Kelas : B2
Npm : 6121105
prodi : Sarjana kebidanan
Tugas : Biorep
Soal
1. Jelaskan Kelainan – Kelainan Kromosom Berikut : A. Sindroma
Turner (45,X0)
B. Sindroma Klinefelter (47,Xxy;48,Xxxy)
C. Sindroma
Superfemele/Tripple-X Atau Trisomi X (47,Xxx)
D. Supermele (47,Xyy)
Jawaban
A. Sindroma Turner (45,X0)
Sindrom Turner adalah kondisi kelainan kromosom yang memengaruhi
perkembangan wanita ketika 1 dari kromosom X absen ataupun rusak parsial.
Sindrom ini terjadi pada 1 dari 2.500 bayi perempuan di seluruh dunia, tetapi sering
juga bayi dengan sindrom ini meninggal sebelum lahir.
Faktor resiko sindrom Tuner
Susunan kromosom normal pada perempuan, yaitu 46XX. Namun, salah satu
kromosom X akan rusak atau rusak pada pengidap sindrom Turner. Alterasi genetik
pada sindrom Turner, antara lain:
1. Monosomy
Hilangnya 1 kromosom X biasanya terjadi karena kerusakan pada sperma atau
ovum, sehingga setiap sel pada tubuh pengidap hanya memiliki satu kromosom X.
2. Mosaicism
Masalah terjadi saat pembelahan sel di awal perkembangan janin yaitu beberapa sel
memiliki 2 kromosom X seperti pada normalnya, sementara beberapa sel lainnya
hanya memiliki 1 kromosom X.
3. Abnormalitas Kromosom X
Terkadang ditemukan adanya kekurangan atau defek pada kromosom X. Kelainan ini
terjadi jika 2 kromosom X yang terbentuk berasal dari 1 kromosom X normal dan 1
kromosom X yang memiliki defek. Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh
masalah saat pembelahan sel, sehingga hanya beberapa sel memiliki kromosom X
yang tidak normal sementara sel lain memiliki kedua kromosom X normal.
4. Material Kromosom Y
Pada sedikit kasus, beberapa sel memiliki 1 kromosom X dan sel lainnya memiliki 1
kromosom X dan materi kromosom Y yang seharusnya tidak ada sama sekali pada sel
tubuh perempuan.
Kelainan ini terjadi selama masa perkembangan janin di dalam kandungan. Semakin
banyak jumlah salinan kromosom X tambahan, umumnya akan semakin berat
gangguan kesehatan yang terjadi.
Belum diketahui penyebab pasti dari sindrom Klinifelter. Namun, salah satu faktor
yang diduga bisa meningkatkan risiko terjadinya kelainan genetik ini adalah usia ibu
yang sudah cukup tua saat hamil.
Gejala Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinifelter akan menyebabkan penurunan kadar testosterone. Kondisi ini
akan memengaruhi kondisi fisik, mental, dan intelektual penderitanya. Gejala sindrom
Klinefelter umumnya sangat bervariasi. Sebagian penderita bahkan baru merasakan
keluhan dan gejala pada masa puber atau dewasa.
