia)
Kurang bersemangat, kesulitan bersosialisasi, atau pemalu
Gangguan belajar, seperti sulit membaca, mengeja, atau menulis
- Dewasa
Pada laki-laki dewasa masalah kesuburan atau infertilitas bisa menjadi gejala utama sindrom
Klinefelter. Kondisi ini bisa diikuti oleh gejala lain, seperti:
Sindrom Klinifelter juga sering dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya beberapa
penyakit, seperti diabetes tipe 2, gangguan jantung dan pembuluh darah, hipotiroidisme,
penyakit autoimun, gangguan kecemasan, atau kanker payudara
Sindrom Triple X atau Sindrom Super Female
Sindrom Super Female merupakan kelainan genetik yang hanya dijumpai pada wanita.
Gangguan ini sering disebut sebagai sindrom triple X, sindrom XXX, atau trisomi X.
Diperkirakan satu dari 1.000 orang wanita mengalaminya.
Tidak seperti kebanyakan kelainan genetik lainnya, penyandang sindrom Super Female
umumnya tumbuh dan berkembang dengan normal, memiliki perkembangan seksual yang
normal, dan bisa beraktivitas layaknya kebanyakan orang. Ada kalanya wanita dengan
sindrom ini tumbuh lebih tinggi dari wanita biasa. Tetapi gangguan yang muncul akibat
sindrom Super Female lebih kepada gangguan otot dan gangguan bahasa.
Penyebab
Sindrom super female juga dikenal dengan sebutan sindrom XXX, trisomi X, atau 47,XXX.
Sindrom super female, muncul saat kromosom X pada wanita, berjumlah tiga. Normalnya,
wanita hanya memiliki dua kromosom X.
Dalam kondisi normal, setiap orang memiliki 23 pasang kromosom. Masing-masing pasang
kromosom terdiri dari dua copy. Pada wanita, salah satu pasang kromosom merupakan
kromosom seks XX. Pada penyandang sindrom Super Female, kromosom seks tersebut
memiliki kelebihan copy, sehingga kromosomnya menjadi XXX.
Hingga saat ini, penyebab kelebihan copy kromosom tersebut belum diketahui. Diduga hal ini
terjadi karena pembentukan sel telur atau sperma yang tidak sempurna. Atau dugaan lain
adalah karena adanya masalah pada tahap awal perkembangan embrio. Meski merupakan
masalah genetik, tetapi masalah ini bukan merupakan gangguan yang diturunkan dari orang
tua ke anak.
Gejala
Gejala sindrom Super Female sangat bervariasi. Sebagian penderitanya bahkan tidak
menunjukkan gejala yang jelas. Tetapi umumnya, wanita dengan sindrom Super Female
mengalami beberapa gejala sebagai berikut:
Tubuhnya lebih tinggi dari wanita lain seusianya. Tapi umumnya tingginya tidak
proporsional, tungkainya sangat panjang.
Mengalami kelemahan otot
Mengalami kelainan jari (jari melengkung)
Jarak antara kedua mata lebih lebar dari normal
Memiliki kelainan pada ovarium. Tetapi umumnya perkembangan seksual dan
kesuburan penderita sindrom Super Female normal. Hanya sebagian kecil yang
mengalami gangguan perkembangan rahim atau sel telur.
Selain tampak pada penampilan luar, wanita yang mengalami sindrom Super Female sering
mengalami keterlambatan berbicara, kesulitan berinteraksi dengan orang lain, kesulitan
membaca, kesulitan menulis, atau masalah dalam berhitung. Karena kesulitan belajar yang
dialami, sebagian penderita sindrom Super Female mengalami gangguan cemas, depresi, atau
hiperaktif (attention deficit hyperactivity disorder).
Pada bayi, gejala sindrom super female, bisa membuat perkembangannya melambat. Dalam
kasus yang langka, wanita dengan sindrom super female, juga bisa menderita penyakit
jantung, gangguan ginjal, dan sering kejang. Keterlambatan berbicara dan mengenal bahasa
juga menjadi gejala dari sindrom super female.Tidak sedikit, pengidap sindrom super female
mengalami kesulitan dalam belajar, membaca, hingga berbicara. Disebutkan, IQ pengidap
sindrom super female, mengalami penurunan 20 poin, dibandingkan wanita yang tidak
mengidapnya.
Satu dari 23 pasang kromosom tersebut merupakan kromosom seks yang menjadi penentu
jenis kelamin. Pada pria, kromosom seks terdiri dari kromosom X dan kromosom Y (XY),
kemudian wanita terdiri dari dua kromosom X (XX). Sindrom Jacob terjadi ketika ada
kelebihan kromosom Y pada pria sehingga jumlah kromosom menjadi 47. Atas dasar itu,
kondisi ini juga dikenal sebagai sindrom XYY.
Ciri dan Gejala
Sindrom ini dapat dikenali dari sejumlah ciri dan gejala yang sudah bisa terlihat dari usia
bayi. Berikut ini adalah ciri-ciri atau gejala sindrom Jacob berdasarkan periode usia yang
perlu diketahui.
