Anda di halaman 1dari 111

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1

“LAPORAN AKHIR KETIK ELDAS”

DISUSUN OLEH

RACHEL RISDA SITANGGANG (A1C317067)

PENDDIKAN FISIKA REGULER A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
I. JUDUL : TEOREMA DIODA ZENER
II. TUJUAN :
1. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menyebutkan karakteristik
dioda zener dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapan membedakan fungsi dioda
zenner dengan membedakan fungsi dioda zener dengan dioda biasa dengan
benar.
3. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengukur tegangan dan
arus zener dengan benar.
III. LANDASAN TEORI
Dioda zener adalah perangkat semikonduktor silikon yang memungkinkan
arus mengalir balik ke arah maju maupun sebaliknya. Dioda terdiri dari
sambungan p-n khusus, dirancang untuk melakkukan arah sebaliknya bila voltase
tertentu tercapai. Dioda zener adalah memiliki berakdown voltage tebalik yang
terdefinisi dengan baik, dimana ia mulia menghantarkan arus dana beroperasi
terus menerus dalam mode bias balik tanpa mengalami kerusakan (Setiyo,
2017:132).
Menurut Muda (2013:58-59) bahwa dioda biasa memiliki sifat yang mirip
dengan dioda biasa. Pada kondisi bias maju, karakteristik dioda zener sama
dengan dioda biasa jadi jika diberikan tegangan luar yang besarnya melebihi
tegangan kontak maka arus akan mengalir. Pada kondisi bias balik, dioda zener
juga memiliki karakteristik yang sama dengan dioda biasa asalkan tegangan yang
diberikan tidak terlalu besar. jika tegangan menjadi terlalu besar dan melebihi
tegangan zener maka arus mengalir pada arah yang berbeda. Dioda zener tidak
dapat mempertahankan keadaan “matinya” jika tegangan terbalik yang diberikan
melebihi Vzener.
Menurut Listiyarini (2018:76) bahawa dioda zener terbuat dari bahan
silikon. Biasanya digunakan pada rangkaian power supply dimana fungsinya
adalah sebagai penyetabil arus. Meskipun arus AC yang dirubah ke DC tidak
akan berpengaruh jika terdapat dioda zener ini.
Adapun sifat dioda zener adalah sebagai berikut :
 Tegangan yang dicapai maksimal rata-rata 0,7 s/d 12 volt.
 Hanya tahan terhadap arus kecil, maksimal 1 s/d 50 mA.
 Hampir tidak ada yang hilang jika sudah melewati dioda zener.

Penggunaan dioda zener dapat memperbaiki respon tegangan keluaran


invertor. Sifat dari dioda zener adalah konduksi. Perbedaan lain antara zener dan
dioda lainnya adalah doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N.
Ternyata dengan perlakuan ini tegangan berakdown dioda biasa makin cepat
tercapai (Budiharto dan Rahardi, 2005:58).

Hogervoist and friends (1996:1035) said that this zener keep the sum of the
gate-source volyages pf the input peirs and therefore the Gm of the rail to rail
input stage canstant. Two passible implementation of the zener have been reallize
and inserterd in a rail to rail input stage. These input stages are implemented ir
two two stage compact amplifeer.

Dioda zener mampu menyalurkan arus dalam suatu rangkaian kearah yang
berlawanan apabila terdapat tegangan yang melampaui batas teganag zener.
Apabila terdapat tegangan yang mencapai batas tegangan dioda zener, maka arus
dioda zener akan naik dengan cepat. Perubahan ini tidak berpengaruh terhadap
tegangan dioda zener yang relatif konstan. Daerah berakdown inilah yang
menjadi titik fokus untuk penerapan dioda zener (ratnasari dkk, 2014:1).

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang akan digunakan:


1. Breadboard = 1 unit
2. Resistor = 1 Pcs
3. Mikro dan Mili-Ammeter dc = 1 unit
4. Voltmeter dc = 1 unit
5. DC Power supply = 1 unit
6. Diode Zener = 1 unit

V. PROSEDUR PERCOBAAN

Dioda Zener
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua Bahan dan Peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang
baik.
3. Rangkaikan seperti pada gambar dibawah ini pada breadboard.
1. Lepaskan beban RL. buat tegangan dari DC power supplysebesar 0 V.
2. Lakukan pengukuran pada VZdan IZmulai dari 0 V, kemudian dinaikkan
secara perlahan dengan step 1 V sampai mencapai kurang lebih 15 V,
kemudian tuliskan datanya pada tabel kerja 5.1.
3. Usahakan arus zener IZjangan sampai melebihi 50 mA. Kemudian
gambarakan kurva karakteristik zener untuk kondisi bias reverse.
4. Carilah tegangan knee dan resistansi zener (RZ) dari gambar kurva
karakteristik zener. Kemudian catatlah hasilnya pada tabel kerja 5.2.
5. Pasangkan kembali beban RL (untuk beban penuh) pada percobaan
regulasi tegangan, kemudian ukurlah arus source IT, arus zener IZ, arus
beban IL, dan tegangan output beban penuh VO(FL), lalu tuliskan datanya
pada tabel kerja 5.3.
6. Hitunglah arus source IT, arus zener IZ, arus beban IL, dan tegangan output
beban penuh VO(FL), dengan memperhitungkan tegangan zener dan
resistansi zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja 5.3 dan
bandingkan kedua hasil tersebut.

Vin  Vout
IT  , I T  I Z  I L dan Vout  VZ  I Z .RZ
RS
7. Lepaskan resistansi beban RLuntuk pengukuran tanpa beban, kemudian
ukurlah arus source IT, arus zener IZ, dan tegangan output tanpa beban
VO(NL), dan catatlah datanya pada tabel kerja 5.4
8. Hitunglah arus source IT, arus zener IZ, dan tegangan output tanpa beban
VO(NL), dengan memperhitungkan tegangan zener dan resistansi zener,
kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja 5.4 dan bandingkan kedua
hasil tersebut.
9. Dari hasil langkah (8) sampai (11), tentukan prosentase regulasi dari
zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja 5.3 dan 5.4 kemudian
bandingkan kedua hasil tersebut.
VI. DATA HASIL
Catatlah hasil pengematanmu padai table kerja dibawah ini!
Tabel 5.1 Data pengukuran karakteristik zener

Tegangan input, Tegangan zener, Arus zener, IZ VOUT


Vin (Volt) VZ (μA dan mA)
(Volt)
10,06 8,79 0,04 10,28
15,09 9,07 0,07 15,64
20,6 9,8 0,09 20,8

Tabel 5.2Tegangan knee dan resistansi zener

Tegangan knee zener . . . . Volt


Resistansi zener (RZ) ....Ω

Tabel 5.3 Data zener regulator beban penuh


Untuk: Vin = 15 Volt
Parameter Pengukuran Perhitungan Eror (%)
IT
IZ
IL
Vo(FL)
Tabel 5.4 Data zener regulator tanpa beban
Untuk: Vin= 15 Volt
Parameter Pengukuran Perhitungan Eror (%)
IT
IZ
Vo(NL)
VR (%)

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan “dioda zener”. Dimana
seperti kita ketahui dioda zener adalah dioda yang berbeda dengan dioda yang
biasanya. Yang mana dioda biasa hanya bisa mengalir arus satu arah saja
sedangkan dioda zener memiliki voltase breaktrough pada voltase tertentu.
Voltase break through disebut juga voltase zener. Dioda zener biasa dipakai
pada arah balik sehingga voltase dioda nya konstan sebesar voltase zener.
Dioda zener berfungsi sebagai penyetabil tegangan (regulator).
Dioda zener sendiri didefenisikan sebagai komponen elektronika yang
terbuat dari bahan semikonduktor dan merupakan jenis dioda yang dirancang
khusus untuk dapat dioperasikan dirangkaian bias (bolek-balik). Pada saat
dipasang pada rangkain forward maju dioda zener memiliki karakteristik dan
funsi sebagai dioda normal pada umumnya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengobserfasi dan pengukuran karakteristik
dioda zener dan mengaplikasikannya sebagai regulator tegangan sederhana.
Percobaan pertama ialah mengukur karakteristikdioda zener dimana pada
percobaan ini kami menggunakan tegangan sebesar 10,06 ; 15,09 ; dan 20,6
volt. Setelah kami mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan barulah
kami membuat rangkaian sesuai sesuai dengan apa yang sudah ada di
penuntun. Setelah terangkai barulah kami mengukur tegangan dengan
menggunakan dioda zener dengan cara meletakkan kabel probe dan kabel
buaya osiloskop keatas dan kebawah dioda zener.dari hasil yang kami
dapatkan disimpulkan bahwa semakin besar tegangan yang masuk makin
besar pula tegangan zenernya. Selain itu untuk tegangan inputnya semakin
lama maka akan semakin konstan. Hubungan tegangan maksimum dan arus
maksimum diperoleh garis lurus yang berpotongan.

Percobaan selanjutnya adalah mengukur arus zener. Sama sepert tegangan


zener kami mengukur arus zener menggunakan osiloskop dan hasil yang kami
dapat untuk tegangan 10 – 20 volt tidak terbentuk gelombang sinusoidal.
Untuk percobaan tegangan knee kai mendapat nilai/besar tegangannya
adalah volt dan resistansi xenernya sebesar 20 Ω. Tegangan knee adalah
tegangan pada saat arus naik secara cerpat pada saat dioda berada di daerah
bias maju dimana tegangan ini sama dengan teganagn penghalang. Apabila
tegangan dioda lebih besar dari pada tegangan kaki maka dioda akan
menghantar dengan mudah dan sebaliknya bila tegangan dioda lebih kcil dari
pda tegangan kaki maka dioda tidak mengahantarkan arus denga baik.
Pada percobaan yang ketiga yaitu tentang regulator penuh beban dan pada
percobaan ini kami mengambilnya dari literatur dikarenakan waktu praktikum
yang kurang memadai. Apabila IL bertambah besar maka nilai IS juga akan
bertambah besra sedangkan IZ akan bertambah kecil. Semakin kecil IZ maka
fungsi zener itu sendiri akan semakin berkurang.
Pada percobaan yang terakhir yaitu regulator tanpa beban. Hampir sama
percobaan ketiga namun bedanya adalah nilai arus adalah kebalikannya.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakkuan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dioda semikonduktor merupkan dioda yang bekerja pada daerah dadal
(breakdown). Dioda zener dapat digunakan untuk menghasilkan
kesetabilan tegangan dari sau sumber yang tidak stabil. Besar tegangan
VZ terhadap VS selalu tegak lurus. Dioda zener memiliki karakteristik
menyalurkan arus listrik mengalir ke arah yang berlawanan jika
tegangan yang diberikan melampaui batas (tegangan zener) atau biasa
di sebut juga dengan (breakdown voltage).
2. Cara kerja dioda zener yang berfungsi sebagai sstabilizer tegangan.
Dioda zener akan menyesuiakan tegnagn yang dibutuhkan oleh dioda
tersebut sekali pun tegangan sumber memiliki tegangan yang jauh lebih
besar.
3. Cara mengukur tegangan dan arus pada dioda zener

Saat diode zener keadaan “on” tegangan R akan selalu tetap pada

VR  Vi  V

Dan I R juga tetap pada

VR
IR 
R

Arus diode zener adalah

Iz  I R  I L
IX. DAFTAR PUSTAKA

Budiharto, Widodo dan Rahardi, Safian. 2005. Teknik Reparasi Pc dan


Monitor. Jakarta : PT Gramedia.

Hagevorst, Ron and friends. 1996. Compact CMOS Constant-gm Rail to Rail
Input Stage With gm-Control by an Electronic Zenner Diode. IEEE Journal of sould-
state circuit. Vol 31 no. 7

Muda, Imam. 2013. Elektonika Dasar. Malang : Gunung Samudra.

Listiyarini, Ratih. 2018. Dasar Listrik dan Elektronika. Yogyakarta:


Deepublish.

Ratnasari, Resi. 2014. Koordinasi Proteksi Arester PCB dan Dioda Zener
denagn Elemen Dekopling pada Peralatan Listrik. Malang: Unibraw.

Setiyo, Muji. 2017. Listrik dan Eletronika Dasar Otomatif. Magelang: Unimma
Press.
X. LAMPIRAN
10.1 lampiran gambar

10.2 lampiran hitung


A. Pengukuran karakteristik zener
1. VIN = 10,06 V
RL = 220 Ω

 Menentukan VL
VL =
VL = 5,03 V
 Menentukan VR
VR = VIN - VL
= 10,06 – 5,03
= 5,03 V
 Menentukan IC

 Menentukan IR

 Menentukan IR

 Menentukan IT

2. VIN = 15,9 V
RL = 220 Ω


3. VIN = 20,6 V
RL = 220 Ω

B. Regulator beban penuh


VIN = 20,6 V



I. JUDUL : FILTER PASIF (HIGH AND LOW FILTER)
II. TUJUAN
1. Dapat menfidentifikasi pengertian High Pass Filter dan Low Pass Filter
dengan benar
2. dapat menjabarkan cara kerja High Pass Filter dan Low Pass Filter dengan
benar
3. dapat mengukur R, C, Vin, Vpp, Frekuensi, Vout, dan G(ω) pada rangkaian
High pass dan low Pass Filter.
III. Landasan Teori
Menurut (Yohandri, 2016:107), rangkaian filter adalah rangkaian yang
dirancang untuk dapat melewatkan sinyal dalam satu rentang frekuensi yang
diloloskan dalam filter tersebut dengan dengan lebar pita (bandwith). Nilai
frekuensi sebagai batas diloloskan atau diredamnya suatu sinyal tersebut dengan
frekuensi potong (cut-off frequency). Pada frekuensi potong, nilai atenuasi
berubah dari nol hingga mencapai angka tertentu. Secara umum, rangkaian filter
diklasifikasikan menajdi filter pasif dan filter aktif. Filter pasif rangkaiannya
tidak memerlukan sumber daya. Sementara rangkaian aktif akan bekerja jika ada
daya didalamnya.

