Rachel Risada S (Aic317067)
Rachel Risada S (Aic317067)
DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS JAMBI
2018
I. JUDUL : TEOREMA DIODA ZENER
II. TUJUAN :
1. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menyebutkan karakteristik
dioda zener dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapan membedakan fungsi dioda
zenner dengan membedakan fungsi dioda zener dengan dioda biasa dengan
benar.
3. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengukur tegangan dan
arus zener dengan benar.
III. LANDASAN TEORI
Dioda zener adalah perangkat semikonduktor silikon yang memungkinkan
arus mengalir balik ke arah maju maupun sebaliknya. Dioda terdiri dari
sambungan p-n khusus, dirancang untuk melakkukan arah sebaliknya bila voltase
tertentu tercapai. Dioda zener adalah memiliki berakdown voltage tebalik yang
terdefinisi dengan baik, dimana ia mulia menghantarkan arus dana beroperasi
terus menerus dalam mode bias balik tanpa mengalami kerusakan (Setiyo,
2017:132).
Menurut Muda (2013:58-59) bahwa dioda biasa memiliki sifat yang mirip
dengan dioda biasa. Pada kondisi bias maju, karakteristik dioda zener sama
dengan dioda biasa jadi jika diberikan tegangan luar yang besarnya melebihi
tegangan kontak maka arus akan mengalir. Pada kondisi bias balik, dioda zener
juga memiliki karakteristik yang sama dengan dioda biasa asalkan tegangan yang
diberikan tidak terlalu besar. jika tegangan menjadi terlalu besar dan melebihi
tegangan zener maka arus mengalir pada arah yang berbeda. Dioda zener tidak
dapat mempertahankan keadaan “matinya” jika tegangan terbalik yang diberikan
melebihi Vzener.
Menurut Listiyarini (2018:76) bahawa dioda zener terbuat dari bahan
silikon. Biasanya digunakan pada rangkaian power supply dimana fungsinya
adalah sebagai penyetabil arus. Meskipun arus AC yang dirubah ke DC tidak
akan berpengaruh jika terdapat dioda zener ini.
Adapun sifat dioda zener adalah sebagai berikut :
Tegangan yang dicapai maksimal rata-rata 0,7 s/d 12 volt.
Hanya tahan terhadap arus kecil, maksimal 1 s/d 50 mA.
Hampir tidak ada yang hilang jika sudah melewati dioda zener.
Hogervoist and friends (1996:1035) said that this zener keep the sum of the
gate-source volyages pf the input peirs and therefore the Gm of the rail to rail
input stage canstant. Two passible implementation of the zener have been reallize
and inserterd in a rail to rail input stage. These input stages are implemented ir
two two stage compact amplifeer.
Dioda zener mampu menyalurkan arus dalam suatu rangkaian kearah yang
berlawanan apabila terdapat tegangan yang melampaui batas teganag zener.
Apabila terdapat tegangan yang mencapai batas tegangan dioda zener, maka arus
dioda zener akan naik dengan cepat. Perubahan ini tidak berpengaruh terhadap
tegangan dioda zener yang relatif konstan. Daerah berakdown inilah yang
menjadi titik fokus untuk penerapan dioda zener (ratnasari dkk, 2014:1).
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Dioda Zener
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua Bahan dan Peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang
baik.
3. Rangkaikan seperti pada gambar dibawah ini pada breadboard.
1. Lepaskan beban RL. buat tegangan dari DC power supplysebesar 0 V.
2. Lakukan pengukuran pada VZdan IZmulai dari 0 V, kemudian dinaikkan
secara perlahan dengan step 1 V sampai mencapai kurang lebih 15 V,
kemudian tuliskan datanya pada tabel kerja 5.1.
3. Usahakan arus zener IZjangan sampai melebihi 50 mA. Kemudian
gambarakan kurva karakteristik zener untuk kondisi bias reverse.
4. Carilah tegangan knee dan resistansi zener (RZ) dari gambar kurva
karakteristik zener. Kemudian catatlah hasilnya pada tabel kerja 5.2.
5. Pasangkan kembali beban RL (untuk beban penuh) pada percobaan
regulasi tegangan, kemudian ukurlah arus source IT, arus zener IZ, arus
beban IL, dan tegangan output beban penuh VO(FL), lalu tuliskan datanya
pada tabel kerja 5.3.
6. Hitunglah arus source IT, arus zener IZ, arus beban IL, dan tegangan output
beban penuh VO(FL), dengan memperhitungkan tegangan zener dan
resistansi zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja 5.3 dan
bandingkan kedua hasil tersebut.
Vin Vout
IT , I T I Z I L dan Vout VZ I Z .RZ
RS
7. Lepaskan resistansi beban RLuntuk pengukuran tanpa beban, kemudian
ukurlah arus source IT, arus zener IZ, dan tegangan output tanpa beban
VO(NL), dan catatlah datanya pada tabel kerja 5.4
8. Hitunglah arus source IT, arus zener IZ, dan tegangan output tanpa beban
VO(NL), dengan memperhitungkan tegangan zener dan resistansi zener,
kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja 5.4 dan bandingkan kedua
hasil tersebut.
9. Dari hasil langkah (8) sampai (11), tentukan prosentase regulasi dari
zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja 5.3 dan 5.4 kemudian
bandingkan kedua hasil tersebut.
VI. DATA HASIL
Catatlah hasil pengematanmu padai table kerja dibawah ini!
Tabel 5.1 Data pengukuran karakteristik zener
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan “dioda zener”. Dimana
seperti kita ketahui dioda zener adalah dioda yang berbeda dengan dioda yang
biasanya. Yang mana dioda biasa hanya bisa mengalir arus satu arah saja
sedangkan dioda zener memiliki voltase breaktrough pada voltase tertentu.
Voltase break through disebut juga voltase zener. Dioda zener biasa dipakai
pada arah balik sehingga voltase dioda nya konstan sebesar voltase zener.
Dioda zener berfungsi sebagai penyetabil tegangan (regulator).
Dioda zener sendiri didefenisikan sebagai komponen elektronika yang
terbuat dari bahan semikonduktor dan merupakan jenis dioda yang dirancang
khusus untuk dapat dioperasikan dirangkaian bias (bolek-balik). Pada saat
dipasang pada rangkain forward maju dioda zener memiliki karakteristik dan
funsi sebagai dioda normal pada umumnya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengobserfasi dan pengukuran karakteristik
dioda zener dan mengaplikasikannya sebagai regulator tegangan sederhana.
Percobaan pertama ialah mengukur karakteristikdioda zener dimana pada
percobaan ini kami menggunakan tegangan sebesar 10,06 ; 15,09 ; dan 20,6
volt. Setelah kami mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan barulah
kami membuat rangkaian sesuai sesuai dengan apa yang sudah ada di
penuntun. Setelah terangkai barulah kami mengukur tegangan dengan
menggunakan dioda zener dengan cara meletakkan kabel probe dan kabel
buaya osiloskop keatas dan kebawah dioda zener.dari hasil yang kami
dapatkan disimpulkan bahwa semakin besar tegangan yang masuk makin
besar pula tegangan zenernya. Selain itu untuk tegangan inputnya semakin
lama maka akan semakin konstan. Hubungan tegangan maksimum dan arus
maksimum diperoleh garis lurus yang berpotongan.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakkuan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dioda semikonduktor merupkan dioda yang bekerja pada daerah dadal
(breakdown). Dioda zener dapat digunakan untuk menghasilkan
kesetabilan tegangan dari sau sumber yang tidak stabil. Besar tegangan
VZ terhadap VS selalu tegak lurus. Dioda zener memiliki karakteristik
menyalurkan arus listrik mengalir ke arah yang berlawanan jika
tegangan yang diberikan melampaui batas (tegangan zener) atau biasa
di sebut juga dengan (breakdown voltage).