1. Usia Bayi
Ciri-ciri sindrom Jacob pada bayi adalah sebagai berikut:
Autisme
Kesulitan dalam memerhatikan berbagai hal
Perkembangan kemampuan motorik tubuh (menulis) terhambat
Kesulitan atau terlambat dalam berbicara
Gangguan emosional
Gangguan perilaku
Pergerakan tubuh abnormal
Otot lemah
Tidak mampu menangkap pelajaran dengan baik, terutama pelajaran eksakta
Memiliki tinggi badan di atas rata-rata per usia
3. Usia Dewasa
Pada usia dewasa, masalah kesuburan (infertilitas) menjadi gejala yang mungkin dialami oleh
pria yang teridentifikasi mengalami sindrom Jacob ini.
Selain itu, masih ada beberapa ciri khas pengidap sindrom XYY tersebut, yaitu:
Penyebab
Sindrom Jacob adalah hasil dari mutasi genetik yang terjadi selama proses pembentukan kode
genetik pria. Menariknya, sebagian besar kasus sindrom XYY tidak diwariskan.
Para peneliti hingga saat ini belum dapat meyakini jika faktor keturunan (genetik) menjadi
penyebab Sindrom Jacob tersebut. Itu artinya, pria dengan sindrom XYY tidak pasti akan
mewarisi kelainan genetik ini kepada anaknya kelak. Risikonya tetap sama—atau bahkan bisa
lebih kecil—daripada pria lainnya yang normal.
Kendati demikian, mengapa seseorang bisa terlahir dengan sindrom ini diduga karena sel
sperma yang tidak dapat berkembang secara optimal. Atau, hal ini dipicu oleh adanya
kesalahan pada proses pembentukan kromosom Y pada fase awal dari perkembangan calon
janin (embrio).
Pada sejumlah kasus yang terjadi belakangan ini, pria mungkin saja memiliki beberapa sel
yang tidak terdampak. Itu artinya, ada beberapa sel yang memiliki genotipe XY sementara
yang lain memiliki genotipe XYY.
Sindrom Down
Gejala
Gejala down syndrome pada anak kecil mempunyai beberapa ciri fisik yang serupa karena
adanya faktor keturunan dari orang tua dan keluarga. Ada beberapa ciri fisik yang berperan
dalam penampilan pengidap down syndrome seperti:
Penyebab
Beberapa faktor dibawah ini dipercaya bisa meningkatkan risiko bayi lahir dengan down
syndrome seperti:
Sindrom Edward
Sindrom Edward adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya salinan ekstra pada
kromosom 18. Oleh sebab itu, kelainan yang menyebabkan gangguan pada banyak bagian dan
organ tubuh ini disebut juga trisomi 18.
Sindrom Edward merupakan kondisi yang jarang terjadi dan hanya dialami oleh 1 dari tiap
5.000 kelahiran. Bahkan, kebanyakan bayi yang menderita kelainan ini mati sejak di dalam
kandungan. Trisomi 18 adalah jenis kelainan kromosom kedua yang paling banyak terjadi
setelah trisomi 21 (Down’s syndrome).
Trisomi 18 mosaik
Trisomi 18 mosaik merupakan jenis sindrom Edward yang paling ringan, karena
salinan ekstra kromosom 18 hanya terdapat di beberapa sel tubuh. Sebagian besar bayi
dengan sindrom Edward mosaik dapat bertahan hidup hingga satu tahun, bahkan bisa
mencapai usia dewasa. Trisomi 18 mosaik terjadi pada 1 dari 20 bayi dengan sindrom
Edward.
Trisomi 18 parsial
Trisomi 18 parsial terjadi ketika salinan ekstra kromosom 18 tidak lengkap atau hanya
terbentuk sebagian. Kromosom 18 ekstra yang tidak lengkap ini kemungkinan
melekat pada kromosom lain di sel telur atau sel sperma (translokasi). Trisomi 18
parsial sangat jarang terjadi, hanya 1 dari 100 kasus sindrom Edward.
Trisomi 18 total
Trisomi 18 total adalah jenis sindrom Edward yang paling sering terjadi, di mana
salinan extra kromosom 18 yang lengkap ada di setiap sel tubuh.
Gejala
Gejala yang dapat dialami pada ibu hamil yang mengandung bayi dengan sindrom Edward,
yaitu:
Polihidramnion, air ketuban yang lebih banyak dari normal, disebabkan karena
kelainan pada reflek menelan janin dalam rahim.