Menurut (Zuhal, 2004:247). Sesuai dengan sifat filter dalam meredam sinyal
pada daerah frekuensi tertentu, maka filter diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Low Pass Filter (LPF), yaitu rangkaian filter yang mampu melewatlan
atau meredam sinya pada frekuensi rendah, frekuensi respons kurva
redaman versus frekuensi.
2. High Pass Filter (HPF), yaitu rangkaian filter yang mampu melewatkan
sinyal pada frekuensi tinggi, frekuensi respons, kurva redaman versus
frekuensi (HPF).
3. Band Pass Filter (BPF) yaitu rangkaian filter yang mampu melewatkan
sinyal pada suatu daerah frekuensi (f1-f2) frekuensi redaman versus
frekuensi (BHF).
4. Band Stop Filter dianggap sebagai kebalikan dari BPF, kadang-kadang
disebut juga Notch atau Bantch Reject atau elimination Filter.

Menurut (Nahvi, 2004: 188), filter pasif dan filter aktif, rangkaian filkter
yang hanya terdiri dari komponen-komponen resistor, inductor dan kapasitor
disebut sebagai rangkaian filter pasif. Sementara rangkaian yang mengandung
sumber-sumbe dependen tambahan disebut sebagai filter aktif. Filter pasif tidak
memerlukan sumber energy internal filter aktif biasa dibuat dari rangkaian RC
dengan pemerkuat (amplifier).

Filter pasif yang digunakan untuk mereduksi kandungan harmonik pada


sistem terdiri dari kombinasi komponen R,L dan C. Berdasarkan karaktersitiknya
filter pasif dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu low pass, hugh pass, band pass,
dan turnd filter. Low pass filter digunakan untuk mereduksi komponen harmonik
diatas frekuensi yang ditala, high pass filter digunakan untuk mereduksi
komponen harmonik dibawah frekuensi yang ditala. Sebgian besar filter pasif
dapat di pasang secara seri dan paralel (Sunanda, 2014:38).

In general there is comparatively little change ini teh mangnitude of either


the gibbs oscillations or the bandwidth ratios for values of 2n+1 and fc above the
dashed lines. The most most dramatic change is in the transition bandwidh
, which is approximately inversely propotional to n. Also be usud to
resonably infer the response properties when total numbers of weights exceed.
The response function for high-pass filter can be obtained from that for a low
pass filter by subtracting the latter (Duchon, 1979:1016).

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Signal Generator
2. Osiloskop beserta 2 buah probe
3. Multimeter (1 unit)
4. Resistor 100 Ω dan 150 Ω
5. Kapasitor 0,1 µF
6. Breadboard (1 unit)
7. Set Jumper

V. PROSEDUR PERCOBAAN
High Pass Filterv
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan saat melaksanaakan
percobaan.
2. Periksa semua peralatan dan bahan, pastikan bahwa semua dalam kondisi baik.
3. Siapkan resistor 100 Ω dan kapasitor 0,1 µF yang akan digunakan dalam
praktikum.
4. Gunakan multimeter untuk mengukur besar resistansi. Jangan tempelkan
anggota tubuh pada probe multimeter atau resistor karena hal ini dapat
menimbulkan bias pembacaan.
5. Susun rangkaian seri seperti pada gambar di bawah ini pada breadboard

6. Pastikan jumper dan kabel telah terpasang dengan posisi benar dan tidak terjadi
shorting.
7. Atur input pada signal generator sebesar 500 mVpp dengan menggunakan
sinyal masukan sinusoidal dengan frekuensi rendah.
8. Matikan signal generator dan hubungkan ke rangkaian di posisi input.
9. Hubungkan rangkaian ke osiloskop menggunakan dua chanel. Chanel satu
dihubungkan ke input rangkaian dan chanel dua ke input tegangan.
10. Nyalakan osiloskop dan ttunggu kurang lebih dua menitkemudian signal
generator dapat dihidupkan.
11. Ukur tegangan output menggunakan multimeter.
12. Ubah frekuensi pada signal generator dengan menaikkan frekuensi pada signal
generator.
13. Pada setiap perubahan frekuensi signal, tampilan osiloskop difoto dan tegangan
output dicatat.
14. Catat hasil perccobaan pada table 2.1
Low pass Filter
Ulangi percobaan pada percobaan diatas namun dengan bentuk rangkaian
seperti dibawah ini.

Pastikan besar resistivitas resistor dan besar kapasitansi kapasitor dicatat. Catat
hasil percobaan.

VI. Data Hasil


Table High Pass Filter
R (Ω) C (F) Vm Vpp (Volt)
100 0,1 µF 500 m Vpp

Volt/Div = 2
Frekuensi Vpp
10,31 0,4
100,02 2,2
1,002 K 2,2
10,04 K 2,2
100,6 K 2,2
1,009 M 2,2

Table Low Pass Filter


R (Ω) C (F) Vm Vpp (Volt)
150 0,1 µF 500 m Vpp

Volt/Div = 5
Frekuensi Vpp
10, 125 4,2
100,75 4,4
1,03 K 4
10,05 K 1,4
100,05 K 0,2
1,0002 M 0,2

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami membahas mengenai filter pasif yaitu low
pass dan high pass. Filter itu sediri merupakan sebuah rangkaian yang
digunaakan untuk membuang tegangan output pada frekuensi tertentu. sedangkan
low pass adalah sebuah filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal frekuensi
rendah dan meredamkan sinyal frekuensi tinggi. High pass adalah jeis filter yang
melewatkan sinyal frekuensi tinggi dan meredam sinyal frekuensi rendah. Untuk
merancang filter pasif komponen yang dibutuhkan adalah resistor dan kapasitor.

Percobaan yang pertama kali kami lakukan adalah high pass filter. Disini
kami ingin mencari tegangan penguat dengan cara mengukur tegangan masukan
dan keluaran dengan frekuensi yang berbeda-beda.
Berikut adalah grafik antara frekuensi dan besar penguat tegangan (GW).

Besar penguat tegangan yang kami dapatkan secara praktek adalah 0,028
untuk frekuensi 10,31 F dan 0,1 untuk frekuensi 100,2; 1,002 k; 10,04 k; 100,6 k;
1,009 m. Sebenarnya secara teori besar penguat tegangan pada high pass filter
adalah 1,566 kali. Namun, karena beberapa faktror seperti kurang telitinya kami
dalam melakukan percobaan sehingga menyebabkan hasil yang kami dapatkan
tidak akurat.

Untuk percobaan ke dua yaitu low pass filter besar penguat yang kami
dapat dengan cara mencari tegangan masuk dan keluar lalu membaginya adalah
0,29 untuk frekuensi 10,125; 3,1 untuk frekuensi 100,75; 0,282 untuk frekuensi
1,03k; 0,098 untuk frekuensi 10,05 k dan yang terakhir 0,014 untuk frekuensi
1,003 m. Yang seharusnya terjadi adalah basar tegangan makin lama makin kecil
jiaka frekuensinya seakin besar namun pada saat frekuensinya 1,03 k tegangan
penguatnya mengalami kenaikan yaitu dari 0,29 ke 3,1. Ini mungkin terjadi
akibat faktor kelalaian kami dalam melakkukan percobaan atau mungkin faktor
lingkungan sekitar.

Berikut dalah grafik hubungan F dan GW

Hubungan antara frekuensi terhadap tegangan masukan dan tegangan


keluaran secara teori pada low pass filter yaitu semakin tinggi frekuensi maka
tegangan masukkan semakin besar dan tegangan keluaran semakin kecil.
Sedangkan hubungan antara frekuensi terhadap tegangan masukan dan tegangan
keluaran secara teori pada high pass filter adalah semakin besar frekuensi maka
tegangan masukan akan semakin kecil dan tegangan keluaran akan semakin
besar. Namun terkadang hasil dari tegangan masukkan dan keluaran bernilai
sama atau sebandin. Hal ini disebab kan oleh beberapa faktor diantara nya faktor
alat, lingkungan ataupun praktikan.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
 low pass filter adalah filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal
yang lebih rendah daripada sinyal cut-off. Sedangkan high pass filter
adalah filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal frekuensi yang
lebih tinggi dari sinyal cut-off nya.
 Pada high pass filter, semakin tinggi nilai V out maka nilai G(ω) nya
semakin rendah. Sementara pada low pass filter, semakin tinggi nilai
frekuensinya maka nilai V outnya semakin rendah.
 Bentuk persamaannya:

Vp =

V out =
IX. DAFTAR PUSTAKA

Duchon, Claude E. 1979. Lancoz Filltering In One And Two Dimention. Journal Of
Applied Meteorology. Vol 8
Nahvi, Mahmood dan Joseph A Edmister. 2004. Teori dan Soal-Soal Rangkaian
Listrik Edisi Ke Empat. Jakarta: Erlangga.
Sunanda, Wahri. 2014. Aplikasi Filter Pasif Pada Beben Inverter Tiga Base
Berbeban. Jurnal Ecotipe Vol. 1 No. 1
Yohandri dan Asrial. 2016. Elektronika Dasar I. Jakarta: Kencana.
Zuhal dan Zanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektrotroteknik. Jakarta: PT Gramedia
Utama.
LAMPIRAN HITUNG
 High Pass Filter
R= 100 Ω,
C= 0,1 µF
V in Vpp = 500 mVpp
Volt/ div = 2
F1 = 10,31
F2 = 100,02
F3 = 1,002 K
F4 = 10,04 K
F5 = 100, 6 K
F6 = 1, 009 M

1. F=10, 31 Hz

Vpp = Volt/Div x div


Vpp = 2 x 0,2
= 0,4

Vp =

Vp = = 0,2

V out =

V out = = 0, 141

2. F=100, 02 Hz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 2 x 1,1
= 2,2

Vp =

Vp = = 1,1

V out =

V out = = 0,77

3. F=1, 002 KHz

Vpp = Volt/Div x div


Vpp = 2 x 1,1
= 2,2

Vp =

Vp = = 1,1

V out =

V out = = 0,77
4. F=10,04 KHz

Vpp = Volt/Div x div


Vpp = 2 x 1,1
= 2,2

Vp =

Vp = = 1,1

V out =

V out = = 0,77

5. F=1,03 KHz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 4
=4

Vp =

Vp = = 2

V out =

V out = = 1,41
6. F=10, 05 KHz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 1,4
= 1,4

Vp =

Vp = = 0,7

V out =

V out = = 0,49

7. F=100, 05 KHz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1x 0,2
= 0,2

Vp =

Vp = = 0,1

V out =

V out = = 0,07 volt

8. F=1, 002 MHz


Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 0,2
= 0,2
Vp =

Vp = = 0,1

V out =

V out = = 0,07

 Low pass filter


R= 150 Ω,
C= 0,1 µF
V in Vpp = 500 mVpp
Volt/ div = 2
1. F= 10, 125
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 4,2
= 4,2
Vp =

Vp = = 2,1

V out =

V out = = 1,48
2. F= 100,75
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 4,4
= 4,4
Vp =

Vp = = 2,2

V out =

V out = = 1,55

Nilai G( ) High Pass Filter

1. G( ) = = = 0,02

2. G( ) = = = 0,15

3. G( ) = = = 0,15

4. G( ) = = = 0,15

5. G( ) = = = 0,15

6. G( ) = = = 0,15

Low Pass Filter

1. G( ) = = = 0,29

2. 20 log G( = 20 log 0,15 = -16,47


3. 20 log G( = 20 log 0,29= -10,75
4. 20 log G( = 20 log 0,31= -10,17
5. 20 log G( = 20 log 0,28= -10,05
6. 20 log G( = 20 log 009 = -10,45
7. 20 log G( = 20 log 0,01= -40
LAMPIRAN GAMBAR
I. TUJUAN : TEOREMA THEVENIN DAN TEOREMA NORTON

II. TUJUAN :
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
karakteristik teorema thevenin dan teorema norton pada rangkaian arus
searah dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mencontohkan fungsi teorema
thevenin dan teorema norton dengan benar.
3. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengukur Vth,
Rth, IN, RN, arus dan tegangan pada rangkaian thevenin dan norton dengan
benar.

III. LANDASAN TEORI


1. Rangkaian pengganti thevenin
Untuk memperoleh pengganti thevenin dilakukan dua langkah: langkah
pertama menyangkut penentuan tahanan pengganti dengan memperhatikan
terminal c dan d, dan mengganti batere dengan tahanan dalamnya.

Rangkaian lengkap thevenin dengan galvanometer tersambung ke terminal c dan


d. Tegangan thevenin atau tegangan rangkaian terbuka diperoleh:
Ecd = Eac – Ead = I1R1 – I2R2
Dimana I1 = dan I2 =

Dengan demikian ( ) ini adalah tegangan generator.