Jika dibagi berdasarkan usia, gejala sindrom Klinifelter yang bisa muncul adalah:
Bayi
Gejala sindrom Klinefelter pada bayi bisa berupa:
Lemah otot (hypotonia)
Perkembangan bahasa terlambat
Perkembangan motorik terlambat
Mengalami kriptorkismus atau hipospadia
Anak-anak dan remaja
Gejala sindrom Klinefelter pada anak-anak dan remaja berupa:
Lebih tinggi dibandingkan dengan anak seusianya dengan perbandingan tungkai
kaki yang panjang, badan yang lebih pendek, pinggul yang lebih lebar
Masa pubertas (masa perkembangan organ seksual) terlambat, tidak sempurna, atau
tidak terjadi. Biasanya beberapa tandanya adalah testis (buah zakar) lebih kecil, penis
lebih kecil, rambut kemaluan lebih sedikit
Payudara membesar (ginekomastia)
Kurang bersemangat, kesulitan bersosialisasi, atau pemalu
Gangguan belajar, seperti sulit membaca, mengeja, atau menulis
Dewasa
Pada laki-laki dewasa masalah kesuburan atau infertilitas bisa menjadi gejala utama
sindrom Klinefelter. Kondisi ini bisa diikuti oleh gejala lain, seperti:
Jumlah sperma rendah atau sperma tidak ada
Testis dan penis berukuran kecil
Disfungsi seksual atau libido (hasrat seksual) yang rendah
Lebih tinggi dari laki-laki pada umumnya
Osteoporosis
Kurang berotot dibandingkan dengan pria lain
Ginekomastia
Diagnosis Sindrom Klinefelter
Dokter akan menanyakan keluhan yang diderita oleh pasien dan melakukan
pemeriksaan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada buah zakar, penis, dan
payudara. Pada anak, dokter juga akan melakukan pemeriksaan untuk menilai tumbuh
kembangnya.
Setelah itu, dokter akan melakukan tes penunjang di bawah ini untuk mendiagnosis
sindrom Klinefelter:
Tes hormon
Sampel urine dan darah akan digunakan untuk mengecek kadar hormon yang tidak
normal.
Analisis kromosom
Analisis kromosom atau analisis kariotipe dapat digunakan untuk memastikan bentuk
dan jumlah kromosom pasien.
Jika orang dewasa datang dengan gangguan kesuburan, dokter akan melakukan
pemeriksaan untuk menilai jumlah dan kualitas sperma.
Jika sindrom Klinifelter dicurigai pada bayi yang masih dalam kandungan atau jika
ibu di usia lebih dari 35 tahun, dokter akan melakukan skrining darah prenatal
noninvasif yang dilanjutkan dengan pemeriksaan plasenta (amniocentesis) untuk
deteksi dini sindrom klinefelter.
C. Sindroma
Superfemele/Tripple-X Atau Trisomi X (47,Xxx)
Sindrom super female juga dikenal dengan sebutan sindrom XXX, trisomi X, atau
47,XXX. Sindrom super female, muncul saat kromosom X pada wanita, berjumlah
tiga. Normalnya, wanita hanya memiliki dua kromosom X.
Sindrom Super Female merupakan kelainan genetik yang hanya dijumpai pada
wanita. Gangguan ini sering disebut sebagai sindrom triple X, sindrom XXX, atau
trisomi X. Diperkirakan satu dari 1.000 orang wanita mengalaminya.
Penyebab
Dalam kondisi normal, setiap orang memiliki 23 pasang kromosom. Masing-
masing pasang kromosom terdiri dari dua copy. Pada wanita, salah satu pasang
kromosom merupakan kromosom seks XX. Pada penyandang sindrom Super Female,
kromosom seks tersebut memiliki kelebihan copy, sehingga kromosomnya menjadi
XXX.
penyebab kelebihan copy kromosom tersebut belum diketahui. Diduga hal ini terjadi
karena pembentukan sel telur atau sperma yang tidak sempurna. Atau dugaan lain
adalah karena adanya masalah pada tahap awal perkembangan embrio. Meski
merupakan masalah genetik, tetapi masalah ini bukan merupakan gangguan yang
diturunkan dari orang tua ke anak.
Gejala
Gejala sindrom Super Female sangat bervariasi. Sebagian penderitanya bahkan tidak
menunjukkan gejala yang jelas. Tetapi umumnya, wanita dengan sindrom Super
Female mengalami beberapa gejala sebagai berikut:
Tubuhnya lebih tinggi dari wanita lain seusianya. Tapi umumnya tingginya tidak
proporsional, tungkainya sangat panjang.
