Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOLOGI

KELAINAN PADA MANUSIA AKIBAT MUTASI

Di susun oleh : Titin Tria Mulyana dan Fathonah


Kelas : XII MIPA

MA MUHAMMADIYAH MAJENANG
PONTRENMU DAARUL ULUM MAJENANG
Alamat : Jl SIRKAYA TELP (0280)621421
KELAINAN PADA MANUSIA AKIBAT MUTASI

1) SINDROM DOWN
Sindrom Down merupakan kelainan bawaan ditandai dengan kumpulan gejala fisik
(phenotype) berupa hidung “pesek”, mata kecil dan sipit, telinga kecil, lidah besar, dan
perawakan pendek disebut juga Trisomi 21 karena disebabkan oleh kelebihan jumlah kromosom
21 yaitu berjumlah tiga (tri) yang pada orang normal mempunyai dua. Sindrom Down
merupakan penyebab genetik disabilitas intelektual paling sering yang tidak diturunkan (95%
tidak diturunkan, 5% diturunkan). Pertama kali ditemukan oleh dokter dari Inggris bernama
Langdon Down tahun 1862 yang melakukan riset mengenai karakteristik fisik disabilitas
intelektual yang oleh dokter Down dianggap seperti ras Mongolia, namun demikian penyebutan
Sindrom Mongolia mulai ditinggalkan sejak tahun 1970 karena dianggap rasis sehingga
penamaan ini sekarang tidak digunakan lagi.
Sindrom Down pada umumnya (95%) disebabkan karena gagalnya pembelahan sel gamet (sel
telur atau sperma) pada proses Meiosis I ataupun Miosis II  (non-disjunction) sehingga
mengakibatkan terjadinya kelebihan kromosom 21 sel gamet, apabila sel gamet tersebut dibuahi
akan menghasilkan bayi dengan kelebihan 1 kromosom 21 atau disebut Trisomi 21 dengan
kariotip: 47, XX,+21 (Perempuan) atau 47, XY, +21 (Laki-laki). Sindrom Down jenis ini disebut
sebagai Sindrom Down Klasik dan tidak diturunkan.

Kariotip Sindrom Down Klasik Perempuan (47,XX,+21)


Sebagian kecil kasus (5%) terjadi akibat terjadinya translokasi (perpindahan sebagian atau
seluruh kromosom ke kromosom lain) yang terjadi akibat adanya translokasi kromosom 21
dengan kromosom akrosentrik (tidak mempunyai lengan pendek) lain misalnya kromosom 14
(paling sering), kromosom 13, kromosom 15, dan dengan kromosom 21. Sindrom Down jenis ini
disebut sebagai Sindrom Down Translokasi dan pada umumnya diturunkan dari orang
tuanya (karier).

Kariotip Sindrom Down Translokasi (46,XY,t (14;21)(q10:q10),+21)


Tanda tanda fisik sindrom down

Pada saat lahir bayi dengan Sindrom Down mempunyai tonus otot yang lemah (floppy baby)
sehingga sering mangakibatkan bayi mengalami kesulitan minum susu yang mengakibatkan berat
badan bayi rendah.
Selain mengalami disabilitas intelektual dengan IQ berkisar antara 50-70, anak dengan Sindrom
Down mempunyai karakteristik fisik yang khas berupa:
 Kepala dan Leher: kepala kecil, mata sipit dan kecil dengan kelopak mata yang up-slanting,
hidung pesek, lidah besar (menjulur), telinga kecil dan rendah, leher pendek
 Tangan dan Kaki: garis tangan tunggal dan lurus (simean creases), jari-jari tangan dan kaki
pendek, antara jari kaki ke-1 dan ke-2 lebar (sandal gap), kaki bebek (flat feed)
 Perawakan pendek (short stature)

2) SINDROM KLINEFELTER

Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya salinan kromosom X
tambahan. Akibatnya, laki-laki yang dilahirkan dengan kondisi ini akan memiliki beberapa
karakteristik perempuan.
Kromosom adalah komponen di dalam sel tubuh yang berisi struktur genetik. Normalnya, laki-
laki memiliki 46 kromosom dengan kromosom seks XY, sedangkan perempuan memiliki 46
kromosom dengan kromosom seks XX. Kromosom seks sendiri merupakan kromosom yang akan
menentukan jenis kelamin seseorang.