Tahanan tangkaian thevenin diperoleh dengan melihat kembali terminal c dan d


dan menggati batere dengan tahanan dalamnya. Pengubahan rangkaian ini menjadi
bentuk yang lebih menyenangkan memerlukan penggunaan teorema transformasi
delta-y (delta-wye) (William D. Cooper. 1994:151-152).
1. Rangakain setara norton
Menurut Sutrisno (1986:9) Suatu rangkaian dengan hambatan keluaran
yang amat besar berperilaku seperti suatu sumber arus tetap, yaitu suatu piransti
yang menghasilkan arus keluaran yang tak bergantung pada hambatan beban yang
dipasang. Ini ditunjukkan pada gambar dibawai ini.

Jika > maka = . Akibatnya untuk setiap nilai ,

asalkan > , akan didapatkan arus yang boleh dikatakan tetap. Memang
akan berubah dengan nilai oleh karena . Suatu sumber tetap
mempunyai = .
2. The extended classification of the equivalents
In the following classification 1-4 of the equivalent circuits, both the
theorems of [1] and the classical Thevenin's/Norton's theorem are used. The
first two (mutually dual) items specifically belong to the 1-port's topology of [1],
and linearity of the circuit is not required. In some sense, this is a
"preThevenin's" case, letting the beginner better see what it may be "an ideal
source".
1. If the 1-port is terminated by a dependent (parallel) voltage source, and there
is no internal current feedback from the source to its controls, then the whole 1-
port presents an ideal (independent) voltage source with respect to its load or any
other external circuitry connected to the port.
2. If the 1-port is terminated by a dependent (series) current source, and there is
no internal voltage feedback from the source, influencing its controls, then the
whole 1port presents an ideal (independent) current source with respect to its
load or any other external circuitry connected to the port.
3. If the circuit topology is not as in the above cases, or if it is such, but the
formulated limitation on the internal feedback relations is violated, then if all the
internal functional dependencies (including elements' characteristics and any
control)
4. To start this item, let us observe that for Th v nonzero, (1) is a nonlinear
dependence. More precisely, it is affine, i.e. without the directproportionality
required by system theory for "linearity" (it is not as in analytical geometry) of
the v-i relation (Emanuel Gluskin, 2011: 4-5)
3. Litar setara thevenin dan norton
Teorema thevenin menyatakan bahwa, jika terdapat sepasang terminal
dalam dalam rangkaian linear, rangkaian ini boleh digantikan dengan puncak
voltan uggul Vlt yang berseri dengan rintangan RTH Vlt bersamaan dengan voltan
litar terbuka pada trminal, dan RTH ialah rintangan setara werentasi terminal
apabila puncak voltan tak bersandar di pintaskan dan pucak arus tak bersandar
digantikan dengan litar terbuka bagian litar dalam petak garis putus-putus akan
digantikan dengan setaraan theveninnya. Voltan litar terbuka Vlt didapatkan
dengan memutuskan litar yang selebihnya dan menetukan voltan merentasi
terminal bagi litar terbuka yang tinggal. Bagi contoh ini peraturan pembagian
voltan memberikan:
Vlt =
Untuk mencari Rth bekalan V, dipintaskan (yakni, Vs = 0), membumikan ujung
bagian kiri R1. Jika ada punca arus dalam linear terbuka, oleh sebab R1 dan R2
adalah selari relatif kepada terminal terbuka, rintangan setara ialah:
Rth =

Setaraan thevenin dan norton tak bersandar pada litar rangkaian yang tinggal
yang mewakili beban. Ini berguna karena perubahan dalam beban boleh dibuat
tanpa perlu menganalisis semula setaraan thevenin atau norton (Alciatore dan
Histand, 2009 : 29-30).
4. Rangkaian setara
Ada dua bentuk rangkaian setara, yaitu rangkaian setara thevenin dan
rangkaian setara norton.
Tegangan thevenin Vth, didefinisikan sebagai tegangan yang melewati terminal
beban saat hambatan beban terbuka. Karena ini, tegangan thevenin terkadang
disebut dengan tegangan rangkaian terbuka. Definisinya: tegangan thevenin: Vth =
Voc denagan Voc merupakan singkatan dari “ open-circuit voltage”. Hambatan
thevenin didefinisikan sebagai hambatan yang diukur antar terminal saat seluruh
sumber dibuat (dihubungkan singkat) dan hambatan beban terbuka sebagai definisi
: hambatan thevenin : Rth = Roc. Arus norton, IN didefinisikan sebagai arus beban
saat hambatan beban dihubungkan singkat karena ini, arus norton terkadang
disebut juga dengan arus hubung singkat (short-circuit current,isc) sebagai
definisi: arus norton: IN = Isc. Hambatan notron, RN, adalah hambatan yang
diukur oleh ohmmeter pada terminal beban saat seluruh sumber diturunkan
menjadi nol dan hambatan beban dibuka (lepas) sebagai definisi: hambatan norton:
RN = Roc. Karena hambatan thevenin dan hambatan norton memiliki definisi yang
sama, maka dapat dituli RN = Rth (Pratama,W.A, dkk : 2).

IV. ALAT DAN BAHAN


1. DC power suplay = 1 unit
2. Multimeter digital = 1 unit
3. Project board = 1 unit
4. Kabel jumper = 1 meter
5. Tang potong = 1 unit
6. Resistor = 2 buah 1k ohm, 1 buah 1k ohm

V. PROSEDUR KERJA
Teorema Thevenin
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang baik.
3. Buatlah rangkain seperti gambar dibawah ini:

4. Langkah-langkah untuk mencari tegangan VTH untuk rangkaian pengganti


Thevenin adalah:
 Ukur tegangan open circuit terminal a-b, maka akan didapatkan nilai VTh.
 Catat nilai VTh pada table kerja 1.1!

5. Langkah-langkah untuk mencari hambatan RTh untuk rangkaian pengganti


Thevenin adalah:

 Matikan sumber tegangan dengan melepas sumber tegangan. Kemudian


hubungkan singkat antara terminal a-b, seperti rangkaian dibawah ini:

 Ukur resistansi pada terminal a-b dengan Multimeter, maka didapatkan RTh
Teorema Norton
1. Dengan rangkaian yang sama seperti percobaan sebelumnya.

2. Mencari IN

 Pasang sumber tegangan pada c-d, ukur arus (IN) hubung singkat pada a-b
dengan memasang amperemeter pada terminal a-b secara langsung
(perhatikan mode amperemeter DC), seperti terlihat pada gambar dibawah
ini:

 Catat nilai IN pada table kerja 1.2!


3. Mencari RN:

 Matikan sumber tegangan dengan melepas sumber tegangan dan gantikan


dengan tahanan dalamnya, caranya dengan menghubungkan singkat antara
terminal a-b, seperti gambar dibawah ini:

 Nilai RN = RTh.
 Catat nilai RN pada tabel kerja 1.2!

VI. DATA HASIL


Tabel 1.1 Teorema Thevenin
Rangkaian Asli Vth Rth
V = 9,0 V
R1 = 2 KΩ
R2 = 2 KΩ
R3 = 1 KΩ 1,12 V 1,52 KΩ
R4 = 2 KΩ
R5 = 1 KΩ
R6 = 2 KΩ
R7 = 510 Ω
Tabel 1.2 Teorema Northon
Rangkaian Asli IN RN
V = 9,0 V
R1 = 2 KΩ
R2 = 2 KΩ
R3 = 1 KΩ 756 μA 1,52 KΩ
R4 = 2 KΩ
R5 = 1 KΩ
R6 = 2 KΩ
R7 = 510 Ω

VII. PEMBAHASAN
Percobaan yanga kami lakukan yaitu rangkaian setara tevenin dan
northon dimana dalam percobaan ini dengan tujuan diantara nya adalah
melakukan pengukuran tegangan Thevenin, hambatan Thevenin dan arus
Northon dalam rangkaian-rangkaian sederhana dan menyelidiki pengaruh beban
terhdap tegangan dan kuat arus output rangkaian elektronik dengan
menggunakan teorema thevenin dan northon. Hambatan setara tidak hanya
digunakan untuk dua hamabtan paralel saja akan tetapi untuk segala macam
hubungan antara bebrapa buah hambatan. Didalam hal suatu rangkaian listrik
mengandung hambatan kapasitor, dioda, resistor, transformator, dan lainnya.
Pertama yakni hubungan antara tegangan sumber terhadap tegangan
thevenin dan arus northon dimana menjadi variabel manipulasi, hambatan (R L),
variabel respon arus northon (IN) dan variabel kontrol adalah hambatan (Rth).
Kegiatan yang pertama yaitu mengukur tegangan tegangan rangkaian terbuka
(VTH) atau tegangan thevenin dan arus hubungan singkat (In) atau arus northon.
Dilakukan 7 kali pengambilan data unutk variabel manipulasinya yaitu R1 =
2KΩ, R2 = 2KΩ, R3 = 1KΩ, R4 = 2KΩ, R5 = 1KΩ, R6 = 2KΩ, R7 = 510Ω,
dengan R menurut praktek sebesar 1.51 KΩ. Dari hasil percobaan tegangan
thevenin yang kami dapat adalah 1,12 volt.
Pada hambatan northon kami menggunakan variabel manipulasi yang
sama seperti pada thevenin, sehingga hasil percobaan yang kami dapat dimana
R menurut praktek sebesar 1.51 KΩ. Lalu arus yang kami dapat pada hambatan
northon 756 microampere. Kita dapat mementukan IN denagn mengukur arus
yang mengalir jika rangkaian di hubungkan secara singkat.
Pada percobaan analisa transistor rangkaian common base tegangan input
terdapat pada emiter dan tegangan outputnya pada collector. Jika kaki base
emitor dan kaki base collector berarti bias maju maka transistor dalam keadaan
saturasi. Jika kaki base emitor dan kaki base cillector diberi bias mundur maka
transistor dalam keadaan mati. Jika kaki base emitor diberi bias maju maka kaki
base collector diberi bias mundur maka transistor dalam keadaan mati.
Karakteristik input suatu transistor bipolar menggambarkan kerja sama
dengan prinsip dioda. Karakteristik output menyatakan hubungan antara
tegangan collector-emitor (VCE) dan arus collector (IC) untuk beberapa nilai
arus base (IB) yang konstan. sedangkan karakteristik transfer menyatakan
hubungan antara arus base (IB) dan arus colector (IC)untuk tegangan colector –
emitor (VCE) yang bernilai konstan sedangkan pada arus bias nilainya semakin
rendah. Ini juga sesuai dengan hukum atau ukuran potensiometer yang diputar
dari maksimum ke minimum.
Berdasarkan grafik nilai dari resistor variabel atau hambatan
potensiometer berbanding lurus dengan nilai tegangannya dan berbanding
terbalik dengan arus bebannya dimana semakin besar nilai tegangannya tetapi
semakin besar nilai hambatannya semakin kecil nilai arusnya.
Jadi pada praktikum ini rangkaian thevenin tidak perlu mencari hambatan
masing masing resistor ataupun sumber tegangan yang banyak karena seluruh
hambatan telah diganti dengan sebuah resistansi. Sedangkan rangkaian northon
hambatan ekuivalen yang terdiri dari resistansi dan sumber tegangan yang
banyak di ekuivalenkan menjadi paralel denagn sumber arus konstan. Di dalam
memahami teorema thevenin dan northon pada pengguaannya R TH dan IN
secara mudah dai suatu rangkaian yang rumit sekalipun.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan mengenai teorema thevenin dan teorema norton yang
telah didlakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Teorema thevenin adalah suatu rangkaian linear sembarang dengan kedua


ujungterbuka dapat diikatkan dengan sumber tegangan yang diserikan dengan
suatu resistor. Sedangkan teorema norton adalah suatu rangkain linear
sembarang dengan dua ujung terbuka dapat digunakan dengan sumber arus
yang diparalelkan dengan suatu resistor.
2. Penggunaan kedua teorema ini dalam rangkaian arus searah adalah
mempemudah dalam menentukan Vth, In, Rth.
3. Didalam menganlisis dan merubah suatu rangkaian linear sembarang
kerangkaian ekuivalen norton dan thevenin dapat menggunakan rumus berikut
Rth = dimana Rn = R1 dan
Vth = In x Rn
DAFTAR PUSTAKA

Alciantore, davit G dan Michael B. Histand. 2009. Pengenalan kepada


mekatronik dan sistem pengukuran edisi kedua. Malaysia: percetakan
Naz sdn.bhd

Cooper, D. William. 1994. Instrumen elektronik dan ternik pengukuran. Jakarta:


Erlangga.

Gluskin Emanuel.2011. AM Extenden frame for thevenin (norton) theorem. Vol5.

Sutrisno. 1986. Elektronik teori dan penerapannya. Bandung: ITB

Wahyu aji pratama, dkk. Rangkaian setara (E-1). Banjarmasin: laboratorium


fisika FKIP UNLAM
LAMPIRAN HITUNG
V = 9,0 Volt
R = 2 KΩ
Vth = IN X RN

= 1162,8
= 1,1628 volt
LAMPIRAN GAMBAR
I. JUDUL : (COMMON EMITTER)
II. TUJUAN :
1. Setelah melakuakan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
karakteristik transistor sebagai penguat dengan benar.
2. Setelah melakuakan praktikum, praktikkan dapat membedakan prinsip
transistor sebagai penguat dengan transistor sebagai saklar dengan benar.
3. Setelah melakuakan praktikum, praktikkan dapat menghitung penguatan
rangkaian dengan benar.

III. LANDASAN TEORI


Transistor merupakan komponen aktif yang terbuat dan bahan
semikonduktor dan memegang peranan penting dalam satu rangkaian elektronika.
Pada umumnya transistor digunakan sebagai penguat (amplifer) dan transistor
berfungsi sebagai saklar. Fungsi dari transistor bipolar itu sendiri adalah sebagai
penghantar arus listrik dengan kata lain transistor dapat membatasi arus yang
mengalir dari kolektor ke emiter atau sebaliknya (tergantung jenis transistor, PNP
atu NPN) berdasarkan jumlah aru listrik yang diberikan (Agung,dkk, 2012:4).