Mengalami kelemahan otot
Mengalami kelainan jari (jari melengkung)
Jarak antara kedua mata lebih lebar dari normal
Memiliki kelainan pada ovarium. Tetapi umumnya perkembangan seksual dan
kesuburan penderita sindrom Super Female normal. Hanya sebagian kecil yang
mengalami gangguan perkembangan rahim atau sel telur.
Diagnosis
Sebagian besar kasus sindrom Super Female tidak mengalami kelainan yang khas.
Penampilan luarnya hampir sama saja dengan kebanyakan orang. Oleh karena itu,
penyakit ini sering tidak terdiagnosis.
Kecurigaan adanya sindrom Super Female biasanya baru terpikirkan saat orang tua
membawa anak perempuannya ke dokter dengan keluhan bahwa adanya gangguan
perkembangan. Gangguan yang umumnya dikeluhkan antara lain keterlambatan
bicara, atau kesulitan membaca, menulis, dan berhitung.
Jika terdapat kecurigaan sindrom Super Female, dokter akan mengambil sampel darah
penderita. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan karyotyping. Jika dari pemeriksaan
tersebut, didapatkan kelebihan kromosom X, maka dipastikan bahwa orang tersebut
mengalami sindrom Super Female. Pemeriksaan karyotyping sebenarnya sudah dapat
dilakukan sejak bayi masih di dalam kandungan dengan mengambil cairan ketuban
melalui proses amniosentesis.
D. Supermele (47,Xyy)
Sindrom Jacob atau sindrom XYY adalah kondisi genetik ketika seorang pria
memiliki salinan ekstra kromosom Y di setiap selnya (XYY). Dalam beberapa kasus,
mutasi ini hanya terdapat di beberapa sel. Pria dengan sindrom Jacob memiliki 47
kromosom karena kromosom Y ekstra. Melansir Healthline, National Institutes of
Health mengatakan bahwa sindrom Jacob terjadi pada 1 dari setiap 1.000 anak laki-
laki.
Gejala
Tanda dan gejala sindrom XYY beragam pada setiap penderitanya dan bergantung
pada usia. Gejala pada bayi dengan sindrom Jacob meliputi:
hipotonia (tonus otot lemah)
Perkembangan keterampilan motorik yang tertunda, seperti berjalan atau
merangkak
sulit berbicara atau tertunda.
Gejala pada anak kecil atau remaja dengan sindrom Jacob, yaitu:
diagnosis autisme
kesulitan memusatkan perhatian
keterlambatan perkembangan keterampilan motorik, seperti menulis
kesulitan atau keterlambatan berbicara
masalah emosional atau perilaku
tangan gemetar atau gerakan otot yang tidak disengaja
hipotonia (tonus otot lemah)
kesulitan belajar.
Penyebab
Kebanyakan kasus sindrom Jacob tidak diwariskan, tetapi terjadi secara acak pada
kehamilan wanita dari segala usia dan latar belakang etnis. Pada umumnya, orang
memiliki 46 kromosom di setiap sel. Bagi pria, hal ini mencakup satu kromosom X
dan satu kromosom Y (XY). Anak laki-laki dengan sindrom Jacob memiliki
kromosom Y ekstra di setiap sel tubuhnya.
Diagnosis
Banyak anak laki-laki dengan sindrom Jacob tumbuh sehat tanpa gejala jelas. Hal ini
dapat menyebabkan kondisi tidak terdiagnosis atau ditemukan saat dokter memeriksa
untuk masalah yang berbeda. Untuk mendiagnosis sindrom Jacob, dokter akan
melakukan tes darah untuk melihat adanya kromosom Y tambahan. Pada masa
kehamilan, kondisi ini juga dapat ditemukan melalui tes kariotipe (analisis
kromosom) atau tes prenatal non-invasif (NIPT). NIPT dilakukan pada cairan di
sekitar janin, jaringan plasenta, atau darah dari ibu. Setelah lahir, dokter dapat
membuat diagnosis dengan kariotipe atau dengan tes microarray dari bayi.