Penyebab Sindrom Klinefelter


Sindrom Klinefelter terjadi akibat adanya salinan kromosom seks X tambahan. Kondisi ini terjadi
secara acak pada laki-laki dan tidak diturunkan.
Laki-laki yang mengalami sindrom Klinifelter klasik akan memiliki kromosom 47 XXY,
sedangkan penderita sindrom Klinifelter varian bisa memiliki kromosom 48 XXXY, 48 XXYY,
atau 49 XXXXY.
Belum diketahui secara pasti penyebab adanya salinan kromosom X tambahan tersebut. Hanya
saja, kelainan ini diketahui terjadi pada masa perkembangan janin. Makin banyak jumlah salinan
kromosom X tambahan, umumnya akan makin berat gangguan kesehatan yang terjadi.
Gejala Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinifelter akan menyebabkan penurunan kadar testosterone. Kondisi ini akan
memengaruhi kondisi fisik, mental, dan intelektual penderitanya. Gejala sindrom Klinefelter
umumnya sangat bervariasi. Sebagian penderita bahkan baru merasakan keluhan dan gejala pada
masa puber atau dewasa.
Jika dibagi berdasarkan usia, gejala sindrom Klinifelter yang bisa muncul adalah:
Bayi
Gejala sindrom Klinefelter pada bayi bisa berupa:
 Lemah otot (hipotonia)
 Perkembangan 
 Perkembangan 
 Testis tidak turun atau letak uretra yang tidak normal

Penyebab Sindrom Klinefelter

Sindrom Klinefelter terjadi akibat adanya salinan kromosom seks X tambahan. Kondisi ini terjadi
secara acak pada laki-laki dan tidak diturunkan.
Laki-laki yang mengalami sindrom Klinifelter klasik akan memiliki kromosom 47 XXY,
sedangkan penderita sindrom Klinifelter varian bisa memiliki kromosom 48 XXXY, 48 XXYY,
atau 49 XXXXY.
Belum diketahui secara pasti penyebab adanya salinan kromosom X tambahan tersebut. Hanya
saja, kelainan ini diketahui terjadi pada masa perkembangan janin. Makin banyak jumlah salinan
kromosom X tambahan, umumnya akan makin berat gangguan kesehatan yang terjadi.
Gejala Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinifelter akan menyebabkan penurunan kadar testosterone. Kondisi ini akan
memengaruhi kondisi fisik, mental, dan intelektual penderitanya. Gejala sindrom Klinefelter
umumnya sangat bervariasi. Sebagian penderita bahkan baru merasakan keluhan dan gejala pada
masa puber atau dewasa.
Jika dibagi berdasarkan usia, gejala sindrom Klinifelter yang bisa muncul adalah:
Bayi
Gejala sindrom Klinefelter pada bayi bisa berupa:
1.Lemah otot (hipotonia)
2.Perkembangan bahasa terlambat
3.Perkembangan motorik terlambat
4.Testis tidak turun (kriptorkismus) atau letak uretra yang tidak normal (hipospadia)
Anak-anak dan remaja
Gejala sindrom Klinefelter pada anak-anak dan remaja berupa:
1. Lebih tinggi dibandingkan anak seusianya, dengan perbandingan kaki yang panjang, badan
yang lebih pendek, dan pinggul yang lebih lebar
2.Masa pubertas terlambat, tidak sempurna, atau tidak terjadi, dengan tanda-tanda seperti buah
zakar (testis) lebih kecil, penis lebih kecil, dan rambut kemaluan lebih sedikit
3.Payudara membesar (ginekomastia)
4.Kurang bersemangat, kesulitan bersosialisasi, atau pemalu
5.Gangguan belajar, seperti sulit membaca, mengeja, atau menulis
Dewasa
Pada laki-laki dewasa, masalah kesuburan atau infertilitas bisa menjadi gejala utama sindrom
Klinefelter. Kondisi ini bisa diikuti oleh gejala lain, seperti:
1.Jumlah sperma rendah atau sperma tidak ada (azoospermia)
2.Ukuran testis dan penis yang kecil
3.Disfungsi seksual atau gairah seksual (libido) yang rendah
4.Lebih tinggi dari laki-laki pada umumnya
5.Osteoporosis
6.Massa otot kurang dibandingkan dengan pria lain
7.Pembesaran kelenjar payudara pria (ginekomastia)
Sindrom Klinifelter juga sering dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya beberapa
penyakit, seperti diabetes tipe 2, gangguan jantung dan pembuluh darah, hipotiroidisme, penyakit
autoimun, gangguan kecemasan, atau kanker payudara pria.