Menurut Muda (2013: 101-102), dalam rangkaian elektronika transistor


banyak digunakan sebagai penguat, penyearah, pencampur, oscillator, saklar
elektronik dll.

 Sebagai penguat transistor digunakan untuk menguatkan tegangan, arus


serta daya, baik bagi arus bolak-balik maupun searah.
 Sebagai penyearah, transistor digunakan untuk mengubah tegangan bolak-
balik menjadi tegangan searah.
 Sebagai pencampur, transistor digunakan untuk mencampur dua macam
tegangan bolak-balik atau lebih dengan frekuensi berbeda.
 Sebagai oscillator, transistor digunakan untuk membangkitkan getaran-
getaran listrik.
 Sebagai saklar elektronik, transistor digunakan untuk menyambung
putuskan rangkaian elektronik.
Menurut Wibawanto (2008: 125-126), rangkaian transistor konfigurasi
emitor bersatu merupakan rangkaian yang paling banyak digunakan sebagai
rangkaian penguat terutama penguat sinyal kecil. Berikut ini diberikan contoh
rangkaian penguat panjaran pembagi tegangan. Akan dihitung perolehan tegangan
yang didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan keluaran AC terhadap
tegangan masukan AC.

Gambar 8.1. rangkaian penguat panjaran pembagi tegangan

Rangkaian ekuivalen AC dari penguat gambar 8.1 dengan menggunakan


mengambil model π sebagai model transistor.

Transistor yang digunakan pada penguat adalah transistor bipolar yang


terbuat dari persambungan p-n. pada dasarnya transistor berasal dari dua kata,
yaitu transfer dan resistor. Dari dua kata ini dapat dikemukakan definisi dari
transistor yaitu transfer arus listrik dari resistansi rendah ke resistansi tinggi.
Transistor adalah suatu peranti semikonduktor yang umumnya digunakan untuk
memperkuat atau mensaklar sinyal elektronika. Transistor bipolar merupakan
suatu peranti semikonduktor yang terdiri dari tiga lapisan. Tipe pertama transistor
terdiri dari dua lapisan tipe n dan satu lapisan dari material p, sehingga disebut
transistor tipe npn. Tipe kedua, transistor terdiri dari dua lapisan tipe p dan satu
lapisan tipe n, sehingga jenis ini disebut transistor tipe pnp. Untuk itu, secara
umum ada dua macam transistor bipolar yang digunakan dalam rangkaian yaitu
jenis pnp dan npn (Yohandri, 2016: 198).

McCartly and friends (1999:277) said that bipolar transistor potentialy have
more uniform threshold voltages, higher lineaity and higher current densities than
FET’s , transistor with GaN emiter grown on SiC base/collector structure have
demonstrated high differential gaint at high temperatures and GaN/AlGaN photo
transistors without a base contact have also shown high gain. Difficulties with P-
type GaN however, have hampered research of GaN/AlGaN bipolar transistors
high base dopant concentration is required to achieve low output conductance, but
many increase recombination rates and reduce electron velocity.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang akan digunakan:

1. Kit Komponen(toolbox)
2. Multimeter = 1 unit
3. Osiloskop = 1 unit
4. Signal Generator = 1 unit
5. Kabel Jumper = 1 meter
6. Catu Daya = 1 unit
7. Breadboard = 1 unit
8. Resistor (1 kΩ) = 2 buah
9. Resistor (10kΩ) = 2 buah
10. Kapasitor 47 nF = 2 buah
11. Kapasitor 16 nF = 1 buah
12. Transistor NPN/PNP = 1 buah

V. PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan mengukur penguatan rangkaian common emitter:
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan
percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang baik.
3. Buatlah rangkaian common emitter sepertigambar dibawah ini!

4. Berikan tegangan VCC sebesar 12V (RB=10k, RC=1k, RE=1k), potensiometer (RV)
10k, kapasitor (bagian basis dan emitter) adalah 47μF, kapasitor (bagian output)
adalah 16 μF, praktikan diperbolehkan menggunakan nilai komponen yang
berbeda dengan mencatatkannya).
5. Pada potensiometer(Rv) hubungkan hanya pada kaki 2 dan 3, atau 1 dan 2.
Kemudian kaki-kaki tersebut dihubungkan pada multimeter dan atur
potensiometer (Rv) agar VCE bernilai 6 Volt
6. Ukur beda tegangan pada resistor RC, lalu hitung arus IC.
7. Ukur nilai tegangan VBEdan arus IBdengan menggunakan multimeter.
8. Berikan sinyal input pada rangkaian berupa sinyal sinusoidal dengan amplitudo
input dari 50mV sampai 250mV dengan selang 50mV. Atur besarnya tegangan
dan besar frekuensi agar signal dapat teramati dengan baik pada layar osiloskop.
9. Ukur dan catat besarnya tegangan output (Vout) dan tegangan input (Vin). Amati
sinyal input dan sinyal output, apakah terjadi perbedaan fasa atau tidak.

VI. DATA HASIL


Nilai (sertakan satuan)
VCC 12 Volt
VCE 10,1 Volt
VBE 0,8 Volt
IB 0,10 A
IC 0,1 A
VIN 5,5 Volt
VOUT 16 Volt
VAFG 5,5 Volt

VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan yaitu mengukur rangkaian
common emitter terdapat beberapa variabel yang harus ditentukan yaitu tegangan
puncak ke puncak, tegangan masukkan, tegangan keluaran dan arus (IB dan IC).
Percobaan yang kami lakukan menggunakan CE.

Nilai yang kami dapatkan dalam percobaan ini yaitu VCC sama dengan 12
volt, VCE adalah 10,1 volt VBE adalah 0,8 volt, arus IB adalah 0,10 A ,arus IC 0,1 A
dan tegangan masukkannya adalah 5,5 volt serta tegangan keluarannya adalah 16
volt. Pada chanel 2 diperoleh tegangan keluaran (VOUT) lebih besar dari tegangan
masukkan nya (VIN) pada chanel 1. Hal ini merupakkan pengaruh kapasitor,
karena fungsi dari kapasitor yaitu menyimpan muatan dan meneruskannya ke
rangkaian selanjutnya dalam hal ini berarti tegangan keluaran. Sehingga tegangan
keluaran lebih besar dari tegangan masukan.

Fungsi dari CE disini yaitu sebagai penyaring. Pada percobaan ini masih
banyak terjadi kesalahan akibat ketidaktelitian sehingga masih ada bebrapa data
yang valid. Dari percobaan yang telah dilakukan bahwa untuk untuk jenis
rangkaian penguat dibangun dengan transistor konfigurasi common emiter dan
dengan bias pembagi tegangan. Berhubungan dengan tegangan (penguat) adalah
daerah diantara garis saturasi dan Cut-Off nya. Memperoleh suatu rangkaian
penguat sinyal AC yang stabil akan terdapat hubungan nya parameter h dengan re.

Rangkaian setaranya serta kita ketahui bahawa aplikasi dari transistor yaitu
sebagai penguat tegangan, amplifer, penguat audio dan pembagi arus, sirkuit
pemutus dan penyambung (swiching), stabilisasi tegangan (stabilisator), medulasi
sinyal, transistor sudah dapat digunakan sebagai memori dan pemroses sebuah
getaran listik dalam dunia computer.

Dari percobaan yang telah dilakukan bahwa aplikasi dari rangkaian yaitu
biasanya paling banyak digunakan di rangkaian-rangkaian elektronika yang
sifatnya masih analog misalnya saja ketika digunakan sebagai penguat yaitu
penguat arus, penguat tegangan, penguat daya yang dapat kita ketahui pada
rangkaian pree- amp head, pree-amp mic, mixer, echo, tone control, amplifier dan
lain lain.

Selain itu juga kami telah mengetahui dari percobaan ini bahwa fungsi lain
dari transistor adalah sebagai penguat arus. Karena fungsi ini maka transistor bisa
dipakai untuk rangkaian power suplly dengan tegangan basis yang telah di se.
Unutk keperluan ini transistor harus di bias tegangan yang konstan pada basis nya.
Supaya pada emitor keluaran tegangan tetap. Biasanya untuk mengatur tegangan
basisnya supaya tetap digunakan sebagai dioda zener. Fungsi kapasitor sebgai
input dan output penguat adalah untuk mengisilasi penguat terhadap pengaruh dari
tegangan DC eksternal penguat. Hal ini berdasarkan karakteristik kapasitor yang
tidak melewatkan tegangan DC.

Common collector biasanya dipakai sebagai transformator impedansi


karena impedansi masukkannya tinggi sedangkan impedansi keluarannya rendah/
penguat ini lebih unggul dibandingkan transformator biasanya dalam dua hal,
pertama tanggapan frekuensinya besar/lebar dan kedua penguat daya.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penguat Common Emitter adalah bentuk penguat tegangan, dimana pada kaki
emitter digroundkan, lalu input di masukkan ke basis, dan output diambil pada
kaki kolektor. Penguat common emitter mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
 Sinyal outputnya berbalik fasa 180˚ terhadap sinyal input.
 Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio).
 Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada
kestabilan suhu dan bias transistor.
 Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif, sehingga
sering dipasang umpan balik negative untuk mencegahnya.

2. Perbedaan prinsip antara transistor sebagai penguat dengan transistor sebagai


saklar adalah jika prinsip transistor sebagai penguat, transistor bekerja pada
wilayah antara titik jenuh dan kondisi terbuka (cut off), tetapi tidak pada kondisi
keduannya. Sedangkan prinsip transistor sebagai saklar yakni transistor akan
mengalami cut off apabila arus yang melalui basis sangat kecil sekali sehingga
kolektor dan emitor akan seperti kawat yang terbuka.

3. Besar penguatan transistor pada rangkaian common emitter dapat ditentukan


dengan nilai pada tegangan keluaran (Vout) dibagi dengan tegangan masukan
(Vin).

𝑉𝑜𝑢𝑡
𝛽
𝑉𝑖𝑛
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Fajri Septia.dkk. 2012. Sistem Deteksi Asap Rokok Pada Ruangan Bebas
Asap Rokok Dengan Keluaran Suara. Teknik Komputer: AMIC GI MDP.

McCarty,L.S. and Friends. 1999. GaN/AlGaN Heterojunction Bipolar Transistors.


IEEE ELECTRON DEVICE LETERS. Vol 20 no 6.

Muda, Imam. 2013. Elektronika Dasar. Malang: Gunung Samudera.

Wibawanto, Hari. 2008. Elektronika Dasar: Pengenalan Praktis. Jakarta: PT Elex


Media Komputindo.

Yohandri dan Asrizal. 2016. Elektronika Dasar 1: Komponen, Rangkaian, dan


Aplikasi. Jakarta: KENCANA.
LAMPIRAN

1. LAMPIRAN HITUNG

2. LAMPIRAN GAMBAR
I. JUDUL : TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR ELEKTRONIK
II. TUJUAN
1. Dapat mengidentifikasi karakteristik transistor sebagai saklar dengan
baik
2. Dapat membedakan kaki-kaki transistor dengan benar
III. LANDASAN TEORI
Jana (2013:396), said that currently no transistor is being used and in place
of that nano transistor been used globallly. In fact this nano transistor breaks
through to offerbillion times faster competere. It also makes transistors to
words quantum computers and widely used for manipulation of individual atom
with exquisite precision. It helps for making semi conductors to semiconductor
to transistors to integarted circuit.
JFET adalah komponen tiga terinal dimana salah satu terminal lainnya
dapat mengontrol arus antara dua terminl lainnya. JFET terdiri atas dua jenis,
yakni jenis kanal N dan kanal P. Sebagaimana transistor terdapat jenis PNP dan
NPN. Umumnya yang akan dibahas pada bab ini adalah kanal n karena untuk
kanal p kebalikannya terlihat bahwa sebagian besar strukturnya dan bahan tipe
n yang membentuk kanal. Bagian atas dari kanaldi hubungkan keterminal yang
disebut Drain (D) dan bagian bawah dihubungkan keterminal yang disebut
Source (S). Pada sisi kanan dan kiri dari kanal adalah ndimasukkan bahan tipe p
yang di hubungkan bersama sma ke terminal yang disebut dengan Gate (G).
pada saat semua terminal belum diberikan tegangan bias dari luar, maka
persambungan P dan N pada kedua gate (G) terdapat pembawa muatan bebas,
sehingg tidak mendukung aliran arus sepanjang kawat (Surwarno, 2009:24).
Transistor sebagai salah satu komponen elektronika paling penting dan
sangat berperan dalam teknologi rangkaian teintegrasi. Terdapat dua jenis
transistor berdasarkan jenis muatan pengahantar listriknya yaitu bipolar dan
unipolar . pada transistoe bipolar, jenis muatan penghantar listriknya adalah
melalui pergerakan elektron dan hole sedangkan pada transistor unipolar jenis
penghantar listriknya adalah elektron. Sesuai dengan susunan bahan yang
digunakan, transistor bipolar terdiri dari dua tipe yaitu NPN dan PNP
(Debataraja, 2011: 89).
Transistor bipolar merupakan suatu peranti semikonduktor yang terdiri dari
tiga lapisan. Tipe pertama transistor terdiri dari dua tipe lapisan tipe n dan satu
lapisan material p, sehingga disebut transistor NPN. Tipe kedua, transistor
terdri dari dua lapisan tipe dan satu lapisan tipe n, jenis ini disebut transistor
tipe PNP. Dalam elektronika terdapat beberapa fungsi dari transistor antara lain
transistor sebagai penguat, transistor sebagai saklar, transistor sebagai
multivibrator dan sebagainya (Yohandri, 2016: 198).
Menurut Sutrisno (1986: 117), transistor digunakan dalam rangkaian untuk
memperkuat isyarat artinya isyarat lemahpada masukan diubah menjadi isyarat
yang kuat pada keluaran. Pada masa kini transistor ada di dalam setiap
peralatan elektronika. Transistor dwikutub dibuat dengan menggunakan
semikonduktor ekstrinsik jenis p dan jenis n yang disusun seperti gambar 5.1

Ketiga bagian transistor ini disebut emitor, basis dan kolektor.