Oligohidramnion, air ketuban sedikit, yang disebabkan karena kelainan pada ginjal
janin
Plasenta yang kecil atau tidak proporsional
Intrauterine Growth Retardation (IUGR), tidak berkembangnya janin dalam rahim
Aktivitas janin dalam kandungan lemah, sehingga ibu jarang atau tidak merasakan
gerak janin pada umur kehamilan yang sesuai
Sedangkan pada bayi atau janin, Sindrom Edward dapat mempengaruhi semua organ tubuh
bayi, yaitu:
Sindrom Patau
Sindrom patau adalah kelainan genetik langka yang disebabkan oleh tambahan salinan
kromosom 13 pada beberapa atau seluruh sel tubuh. Penyakit ini juga disebut dengan
trisomi 13. Setiap sel normalnya mengandung 23 pasang kromosom yang membawa
gen diturunkan dari orangtua. Namun, bayi dengan sindrom patau memiliki tiga
salinan kromosom 13 dari yang seharusnya hanya dua. Hal ini sangat mengganggu
perkembangan normal dan banyak kasus menghasilkan keguguran, kelahiran mati,
atau bayi meninggal setelah dilahirkan. Bayi dengan sindrom patau tumbuh perlahan
didalam rahim dan memiliki berat rendah, diikuti dengan masalah kesehatan lainnya.
Sindrom patau terjadi sekitar 1 di setiap 5000 kelahiran. Risiko memiliki bayi dengan
sindrom ini meningkat dengan usia ibu yang semakin tua. Lebih dari 9 dari 10 anak
yang terlahir dengan sindrom patau meninggal saat tahun pertama.
Penyebab
Komponen genetik manusia terdiri dari 23 pasang kromosom. Ketika terjadi kelainan pada
komponen genetik tersebut, maka seseorang dapat terlahir dengan kelainan genetik. Salah
satu kelainan genetik yang dapat terjadi adalah sindrom Patau.
Sindrom Patau terjadi ketika terbentuk salinan kromosom ke-13 tambahan di sebagian atau
seluruh sel tubuh. Oleh karena itu, penyakit ini disebut juga trisomi 13.
Sebagian besar kasus sindrom Sindrom Patau terjadi secara acak. Artinya, kemunculannya
tidak berkaitan dengan penyakit yang diderita orang tua dan dapat terjadi meskipun tidak
memiliki riwayat penyakit genetik serupa dalam keluarga.
Untuk mendiagnosis sindrom Patau secara pasti, dibutuhkan pemeriksaan medis lengkap dari
dokter. Dokter mungkin akan menyarankan amniocentesis atau chorionic villus
sampling (CVS) untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan pada DNA janin serta USG
kehamilan saat usia kehamilan ibu mencapai 10-14 minggu.
Sindrom cri du chat adalah kelainan lahir bawaan pada bayi yang membuat si kecil
memiliki suara tangisan melengking layaknya jeritan seekor kucing. Istilah “cri du chat”
berasal dari bahasa Perancis yang berarti “cry of a cat” atau “tangisan kucing”. Sindrom cri
du chat adalah kondisi kelainan kromosom yang juga dikenal dengan nama 5p- (5p minus).
Ini karena ada bagian yang hilang dari kromosom ke-5.
Sindrom cri du chat adalah kondisi kelainan bawaan saat bayi baru lahir yang jarang
terjadi. Mengutip dari U.S National Library of Medicine, tercatat sekitar 1 sampai 20.000-
50.000 bayi baru lahir bisa mengalami sindrom ini.
Sesuai dengan namanya, gejala khas dari sindrom cri du chat adalah suara tangisan bayi yang
melengking tinggi seperti kucing. Gejala cri du chat ini biasanya berbeda-beda antara setiap
bayi yang mengalaminya.
Tingkat keparahan gejala bayi juga tidak sama tergantung dari seberapa banyak bagian yang
hilang pada kromosom ke-5.
Berbagai tanda dan gejala sindrom cri du chat adalah sebagai berikut:
Mengutip dari National Human Genome Research Institute, cri du chat pada bayi dan anak
juga bisa meliputi ukuran kepala kecil (mikrosefali).
Bukan hanya itu, berat badan lahir bayi rendah (BBLR) dan berat badannya cenderung sulit
naik seiring bertambahnya usia. Selain itu, bayi dan anak dengan sindrom ini juga dapat
mengalami komplikasi lain, seperti:
Kelainan struktur tenggorokan juga membuat bayi sulit untuk makan, minum, dan
menelan. Ini membuat bayi dan anak bisa mengalami gagal
tumbuh karena kekurangan zat gizi.
Hipertelorisme, jarak antara kedua mata terpisah lebih jauh dari kondisi normalnya.
Kelainan ginjal.
Masalah tulang, contohnya skoliosis atau kondisi tulang belakang yang melengkung.
Bayi dan anak dengan sindrom ini kerap mengalami kesulitan dalam berbicara dan berbahasa.
Namun, bayi dan anak yang mengalami sindrom ini mampu belajar keterampilan verbal
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Meski ada bayi dengan sindrom cri du chat yang juga lahir dengan cacat organ dan kondisi
medis serius, sebagian besar bayi sebenarnya memiliki harapan hidup yang normal.
Bayi dan anak-anak yang mengalami sindrom ini biasanya tetap bisa beraktivitas dengan baik
dan menjalani interaksi sosial dengan orang lain seperti biasa.
Bayi dengan sindrom cri-du-chat juga memiliki fitur wajah yang khas terutama di bagian
mata, rahang, dan wajah bulat. Pada beberapa kasus, bayi yang terlahir dengan sindrom cri-
du-chat memiliki kelainan pada jantungnya.