SINDROM TURNER

Sindrom Turner merupakan kondisi yang hanya memengaruhi wanita. Kondisi tersebut terjadi
ketika salah satu kromosom X (kromosom seks) absen atau rusak parsial. Sindrom Turner dapat
menyebabkan berbagai masalah medis dan perkembangan, termasuk tubuh yang pendek, ovarium gagal
berkembang, dan cacat jantung.
Sindrom Turner dapat didiagnosis sebelum bayi lahir, selama masa bayi atau pada anak usia dini.
Terkadang, wanita dengan tanda dan gejala sindrom Turner yang ringan, diagnosis baru terlihat
pada usia remaja atau dewasa muda.
Anak perempuan dan perempuan dewasa dengan kondisi ini membutuhkan perawatan medis
berkelanjutan dari berbagai spesialis. Pemeriksaan rutin dan perawatan yang tepat dapat
membantu sebagian besar pengidap menjalani kehidupan yang sehat dan mandiri.

Penyebab Sindrom Turner


Susunan kromosom normal pada perempuan, yaitu 46XX. Namun, salah satu kromosom X akan
rusak atau rusak pada pengidap sindrom Turner. Alterasi genetik pada sindrom Turner, antara
lain:
1. Monosomy
Hilangnya 1 kromosom X biasanya terjadi karena kerusakan pada sperma atau ovum, sehingga
setiap sel pada tubuh pengidap hanya memiliki satu kromosom X.
2. Mosaicism
Masalah terjadi saat pembelahan sel di awal perkembangan janin, yaitu beberapa sel memiliki 2
kromosom X seperti pada normalnya. Sementara itu beberapa sel lainnya hanya memiliki 1
kromosom X.
3. Abnormalitas Kromosom X
Terkadang ditemukan adanya kekurangan atau defek pada kromosom X. Kelainan ini terjadi jika
2 kromosom X yang terbentuk berasal dari 1 kromosom X normal dan 1 kromosom X yang
memiliki defek. Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh masalah saat pembelahan sel,
sehingga hanya beberapa sel memiliki kromosom X yang tidak normal sementara sel lain
memiliki kedua kromosom X normal.
4. Material Kromosom Y
Pada sedikit kasus, beberapa sel memiliki 1 kromosom X dan sel lainnya memiliki 1 kromosom
X, dan materi kromosom Y yang seharusnya tidak ada sama sekali pada sel tubuh perempuan.
Semua kondisi tadi terjadi secara acak dan tidak diturunkan secara genetik.
Faktor Risiko Sindrom Turner
Karena sindrom Turner adalah kelainan kromosom yang disebabkan oleh faktor genetik, sampai
saat ini faktor yang meningkatkan risikonya belum ditemukan. Hal ini disebabkan oleh keunikan
bentuk susunan kromosom setiap orang akan berbeda. Selain itu, sindrom Turner terjadi secara
acak dan tidak diturunkan secara genetik.
Gejala Sindrom Turner
Sindrom Turner dapat didiagnosis sebelum kelahiran, karena gejala sindrom Turner dapat
ditemukan saat bayi masih dalam kandungan. Sementara itu, gejala sindrom Turner yang terlihat
setelah kelahiran, akan berbeda pada tiap tingkat kehidupan.
Sebelum kelahiran, melalui penggunaan prenatal ultrasound dapat ditemukan adanya kumpulan
cairan yang banyak pada bagian tengkuk leher atau bengkak pada bagian tubuh lain. Selain itu,
dapat juga ditemukan abnormalitas jantung dan ginjal.
Pada saat kelahiran sampai 1 tahun, gejalanya berupa:
 Leher lebar (wibelike).
 Telinga yang turun (low set ears).
 Dada bidang dengan jarak antara puting yang sempit.
 Langit-langit mulut yang sempit dan tinggi.
 Lengan yang bengkok keluar.
 Kuku jari kaki dan tangan yang kecil serta bengkok ke atas.
 Bengkak pada tangan dan kaki.
 Panjang lahir yang pendek.