Transistor efek medan (field effect tansistor = FET) mempunyai fungsi
yang hampir sama dengan transistor bipolar. Perbedaan utama anatara kedua
transsitor adalah bahwa dalam transistor bipolar arus output ( ) dikendalikan
oleh arus input ( ). Sedangkan FET arus output ) dikendalikan oleh
tegangan input ( ), karena arus input nol. Keluarga FET yang penting adalah
JFET (Junction field-effect transistor) dan MOSFET ( metal-oxide
semiconductor field-effect transistor). JFET terdiri dari kanal-P dan kanal-N.
MOSFET terdiri atas MOSFET tipe pengosongan (D-MOSFET= Ddepletion-
mode metal-oxide semiconductor FET) dan MOSFET tipe peningkatan (E-
MOSFET = Enhancement-mode metal-oxide semiconductor FET) (Surjono,
2011: 1).

Understanding the working principles behind a bipolar junction transistor


requires understanding the essensial or basic principles behind the transistor, in
addition its properties. Thus, as a backgrounder a transistor is a solid-state
electronic component made primarly of electrcal current between two areas of
materials made semiconductor crystall using a very small current or voltage
that’s applied to transitional intermediate area (Aseeri, 2018: 53).

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Resistor : 1 k / 1 w dan 820 Ω/ 1 w
2. Transistor : C9104
3. Potensiometer
4. Power supply : 1 unit
5. Multimeter : 1 unit
6. Baterai 9 volt : 1 unit
7. Project board/ bridge board : 1 unit
8. Jumper 1 mm : 1 meter
9. Led dioda : 1 unit

V. PROSEDUR KERJA
1. Dipersiapkan semua perlatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan
2. Diperiksa semua bahan dan peralatan, dipastikan semua dalam kondisi
yang baik
3. Dibuatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini pada project board

4. Dihubungkan baterai 6 volt pada rangkaian yang terhubung langsung


dengan resistor
5. Dihubungkan power-supply yang terhubung langsung dengan
dimulai dengan tegangan 0 vot
6. Dihubungkan saklar . Diamati dioda LED (Led menyala/ padam)
7. Diputar/ diatur teagangan power supply, sampai lampu LED padam
8. Diukur tegangan yang dirasakan oleh ( ), ( ) dan tegangan
pada dioda LED ( )
9. Dicatat hasil pada tabel kerja 6.1
10. Diukur nilai arus kaki kolektor dan arus kaki basis
11. Dicatalah hasil pada tabel kerja 6.1

VI. DATA DAN HASIL


Tabel 6.1. transistor sebagai saklar
(A) (A)
4V 1V 2,2V 0,2V 5,6 x 5,12 x 1,1 V
4V 3V 2,4V 1,8V 6,15 x 6,15 x 1,75 V
4V 4V 2,4V 2,6V 6,15 x 6,67 x 1,8 V
4V 6V 2,6V 4,2V 6,67 x 1x 1,8 V
4V 12V 2,8V 10V 7,17 x 2,5 x 1,95 V

VII. PEMBAHASAN
Pada praktiku kali ini yaitu transistor sebagai saklar bertujuan untuk
mengetahui cara menggunakan, merangkai, menganalisa dan mengaplikasikan
transistor sebagai saklar elektronika. Alat dan komponenyang di gunakan yaitu
transistor, resistor, LED, projectboard, catu daya, dan multimeter.
Resistor yang kami gunakan bernilai 390 ohm. Setelah di cek menggunakan
multimeter digital, transistor bertipe NPN. Langkah pertama yang kami lakukan
adalah merangkai semua komponen yang ada sesuai dengan rangkaian yang ada
pada penuntun. Etelah itu kami mengukur tegangan pada resistor digunakan
multimeter dengan menggunakan dua sumber tegangan yaitu VZ (tegangan
tetap) dan VI (tegangan yang di ubah ubah secara berangsur dari kecil ke besar
sebagai mana terdapat pada tabel hasil/data yang kami dapat itu dari literatur.
Ini dikarenakan percobaan yang sudah kami lakukan berkali kali berhasil
(ditandai dengan hidupnya lampu LED) namun nilainya tidak terbaca oleh
multimeter.

Dapat dilihat pada tabel dengan VZ (tegangan tetap) yang kami buat adalah
6 volt dan VI (tegangan yang di ubah ubah secara teratur menuju tegangan yang
lebih besar. VI yang kami gunakan ada 11 jenis yaitu mulai dari 0 v sampai 10
v. Tegangan pada resistor pertama yang melalui lampi LED dari kaki kolektor
juga semakin besar dengan perubahan yang teratur dan lampu LED di dapati
dalam keadaan yang mati, begitu pula pada tegangan resistor keempat sampai
ke delapan lampi LED nya dalam keadaan menyala. Kondisi LED mati pada
saat tegangan resistor 0v – 2v. Itu dikarenakan tegangan nya yang terlalu kecil
sehingga tidak sebanding dengan apa yang diperlukan oleh lampu LED
(tegangan).
Lampu LED akan semakin menyala terang dengan tegangan yang semakin
besar. sehingga pada tegangan V, di perkecil maka transistor berfungsi sebagai
saklar (solud sake) disini digunakan untuk mengendalikan nyala pada LED.
Jadi kuat lemahnya nyala LED akan redup atau mati karena arus keluaran pada
kaki kolektor (IC) adalah 0. Sama denagn kaki basis yang arus masuknaya
adalah 0. Maka tegangan maksimum kondisi ini membuat arus tidak bisa
memasuki dikaki kolektor VCC. Kondisi ini membuat arus tidak bisa memasuki
rangkaian. Disinilah transistor berfungsi sebagai saklar.
Saklar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa memiliki dua
keadaan yaitu keadaan on dan off. Keadaan on merupakan suatu keadaan yang
mana arus dapat mengalir dengan bebas atau ideal tidak ada resistivas dan besar
volume pada seklar sama dengan nol. Keadaan off merupkan keadaan dimana
tidak ada arus yang mengalir. Kalau transistor dipakai hanya pada 2 titik
tersebut berarti transistor dipakai sebagai saklar. Untuk menentukan arus
masuknya pada kaki basis digunakan rumus berikut :

Untuk menetukan arus keluar pada kaki kolektor dapat di gunakan rumus :

Jadi apabila arus yang mengalir semakin besar maka nya iampu LED akan
semakin terang dengan tegangan yang tidak terlalu kecil atau tidak terlalu besar.
jika arus melebihi tegangan standar disitulah transistor berfungsi sebagai saklar.
Kesalahan yang terjadi itu bisa disebabkan oleh faktor alat/bahan yang sudah
tua, suhu ruangan atau kesalahan praktikan.

VIII. KESIMPULAN

Dari percobaan dan pembahasan yang dilakukab dan dibuat dapat ditarik
suatu kesimpulan yaitu:

1. Transistor memiliki tiga kaki yaitu basic sebagai tumpuan, emitor sebagai
pengeluaran dan kolektor sebagai pengumpul. Untuk penggunaan, antara
kolektor dan basis di pasang tegangan panjang mundur melalui catu daya .
Nyatalah muatan mayoritas yang dikeluarkan oleh emitor bertumpu dibasis dan
ditampung oleh kolektor.
2. Pada saar transistor sebagai sakelar tertutup (saturasi) adalah ketika arus masuk
basis ( ) lebih besar dari arus masuk basis tidak diberikan arus ( ) adalah nol.
Dan arus keluarannya ( ) adalah nol disebut sakelar terbuka.
3. Pengaplikasian transistor sebagai sakelar dapat digunkan pada motor, solenoid
dan lampu.
DAFTAR PUSTAKA

Asseri, Ali Habib dan Fouzeyah Rajab Ali. 2018. Bipolar Juncion Transistor as a
Switch. Journal of Electrical and Electonics Engineering (IOSR-JEEE) volume
13 ISSN: 2320-3331.

Dabataraja, Amirudin,dkk. 2011. Studi Awal pada Mikrofbarikasi Divasi Transistor


Bipolar NPN. Jurnal Ilmiah Elite Elektro. Vol. 2. Jakarta: Politeknik Negeri
Jakarta.

Surjono, Dwi Herman. 2011. Elektronika Analog. Jember: Cerdas Ulet Kreatif.

Sutrisnao. 1986. Elektronika Dasar dan Penerapannya Jilid 1. Bandung: ITB.

Yohandri dan Asrizal. 2016. Elektonika Dasar 1 Komponen Rangkaian dan Aplikasi
Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
LAMPIRAN

1. Lampiran Hitung
Nilai arus kaki kolektor ( )

 =

 =

 =

 =

 =

Nilai arus kaki basis ( )

 =

 =

 =

 =

 =
2. Lampiran gambar
I. JUDUL : KARAKTERISKTIK MOSFET
II. TUJUAN:
1. Dapat mengidentifikasi karakteristik MOSFET sebagai sakelar
dengan benar
2. Dapat membedakan kaki-kaki MOSFET dengsn benar
III. LANDASAN TEORI

Transistor adalah suatu komponen aktif dibuat dari bahan semikonduktor. Ada
dua macam transistor, yaitu transistor dwikutub (bipolar) dan transistor efek medan
(Field-effect of transistor – FET). Transistor digunakan dalam rangkaian untuk
memperkuat isyarat, artinya isyarat lemah pada masukan diubah menjadi isyarat yang
kuat pada keluaran. Satu sakelar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa
dilihat pada dua keadaan yaitu, keadaan on dan keadaan off. Keadaan off merupakan
suatu keadaan dimana tidak ada arus mengalir. Keadaan on merupakan satu keadaan
yang mana arus bisa mengalir bebas (Burchan, 2009: 19-20).

MOSFET had played a vital in building most of the integrated circuits while
minimizing its size over the half decade of century in the past by way of scalling its
size to nanometer as of to day. Reduction in the size of MOSFET decade by decade,
the integrated circuit build on it worked faster at reduce power then their reducing the
power density resulted into in the opersting supply voltage as well (Turkane, 2016:
4922).

FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insolated Gate FET
atau dikenal dengan Metal Oxide Silicon (semiconductor) FET (MOSFET).
MOSFET adalah singkatan dari metal oxide semiconductor atau tramsitor efek medan
adalah jenis transitor yang bekerja dengan adanya modlasi dari medan listrik di dalam
bahan semikonduktor, antara FET dan MOSFET ada perbedaan, yang hanya
membedakan

 Adanya lapisan SiO2 yang membatasi gate dan channel


 Arus listrik yang masuk sangat kecil sekali

Jenis –jenis transistor efek medan adalah MOSFET, JFET, MESFET dan TFT
(Widodo, 2015: 3-4).

Menurut Zuhal (2004: 197) mengatakan bahwa struktur MOSFET sedikit


berbeda dengan struktur FET. Untuk MOSFET disisipkan bahan dari silikon dioksida
(SiO2) pada gate. Penyisipan SiO2 menyebabkan teejadinya penipisan tumpukan
(depletion) elektron pada kanal ataupun penebalan tumpukan (enhancement) elektron
pada kanal. Berdasarkan terjadinya penipisan dan penebalan tumpukan elektron pada
kanl maka MOSFET dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu:

1. D-MOSFET (Depletion MOSFET)


2. E-MOSFET (Enhancement MOSFET)

MOSFET tipe pengosongan atau D-MOSFET (Depletion Metal Oxide


Semiconductor FET) terdiri dari kanal-N dan kanal-P yang biasanya disebut dengan
substrat. MOSFET tipe peningkatan atau E-MOSFET (Enhancement Metal Oxide
Semiconductor FET ) terdiri atas kanal-N dan kanal-P. E-MOSFET juga dibuat diatas
bahan dasar silikon tipe –p yang disebut dengan substrat (Surjono, 2008: 9-13).

Menurut Istardi (2017: 21-22) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik


penting dari MOSFET yaitu:

 Mempunyai frekuensi yang sangat cepat


 sebanding dengan ; pada umumnya Ω untuk komponen
100 v dan 100 A
 Pengaktifan perubahan ON dan OFF dengan (voltage control)
 Tidak bisa diproteksi dengan menggunakan fase
 Tidak ada proteksi tegangan balik (no reverse blocking capability), untuk
mengatasinya biasanya digunakan dioda antiparalel
 Biasanya komponen ii akan lebih mudah dihubungkan secara paralel.
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Resistor (1 kΩ) = 2 pcs
2. Resistor (470 Ω) = 1 pcs
3. Transistor MOSFET (IRFZ44 N) = 1 pcs
4. Potensiometer 10 K =1 pcs
5. Multimeter = 1 unit
6. Project Board / Bridge Board = 1 unit
7. Jumper = secukupnya
8. Baterai 9 volt = 1 buah
9. Transformator = 1 buah

V. PROSEDUR KERJA

Transistor Mosfet sebagai saklar


1. Dipersiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Diperiksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang
baik.
3. Dibuatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini pada project board:

4. Diatur tegangan potensiometer hingga tegangan pada potensiometer menjadi


2V. Diamati karakteristik LED (ON/OFF).
5. Dihubungkan sumber tegangan positif (+) pada kaki Drain dan sumber
tegangan negative (-) pada kaki source , selanjutnya dihubungkan multimeter
positif (+) kekaki drain dan multimeter negative (-) kekaki source.
6. Diubah tegangan di sumber tegangan menjafi 3V,5V,7.5V dicatat hasil Vin
dan Voutnya lalu diamati LED.
7. Dicarilah nilai ID menggunakan multimeter.