2. Cara kerja dioda zener yang berfungsi sebagai sstabilizer tegangan.
Dioda zener akan menyesuiakan tegnagn yang dibutuhkan oleh dioda
tersebut sekali pun tegangan sumber memiliki tegangan yang jauh lebih
besar.
3. Cara mengukur tegangan dan arus pada dioda zener
Saat diode zener keadaan “on” tegangan R akan selalu tetap pada
VR Vi V
VR
IR
R
Iz I R I L
IX. DAFTAR PUSTAKA
Hagevorst, Ron and friends. 1996. Compact CMOS Constant-gm Rail to Rail
Input Stage With gm-Control by an Electronic Zenner Diode. IEEE Journal of sould-
state circuit. Vol 31 no. 7
Ratnasari, Resi. 2014. Koordinasi Proteksi Arester PCB dan Dioda Zener
denagn Elemen Dekopling pada Peralatan Listrik. Malang: Unibraw.
Setiyo, Muji. 2017. Listrik dan Eletronika Dasar Otomatif. Magelang: Unimma
Press.
X. LAMPIRAN
10.1 lampiran gambar
Menentukan VL
VL =
VL = 5,03 V
Menentukan VR
VR = VIN - VL
= 10,06 – 5,03
= 5,03 V
Menentukan IC
Menentukan IR
Menentukan IR
Menentukan IT
2. VIN = 15,9 V
RL = 220 Ω
3. VIN = 20,6 V
RL = 220 Ω
I. JUDUL : FILTER PASIF (HIGH AND LOW FILTER)
II. TUJUAN
1. Dapat menfidentifikasi pengertian High Pass Filter dan Low Pass Filter
dengan benar
2. dapat menjabarkan cara kerja High Pass Filter dan Low Pass Filter dengan
benar
3. dapat mengukur R, C, Vin, Vpp, Frekuensi, Vout, dan G(ω) pada rangkaian
High pass dan low Pass Filter.
III. Landasan Teori
Menurut (Yohandri, 2016:107), rangkaian filter adalah rangkaian yang
dirancang untuk dapat melewatkan sinyal dalam satu rentang frekuensi yang
diloloskan dalam filter tersebut dengan dengan lebar pita (bandwith). Nilai
frekuensi sebagai batas diloloskan atau diredamnya suatu sinyal tersebut dengan
frekuensi potong (cut-off frequency). Pada frekuensi potong, nilai atenuasi
berubah dari nol hingga mencapai angka tertentu. Secara umum, rangkaian filter
diklasifikasikan menajdi filter pasif dan filter aktif. Filter pasif rangkaiannya
tidak memerlukan sumber daya. Sementara rangkaian aktif akan bekerja jika ada
daya didalamnya.
Menurut (Zuhal, 2004:247). Sesuai dengan sifat filter dalam meredam sinyal
pada daerah frekuensi tertentu, maka filter diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Low Pass Filter (LPF), yaitu rangkaian filter yang mampu melewatlan
atau meredam sinya pada frekuensi rendah, frekuensi respons kurva
redaman versus frekuensi.
2. High Pass Filter (HPF), yaitu rangkaian filter yang mampu melewatkan
sinyal pada frekuensi tinggi, frekuensi respons, kurva redaman versus
frekuensi (HPF).
3. Band Pass Filter (BPF) yaitu rangkaian filter yang mampu melewatkan
sinyal pada suatu daerah frekuensi (f1-f2) frekuensi redaman versus
frekuensi (BHF).
4. Band Stop Filter dianggap sebagai kebalikan dari BPF, kadang-kadang
disebut juga Notch atau Bantch Reject atau elimination Filter.
Menurut (Nahvi, 2004: 188), filter pasif dan filter aktif, rangkaian filkter
yang hanya terdiri dari komponen-komponen resistor, inductor dan kapasitor
disebut sebagai rangkaian filter pasif. Sementara rangkaian yang mengandung
sumber-sumbe dependen tambahan disebut sebagai filter aktif. Filter pasif tidak
memerlukan sumber energy internal filter aktif biasa dibuat dari rangkaian RC
dengan pemerkuat (amplifier).
V. PROSEDUR PERCOBAAN
High Pass Filterv
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan saat melaksanaakan
percobaan.
2. Periksa semua peralatan dan bahan, pastikan bahwa semua dalam kondisi baik.
3. Siapkan resistor 100 Ω dan kapasitor 0,1 µF yang akan digunakan dalam
praktikum.
4. Gunakan multimeter untuk mengukur besar resistansi. Jangan tempelkan
anggota tubuh pada probe multimeter atau resistor karena hal ini dapat
menimbulkan bias pembacaan.
5. Susun rangkaian seri seperti pada gambar di bawah ini pada breadboard
6. Pastikan jumper dan kabel telah terpasang dengan posisi benar dan tidak terjadi
shorting.
7. Atur input pada signal generator sebesar 500 mVpp dengan menggunakan
sinyal masukan sinusoidal dengan frekuensi rendah.
8. Matikan signal generator dan hubungkan ke rangkaian di posisi input.
9. Hubungkan rangkaian ke osiloskop menggunakan dua chanel. Chanel satu
dihubungkan ke input rangkaian dan chanel dua ke input tegangan.
10. Nyalakan osiloskop dan ttunggu kurang lebih dua menitkemudian signal
generator dapat dihidupkan.
11. Ukur tegangan output menggunakan multimeter.
12. Ubah frekuensi pada signal generator dengan menaikkan frekuensi pada signal
generator.
13. Pada setiap perubahan frekuensi signal, tampilan osiloskop difoto dan tegangan
output dicatat.
14. Catat hasil perccobaan pada table 2.1
Low pass Filter
Ulangi percobaan pada percobaan diatas namun dengan bentuk rangkaian
seperti dibawah ini.
Pastikan besar resistivitas resistor dan besar kapasitansi kapasitor dicatat. Catat
hasil percobaan.
Volt/Div = 2
Frekuensi Vpp
10,31 0,4
100,02 2,2
1,002 K 2,2
10,04 K 2,2
100,6 K 2,2
1,009 M 2,2
Volt/Div = 5
Frekuensi Vpp
10, 125 4,2
100,75 4,4
1,03 K 4
10,05 K 1,4
100,05 K 0,2
1,0002 M 0,2
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami membahas mengenai filter pasif yaitu low
pass dan high pass. Filter itu sediri merupakan sebuah rangkaian yang
digunaakan untuk membuang tegangan output pada frekuensi tertentu. sedangkan
low pass adalah sebuah filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal frekuensi
rendah dan meredamkan sinyal frekuensi tinggi. High pass adalah jeis filter yang
melewatkan sinyal frekuensi tinggi dan meredam sinyal frekuensi rendah. Untuk
merancang filter pasif komponen yang dibutuhkan adalah resistor dan kapasitor.
Percobaan yang pertama kali kami lakukan adalah high pass filter. Disini
kami ingin mencari tegangan penguat dengan cara mengukur tegangan masukan
dan keluaran dengan frekuensi yang berbeda-beda.
Berikut adalah grafik antara frekuensi dan besar penguat tegangan (GW).
Besar penguat tegangan yang kami dapatkan secara praktek adalah 0,028
untuk frekuensi 10,31 F dan 0,1 untuk frekuensi 100,2; 1,002 k; 10,04 k; 100,6 k;
1,009 m. Sebenarnya secara teori besar penguat tegangan pada high pass filter
adalah 1,566 kali. Namun, karena beberapa faktror seperti kurang telitinya kami
dalam melakukan percobaan sehingga menyebabkan hasil yang kami dapatkan
tidak akurat.
Untuk percobaan ke dua yaitu low pass filter besar penguat yang kami
dapat dengan cara mencari tegangan masuk dan keluar lalu membaginya adalah
0,29 untuk frekuensi 10,125; 3,1 untuk frekuensi 100,75; 0,282 untuk frekuensi
1,03k; 0,098 untuk frekuensi 10,05 k dan yang terakhir 0,014 untuk frekuensi
1,003 m. Yang seharusnya terjadi adalah basar tegangan makin lama makin kecil
jiaka frekuensinya seakin besar namun pada saat frekuensinya 1,03 k tegangan
penguatnya mengalami kenaikan yaitu dari 0,29 ke 3,1. Ini mungkin terjadi
akibat faktor kelalaian kami dalam melakkukan percobaan atau mungkin faktor
lingkungan sekitar.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
low pass filter adalah filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal
yang lebih rendah daripada sinyal cut-off. Sedangkan high pass filter
adalah filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal frekuensi yang
lebih tinggi dari sinyal cut-off nya.
Pada high pass filter, semakin tinggi nilai V out maka nilai G(ω) nya
semakin rendah. Sementara pada low pass filter, semakin tinggi nilai
frekuensinya maka nilai V outnya semakin rendah.
Bentuk persamaannya:
Vp =
V out =
IX. DAFTAR PUSTAKA
Duchon, Claude E. 1979. Lancoz Filltering In One And Two Dimention. Journal Of
Applied Meteorology. Vol 8
Nahvi, Mahmood dan Joseph A Edmister. 2004. Teori dan Soal-Soal Rangkaian
Listrik Edisi Ke Empat. Jakarta: Erlangga.
Sunanda, Wahri. 2014. Aplikasi Filter Pasif Pada Beben Inverter Tiga Base
Berbeban. Jurnal Ecotipe Vol. 1 No. 1
Yohandri dan Asrial. 2016. Elektronika Dasar I. Jakarta: Kencana.
Zuhal dan Zanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektrotroteknik. Jakarta: PT Gramedia
Utama.
LAMPIRAN HITUNG
High Pass Filter
R= 100 Ω,
C= 0,1 µF
V in Vpp = 500 mVpp
Volt/ div = 2
F1 = 10,31
F2 = 100,02
F3 = 1,002 K
F4 = 10,04 K
F5 = 100, 6 K
F6 = 1, 009 M
1. F=10, 31 Hz
Vp =
Vp = = 0,2
V out =
V out = = 0, 141
2. F=100, 02 Hz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 2 x 1,1
= 2,2
Vp =
Vp = = 1,1
V out =
V out = = 0,77
Vp =
Vp = = 1,1
V out =
V out = = 0,77
4. F=10,04 KHz
Vp =
Vp = = 1,1
V out =
V out = = 0,77
5. F=1,03 KHz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 4
=4
Vp =
Vp = = 2
V out =
V out = = 1,41
6. F=10, 05 KHz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 1,4
= 1,4
Vp =
Vp = = 0,7
V out =
V out = = 0,49
7. F=100, 05 KHz
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1x 0,2
= 0,2
Vp =
Vp = = 0,1
V out =
Vp = = 0,1
V out =
V out = = 0,07
Vp = = 2,1
V out =
V out = = 1,48
2. F= 100,75
Vpp = Volt/Div x div
Vpp = 1 x 4,4
= 4,4
Vp =
Vp = = 2,2
V out =
V out = = 1,55
1. G( ) = = = 0,02
2. G( ) = = = 0,15
3. G( ) = = = 0,15
4. G( ) = = = 0,15
5. G( ) = = = 0,15
6. G( ) = = = 0,15
1. G( ) = = = 0,29
II. TUJUAN :
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
karakteristik teorema thevenin dan teorema norton pada rangkaian arus
searah dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mencontohkan fungsi teorema
thevenin dan teorema norton dengan benar.
3. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengukur Vth,
Rth, IN, RN, arus dan tegangan pada rangkaian thevenin dan norton dengan
benar.
asalkan > , akan didapatkan arus yang boleh dikatakan tetap. Memang
akan berubah dengan nilai oleh karena . Suatu sumber tetap
mempunyai = .
2. The extended classification of the equivalents
In the following classification 1-4 of the equivalent circuits, both the
theorems of [1] and the classical Thevenin's/Norton's theorem are used. The
first two (mutually dual) items specifically belong to the 1-port's topology of [1],
and linearity of the circuit is not required. In some sense, this is a
"preThevenin's" case, letting the beginner better see what it may be "an ideal
source".
1. If the 1-port is terminated by a dependent (parallel) voltage source, and there
is no internal current feedback from the source to its controls, then the whole 1-
port presents an ideal (independent) voltage source with respect to its load or any
other external circuitry connected to the port.
2. If the 1-port is terminated by a dependent (series) current source, and there is
no internal voltage feedback from the source, influencing its controls, then the
whole 1port presents an ideal (independent) current source with respect to its
load or any other external circuitry connected to the port.
3. If the circuit topology is not as in the above cases, or if it is such, but the
formulated limitation on the internal feedback relations is violated, then if all the
internal functional dependencies (including elements' characteristics and any
control)
4. To start this item, let us observe that for Th v nonzero, (1) is a nonlinear
dependence. More precisely, it is affine, i.e. without the directproportionality
required by system theory for "linearity" (it is not as in analytical geometry) of
the v-i relation (Emanuel Gluskin, 2011: 4-5)
3. Litar setara thevenin dan norton
Teorema thevenin menyatakan bahwa, jika terdapat sepasang terminal
dalam dalam rangkaian linear, rangkaian ini boleh digantikan dengan puncak
voltan uggul Vlt yang berseri dengan rintangan RTH Vlt bersamaan dengan voltan
litar terbuka pada trminal, dan RTH ialah rintangan setara werentasi terminal
apabila puncak voltan tak bersandar di pintaskan dan pucak arus tak bersandar
digantikan dengan litar terbuka bagian litar dalam petak garis putus-putus akan
digantikan dengan setaraan theveninnya. Voltan litar terbuka Vlt didapatkan
dengan memutuskan litar yang selebihnya dan menetukan voltan merentasi
terminal bagi litar terbuka yang tinggal. Bagi contoh ini peraturan pembagian
voltan memberikan:
Vlt =
Untuk mencari Rth bekalan V, dipintaskan (yakni, Vs = 0), membumikan ujung
bagian kiri R1. Jika ada punca arus dalam linear terbuka, oleh sebab R1 dan R2
adalah selari relatif kepada terminal terbuka, rintangan setara ialah:
Rth =
Setaraan thevenin dan norton tak bersandar pada litar rangkaian yang tinggal
yang mewakili beban. Ini berguna karena perubahan dalam beban boleh dibuat
tanpa perlu menganalisis semula setaraan thevenin atau norton (Alciatore dan
Histand, 2009 : 29-30).
4. Rangkaian setara
Ada dua bentuk rangkaian setara, yaitu rangkaian setara thevenin dan
rangkaian setara norton.
Tegangan thevenin Vth, didefinisikan sebagai tegangan yang melewati terminal
beban saat hambatan beban terbuka. Karena ini, tegangan thevenin terkadang
disebut dengan tegangan rangkaian terbuka. Definisinya: tegangan thevenin: Vth =
Voc denagan Voc merupakan singkatan dari “ open-circuit voltage”. Hambatan
thevenin didefinisikan sebagai hambatan yang diukur antar terminal saat seluruh
sumber dibuat (dihubungkan singkat) dan hambatan beban terbuka sebagai definisi
: hambatan thevenin : Rth = Roc. Arus norton, IN didefinisikan sebagai arus beban
saat hambatan beban dihubungkan singkat karena ini, arus norton terkadang
disebut juga dengan arus hubung singkat (short-circuit current,isc) sebagai
definisi: arus norton: IN = Isc. Hambatan notron, RN, adalah hambatan yang
diukur oleh ohmmeter pada terminal beban saat seluruh sumber diturunkan
menjadi nol dan hambatan beban dibuka (lepas) sebagai definisi: hambatan norton:
RN = Roc. Karena hambatan thevenin dan hambatan norton memiliki definisi yang
sama, maka dapat dituli RN = Rth (Pratama,W.A, dkk : 2).
V. PROSEDUR KERJA
Teorema Thevenin
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang baik.
3. Buatlah rangkain seperti gambar dibawah ini:
Ukur resistansi pada terminal a-b dengan Multimeter, maka didapatkan RTh
Teorema Norton
1. Dengan rangkaian yang sama seperti percobaan sebelumnya.
2. Mencari IN
Pasang sumber tegangan pada c-d, ukur arus (IN) hubung singkat pada a-b
dengan memasang amperemeter pada terminal a-b secara langsung
(perhatikan mode amperemeter DC), seperti terlihat pada gambar dibawah
ini:
Nilai RN = RTh.
Catat nilai RN pada tabel kerja 1.2!
VII. PEMBAHASAN
Percobaan yanga kami lakukan yaitu rangkaian setara tevenin dan
northon dimana dalam percobaan ini dengan tujuan diantara nya adalah
melakukan pengukuran tegangan Thevenin, hambatan Thevenin dan arus
Northon dalam rangkaian-rangkaian sederhana dan menyelidiki pengaruh beban
terhdap tegangan dan kuat arus output rangkaian elektronik dengan
menggunakan teorema thevenin dan northon. Hambatan setara tidak hanya
digunakan untuk dua hamabtan paralel saja akan tetapi untuk segala macam
hubungan antara bebrapa buah hambatan. Didalam hal suatu rangkaian listrik
mengandung hambatan kapasitor, dioda, resistor, transformator, dan lainnya.
Pertama yakni hubungan antara tegangan sumber terhadap tegangan
thevenin dan arus northon dimana menjadi variabel manipulasi, hambatan (R L),
variabel respon arus northon (IN) dan variabel kontrol adalah hambatan (Rth).
Kegiatan yang pertama yaitu mengukur tegangan tegangan rangkaian terbuka
(VTH) atau tegangan thevenin dan arus hubungan singkat (In) atau arus northon.
Dilakukan 7 kali pengambilan data unutk variabel manipulasinya yaitu R1 =
2KΩ, R2 = 2KΩ, R3 = 1KΩ, R4 = 2KΩ, R5 = 1KΩ, R6 = 2KΩ, R7 = 510Ω,
dengan R menurut praktek sebesar 1.51 KΩ. Dari hasil percobaan tegangan
thevenin yang kami dapat adalah 1,12 volt.
Pada hambatan northon kami menggunakan variabel manipulasi yang
sama seperti pada thevenin, sehingga hasil percobaan yang kami dapat dimana
R menurut praktek sebesar 1.51 KΩ. Lalu arus yang kami dapat pada hambatan
northon 756 microampere. Kita dapat mementukan IN denagn mengukur arus
yang mengalir jika rangkaian di hubungkan secara singkat.
Pada percobaan analisa transistor rangkaian common base tegangan input
terdapat pada emiter dan tegangan outputnya pada collector. Jika kaki base
emitor dan kaki base collector berarti bias maju maka transistor dalam keadaan
saturasi. Jika kaki base emitor dan kaki base cillector diberi bias mundur maka
transistor dalam keadaan mati. Jika kaki base emitor diberi bias maju maka kaki
base collector diberi bias mundur maka transistor dalam keadaan mati.
Karakteristik input suatu transistor bipolar menggambarkan kerja sama
dengan prinsip dioda. Karakteristik output menyatakan hubungan antara
tegangan collector-emitor (VCE) dan arus collector (IC) untuk beberapa nilai
arus base (IB) yang konstan. sedangkan karakteristik transfer menyatakan
hubungan antara arus base (IB) dan arus colector (IC)untuk tegangan colector –
emitor (VCE) yang bernilai konstan sedangkan pada arus bias nilainya semakin
rendah. Ini juga sesuai dengan hukum atau ukuran potensiometer yang diputar
dari maksimum ke minimum.
Berdasarkan grafik nilai dari resistor variabel atau hambatan
potensiometer berbanding lurus dengan nilai tegangannya dan berbanding
terbalik dengan arus bebannya dimana semakin besar nilai tegangannya tetapi
semakin besar nilai hambatannya semakin kecil nilai arusnya.
Jadi pada praktikum ini rangkaian thevenin tidak perlu mencari hambatan
masing masing resistor ataupun sumber tegangan yang banyak karena seluruh
hambatan telah diganti dengan sebuah resistansi. Sedangkan rangkaian northon
hambatan ekuivalen yang terdiri dari resistansi dan sumber tegangan yang
banyak di ekuivalenkan menjadi paralel denagn sumber arus konstan. Di dalam
memahami teorema thevenin dan northon pada pengguaannya R TH dan IN
secara mudah dai suatu rangkaian yang rumit sekalipun.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan mengenai teorema thevenin dan teorema norton yang
telah didlakukan dapat disimpulkan bahwa:
= 1162,8
= 1,1628 volt
LAMPIRAN GAMBAR
I. JUDUL : (COMMON EMITTER)
II. TUJUAN :
1. Setelah melakuakan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
karakteristik transistor sebagai penguat dengan benar.
2. Setelah melakuakan praktikum, praktikkan dapat membedakan prinsip
transistor sebagai penguat dengan transistor sebagai saklar dengan benar.
3. Setelah melakuakan praktikum, praktikkan dapat menghitung penguatan
rangkaian dengan benar.
McCartly and friends (1999:277) said that bipolar transistor potentialy have
more uniform threshold voltages, higher lineaity and higher current densities than
FET’s , transistor with GaN emiter grown on SiC base/collector structure have
demonstrated high differential gaint at high temperatures and GaN/AlGaN photo
transistors without a base contact have also shown high gain. Difficulties with P-
type GaN however, have hampered research of GaN/AlGaN bipolar transistors
high base dopant concentration is required to achieve low output conductance, but
many increase recombination rates and reduce electron velocity.
1. Kit Komponen(toolbox)
2. Multimeter = 1 unit
3. Osiloskop = 1 unit
4. Signal Generator = 1 unit
5. Kabel Jumper = 1 meter
6. Catu Daya = 1 unit
7. Breadboard = 1 unit
8. Resistor (1 kΩ) = 2 buah
9. Resistor (10kΩ) = 2 buah
10. Kapasitor 47 nF = 2 buah
11. Kapasitor 16 nF = 1 buah
12. Transistor NPN/PNP = 1 buah
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan mengukur penguatan rangkaian common emitter:
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan
percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang baik.
3. Buatlah rangkaian common emitter sepertigambar dibawah ini!
4. Berikan tegangan VCC sebesar 12V (RB=10k, RC=1k, RE=1k), potensiometer (RV)
10k, kapasitor (bagian basis dan emitter) adalah 47μF, kapasitor (bagian output)
adalah 16 μF, praktikan diperbolehkan menggunakan nilai komponen yang
berbeda dengan mencatatkannya).
5. Pada potensiometer(Rv) hubungkan hanya pada kaki 2 dan 3, atau 1 dan 2.
Kemudian kaki-kaki tersebut dihubungkan pada multimeter dan atur
potensiometer (Rv) agar VCE bernilai 6 Volt
6. Ukur beda tegangan pada resistor RC, lalu hitung arus IC.
7. Ukur nilai tegangan VBEdan arus IBdengan menggunakan multimeter.
8. Berikan sinyal input pada rangkaian berupa sinyal sinusoidal dengan amplitudo
input dari 50mV sampai 250mV dengan selang 50mV. Atur besarnya tegangan
dan besar frekuensi agar signal dapat teramati dengan baik pada layar osiloskop.
9. Ukur dan catat besarnya tegangan output (Vout) dan tegangan input (Vin). Amati
sinyal input dan sinyal output, apakah terjadi perbedaan fasa atau tidak.
VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan yaitu mengukur rangkaian
common emitter terdapat beberapa variabel yang harus ditentukan yaitu tegangan
puncak ke puncak, tegangan masukkan, tegangan keluaran dan arus (IB dan IC).
Percobaan yang kami lakukan menggunakan CE.
Nilai yang kami dapatkan dalam percobaan ini yaitu VCC sama dengan 12
volt, VCE adalah 10,1 volt VBE adalah 0,8 volt, arus IB adalah 0,10 A ,arus IC 0,1 A
dan tegangan masukkannya adalah 5,5 volt serta tegangan keluarannya adalah 16
volt. Pada chanel 2 diperoleh tegangan keluaran (VOUT) lebih besar dari tegangan
masukkan nya (VIN) pada chanel 1. Hal ini merupakkan pengaruh kapasitor,
karena fungsi dari kapasitor yaitu menyimpan muatan dan meneruskannya ke
rangkaian selanjutnya dalam hal ini berarti tegangan keluaran. Sehingga tegangan
keluaran lebih besar dari tegangan masukan.
Fungsi dari CE disini yaitu sebagai penyaring. Pada percobaan ini masih
banyak terjadi kesalahan akibat ketidaktelitian sehingga masih ada bebrapa data
yang valid. Dari percobaan yang telah dilakukan bahwa untuk untuk jenis
rangkaian penguat dibangun dengan transistor konfigurasi common emiter dan
dengan bias pembagi tegangan. Berhubungan dengan tegangan (penguat) adalah
daerah diantara garis saturasi dan Cut-Off nya. Memperoleh suatu rangkaian
penguat sinyal AC yang stabil akan terdapat hubungan nya parameter h dengan re.
Rangkaian setaranya serta kita ketahui bahawa aplikasi dari transistor yaitu
sebagai penguat tegangan, amplifer, penguat audio dan pembagi arus, sirkuit
pemutus dan penyambung (swiching), stabilisasi tegangan (stabilisator), medulasi
sinyal, transistor sudah dapat digunakan sebagai memori dan pemroses sebuah
getaran listik dalam dunia computer.
Dari percobaan yang telah dilakukan bahwa aplikasi dari rangkaian yaitu
biasanya paling banyak digunakan di rangkaian-rangkaian elektronika yang
sifatnya masih analog misalnya saja ketika digunakan sebagai penguat yaitu
penguat arus, penguat tegangan, penguat daya yang dapat kita ketahui pada
rangkaian pree- amp head, pree-amp mic, mixer, echo, tone control, amplifier dan
lain lain.
Selain itu juga kami telah mengetahui dari percobaan ini bahwa fungsi lain
dari transistor adalah sebagai penguat arus. Karena fungsi ini maka transistor bisa
dipakai untuk rangkaian power suplly dengan tegangan basis yang telah di se.
Unutk keperluan ini transistor harus di bias tegangan yang konstan pada basis nya.
Supaya pada emitor keluaran tegangan tetap. Biasanya untuk mengatur tegangan
basisnya supaya tetap digunakan sebagai dioda zener. Fungsi kapasitor sebgai
input dan output penguat adalah untuk mengisilasi penguat terhadap pengaruh dari
tegangan DC eksternal penguat. Hal ini berdasarkan karakteristik kapasitor yang
tidak melewatkan tegangan DC.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penguat Common Emitter adalah bentuk penguat tegangan, dimana pada kaki
emitter digroundkan, lalu input di masukkan ke basis, dan output diambil pada
kaki kolektor. Penguat common emitter mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
Sinyal outputnya berbalik fasa 180˚ terhadap sinyal input.
Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio).
Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada
kestabilan suhu dan bias transistor.
Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif, sehingga
sering dipasang umpan balik negative untuk mencegahnya.
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝛽
𝑉𝑖𝑛
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Fajri Septia.dkk. 2012. Sistem Deteksi Asap Rokok Pada Ruangan Bebas
Asap Rokok Dengan Keluaran Suara. Teknik Komputer: AMIC GI MDP.
1. LAMPIRAN HITUNG
2. LAMPIRAN GAMBAR
I. JUDUL : TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR ELEKTRONIK
II. TUJUAN
1. Dapat mengidentifikasi karakteristik transistor sebagai saklar dengan
baik
2. Dapat membedakan kaki-kaki transistor dengan benar
III. LANDASAN TEORI
Jana (2013:396), said that currently no transistor is being used and in place
of that nano transistor been used globallly. In fact this nano transistor breaks
through to offerbillion times faster competere. It also makes transistors to
words quantum computers and widely used for manipulation of individual atom
with exquisite precision. It helps for making semi conductors to semiconductor
to transistors to integarted circuit.
JFET adalah komponen tiga terinal dimana salah satu terminal lainnya
dapat mengontrol arus antara dua terminl lainnya. JFET terdiri atas dua jenis,
yakni jenis kanal N dan kanal P. Sebagaimana transistor terdapat jenis PNP dan
NPN. Umumnya yang akan dibahas pada bab ini adalah kanal n karena untuk
kanal p kebalikannya terlihat bahwa sebagian besar strukturnya dan bahan tipe
n yang membentuk kanal. Bagian atas dari kanaldi hubungkan keterminal yang
disebut Drain (D) dan bagian bawah dihubungkan keterminal yang disebut
Source (S). Pada sisi kanan dan kiri dari kanal adalah ndimasukkan bahan tipe p
yang di hubungkan bersama sma ke terminal yang disebut dengan Gate (G).
pada saat semua terminal belum diberikan tegangan bias dari luar, maka
persambungan P dan N pada kedua gate (G) terdapat pembawa muatan bebas,
sehingg tidak mendukung aliran arus sepanjang kawat (Surwarno, 2009:24).
Transistor sebagai salah satu komponen elektronika paling penting dan
sangat berperan dalam teknologi rangkaian teintegrasi. Terdapat dua jenis
transistor berdasarkan jenis muatan pengahantar listriknya yaitu bipolar dan
unipolar . pada transistoe bipolar, jenis muatan penghantar listriknya adalah
melalui pergerakan elektron dan hole sedangkan pada transistor unipolar jenis
penghantar listriknya adalah elektron. Sesuai dengan susunan bahan yang
digunakan, transistor bipolar terdiri dari dua tipe yaitu NPN dan PNP
(Debataraja, 2011: 89).
Transistor bipolar merupakan suatu peranti semikonduktor yang terdiri dari
tiga lapisan. Tipe pertama transistor terdiri dari dua tipe lapisan tipe n dan satu
lapisan material p, sehingga disebut transistor NPN. Tipe kedua, transistor
terdri dari dua lapisan tipe dan satu lapisan tipe n, jenis ini disebut transistor
tipe PNP. Dalam elektronika terdapat beberapa fungsi dari transistor antara lain
transistor sebagai penguat, transistor sebagai saklar, transistor sebagai
multivibrator dan sebagainya (Yohandri, 2016: 198).
Menurut Sutrisno (1986: 117), transistor digunakan dalam rangkaian untuk
memperkuat isyarat artinya isyarat lemahpada masukan diubah menjadi isyarat
yang kuat pada keluaran. Pada masa kini transistor ada di dalam setiap
peralatan elektronika. Transistor dwikutub dibuat dengan menggunakan
semikonduktor ekstrinsik jenis p dan jenis n yang disusun seperti gambar 5.1
V. PROSEDUR KERJA
1. Dipersiapkan semua perlatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan
2. Diperiksa semua bahan dan peralatan, dipastikan semua dalam kondisi
yang baik
3. Dibuatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini pada project board
VII. PEMBAHASAN
Pada praktiku kali ini yaitu transistor sebagai saklar bertujuan untuk
mengetahui cara menggunakan, merangkai, menganalisa dan mengaplikasikan
transistor sebagai saklar elektronika. Alat dan komponenyang di gunakan yaitu
transistor, resistor, LED, projectboard, catu daya, dan multimeter.
Resistor yang kami gunakan bernilai 390 ohm. Setelah di cek menggunakan
multimeter digital, transistor bertipe NPN. Langkah pertama yang kami lakukan
adalah merangkai semua komponen yang ada sesuai dengan rangkaian yang ada
pada penuntun. Etelah itu kami mengukur tegangan pada resistor digunakan
multimeter dengan menggunakan dua sumber tegangan yaitu VZ (tegangan
tetap) dan VI (tegangan yang di ubah ubah secara berangsur dari kecil ke besar
sebagai mana terdapat pada tabel hasil/data yang kami dapat itu dari literatur.
Ini dikarenakan percobaan yang sudah kami lakukan berkali kali berhasil
(ditandai dengan hidupnya lampu LED) namun nilainya tidak terbaca oleh
multimeter.
Dapat dilihat pada tabel dengan VZ (tegangan tetap) yang kami buat adalah
6 volt dan VI (tegangan yang di ubah ubah secara teratur menuju tegangan yang
lebih besar. VI yang kami gunakan ada 11 jenis yaitu mulai dari 0 v sampai 10
v. Tegangan pada resistor pertama yang melalui lampi LED dari kaki kolektor
juga semakin besar dengan perubahan yang teratur dan lampu LED di dapati
dalam keadaan yang mati, begitu pula pada tegangan resistor keempat sampai
ke delapan lampi LED nya dalam keadaan menyala. Kondisi LED mati pada
saat tegangan resistor 0v – 2v. Itu dikarenakan tegangan nya yang terlalu kecil
sehingga tidak sebanding dengan apa yang diperlukan oleh lampu LED
(tegangan).
Lampu LED akan semakin menyala terang dengan tegangan yang semakin
besar. sehingga pada tegangan V, di perkecil maka transistor berfungsi sebagai
saklar (solud sake) disini digunakan untuk mengendalikan nyala pada LED.
Jadi kuat lemahnya nyala LED akan redup atau mati karena arus keluaran pada
kaki kolektor (IC) adalah 0. Sama denagn kaki basis yang arus masuknaya
adalah 0. Maka tegangan maksimum kondisi ini membuat arus tidak bisa
memasuki dikaki kolektor VCC. Kondisi ini membuat arus tidak bisa memasuki
rangkaian. Disinilah transistor berfungsi sebagai saklar.
Saklar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa memiliki dua
keadaan yaitu keadaan on dan off. Keadaan on merupakan suatu keadaan yang
mana arus dapat mengalir dengan bebas atau ideal tidak ada resistivas dan besar
volume pada seklar sama dengan nol. Keadaan off merupkan keadaan dimana
tidak ada arus yang mengalir. Kalau transistor dipakai hanya pada 2 titik
tersebut berarti transistor dipakai sebagai saklar. Untuk menentukan arus
masuknya pada kaki basis digunakan rumus berikut :
Untuk menetukan arus keluar pada kaki kolektor dapat di gunakan rumus :
Jadi apabila arus yang mengalir semakin besar maka nya iampu LED akan
semakin terang dengan tegangan yang tidak terlalu kecil atau tidak terlalu besar.
jika arus melebihi tegangan standar disitulah transistor berfungsi sebagai saklar.
Kesalahan yang terjadi itu bisa disebabkan oleh faktor alat/bahan yang sudah
tua, suhu ruangan atau kesalahan praktikan.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan dan pembahasan yang dilakukab dan dibuat dapat ditarik
suatu kesimpulan yaitu:
1. Transistor memiliki tiga kaki yaitu basic sebagai tumpuan, emitor sebagai
pengeluaran dan kolektor sebagai pengumpul. Untuk penggunaan, antara
kolektor dan basis di pasang tegangan panjang mundur melalui catu daya .
Nyatalah muatan mayoritas yang dikeluarkan oleh emitor bertumpu dibasis dan
ditampung oleh kolektor.
2. Pada saar transistor sebagai sakelar tertutup (saturasi) adalah ketika arus masuk
basis ( ) lebih besar dari arus masuk basis tidak diberikan arus ( ) adalah nol.
Dan arus keluarannya ( ) adalah nol disebut sakelar terbuka.
3. Pengaplikasian transistor sebagai sakelar dapat digunkan pada motor, solenoid
dan lampu.
DAFTAR PUSTAKA
Asseri, Ali Habib dan Fouzeyah Rajab Ali. 2018. Bipolar Juncion Transistor as a
Switch. Journal of Electrical and Electonics Engineering (IOSR-JEEE) volume
13 ISSN: 2320-3331.
Surjono, Dwi Herman. 2011. Elektronika Analog. Jember: Cerdas Ulet Kreatif.
Yohandri dan Asrizal. 2016. Elektonika Dasar 1 Komponen Rangkaian dan Aplikasi
Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
LAMPIRAN
1. Lampiran Hitung
Nilai arus kaki kolektor ( )
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
2. Lampiran gambar
I. JUDUL : KARAKTERISKTIK MOSFET
II. TUJUAN:
1. Dapat mengidentifikasi karakteristik MOSFET sebagai sakelar
dengan benar
2. Dapat membedakan kaki-kaki MOSFET dengsn benar
III. LANDASAN TEORI
Transistor adalah suatu komponen aktif dibuat dari bahan semikonduktor. Ada
dua macam transistor, yaitu transistor dwikutub (bipolar) dan transistor efek medan
(Field-effect of transistor – FET). Transistor digunakan dalam rangkaian untuk
memperkuat isyarat, artinya isyarat lemah pada masukan diubah menjadi isyarat yang
kuat pada keluaran. Satu sakelar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa
dilihat pada dua keadaan yaitu, keadaan on dan keadaan off. Keadaan off merupakan
suatu keadaan dimana tidak ada arus mengalir. Keadaan on merupakan satu keadaan
yang mana arus bisa mengalir bebas (Burchan, 2009: 19-20).
MOSFET had played a vital in building most of the integrated circuits while
minimizing its size over the half decade of century in the past by way of scalling its
size to nanometer as of to day. Reduction in the size of MOSFET decade by decade,
the integrated circuit build on it worked faster at reduce power then their reducing the
power density resulted into in the opersting supply voltage as well (Turkane, 2016:
4922).
FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insolated Gate FET
atau dikenal dengan Metal Oxide Silicon (semiconductor) FET (MOSFET).
MOSFET adalah singkatan dari metal oxide semiconductor atau tramsitor efek medan
adalah jenis transitor yang bekerja dengan adanya modlasi dari medan listrik di dalam
bahan semikonduktor, antara FET dan MOSFET ada perbedaan, yang hanya
membedakan
Jenis –jenis transistor efek medan adalah MOSFET, JFET, MESFET dan TFT
(Widodo, 2015: 3-4).
V. PROSEDUR KERJA
VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat dibuat suatu kesimpulan
mengenai percobaan karakteristik MOSFET yaitu sebagai berikut:
1. MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Medan Transistor)
adalah suatu trasnsitor efek medan dengan pintu yang diberi lapisan oksida
silikon tipis yang bersifat isolator. MOSFET ada dua yaitu D-MOSFET
dan E-MOSFET.
2. Karakteristik MOSFET didapat yaitu:
Hambatan masukannya jauh lebih besar dari JFET
Dapat melakuka peningkatan dan pengosongan
Banyak digunakan pada penguat frekuensi radio dan televisi karena
kemampuan hambatan masukannya
Tidak bisa diproteksi dengan fase
Lebih mudah dihubungkan secara paralel
3. MOSFET memilki ciri khas yang berbeda, yaitu dengan kaki-kainya.
MOSFET ini memiliki 3 kaki yaitu gate, drain dan source
DAFTAR PUSTAKA
Burhan dan Ahmad Abothki. 2009. Perancangan Alat Pengaman Motor dengan
Memanfatkan Sensor Getar dan Gelombang Radio FM. Jurnal Neutrino. Vol 2.
Istardi, Didi. 2017. Pengenalan Elektronika Daya-Penyearah AC-DC. Yogyakarta:
ANDI.
Surjono, Herman Dwi. 2001. Elektronika Analog. Jember: Cerdas Ulet Kreatif.
Turkane dan Kureshi. 2016. Review of Tunnel Field Effect Transistor (TFET).
Internationl Journal of Applied Engineering Research. ISSN: 0973-4562. Vol.
11.
Widodo,dkk. 2015. Perancangan dan Pembuatan Catu Daya Tegangan Output
Konstan Menggunakan Teknologi Konverter Step Up Kapasitas 320 watt. Vol 2
Zuhal dan Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektronik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
LAMPIRAN
1. Lampiran Hitung
Nilai arus pada terminal drain
=0
= 1000 Ω
(tidak menyala)
= 3 volt
= 1000 Ω
(redup)
= 4,5 volt
= 1000 Ω
(sedang/menyala)
= 6 volt
= 1000 Ω
(menyala terang)
2. Lampiran Gambar
I. JUDUL : RANGKAIAN SERI RLC DAN RESONANSI
II. TUJUAN :
1. Dapat mengidentifikasi rangkaian RL seri, RC seri dan RLC seri
dengan baik dan benar
2. Dapat membedakan rangkaian RL seri, RC seri dan RLC seri pada
arus DC dan arus AC dengan benar
3. Dapat mengukur VR,VL,VC dan kuat arus pada rangkaian RL seri,
RC seri dan RLC seri dengan benar
4. Dapat menghitung resistansi total RLC dengan benar
III. LANDASAN TEORI
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai lintasan
tertutup. Pada rangkaian listrik tersusun oleh komponen pasif atau aktif. Keberadaan
kedua komponen pasif induktor dan kapasitor dalam suatu rangkaian listrik tersusun
oleh komponen pasif secara bersamaan, yakni rangkaian RLC akan menghasilkan
sebuah sistem persamaan diferensial derajat kedua. Persamaan matematis ini cukup
panjang prosedurny jika diselesaikan secara analitik (Murjannah, 2013 :2).
Rangkaian resonansi seri dicirikan oleh nilai impedansi minimum pada kondisi
resonansi sementara resonansi paralel menghasilkan impedansi resonansi maksimum.
Rangkaian yang disebut terakhir, yakni rangkaian resonansi paralel, pada kondisi
resonansi akan menghasilkan induktor dan arus kapasitor yang mempunyai amplitudo
kali lebih besar daripada arus sumber. Sementara itu rangkaian resonansi akan
menghasilkan tegangan kapasitor yang mempunyai amplitudo lebih besar
daripada tegangan sumber pada kondisi resonansi. Jadi rangkaian seri akan
menghasilkan penguatan tegangan pada kondisi resonansi (Hayt, 2005:134-135).
sin wt
dimana adalah sudut fase antara arus dan tegangan yang diberikan.
Sebuah fasor ad;alah besaran yang berperilaku, dalam banyak hal layaknya
vektor. Fasor digunakan untuk menjelaskan rangkain R-L-C seri karena pernyataan
mengenai impedansi dapat dihubungkan denagn teorema Phytagoras untuk segtiga
siku-siku. Z merupakan hiporenusa dari segitiga siku-siku sementara R (XL-XC)
adalah dua sisinya. Karena pebedaan fase, ukuran tegangan pada rangkaian seri tidak
sama dengan jumlah aljabar dari masing-masing tegangan dari elemen-elemennya
(Bueche, 2016: 234).
4. Dinyalakan AFG dan diaturlah tegangan awal AFG pada 5 volt dengan
memutar amplitudo atau penguatan AFG.
5. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstan pada 5 volt
6. Diatur frekuensi pada AFG sebesar 10 KHz
7. Dicatatlah nilai parameter yang ditunjukkan alat ukur I, dan
pada tabel 3.1
8. Diulangi langkah kerja no. 6 sampai dengan no. 8 dengan frekuensi
yang bervariasi sesuai dengan tabel 3.1.
9. Kemudian dibuatlah rangkain sepert gambar di bawah ini
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kelompok kami tidak dapat mengukur tegangan dan arus
pada setiap rangkaian, dikarenakan banyaknya yang diukur dengan berbeda frekuensi,
serta waktu yang diperlukan untuk setiap kelompok cukup lama. Sehingga data dan
hasil yang kami peroleh itu berasal dari hasil kelompok lain yang sudah melakukan
pengukuran.
Rangkaian RL seri adalah suatu rangkaianyang terdiri dari komponen resistor (R)
dan induktor (L) dirangkai secara seri yang dhubungkan dengan masukan sumber
tegangan bolak-balik sinusoida dengan tegnagan masukan rms ( ) dan arus yang
mengalir I. Pengukuran dan pada percobaan ini terjadi pada frekuensi 10, 30
,50, 70 dan 100 KHz. Hubungan antara frekuensi dengan adalah untuk dari
kelima frekuensi yang dilakukan harganya sama dalam perhitungan, namun pada
pengukuran adanya perbedaan. Untuk dpada setiap frekuensi harga sama di
dalam perhitungan, namun pada pengukuran hasilnya berbeda. Arus yang didapat
pada pengukuran berbeda kadang besar kadang kecil dengan frekuems yang berbeda.
Rangkaian RC seri adalah suatu rangkaian yang terdiri daru komponen resistor
(R) dan kapasitor (C) disusun secara seri yang dihubungkan dengan masukan sumber
tegangan bolak-balik sinusoida dengan masukan tegangan rms ( ) dan arus yng
mengalir I. Hubungan dan tampak pada diagram phasor dimana arus R dan C
terpisah 90o dan arus pada kapasitor pertama 90o daripada arus resistor . Sama
seperti percobaan rangkaian RL sei, frekuensi yang dibuat untuk dan I adalah
10, 30, 50, 70 dan 100 KHz. Pada rangkaian didapat sama setiap frekuensi pada
pengukuran dan untuk hasil perhitungan nilai dari sama. Untuk pada
perhitungan hasilnya berbeda dikarenakan div (panjang) yang diperoleh berbeda
setiap frekuensi.
Rangkaian RLC seri adalah rangkaian yang terdiri dari komponen resistor (R),
kapasitor (C) dan induktor (L) yang tersusun secara seri dihubungkan dengan
tegangan dan arus bolak-balik. Hubungan , , dan pada rangkaian ini dapat
dibuat dalm sebuah diagram yaitu diagram phasor. Aus yang mengalir pada rangkaian
ini mendapat nilai yang sama antara , , dan . Jadi, dalam setiap frekuensi harga
I pada rangkaian ketiga tegangan R,L dan C adalah sama.
VIII. KESIMPULAN
Dari pecobaan yang sudah dibuat dengan mendapat hasil dan data maka dapat
disimpulkan yaitu:
1. Rangkaian RL seri adalah rangkaian yang terdiri dari resistor dan induktor.
Rangkaian RC seri adalah rangkaian yang disusun secara seri yang terdiri dari
komponen resistor dan kapasitor. Rangkaian RLC seri adalah rangkaian yang
disusun seecara sri yang terdiri dari komponen resistor, kapasitor dan induktor
yang dihubungkan dengan tegangan bolak-balik sinusoida.
2. Besar tegangan dan arus rangkaian RL adalah:
untuk tegangan RL :
4. Besar tegangan dan kuat arus pada rangkaian RLC seri adalah :
Bueche dan Hecht. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Jewett dan Serway. 2010. Fiskia untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba teknik.
Kamajaya. 2008. Fisika untuk Kelas XIIX semester 1 Sekolah Menengah Atas.
Bandung: Grafindo Media Pratma.
Murjannah, Weni Setra. 2013. Implementasi RLC dengan Metode Runge Kutta Orde
A. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Jurnal fisika. Vol: 2
Yocao, dk. Frequenci Independent Eguivalent Circuit Model for On-chip Spiral
induktor .IEE. Vol. 38.
LAMPIRAN
1. Lampiran Hitung
1. Rangkaian RL seri
Untuk tegangan resistor
f = 10,02, div = 1,1, volt/div = 5
f = 70,43
f = 30,374
f = 100,43
f = 50,43
f = 100,43 Hz
2. Rangkaian RC seri
Untuk tegangan resistor
div = 2,7, volt/div = 2
f = 10 KHz
f = 50,43 Hz
f = 30 KHz
f = 70,43 Hz
f = 10 KHz
f = 50 KHz
f = 30 KHz
f = 70 KHz
f = 50 KHz
f = 100 KHz
f = 100 KHz
Pada saat t2, VDD=VP, arus diode id(t) ditentukan oleh titik q2. Untuk
mendapatkan V0(t2) kita buat grafik id terhadap V0.
Kita dapat memperoleh penyearah gelombang penuh dengan dua cara. Cara
pertama memerlukan transformator dengan sedapan pusat.
Penyearah diatas disebut penyearah jembatan. Jika syarat positif arah dengan
D1 dan D2 menghantar. Jika syarat negatif arah arus dengan D3 dan D4
mengahantar.
c. Simbol dioda
Elemen terpenting dalam rangkaian penyearah adalah diode, senuah elemen
rangkaian yang menyalurkan arus kesatu arah. Tetapi tidak kearah sebaliknya.
Hampir semua diode yang digunakan dalam alat lektronik modern adalah
perangkat semikonduktor. Diode memiliki hambatan kecil untuk mengalirkan
arus kesatu arah (Jewett,2010:668).
3. Dioda penyearah
4. Resistor 10 KΩ
6. Steker AC 1 unit
7. Multimeter 1 unit
8. CRO 1 unit
9. Breadboard 1 unit
10. Tool sheet 1 unit
V. PROSEDUR KERJA
a. Penyearah ½ gelombang
1. Penyearah ½ Gelombang
No Vsekunder VRL Vdioda Bentuk
Gelombang
P
e
n
y √ √ √
VIII. KESIMPULAN
ISNN 0473-5658.
Jewett, Serway. 2010. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta : Salemba Terbuka
1. Lampiran Hitung
a. Penyearah ½ Gelombang
Tegangan Resistor
Tegangan Dioda
b. Penyearah Gelombang Penuh
i Tegangan Resistor
Tegangan Dioda
a. Dioda 1
b. Dioda 2
Tegangan Resistor
Tegangan Dioda
a. Dioda 1
b. Dioda 2
c. Dioda 3
d. Dioda 4
2. Lampiran Gambar
I. JUDUL : KARAKTERISTIK DIODA
Sebagai sumber saklar, dioda akan aktif ( ON) jika tegangan pada anoda
lebih positif daripada tegangan pada katoda, dan dioda akan membelok (OFF) jika
tegangan pada anoda lebih negatif daripadaa tegangan pada katoda.Artinya, cara
pengaktifan dioda ini cukup diberi tegangan dari anoda ke katoda yang lebih besar
dari vak dioda tersebut (forward bias). Biasanya vak ini berkisar dari 0,3 sampai
0,7 v. Jika sebaliknya, dioda diberi tegangan dari katoda menuju ke anoda maka
dioda tersebut akan off reserve bias (Didi,2017 :14).
Dioda germanium (Ge) dan dioda silikon (si), padaa saat dioda diberi bias
maju, yakni bila vA-k positif, makaa arus ID akan naik dengan cepat setelah vA-k
mencapai tegangan cut-in (vy). Tegangan cut-in (vy) ini kira – kira sebesar 0,2
volt untuk dioda germanium dan 0,6 volt untuk dioda silikon. Dengan pemberian
tegangan batu sebesar ini, maka potensial penghalaang (barrier potential) pada
persaambungan akan teratasi, sehingga arus dioda mulai mengalir dengan cepat
(Herman, 2011 : 15).
Menurut Ratih (2018 : 72), suatu dioda bisa diberi bias mundur ( reserve
bias ) atau diberi bias mju (forward bias) untuk mendapatkan karkteristik yang
diinginkan.Bias mundur adalah pemberian tegangan negatif baterai ke terminal
anoda (A) dan tegangan positif ke terminal katoda (K) dari suatu dioda.Sedangkan
bias maju dengan pemberian tegangan positif padaa kaki anoda (positif) dan
tegangan negaatif pada kaki katoda (negatif).
1. Jika diberi bias maju (tegangan positif padaa aanoda dan tegangan negatif
pada katoda) akan menghantarkan arus sehingga apabila diberi beban
lampu akan menyala.
2. Jika diberi arah mundur (tegangan positif pada katoda dan tegangan
negatif pada anoda) maka dioda tidak dapat menghantarkan arus.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Forward Bias
1. Dipersiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksankan percobaan
2. Diperiksa semua bahan dan peraltan, dipastikan semua dalam kondisi yang
baik
3. Disiapkan sebuah dioda dan resistor 1 K ohm yang akan digunakan dalam
praktikum ini.
4. Digunakan multimeter untuk mengukur besar resistansi resistor. Jangan
ditempelkan ke anggota tubuh probe multimeter atau ressistor karena hal
ini dapat menimbulkan bias pembacaan.
5. Digunakan multimeter untuk mengecek dioda yang digunakan dapat
berfungsi dengan baik.
6. Disusun rangkaian seperti gambar di bawah ini pada breadboard
7. Dipastikan jumper serta kabel telah dalam posisi yang baik dan benar.
Dipastikan dengan benar agar tidak teerjadi shorting.
8. Dinyalakan power supply dan atur tegangan input yang diinginkan dengan
tepat sebaliknya digunakan multimeter, dipastikan memakai mode
tegangan DC
9. Diukurlah tegangan pada dioda dan arus yang mengalir pada dioda
dengan menggunakan multimeter.
10. Diubah tegangan pada power supply sesuai dengan yang ada pada tabel 4.1
11. Pada setiap perubahan tegangan yang diukur kembali dan
12. Dicatat hasil percobaan pada tabel 4.1
Reverse bias
VI. Hasil
Forward Bias
Vsumber (volt) Vo (volt) ID (volt)
0 0,2 v 0,0 mA
0,2 0,2 v 0,0 mA
0,4 0,04 v 0,00 mA
0,6 0,15 v 0,00 mA
0,8 0,79 v 0,00 mA
1 0,99 v 0,00 mA
Reserve Bias
Vsumber (volt) Vo (volt) ID (volt)
0 0v 0 mA
0,2 0,01 v 0,03 mA
0,4 0,35 v 0,76 mA
0,6 0,15 v 0,36 mA
0,8 0,40 v 0,38 mA
1 0,40 v 0,49 mA
VII. PEMBAHASAN
Prinsip kerja diode dibagi menjadi dua yaitu forward bias dari
reverse bias, forward bias adalah cara pemberian tegangan luar ke terminal
diodaa. Jika anoda dengan kutub positif baterai dan katoda dihubungkan ke
negative baterai maka keadaan diode ini disebut dengan bias maju (forward
bias), sedangkan reserve bias (bias mundur) adalah keadaan dimana anoda
diberi tegangan negative dan katoda diberi tegangan positif arus yang
mngalir lebih kecil dari bias maju.
VIII. KESIMPULAN
Sebuah dioda tidak akan menghantarkan arus listrik jika diberi bias
mundur
DAFTAR PUSTAKA
Herman. 2007. Teori dan Penerapaan. Jember : Penerbit Cerdas Ulet Kreatif.
1. Forward Bias
Vsumber 0,45 v
Vsumber 0,62 v
2. Reserve Bias
Vsumber 0,45 v
Vsumber 0,02 v
=
Lampiran Gambar