 Pertumbuhan terhambat.
 Garis rambut rendah pada bagian kepala belakang.
 Rahang bawah yang cenderung kecil.
 Jari kaki maupun tangan yang kecil.
Pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa, gejalanya berupa:
 Pertumbuhan terhambat.
 Tidak terjadi percepatan tumbuh yang seharusnya terjadi pada masanya.
 Postur tubuh pendek.
 Pada saat pubertas, terjadi perubahan seksual yang tidak normal.
 Perkembangan seksual yang terhenti pada saat remaja.
 Menopause dini.
 Mandul.
Komplikasi Sindrom Turner
Sindrom Turner dapat mempengaruhi perkembangan yang tepat dari beberapa sistem tubuh.
Namun, hal tersebut sangat bervariasi di antara individu yang mengidap sindrom Turner.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
 Masalah Jantung
Beberapa bayi dengan kondisi ini lahir dengan kelainan jantung atau kelainan pada struktur
jantung. Kondisi tersebut meningkatkan risiko komplikasi serius. Cacat jantung sering kali
terjadi, termasuk masalah pada aorta, pembuluh darah besar yang bercabang dari jantung, dan
masalah pada sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
 Tekanan Darah Tinggi
Sindrom turner dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, yaitu kondisi yang meningkatkan
risiko penyakit jantung dan masalah pada pembuluh darah.
 Kehilangan Pendengaran.
Gangguan pendengaran umum terjadi pada sindrom turner. Dalam beberapa kasus, ini disebabkan
oleh hilangnya fungsi saraf secara bertahap. Peningkatan risiko infeksi telinga tengah juga dapat
menyebabkan gangguan pendengaran.
 Masalah Pendengaran
Peningkatan risiko kontrol otot gerakan mata lemah (strabismus), rabun jauh, dan masalah
penglihatan lainnya dapat terjadi pada pengidap sindrom turner.
 Masalah Ginjal
Sindrom Turner dikaitkan dengan malformasi ginjal. Meskipun kelainan ini umumnya tidak
menyebabkan masalah medis, tapi dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
 Gangguan Autoimun
Sindrom Turner dapat meningkatkan risiko tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) karena
gangguan autoimun tiroiditis Hashimoto. Selain itu, kondisi ini meningkatkan risiko diabetes,
intoleransi gluten (penyakit celiac), atau penyakit radang usus.
 Masalah pada Kerangka
Masalah dengan pertumbuhan dan perkembangan tulang dapat meningkatkan risiko
kelengkungan tulang belakang yang tidak normal (skoliosis). Selain itu, kondisi ini dapat
meningkatkan risiko tulang yang lemah dan rapuh (osteoporosis).
 Ketidakmampuan Belajar
Anak perempuan dengan sindrom turner biasanya memiliki kecerdasan normal. Namun, mereka
juga dapat mengalami ketidakmampuan belajar. Terutama pada pelajaran spasial, matematika,
memori, dan fokus.
 Masalah Kesehatan Mental
Pengidap dengan kondisi ini memiliki tantangan untuk terlibat dalam situasi sosial, mengalami
kecemasan dan depresi, serta memiliki risiko gangguan hiperaktivitas (ADHD).
 Infertilitas
Kebanyakan wanita dengan sindrom turner tidak subur. Namun, sejumlah kecil pengidap dapat
hamil, dan beberapa dapat hamil dengan perawatan kesuburan.
 Komplikasi Kehamilan
Karena wanita dengan sindrom Turner memiliki peningkatan risiko komplikasi kehamilan
(seperti tekanan darah tinggi dan diseksi aorta), mereka harus dievaluasi oleh spesialis jantung
dan dokter kandungan sebelum kehamilan.
4). Sindrom jacobs

Sindrom Jacob disebabkan oleh mutasi selama pembuatan kode genetik pria. Kesalahan
acak dapat terjadi selama pembentukan sperma atau selama pembentukan embrio. Melansir
dari Healthline, dalam kasus terakhir, pengidap sindrom Jacob sebenarnya  memiliki beberapa sel
yang tidak terpengaruh. Artinya, beberapa sel mungkin memiliki genotipe XY sementara yang
lain memiliki genotipe XYY. Meskipun sindrom Jacob adalah penyakit genetik, kondisi ini
termasuk langka dan tidak diturunkan. 
Sindrom Jacob atau sindrom XYY adalah kondisi genetik ketika seorang pria memiliki
salinan ekstra kromosom Y di setiap selnya (XYY). Dalam beberapa kasus, mutasi ini hanya
terdapat di beberapa sel. Pria dengan sindrom Jacob memiliki 47 kromosom karena kromosom Y
ekstra. Melansir Healthline, National Institutes of Health mengatakan bahwa sindrom Jacob
terjadi pada 1 dari setiap 1.000 anak laki-laki.

Umumnya, penderita sindrom Jacob menjalani permasalahan tertentu, seperti lebih tinggi
dari rata-rata, mengalami kesulitan belajar atau berbicara, atau tumbuh dengan perawakan yang
kecil. Selain itu, laki-laki dengan sindrom jacob umumnya tidak memiliki ciri fisik yang
membedakan serta memiliki perkembangan seksual yang normal.
Gejala Tanda dan gejala sindrom XYY beragam pada setiap penderitanya dan bergantung pada
usia.
Gejala pada bayi dengan sindrom Jacob meliputi:
 hipotonia (tonus otot lemah)
 Perkembangan keterampilan motorik yang tertunda, seperti berjalan atau
merangkak
 sulit berbicara atau tertunda.
Gejala pada anak kecil atau remaja dengan sindrom Jacob, yaitu:
 diagnosis autisme
 kesulitan memusatkan perhatian
 keterlambatan perkembangan keterampilan motorik, seperti menulis kesulitan
atau
 keterlambatan berbicara
 masalah emosional atau perilaku
 tangan gemetar atau gerakan otot yang tidak disengaja
 hipotonia (tonus otot lemah)
 kesulitan belajar
5). Sindrom Edwards
Sindrom Edwards adalah penyakit langka yang terjadi karena kelebihan kromosom 18.
Karena itu, kondisi ini juga dikenal dengan istilah trisomi 18.
Trisomi 18 merupakan tipe sindrom trisomi terbanyak kedua setelah trisomi 21 (sindrom
Down). Sebagian besar penderitanya memiliki jenis kelamin perempuan.
Gangguan perkembangan trisomi 18 lebih sering dikaitkan dengan komplikasi medis
yang berpotensi mengancam nyawa pada beberapa bulan atau tahun sejak penderita lahir.
Sebagian bayi dengan kelainan ini meninggal sebelum dilahirkan atau beberapa saat
setelah lahir.
Pada kasus yang sangat jarang, bayi bahkan dapat bertahan hingga dewasa muda, namun
cenderung mengalami keterbatasan fisik atau keterbelakangan mental.
Sampai sekarang, metode pengobatan sindrom Edwards belum tersedia.
Penanganannya bertujuan meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita

Tanda dan gejala sindrom edwards


Secara umum, gejala sindrom Edwards meliputi:
 Lahir dengan berat badan rendah, sehingga bayi terlihat kecil dan lemas
 Tangisan bayi yang lemah
 Ukuran kepala bayi yang kecil (microcephaly)
 Ukuran mata bayi terlalu kecil (microphthalmia)
 Posisi telinga yang tampak lebih rendah dari normal
 Rahang bayi terlalu kecil (micrognathia atau retrognathia)
 Mulut bayi terlalu kecil (microstomia)
 Jadi-jari yang mengepal dan tumpang-tindih, sehingga sulit diluruskan
 Rocker-bottom feet, yaitu kelainan pada telapak kaki yang berbentuk seperti bagian
bawah kursi goyang
 Kelainan pada bentuk dada
 Penyakit jantung bawaan, seperti defek septum ventrikel atau atrium
 Masalah ginjal, seperti hidronefrosis
 Kelainan pada saluran pencernaan
 Atresia esofagus
 Lubang di langit-langit mulut
 Gangguan psikomotorik dan keterlambatan pertumbuhan
 Ketidakmampuan belajar yang berat
Penyebab sindrom edwards
Penyebab utama sindrom Edwards adalah mutasi genetik. Perubahan DNA ini
menyebabkan kelainan pada kromosom 18.
Kromosom mengandung gen yang akan membawa informasi atau instruksi untuk
membuat semua bagian dari tubuh manusia.
Normalnya, tubuh manusia mengandung 46 kromosom yang didapat dari kedua orang
tuanya, yaitu 23 pasang kromosom dari ayah dan 23 pasang kromosom dari ibu.
Namun bayi dengan sindrom Edwards memiliki tiga salinan kromosom 18, yang
seharusnya hanya dua. Munculnya kromosom ekstra ini dapat mengganggu proses
perkembangan.
Meski begitu, tidak semua jenis sindrom Edwards diturunkan dari orang tua. Sebagian
sindrom ini terjadi secara acak pada proses pembuahan sel telur dengan sperma. Sementara
sebagian lainnya bisa diwariskan.

Faktor risiko sindrom Edwards


Beberapa faktor risiko terjadinya sindrom Edwards meliputi:
 Faktor keturunan
Bila ada anggota keluarga kandung yang memiliki anak dengan sindrom Edward,
kemungkinan seseorang untuk mempunyai keturunan dengan penyakit yang sama juga
akan meningkat.
 Usia sang ibu saat hamil
Risiko trisomi 18 akan meningkat pada bayi yang lahir dari wanita berusia di atas 30
tahun
Komplikasi sindrom Edwards
Bila tidak ditangani dengan benar, sindrom Edwards dapat menyebabkan komplikasi berupa:
 Kesulitan bernapas atau tidak bernapas sama sekali
 Tuli
 Gangguan makan
 Gagal jantung
 Kejang-kejang
 Gangguan penglihatan
6). Sindrom Patau
Sindrom Patau merupakan salah satu jenis kelainan genetik yang disebabkan karena
adanya kelebihan kromosom nomor 13. Penyakit ini menyebabkan kecacatan yang berat.
Beberapa di antaranya adalah retardasi mental, gangguan bentuk tangan dan kaki,
sumbing, penyakit jantung bawaan, dan masih banyak lagi.
Penderita sindrom Patau umumnya tidak bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang
panjang. Sekitar 50 persen penderita Sindrom Patau meninggal dunia dalam waktu
kurang dari tiga hari setelah dilahirkan.

Penyebab
Dalam keadaan normal, setiap kromosom dalam tubuh manusia terdiri dari
dua copy. Apa yang terjadi pada sindrom Patau adalah adanya ekstra copy pada
kromosom nomor 13, sehingga kromosom tersebut memiliki tiga copy (trisomy 13).
Gangguan pada kromosom 13 ini menyebabkan gangguan pembentukan organ-organ
janin saat masih di dalam kandungan sehingga berujung pada kecacatan berat.
Hingga saat ini, belum diketahui hal apa yang menyebabkan terjadinya
kelebihan copy pada kromosom 13 tersebut. Namun kasus sindrom Patau lebih banyak
dijumpai pada ibu yang mengandung pada usia di atas 35 tahun.

Gejala
Bayi yang lahir dengan Sindrom Patau akan memiliki kecacatan di berbagai organ.
Biasanya bayi lahir dengan kondisi tidak bugar, misalnya tidak menangis, sesak napas,
atau ototnya lunglai.
Selain kondisi tersebut, bisa juga dijumpai berbagai kecacatan seperti:
 Ukuran kepala lebih kecil dari yang seharusnya (mikrosefali)
 Sumbing pada bibir dan langit-langit mulut
 Memiliki jari berlebih (polidaktili)
 Kelainan bentuk kaki
 Hernia
 Tulang belakang tidak menutup sempurna (spina bifida)
 Penyakit jantung bawaan 
Karena kecacatan ganda yang dialami inilah, umumnya bayi yang mengalami Sindrom
Patau hanya dapat bertahan selama beberapa hari hingga beberapa bulan. Bahkan tak jarang,
pada sebagian kasus, bayi meninggal saat masih di dalam kandungan.

Anda mungkin juga menyukai