VI. DATA DAN HASIL

Tabel kerja 8.1 Transistor MOSFET sebagai saklar


Keterangan
0 0 0 Mati
3V 5,23 V 0,01 A Redup
4,5 V 6,82 V 0,02 A Sedang/menyala
6V 8,42 V 003 A Terang

VII. PEMBAHASAN

Percobaan tentang karakteristik MOSFET akan membahas tentang redup


dan terangnya lampu, karakteristik MOSFET serta kaki-kaki MOSFET.
Praktikum ini memerlukan alat dan bahan seperti: adaptor, resistor,
potensiometer, project board, baterai dan yang utama adalah MOSFET.
MOSFET adalah salah satu dari jenis transistor yang juga memilki 3 kaki
yang berbeda. Transistor MOSFET termasuk dari jenis transistor efek medan,
yaitu suatu transistor yang prinsip kerjanya berdasar atas pengaturan arus oleh
teganagn. Sedangkan MOSFET sendiri adalah singkatan dari Metal Oxide
Semikonduktor Field-effect Transistor yang diartikan sebagai jenis transistor
yang bekerja sebagai atau dengan adanya modulasi dari medan listrik di dalam
bahan semikonduktor. Meskipun MOSFET adalah bagian dari jenis transistor
efek medan atau FET, tetapi kedua transistor ini memiliki perbedaan. Yang
membedakannya adalah pada MOSFET terdapat lapisan SiO2 yang membatasi
gate dan chanel dan arus yang masuk pada MOSFET sangatlah kecil sekali.
MOSFET dalam praktikum kali ini digunakan sebagai sakalar. Hal tersebut
adalah salah satu fungsi dari transistor. Satu sakelar dapat diartikan sebagai
suatu alat dengan dua sambungan pada dua keadaan yaitu sambungan on
(hidup) dan off (mati). Jika on arus mengalir bebas dan jika off arus tidak ada
yang mengakir . MOSFET memiliki tipe pengosongan (D-MOSFET) dan tipe
peningkatan (E-MOSFET). Kaki-kaki MOSFET atau juga sering disebut
terminal ada tiga yaitu drain, gate dam source.
Pada percobaan kali ini dibuat suatu rangkaian pada MOSFET sebgai saklar
dengan beberapa komponen lainnya diatas papan bread board yang kemudian
dilakukan pengukuran dengan bantuan adaptor, multimeter, power supply.
Pengukuran yang dilakukan adalah untuk melihat menyala atau tidak
menyalanya LED. Yang dilakukan adalah bukan pemberian arus pada masukan
namun memberikan tegangan masukan sehingga kan terlihat arus pada drain.
Selain tegnagn masuk yang diukur teganagn keluar juga ikut di ukur. Sehingga
LED tersebut dapat diamati menyala atau tidak menyala.
Pemberian tegangan masuknya dengan 0 volt. Tegangan percobaan yang
dipakai ada 4 dengan berbeda-beda yaitu sebesar 0, 3, 4.5 dan 6 volt. Dari ke
keempat percobaan yang dilakukan, LED menyala dengan terang pada keadaan
6 volt dengan tegangan keluaran yang di dapat adalah 8,42 volt. LED pada
tegangan ini menyala karena tegangannya besar sehingga arus yang mengalir
pada darin juga semakin besar, tidak seperti percobaan dengan 0 volt lampu
LED nya mati sebab tidak ada arus yang menagalir karena tidak ada tegangan
yang masuk dan juga yang keluar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa lampu akan menyala jika tegangan yang
diberikan pada MOSFET besar maka arus yang mengalir juga semakin besar.
Maka lampu akan menyala dengan terang. Selama praktikum ini dilakukan
persiapan alat dan bahan hingga pelaksanaan pengukuran mamerlukan waktu
yang cukup lama dan juga tidak efektif dikarenakan alat yang tersedia sangat
terbatas hanya memiliki satu adapator saja sehingga pengukuran untuk
percobssn MOSFET ini dilakaukan secara bergantian tiap kelompok. MOSFET
dalam praktikum ini sebagai sakelar yang memmbuat arus mengalir atau tidak
dengan penentuan dilihat dari besar tegangan yang diberikan pada MOSFET.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat dibuat suatu kesimpulan
mengenai percobaan karakteristik MOSFET yaitu sebagai berikut:
1. MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Medan Transistor)
adalah suatu trasnsitor efek medan dengan pintu yang diberi lapisan oksida
silikon tipis yang bersifat isolator. MOSFET ada dua yaitu D-MOSFET
dan E-MOSFET.
2. Karakteristik MOSFET didapat yaitu:
 Hambatan masukannya jauh lebih besar dari JFET
 Dapat melakuka peningkatan dan pengosongan
 Banyak digunakan pada penguat frekuensi radio dan televisi karena
kemampuan hambatan masukannya
 Tidak bisa diproteksi dengan fase
 Lebih mudah dihubungkan secara paralel
3. MOSFET memilki ciri khas yang berbeda, yaitu dengan kaki-kainya.
MOSFET ini memiliki 3 kaki yaitu gate, drain dan source
DAFTAR PUSTAKA

Burhan dan Ahmad Abothki. 2009. Perancangan Alat Pengaman Motor dengan
Memanfatkan Sensor Getar dan Gelombang Radio FM. Jurnal Neutrino. Vol 2.
Istardi, Didi. 2017. Pengenalan Elektronika Daya-Penyearah AC-DC. Yogyakarta:
ANDI.
Surjono, Herman Dwi. 2001. Elektronika Analog. Jember: Cerdas Ulet Kreatif.
Turkane dan Kureshi. 2016. Review of Tunnel Field Effect Transistor (TFET).
Internationl Journal of Applied Engineering Research. ISSN: 0973-4562. Vol.
11.
Widodo,dkk. 2015. Perancangan dan Pembuatan Catu Daya Tegangan Output
Konstan Menggunakan Teknologi Konverter Step Up Kapasitas 320 watt. Vol 2
Zuhal dan Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektronik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
LAMPIRAN
1. Lampiran Hitung
Nilai arus pada terminal drain
 =0
= 1000 Ω

(tidak menyala)

 = 3 volt
= 1000 Ω

(redup)

 = 4,5 volt
= 1000 Ω

(sedang/menyala)

 = 6 volt
= 1000 Ω

(menyala terang)
2. Lampiran Gambar
I. JUDUL : RANGKAIAN SERI RLC DAN RESONANSI
II. TUJUAN :
1. Dapat mengidentifikasi rangkaian RL seri, RC seri dan RLC seri
dengan baik dan benar
2. Dapat membedakan rangkaian RL seri, RC seri dan RLC seri pada
arus DC dan arus AC dengan benar
3. Dapat mengukur VR,VL,VC dan kuat arus pada rangkaian RL seri,
RC seri dan RLC seri dengan benar
4. Dapat menghitung resistansi total RLC dengan benar
III. LANDASAN TEORI

Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai lintasan
tertutup. Pada rangkaian listrik tersusun oleh komponen pasif atau aktif. Keberadaan
kedua komponen pasif induktor dan kapasitor dalam suatu rangkaian listrik tersusun
oleh komponen pasif secara bersamaan, yakni rangkaian RLC akan menghasilkan
sebuah sistem persamaan diferensial derajat kedua. Persamaan matematis ini cukup
panjang prosedurny jika diselesaikan secara analitik (Murjannah, 2013 :2).

Rangkaian resonansi seri dicirikan oleh nilai impedansi minimum pada kondisi
resonansi sementara resonansi paralel menghasilkan impedansi resonansi maksimum.
Rangkaian yang disebut terakhir, yakni rangkaian resonansi paralel, pada kondisi
resonansi akan menghasilkan induktor dan arus kapasitor yang mempunyai amplitudo
kali lebih besar daripada arus sumber. Sementara itu rangkaian resonansi akan
menghasilkan tegangan kapasitor yang mempunyai amplitudo lebih besar
daripada tegangan sumber pada kondisi resonansi. Jadi rangkaian seri akan
menghasilkan penguatan tegangan pada kondisi resonansi (Hayt, 2005:134-135).

Menurut Kamaya (2008: 212-213), resitor dan induktor seri


Pada rangkaian arus bolak-balikt terdapat R dan L yang dipasang secara seri.
Tegangan induktif mendahuluiarus sebesar 90o. Tegangan hambatan sefase
dengan arusnya. Dengan demikian, tegangan induktif mendahului dengan beda
fase sudut 90o.

Resistor dan Kapasitor seri

Hambatan R dan kapasitor dengan kapasitansi C yang dirangkaian secara seri


pada rangkaian arus bolak-balik, akan menimbulkan beda sudut fase 90o antara
tegangan hambatan terhadap tegangan kapasitif . Juga ada beda sudut fase
antara tegangan kapastif terhadap arus sebesar 90o sehingga akan terjadi pergeseran
fase sebesar φ antara tegangan total terhadap arus.

Menurut Jewett (2010 : 654),


Figur 33.13 a, menunjukkan rangkaian yang terdiri atas resistor, induktor dan
kapasitor yang dihubungkan secara seri dengan sumber tegangan bolak-balik.
Tegangan yang diberikan beubah secara sinusoidal terhadap waktu. Misalkan
tegangan sesaat diberikan dengan:

sin wt

sementara arusnya berubah sesuai dengan

dimana adalah sudut fase antara arus dan tegangan yang diberikan.

Sebuah fasor ad;alah besaran yang berperilaku, dalam banyak hal layaknya
vektor. Fasor digunakan untuk menjelaskan rangkain R-L-C seri karena pernyataan
mengenai impedansi dapat dihubungkan denagn teorema Phytagoras untuk segtiga
siku-siku. Z merupakan hiporenusa dari segitiga siku-siku sementara R (XL-XC)
adalah dua sisinya. Karena pebedaan fase, ukuran tegangan pada rangkaian seri tidak
sama dengan jumlah aljabar dari masing-masing tegangan dari elemen-elemennya
(Bueche, 2016: 234).

There have been axtensive investigations on inductor resitance and indutance


calculations at low frequency ( and ). is equal to product of the metal
sheet resistance and the aspect ratio of the metal line (total metal length/ mtal width).
Instead of using numerical methodology to calculate . The accuracy of those
equations have been well verified for a wole range of inductor configurations (Yucao,
2003: 421-422).

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Audio Frekuensi Generator (AFG) =1 unit
2. Osiloscope = 1 unit
3. Multimeter Digital = 2 unit
4. Resistor = 1 KΩ
5. Induktor = 2,5 mH
6. Kapasitor = 0,01 μF
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dipersiapkan semua alat dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan
2. Diperiksa semua bahan dan peralatan dipastikan semua dalam kondisi
yang baik
3. Dibuatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini

4. Dinyalakan AFG dan diaturlah tegangan awal AFG pada 5 volt dengan
memutar amplitudo atau penguatan AFG.
5. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstan pada 5 volt
6. Diatur frekuensi pada AFG sebesar 10 KHz
7. Dicatatlah nilai parameter yang ditunjukkan alat ukur I, dan
pada tabel 3.1
8. Diulangi langkah kerja no. 6 sampai dengan no. 8 dengan frekuensi
yang bervariasi sesuai dengan tabel 3.1.
9. Kemudian dibuatlah rangkain sepert gambar di bawah ini

10. Diulangi langkah 4 sampai 9 untuk rangkaian RC dengan


menggunakan parameter tegangan dengan .
11. Dibuat rangkaian seperti pada gambar di bawah ini

12. Diulangi langkah 4 sampai 9 untuk rangkaian RLC, dengan


menambahkan sebagai parameter yang diukur.

VI. DATA DAN HASIL


1. Tabel 3.1 Hasil Percobaan Rangkaian RL seri
No. f (KHz) ( Volt) (Volt) I (mA)
1. 10,02 1,2 1,6 0,6
2. 30,374 1,2 2,2 0,5
3. 50,43 1,1 3,6 0,6
4. 70,43 1,2 5 0,7
5. 100,43 1,2 4 0,6
2. Tabel 3.2 Hasil Percobaan Rangkaian RC seri
No. f (KHz) ( Volt) ) I (A)
1. 10 0,9545 0,1 1,6
2. 30 0,9545 0,1 2,2
3. 50 0,9545 0,1 3,0
4. 70 0,9545 0,1 3,7
5. 100 0,9545 0,1 4

3. Tabel 3.3 Hasil Percobaan Rangkaian RLC seri


No. f (KHz) ( Volt) (Volt) ) I (A)
1. 10 5,4 8 0,4 2,1
2. 30,19 5,6 8 0,6 1,9
3. 50,212 5,6 7,5 0,8 2,0
4. 70,5 5,6 7,5 0,8 1,9
5. 100,5 5,6 7,5 1 1,7

VII. PEMBAHASAN

Dalam pratikum percobaan tentang rangkaian seri RLC dan resonansi


mengadakan 3 percobaan yaitu terhadap rangkaian RL seri, rangkaian RC seri dan
rangkaian RLC seri. Dalam setiap percoban yang diukur adalah tegangan resistor
( , tegangan induktor ( ) dan tegangan kapasitor ( serta arus yang
mengalirpada setiap rangkaian yang dibuat. Sebelim dilakukannya praktikum terlebih
dahulu pengambilan alat dan bahan yang diperlukan seperti, resistor, induktor,
kapasitor, AFG, osiloskop dan multimeter.

Pada percobaan kali ini kelompok kami tidak dapat mengukur tegangan dan arus
pada setiap rangkaian, dikarenakan banyaknya yang diukur dengan berbeda frekuensi,
serta waktu yang diperlukan untuk setiap kelompok cukup lama. Sehingga data dan
hasil yang kami peroleh itu berasal dari hasil kelompok lain yang sudah melakukan
pengukuran.

Rangkaian RL seri adalah suatu rangkaianyang terdiri dari komponen resistor (R)
dan induktor (L) dirangkai secara seri yang dhubungkan dengan masukan sumber
tegangan bolak-balik sinusoida dengan tegnagan masukan rms ( ) dan arus yang
mengalir I. Pengukuran dan pada percobaan ini terjadi pada frekuensi 10, 30
,50, 70 dan 100 KHz. Hubungan antara frekuensi dengan adalah untuk dari
kelima frekuensi yang dilakukan harganya sama dalam perhitungan, namun pada
pengukuran adanya perbedaan. Untuk dpada setiap frekuensi harga sama di
dalam perhitungan, namun pada pengukuran hasilnya berbeda. Arus yang didapat
pada pengukuran berbeda kadang besar kadang kecil dengan frekuems yang berbeda.

Rangkaian RC seri adalah suatu rangkaian yang terdiri daru komponen resistor
(R) dan kapasitor (C) disusun secara seri yang dihubungkan dengan masukan sumber
tegangan bolak-balik sinusoida dengan masukan tegangan rms ( ) dan arus yng
mengalir I. Hubungan dan tampak pada diagram phasor dimana arus R dan C
terpisah 90o dan arus pada kapasitor pertama 90o daripada arus resistor . Sama
seperti percobaan rangkaian RL sei, frekuensi yang dibuat untuk dan I adalah
10, 30, 50, 70 dan 100 KHz. Pada rangkaian didapat sama setiap frekuensi pada
pengukuran dan untuk hasil perhitungan nilai dari sama. Untuk pada
perhitungan hasilnya berbeda dikarenakan div (panjang) yang diperoleh berbeda
setiap frekuensi.

Rangkaian RLC seri adalah rangkaian yang terdiri dari komponen resistor (R),
kapasitor (C) dan induktor (L) yang tersusun secara seri dihubungkan dengan
tegangan dan arus bolak-balik. Hubungan , , dan pada rangkaian ini dapat
dibuat dalm sebuah diagram yaitu diagram phasor. Aus yang mengalir pada rangkaian
ini mendapat nilai yang sama antara , , dan . Jadi, dalam setiap frekuensi harga
I pada rangkaian ketiga tegangan R,L dan C adalah sama.
VIII. KESIMPULAN

Dari pecobaan yang sudah dibuat dengan mendapat hasil dan data maka dapat
disimpulkan yaitu:

1. Rangkaian RL seri adalah rangkaian yang terdiri dari resistor dan induktor.
Rangkaian RC seri adalah rangkaian yang disusun secara seri yang terdiri dari
komponen resistor dan kapasitor. Rangkaian RLC seri adalah rangkaian yang
disusun seecara sri yang terdiri dari komponen resistor, kapasitor dan induktor
yang dihubungkan dengan tegangan bolak-balik sinusoida.
2. Besar tegangan dan arus rangkaian RL adalah:
untuk tegangan RL :

untuk kuat arus RL :

3. Besar tegangan dan arus pada rangkaian RC adalah


untuk tegangan RC :

untuk kuat arus RC :

4. Besar tegangan dan kuat arus pada rangkaian RLC seri adalah :

untuk tegangan RLC : √

untuk kuat arus RLC :



DAFTAR PUSTAKA

Bueche dan Hecht. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Hayt William, dkk.2005. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga.

Jewett dan Serway. 2010. Fiskia untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba teknik.

Kamajaya. 2008. Fisika untuk Kelas XIIX semester 1 Sekolah Menengah Atas.
Bandung: Grafindo Media Pratma.

Murjannah, Weni Setra. 2013. Implementasi RLC dengan Metode Runge Kutta Orde
A. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Jurnal fisika. Vol: 2

Yocao, dk. Frequenci Independent Eguivalent Circuit Model for On-chip Spiral
induktor .IEE. Vol. 38.
LAMPIRAN

1. Lampiran Hitung

1. Rangkaian RL seri
Untuk tegangan resistor
 f = 10,02, div = 1,1, volt/div = 5

 f = 70,43

= 1,1 x 5 = 5,5 volt

= 1,1 x 5 = 5,5 volt

 f = 30,374

 f = 100,43

= 1,1 x 5 = 5,5 volt

= 1,1 x 5 = 5,5 volt

 f = 50,43

Untuk tegangan induktor


= 1,1 x 5 = 5,5 volt
 f =10,02 Hz
= 1,5 x 5 = 7,5 volt

 f = 100,43 Hz

= 1,5 x 5 = 7,5 volt


 f = 30,374 Hz

= 1,5 x 5 = 7,5 volt

2. Rangkaian RC seri
Untuk tegangan resistor
div = 2,7, volt/div = 2
 f = 10 KHz
 f = 50,43 Hz

= 2,7 x 2 = 5,4 volt


= 1,5 x 5 = 7,5 volt

 f = 30 KHz
 f = 70,43 Hz

= 2,7 x 2 = 5,4 volt


= 1,5 x 5 = 7,5 volt
div = 0,6,0,3 dan 0,2 ; volt/div = 2

 f = 10 KHz
 f = 50 KHz

= 0,6 x 2 = 1,2 volt


= 2,7 x 2 = 5,4 volt

 f = 30 KHz
 f = 70 KHz

= 0,3 x 2 = 0,6 volt


= 2,7 x 2 = 5,4 volt

 f = 50 KHz
 f = 100 KHz

= 0,2 x 2 = 0,4 volt


= 2,7 x 2 = 5,4 volt

Untuk tegangan kapasitor


 f = 70 KHz

= 0,2 x 2 = 0,4 volt

 f = 100 KHz

= 0,2 x 2 = 0,4 volt


2. Lampiran gambar
I. JUDUL : DIODA PENYEARAH GELOMBANG
II. TUJUAN:
1. Dapat mengidentifikasi bentuk gelombang penyearah
½Gelombang, penyearah gelombang penuh, dan penyearah
system jembatan
2. Dapat menjelaskan proses terbentuknya gelombang
penyearah ½ gelombang, penyearah gelombang penuh,
dan penyearah gelombang isitem jembatan.
III. LANDASAN TEORI

Menurut Sutrisno (1986:91-94). Misalkan sumber tegangan VDD diganti


dengan sumber tegangan bolak balik (gambar 4.18)

Pada saat t2, VDD=VP, arus diode id(t) ditentukan oleh titik q2. Untuk
mendapatkan V0(t2) kita buat grafik id terhadap V0.

Kita dapat memperoleh penyearah gelombang penuh dengan dua cara. Cara
pertama memerlukan transformator dengan sedapan pusat.
Penyearah diatas disebut penyearah jembatan. Jika syarat positif arah dengan
D1 dan D2 menghantar. Jika syarat negatif arah arus dengan D3 dan D4
mengahantar.

Menurut Suyamto (2009:130) Dioda berasal dari kata DI yang artinya


dua dan ODA yang artinya kependekan dari elektroda. Jadi dioda adalah
dua buah elektroda yang digabungkan menjadi satu. Dengan
penggabungan semikonduktor tipe n dan semikondktor tipe p akan
diperoleh sebuah dioda. Lihat gambar 4.5 a dan 4.5 c

Gambar 4.5 proses pembuatan dioda

a. Bahan semikonduktor di-dop dengan boron menjadi lebih positif

b. Dioda p n yang terjadi

c. Simbol dioda
Elemen terpenting dalam rangkaian penyearah adalah diode, senuah elemen
rangkaian yang menyalurkan arus kesatu arah. Tetapi tidak kearah sebaliknya.
Hampir semua diode yang digunakan dalam alat lektronik modern adalah
perangkat semikonduktor. Diode memiliki hambatan kecil untuk mengalirkan
arus kesatu arah (Jewett,2010:668).

The output of a piezoelectrik cystal is alternating signal in order to use this


voltage for low fowerconsuming electonik. Devices, it has to be fisth converted
into digital signal. This is done with the help of AC to DC convert as shown in
fig show a simple diode rectifer to convert AC to DC. This is followed by a
capacitor. Which gets charged by rectifiter upto a pre-decided voltage, at which
the swith closes and capacitor dischabges though the device, in this way the
energy can be the stned in the capasitor (Tanvi,dkk. 2010:267).

Perancangan DC chooper boost berfungsi untuk menaikkan


tegangan dan arus baterai yang akan disuplay ke motor DC. Baterai tidak
mampu mensuplay tegangan sebesar 12 volt. Tranfosrmator yang
digunkan CT sumber dari baterai dihubungkan ke tapnya
(Nasiun,2013:299).

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Trafo step down non CT 1 unit

2. Trafo step down 1 unit

3. Dioda penyearah

4. Resistor 10 KΩ

5. Condensator elektroda 50 volt

6. Steker AC 1 unit

7. Multimeter 1 unit

8. CRO 1 unit

9. Breadboard 1 unit
10. Tool sheet 1 unit

11. Jumper 2 meter

V. PROSEDUR KERJA

a. Penyearah ½ gelombang

1. Dipersiapakan alat dan bahan yang diperlukan

2. Diperiksa alat dan bahan, dan pastikan dalam keadaan baik

3. Dibuat rangkaian seperti dibawah ini

4. Diberikan tegangan supplay sebesar 220 volt AC pada sisi


primer trafo

5. Dilakukan pengukuran tegangan pad sisi sekunder trafo dengan


multimeter

6. Diukur tegangan pada hambatan RL

7. Dihitung tegangan pada dioda dengan menghubungkan anoda


dan katoda pada ultimeter

8. Diamati bentuk gelomabang pada osiloskop

9. Dicatat pada hasil pengamatan

b. Penyearah Gelombang penuh

1. Dipersiapakan alat dan bahan yang diperlukan

2. Diperiksa alat dan bahan, dan pastikan dalam keadaan baik


3. Dibuat rangkaian seperti dibawah ini

4. Diberikan tegangan supplay sebesar 220 volt AC pada sisi


primer trafo
5. Dilakukan pengukuran tegangan pad sisi sekunder trafo dengan
multimeter

6. Diukur tegangan pada hambatan RL

7. Dihitung tegangan pada dioda D1 dan D2 dengan


menghubungkan anoda dan katoda pada ultimeter

8. Diamati bentuk gelomabang pada osiloskop

9. Dicatat pada hasil pengamatan

c. Penyearah sistem jembatan

1.Dipersiapakan alat dan bahan yang diperlukan

2.Diperiksa alat dan bahan, dan pastikan dalam keadaan baik

3.Dibuat rangkaian seperti dibawah ini


4.Diberikan tegangan supplay sebesar 220 volt AC pada sisi
primer trafo

5.Dilakukan pengukuran tegangan pad sisi sekunder trafo dengan


multimeter

6.Diukur tegangan pada hambatan RL

7.Dihitung tegangan pada dioda D1,D2,D3,dan D4 dengan


menghubungkan anoda dan katoda pada ultimeter

8.Diamati bentuk gelomabang pada osiloskop

9.Dicatat pada hasil pengamatan

VI. DATA DAN HASIL

1. Penyearah ½ Gelombang
No Vsekunder VRL Vdioda Bentuk
Gelombang
 P
e
n
y √ √ √

2. Penyearah Gelombang Penuh

Vsekunder VRL VD1 VD2 Bentuk


Gelombang
2
√ √ √

3. Penyearah Gelombang Sistem Jembatan

V nder V RL V D1 V D2 VD3 V Bentuk


seku D4 Gelombang
X
√ √ √ √ √
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yaitu rangkaian penyearah, sebleumnya
kita harus tahu dahulu apa fungsi dari Rangkaian penyearah itu sendiri
berfungsi untuk mengubah dari besaran AC ke besaran DC dengan
menggunakan rangkaian penyearah. Sedangkan sumber tegangan listrik
yang adamuntuk industry dan rumah tangga adalah sumber tegangan AC
maka dibutuhkan rangkaian penyearah untuk mngubah AC menjadi DC.
Prinsip kerja dari penyearah ½ gelombang yaitu pada saat setengah
gelombang pertama (puncak) melewati diode yang bernilai positif
mnyebabkan diode dalam keadaan forward bias sehingga arus dari
setengah gelombang pertama ini bisa melewati diode. Pada setengah
gelombang kedua (lembah) yang bernialai negative menyebabkan diode
dalam keadaan reverse bias sehingga arus dan setengah gelombang kedua
yang bernilai negative tidak bisa melewati diode.
Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh
menggunakan tranformator CT, pada saat terminal output transformator
pada D memberikan sinyal positif maka terminal output pada D
memberikan sinyal negative. Pada kondisi ini D pada keadaan forward
bias dan D pada keadaan reverse bias. Sehingga sisi puncak posisi
dilewatkan melalui D. Kemudian pada saat terminal output
transformator pada D memberikan sinyal negative maka terminal output
pada D memberikan sinyal positif. Pada kondisi ini D pada keadaan
reverse bias dan posisi D yaitu forward bias. Sehingga sinyal puncak
positif dilewatkan melalui D .

Prinsip kerja dari rangkaian penyearah gelombang system jembatan


yaitu pada saat output transformator memberikan level tegangan sisi
positif maka D1, D4 pada posisi forward bias dan D2,D3 pada posisi
reverse bias sehingga level tegangan sisi puncak positif tersebut akan
dilewatkan melalui D1 ke D4. Kemudian pada saat transformator
outputnya memberikan level tegangan sisi puncak negative maka D1, D4
pada posisi forward bias dan D2, D3 pada posisi reverse bias sehingga
level tegangan sisi negative tersebut dialirkan melalui D2,D3.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :

1. Diode adalah salah satu komponen elektronika yang


berfungsi sebagai penyearah arus dan tegangan.
2. Rangkaian penyearah berfungsi untuk menjadikan gelombang
yang mempunyai lebih dari satu arah menjadi gelombang satu
arah.
DAFTAR PUSTAKA

Dikshit, Tanvi dkk.2010. Energy harvesting via piezoelectricity. Vol 2. No 2.

ISNN 0473-5658.

Hariyanto, Nasrun.2013. Perancangan dan Realisi DC Chopper Boost untuk


Aplikasi Motor DC Prototype Perangkat Jjembatan Otomatis. Vol 1. No
4.

Jewett, Serway. 2010. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta : Salemba Terbuka

Sutrisno.1986. Elektronika dan penerapannya. Bandung : ITB

Suryanito. 2009. Fisika bahan listrik. Yogyakarta : Pustaka Belajar


LAMPIRAN

1. Lampiran Hitung

a. Penyearah ½ Gelombang

 Tegangan Resistor

 Tegangan Dioda
b. Penyearah Gelombang Penuh

i Tegangan Resistor

Tegangan Dioda
a. Dioda 1

b. Dioda 2

c. Penyearah Gelombang Sistem Jembatan

 Tegangan Resistor
 Tegangan Dioda

a. Dioda 1

b. Dioda 2
c. Dioda 3

Untuk diode 3 ada masalah/kerusakan alat

d. Dioda 4
2. Lampiran Gambar
I. JUDUL : KARAKTERISTIK DIODA

II. TUJUAN : 1. Setelah melakukan praktikum, maka mahasiswa dapat


mengidentifikasi karakteristik dioda

2. Dapat menganalisis rangkaian bias maju dan bias mundur


pada dioda

3. Dapat melukiskan grafik karakteristik dioda dengan benar

III. LANDASAN TEORI

Menurut Arief,Dkk (2010:15) Dioda merupakan komponen elektronik


yang terbuat dari bahan semikonduktor yang saling dipertemukan yaitu
semikonduktor P dan semikonduktor N. Semikonduktor P (P type) merupakan
semikonduktor yang terbuat dari campuran bahan silikon, sedangkan
semikonduktor N terbuat dari campuran antaraa silikon, germanium dan fosfor.
Dioda memiliki keunikan tersendiri yaitu haya dapaat mengalirkan arus dalam
satu arah saja, yaitu dari arah anoda (positif) kearah katoda (negatif).

Sebagai sumber saklar, dioda akan aktif ( ON) jika tegangan pada anoda
lebih positif daripada tegangan pada katoda, dan dioda akan membelok (OFF) jika
tegangan pada anoda lebih negatif daripadaa tegangan pada katoda.Artinya, cara
pengaktifan dioda ini cukup diberi tegangan dari anoda ke katoda yang lebih besar
dari vak dioda tersebut (forward bias). Biasanya vak ini berkisar dari 0,3 sampai
0,7 v. Jika sebaliknya, dioda diberi tegangan dari katoda menuju ke anoda maka
dioda tersebut akan off reserve bias (Didi,2017 :14).

Menurut Zuhal (2004:519) Karkteristik dioda, dimana kurva i = f(v)


berupa garis lengkung yang menyerupai parabola sehingga secara matematis dapat
dinyatakan bahwa arus adalah fungsi kuadrat dari tegangannya ,yaitu i=a+bv+
Jika 2 sumber tegangan yang diberikan pada komponen – komponen itu maka
arusnya merupakan penjumlahan atau pengurangan dri tegangan.

Dioda germanium (Ge) dan dioda silikon (si), padaa saat dioda diberi bias
maju, yakni bila vA-k positif, makaa arus ID akan naik dengan cepat setelah vA-k
mencapai tegangan cut-in (vy). Tegangan cut-in (vy) ini kira – kira sebesar 0,2
volt untuk dioda germanium dan 0,6 volt untuk dioda silikon. Dengan pemberian
tegangan batu sebesar ini, maka potensial penghalaang (barrier potential) pada
persaambungan akan teratasi, sehingga arus dioda mulai mengalir dengan cepat
(Herman, 2011 : 15).

The effect of the thermal annealing on the temperature dependent current


collage (l – v) characteristic of the diodes has been experimentaly investigated.
Their l – v characteristic have been measured in the temperature range of 60 – 320
k with steps of 20 k. It has been seen that the barrier height ( BH) slightly
increased from 0,84 ( as deposited sample) to 0,88 ev at 300k (Yildirim, 2009 : 1).

Menurut Ratih (2018 : 72), suatu dioda bisa diberi bias mundur ( reserve
bias ) atau diberi bias mju (forward bias) untuk mendapatkan karkteristik yang
diinginkan.Bias mundur adalah pemberian tegangan negatif baterai ke terminal
anoda (A) dan tegangan positif ke terminal katoda (K) dari suatu dioda.Sedangkan
bias maju dengan pemberian tegangan positif padaa kaki anoda (positif) dan
tegangan negaatif pada kaki katoda (negatif).

1. Jika diberi bias maju (tegangan positif padaa aanoda dan tegangan negatif
pada katoda) akan menghantarkan arus sehingga apabila diberi beban
lampu akan menyala.
2. Jika diberi arah mundur (tegangan positif pada katoda dan tegangan
negatif pada anoda) maka dioda tidak dapat menghantarkan arus.

IV.ALAT DAN BAHAN


1. Power Supply = 1 Unit
2. Multimeter = 1 Unit
3. Dioda = 1 Buah
4. Resistor = 1 kΩ 1 buah

V. PROSEDUR PERCOBAAN
Forward Bias
1. Dipersiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksankan percobaan
2. Diperiksa semua bahan dan peraltan, dipastikan semua dalam kondisi yang
baik
3. Disiapkan sebuah dioda dan resistor 1 K ohm yang akan digunakan dalam
praktikum ini.
4. Digunakan multimeter untuk mengukur besar resistansi resistor. Jangan
ditempelkan ke anggota tubuh probe multimeter atau ressistor karena hal
ini dapat menimbulkan bias pembacaan.
5. Digunakan multimeter untuk mengecek dioda yang digunakan dapat
berfungsi dengan baik.
6. Disusun rangkaian seperti gambar di bawah ini pada breadboard

7. Dipastikan jumper serta kabel telah dalam posisi yang baik dan benar.
Dipastikan dengan benar agar tidak teerjadi shorting.
8. Dinyalakan power supply dan atur tegangan input yang diinginkan dengan
tepat sebaliknya digunakan multimeter, dipastikan memakai mode
tegangan DC
9. Diukurlah tegangan pada dioda dan arus yang mengalir pada dioda
dengan menggunakan multimeter.
10. Diubah tegangan pada power supply sesuai dengan yang ada pada tabel 4.1
11. Pada setiap perubahan tegangan yang diukur kembali dan
12. Dicatat hasil percobaan pada tabel 4.1

Reverse bias

Diulangi percobaan pada percobaan diats namun dengan bentuk


rangkaian seperti pada gambar dibawah ini

VI. Hasil
Forward Bias
Vsumber (volt) Vo (volt) ID (volt)
0 0,2 v 0,0 mA
0,2 0,2 v 0,0 mA
0,4 0,04 v 0,00 mA
0,6 0,15 v 0,00 mA
0,8 0,79 v 0,00 mA
1 0,99 v 0,00 mA

Reserve Bias
Vsumber (volt) Vo (volt) ID (volt)
0 0v 0 mA
0,2 0,01 v 0,03 mA
0,4 0,35 v 0,76 mA
0,6 0,15 v 0,36 mA
0,8 0,40 v 0,38 mA
1 0,40 v 0,49 mA

VII. PEMBAHASAN

Dioda adalah kompnrn elektronika yang terbuat dari bahab


semikonduktor. Diode memilikifungsi hanya mengalirkan arus satu arah
saja. Diode memiliki dua kutub yaitu kutub negative disebut dengan katoda
dan kutub positive yang disebut dengan anoda. Fungsi diode yang lain
adalah sebagai penyearah sinyal AC menjadi DC. Untuk diode silicon arus
mulai dilewatkan setelah tegangan ≥ 0, volt DC, sedangkan untuk diode
generanium mulai dilewatkan setelah tegangan mencapai ≥ 0,3 volt DC.

Karakteristik diode dapat ditemtukan dan diketahui dengan cara


memasang diode sesi dengan sebuah catu daya DC dan sebuah resistor.
Dangan menggunakan rangkaian tersebut maka akan diketahui tegangan
diode dengan variasi sumbe tegangan yang diberikan, seperti telah kita
ketahui tegangan diode adalah kandungan aktif dari dua elektroda (katoda
dan anoda) yang sifatnya semikonduktor. Jadi dengan sifatnya tersebut
diode tidak akan memperoleh arus listrik yang mengalir satu arah tetapi juga
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

Prinsip kerja diode dibagi menjadi dua yaitu forward bias dari
reverse bias, forward bias adalah cara pemberian tegangan luar ke terminal
diodaa. Jika anoda dengan kutub positif baterai dan katoda dihubungkan ke
negative baterai maka keadaan diode ini disebut dengan bias maju (forward
bias), sedangkan reserve bias (bias mundur) adalah keadaan dimana anoda
diberi tegangan negative dan katoda diberi tegangan positif arus yang
mngalir lebih kecil dari bias maju.

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan untuk arah yang


searah tegangan (tegangan maju) arus yang dilewatkan sangat kecil. Dari
percobaan ini dapat dipelajari hubungan perubahan tegangan dan kuat arus
listrik sehingga semakin besar tegangan diode maka semakin besar pula arus
diodanya seperti yang telah ditunjukkan pada table percobaan.

Percobaan yang pertama yaitu tegangan bias maju, dimana tegangan


sumber yang dialirkan itu dari 0 hingga 1 volt. Skala perubahan tegangan
yang kami gunakan sebesar 0,2 volt. Namun untuk hasil/nilai yang mengalir
kami tidak mendapatkan perubahan melainkan tetap di 0,0 Ma. Hal ini
mungkin terjad Karena beberapa faktor seperti kesalahan praktikan saat
melakukan praktikum atau mungkin alat yang tidak mendukung sehingga
arus tidak menunjukkan nilai perubahannya, seharusnya pada beberapa
tengangan sumber harus terjadi yang namanya tegangan dadal/ambang,
yang terjadi karena pertambahan besar tegangan sumber dan seharunya pada
percobaan ini menunjukkan kesesuaian ketika dibandingkan dengan hukum
ohm.

≥Percobaan yang terakhir yaitu tegangan bias mundur, dapat


diketahui semakin besar tegangan maka arus yang mengalir juga semakin
besar. Sama halnya dengan bias maju, kami menggunakan sumber tegangan
yang sama, namun kami tidak mendapatkan nilai tegangan dadalnya.

VIII. KESIMPULAN

1. Karakteristik dioda dapaat diketahui dengan cara memasang dioda seri


dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor. Dengan menggunakan
rangkaian tersebut maka akan dapat diketahui tegangan dioda dengan
variasi sumber tegangan yang diberikan
2. Pada forward bias keika kaki katoda disambungkan dengan kutub negatif
batere dan kaki anoda disambungkan dengan kutub positif, maka
dikatakan bahwa dioda sedang dibias dengan tegangan maju.

Pada reserve bias, ketika sebuah dioda disambungkan pada polaritas


terbalik dimana kaki katoda disambungkan ke kutub positif dan kaki
anoda disambungkan ke kutub negatif maka dioda mengalami bias
mundur/ reserve bias.

Sebuah dioda tidak akan menghantarkan arus listrik jika diberi bias
mundur
DAFTAR PUSTAKA

Arief, dkk. 2010. Perancangan pembuatan charger handphone portable


menggunakan sistem penggerak generator AC dengan penyearah.
Jurnal Infotel. Volume 2. Nomor 2.

Herman. 2007. Teori dan Penerapaan. Jember : Penerbit Cerdas Ulet Kreatif.

Istardi,Didi. 2017. Pengenalan Elektronika Daya. Yogyakarta : ANDI.

Listiyarini, Ratih. 2018. Dasar Listrik dan Elektronika. Yogyakarta : Penerbit


Deepublish.

Zuhal dan Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektrotekhnik . Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Yildirim. 2009. Characteristic diode parameters in thermally annealed Ni/p.InP


contacts. Journal of semiconductors. Vol.37, No 4.
Lampiran Hitung

1. Forward Bias
 Vsumber 0,45 v

 Vsumber 0,62 v

2. Reserve Bias

 Vsumber 0,45 v

 Vsumber 0,02 v

=
Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai