Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Agama Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berpakaian yang baik dan bagus.
Baik berarti sesuai dengan fungsi pakaian itu sendiri, yaitu menutup aurat, dan bagus berarti
cukup memadai serasa sebagai perhiasan tubuh yang sesuai dengan kemampuan pemakai untuk
memilikinya. Untuk keperluan ibadah, misalnya shalat di masjid, kita dianjurkan memakai
pakaian yang baik dan suci.

Berpakaian dengan mengikuti zaman yang berkembang saat ini, bukan merupakan halangan,
sejauh tidak menyalahi fungsi menurut Islam. Namun demikian, kita diperintahkan untuk tidak
berlebih-lebihan. Berpakaian bagi seorang muslim telah digariskan oleh Al-Qur’an adalah
menutup auratnya. Hal tersebut sebagai identitas seorang muslim juga menghindari diri dari
gangguan yang tidak diinginkan. Karena pada dasarnya, pakaian tidak menghalangi seseorang
umtuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam bermasyarakat. Semuanya kembali kepada niat si
pemakainya dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Islam tidak pernah menentukan fashion atau bentuk pakaian. Islam menerima asalkan pakaian
tersebut menutup aurat secara sempurna. Aurat wanita ditutup agar tidak dilihat oleh laki-laki
yang bukan mahramnya. Begitu juga sebaliknya, aurat laki-laki ditutup agar tidak dilihat oleh
wanita yang bukan mahramnya.

Banyak kesalahpahaman terhadap Islam di tengah masyarakat, misalnya saja dalam menutup
aurat yaitu anggapan bahwa busana itu yang penting sudah menutup aurat, sedang mode baju
apakah terusan atau potongan, memakai celana panjang, dianggap bukan masalah. Dianggap,
model potongan atau bercelana jeans adalah sah-sah saja, yang penting sudah menutup aurat.
Padahal tidak begitu, Islam menetapkan syarat-syarat bagi muslim dan muslimah dalam hal
berpakaian dan menutup aurat.

Karena itu, kesalahpahaman perlu diluruskan, agar kita dapat kembali kepada ajaran Islam secara
murni serta bebas dari pengaruh lingkungan, pergaulan, atau adat-istiadat rusak di tengah
masyarakat modern sekarang. Memang, awalnya terasa susah. Namun, jika sudah terbiasa
semuanya akan terasa mudah.

2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aurat?
2. Apa Hakikat Menutup Aurat?
3. Bagaimana aurat Laki laki dan Hukum Menutupnya?
4. Bagaimana Aurat Perempuan dan hukum menutupnya?

1
5. Bagaimana Batasan aurat laki-laki dan wanita menurut 4 madzhab?
6. Bagiamana busana muslimah dan syaratnya ?
7. Apa manfaat menutup aurat dari segi agama dan kesehatan?
8. Bagaimana pandangan didalam islam tentang Laki-laki Menyerupai Perempuan dan
Perempuan Menyerupai Laki-laki?
9. Bagaimana pandangan didalam islam tentang tabbaruj?
10. Apa bahaya dari berpakaian ketat?

3. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, kami tidakmembatasi bagi siapasaja yang ingin dan mau
untuk membaca makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.

4. Tujuan Penulisan
Tujuan dari menulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MKDU Agama
dan menambah pengetahuan dan wawasan kami sebagai penyusun makalah ini.

BAB II

Pembahasan
2
1. Pengertian Aurat
Menurut bahasa “aurat” berarti malu, aib dan buruk. Kata aurat berasal dari bahasa arab
yaitu: “’awira" ( َ‫ ِر َوع‬,artinya hilang perasaan, kalau dipakai untuk mata, maka mata itu
hilang cahayanya dan lenyap pandangannya. Pada umumnya kata ini memberi arti yang
tidak baik dipandang, memalukan dan mengecewakan. Selain daripada itu kata aurat
berasal dari kata “’ āra” ( َ‫ار ع‬َ ,artinya menutup dan menimbun seperti menutup mata air
dan menimbunnya. Ini berarti, bahwa aurat itu adalah sesuatu yang ditutup sehingga tidak
dapat dilihat dan dipandang. Selanjutnya kata aurat berasal dari kata “a’wara” ( َ‫ َر وْ َعا‬,arti
adalah anggota atau bagian dari tubuh manusia yang dapat menimbulkan birahi atau
syahwat dan nafsu bila dibiarkan terbuka.
Menurut istilah, dalam pandangan pakar hukum Islam, aurat adalah bagian dari tubuh
manusia yang pada prinsipnya tidak boleh kelihatan, kecuali dalam keadaan darurat atau
kebutuhan yang mendesak.Menutup aurat dalam pengertian hukum Islam berarti menutup
dari batas minimal anggota tubuh manusia yang wajib ditutupinya karena adanya perintah
dari Allah SWT.Adanya perintah menutup aurat ini karena aurat adalah anggota atau
bagian dari tubuh manusia yang dapat menimbulkan birahi atau syahwat dan nafsu bila
dibiarkan terbuka. Bagian atau anggota tubuh manusia tersebut harus ditutupi dan dijaga
karena ia (aurat) merupakan bagian dari kehormatan manusia. Bagian atau anggota tubuh
manusia tersebut harus ditutupi dan dijaga karena ia (aurat) merupakan bagian dari
kehormatan manusia. Dengan demikian, pengertian aurat adalah anggota atau bagian dari
tubuh manusia yang apabila terbuka atau tampak akan menimbulkan rasa malu, aib, dan
keburukan-keburukan lainnya. Berdasarkan pengertian di atas, juga dapat disimpulkan
bahwa menutup aurat atau menutupi anggota tubuh tertentu bukan beralasan karena
anggota tubuh tersebut kurang bagus atau jelek, namun lebih mengarah pada alasan lain,
yaitu jika tidak ditutupi maka akan dapat menimbulkan malu, aib, dan keburukan. Oleh
sebab itu hendaknya manusia menutup bagian tersebut sehingga tidak dapat dilihat oleh
orang lain. Menutup aurat adalah tanda atas kesucian jiwa dan baiknya kepribadian
seseorang. Jika ia diperlihatkan maka itu bukti atas hilangnya rasa malu dan matinya
kepribadian. Sudah menjadi tugas setan beserta sekutu-sekutunya dari jin dan manusia,
membujuk umat muslimin laki-laki maupun perempuan agar sudi kiranya menanggalkan
pakaian-pakaian suci serta selendang pembalut kehormatan mereka. Aurat yang terbuka
akan memberi dan juga mendatangkan dampak negatif bagi yang bersangkutan dan
terutama bagi yang melihat. Seseorang yang tidak berperasaan malu apabila terbuka
auratnya, atau bahkan merasa senang dan bangga apabila auratnya dipandang dan
dinikmati oleh orang lain, hal ini pertanda bahwa sudah hilang atau berkurang tingkat
keimanannya.

2. Hakikat menutup Aurat


Hakikat pakaian menurut Islam ialah untuk menutup aurat, yaitu menutup bagian anggota
tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Syariat Islam mengatur hendaknya

3
pakaian tersebut tidak terlalu sempit atau ketat, tidak terlalu tipis atau menerawang,
warna bahannya pun tidak boleh terlalu mencolok, dan model pakaian wanita dilarang
menyerupai pakaian laki-laki.Selanjutnya, baik kaum laki-laki maupun perempuan
dilarang mengenakan pakaian yang mendatangkan rasa berbangga-bangga, bermegah-
megahan, takabur dan menonjolkan kemewahan yang melampaui batas.

3. Aurat Laki-laki dan Hukum Menutupnya

Aurat laki-laki yang harus ditutup saat menunaikan shalat adalah qubul (kemaluan bagian
depan) dan dubur (kemaluan bagian belakang), adapun diluar itu, mulai dari paha, pusar
dan lutut, para ulama berbeda pendapat; sebagian ulama menganggapnya sebagai aurat
dan sebagian lagi tidak menganggapnya sebagai aurat.

Pendapat pertama :

Bahwa paha, pusar dan lutut bukan aurat

Mereka beralasan :

Nabi bersabda :

‫ فاستأذن أبو بكر فأذن له وهو على‬،‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كان جالسا كاشفا عن فخذه‬:‫عن عائشة رضي هللا عنها‬
‫ يا رسول هللا استأذن أبو بكر‬:‫ فلما قاموا قلت‬.‫ وهو على حاله ثم استأذن عثمان فأرخى عليه ثيابه‬،‫ ثم استأذن عمر فأذن له‬،‫حاله‬
‫وعمر فأذنت لهما‬.

"‫ "يا عائشة أال أستحي من رجل وهللا إن المالئكة لتستحي منه‬:‫ فلما استأذن عثمان أرخيت عليك ثيابك؟ فقال‬،‫وأنت على حالك‬
‫ وذكره البخاري تعليقا‬،‫رواه أحمد‬.

Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw saat duduk pahanya terbuka, lalu Abu Bakar
meminta izin kepada Rasul, beliaupun mengizinkannya dan belaiu dalam keadaan seperti
semula, kemudian Umar  meminta izin dan beliau mengizinkannya dan beliau dalam
keadaan seperti itu, kemudian Utsmanpun ikut meminta izin namun baliau
menurunkannya pakaiannya, setelah mereka pergi aku berkata : Wahai Rasulullah ketika
Abu Bakar dan Umar meminta izin engkau mengizinkan keduanya. Dan engkau dalam
keadaan semula, namun ketika Utsman meminta izin engkau mengulurkan pakaianmu ?
maka beliau bersabda : Wahai Aisyah,  apakah aku tidak malu dari seseorang, demi Allah
para malaikat lebih malu darinya”. (HR. Ahmad, dan disebutkan oleh imam Bukhari
dalam ta’liqnya)

‫ حتى إني النظر إلى بياض فخذه" رواه أحمد‬،‫ "أن النبي صلى هللا عليه وسلم يوخ خيبر حسر االزار عن فخذه‬:‫وعن أنس‬
‫والبخاري‬.

4
Dari Anas ra : bahwa Nabi saw membuka pada saat Khaibar kain sarungnya sehingga
terbuka pahanya, sampai aku dapat melihat pahanya yang berwarna putih. (HR. Ahmad
dan Bukhari)

Ibnu Hazm berkata : Jelas bahwa paha bukan aurat, sekiranya merupakan aurat maka
Allah tidak akan menyingkapkannya padahal beliau seorang yang suci dan maksum dari
manusia, saat beliau menyampaikan risalahnya dan tidak diperlihatkan pahanya
dihadapan Anas bin Malik dan yang lainnya.

‫ إني سألت أبا ذر فضرب فخذي كما ضربت‬:‫ إن عبد هللا ابن الصامت ضرب فخذي وقال‬:‫وعن مسلم عن أبي العالية البراء قال‬
‫ (صل الصالة‬:‫ إني سألت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كما سألتني فضرب فخذي كما ضربت فخذك وقال‬:‫فخذك وقال‬
‫لوقتها) إلى آخر الحديث‬.

Dari Imam Muslim, dari Abu Al-‘Aliyah al-barra berkata : bahwa Abdullah bin As-
shamit memukul paha saya, dia berkata : lalu saya bertanya keapda Abu Dzar, maka
beliau memukul paha saya seperti Aku memukul paha kamu, kemudian dia berkata :
kemudian saya bertanya kepada Rasulullah saw seperti yang kamu Tanya kepadaku maka
beliaupun memukul saya seperti aku memukul paha kamu, dan beliau bersabda :
“Dirikanlah shalat pada waktunya…sampai akhir hadits.

Ibnu Hazm  berkata : jika paha sebagai bagian dari aurat maka Rasulullah saw tidak akan
menyentuhnya dari dari Abu Dzar dengan tangannya yang suci. Dan jika paha merupakan
aurat menurut Abu Dzar maka tidak menyentuh paha Abdullah bin Shamit dengan
tangannya, begitupun Abdullah bin Shamit dan Abu al-Aliyah.

Pendapat kedua :

Bahwa paha, pusar dan lutut adalah aurat.

Mereka beralasan :

            Hadits nabi saw :

‫"يا معمر غط فخذيك فإن‬:  ‫ وفخذاه مكشوفتان فقال‬،‫ مر رسول هللا صلى هللا عليه وسلم على معمر‬:‫عن محمد بن جحش قال‬
‫ وعلقه في صحيحه‬،‫الفخذين عورة" رواه أحمد والحاكم والبخاري في تاريخه‬.

Dari Muhammad bin Jahsy berkata : Rasulullah saw melewati ma’mar sementara kedua
pahanya tersingkap, beliau bersabda : “Wahai Ma’mar tutuplah kedua pahamu karena
paha itu adalah aurat”. (HR. Ahmad, Hakim dan Bukhari).

‫ "غط فخذيك فإن الفخذ عورة" رواه‬:‫ مر رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وعلي بردة وقد انكشفت فخذي فقال‬:‫وعن جرهد قال‬
‫ وذكره البخاري في صحيحه معلقا‬:‫ حسن‬:‫مالك وأحمد وأبو داود والترمذي وقال‬.

5
Dan dari Jurhud berkata : Rasulullah saw lewat pada Burdah dan kedua pahanya
tersingkap, beliau bersabda : “Tutuplah kedua pahamu karena paha itu adalah
aurat”. (HR. Malik, Ahmad, Hakim, Abu Dawud dan Tirmidzi serta Bukhari dalam
shahihnya).

Demikian dua pendapat tentang batasan aurat laki-laki, namun bagi kita untuk lebih
berhati-hati, saat akan menunaikan shalat maka kita menutup aurat kita mulai dari pusar
hingga dua lututnya sebisa mungkin.

     Aurat laki-laki bersama dengan laki-laki.

Bersama dengan kaum lelaki, ia tidak boleh menampakkan bagian antara lutut dan
pusarnya, baik laki-laki yang melihatnya itu kerabatnya maupun orang lain, baik muslim
maupun kafir. Adapun selain anggota tubuh itu boleh terlihat selama tidak ada fitnah. 

Rasulullah bersabda :

Artinya: Apa yang ada di antara pusar dan lutut adalah aurat. (H.R.  Al Hakim)

Rasulullah saw bersabda :

Artinya: Tutuplah pahamu, karena paha lelaki adalah aurat”. (H.R. Al Hakim)

         Aurat laki-laki di hadapan wanita

Seorang wanita muslimah diperbolehkan melihat kaum lelaki yang berjalan di jalan-jalan,
atau memainkan permainan yang tidak diharamkan, yang sedang berjual beli, dan
sebagainya.

Rasulullah SAW menyaksikan orang-orang Habsyiy bermain lembing di dalam masjid


pada hari raya dan Aisyah ikut menyaksikan mereka dari belakang beliau. Rasulullah
menghalangi Aisyah dari mereka, sampai ia merasa bosan dan pulang. Peristiwa ini
terjadi pada tahun ke tujuh Hijriyah. 

sedangkan hadits yang mengatakan :

“Berhijablah kalian berdua dari padanya.Apakah kalian berdua buta?Bukankah kalian


berdua melihatnya?”Menunjukkan bahwa Ummu Salamah dan Maimunah berkumpul
bersama Ibnu Ummi Maktum di dalam satu majlis, mereka bertemu pandang dan
berhadap hadapan.

Pada kenyataannya, memang sangat berbeda antara pandangan laki-laki pada wanita dan
pandangan wanita pada laki-laki. Wanita dengan rasa malu yang tinggi akan cenderung
pasif, sedangkan laki-laki dengan sifat pemberaninya akan cenderung aktif dan kreatif.

6
Kesimpulannya, wanita diperbolehkan melihat lelaki lain dengan dua syarat, yaitu
Pertama, tidak dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah.
Kedua, tidak berada dalam satu majlis  berhadap-hadapan.

4. Aurat Perempuan dan hukum menutupnya

Aurat wanita yang tak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan mahramnya)
adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Yang menjadi dasar hal
ini adalah:
1. Al-Qur’an surat Annur(24):31
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ’Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
khumur (Ind: jilbab)nya ke dadanya…’”
Keterangan :
Ayat ini menegaskan empat hal:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh ALLAH SWT.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.  
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan
anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab jika perhiasannya saja dilarang untuk
ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Sekarang marilah kita perhatikan
penafsiran para sahabat dan ulama terhadap kata “…kecuali yang biasa nampak…”
dalam ayat tersebut. Menurut Ibnu Umar RA. yang biasa nampak adalah wajah dan
telapak tangan. Begitu pula menurut ‘Atho,’ Imam Auzai dan Ibnu Abbas RA. Hanya
saja beliau (Ibnu Abbas) menambahkan cincin dalam golongan ini. Ibnu Mas’ud RA.
mengatakan maksud kata tersebut adalah pakaian dan jilbab. Said bin Jubair RA.
mengatakan maksudnya adalah pakaian dan wajah. Dari penafsiran para sahabat dan para
ulama ini jelaslah bahwa yang boleh tampak dari tubuh seorang wanita adalah wajah dan
kedua telapak tangan. Selebihnya hanyalah pakaian luarnya saja.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar
yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab. Ini menunjukkan
bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup
hanya dengan menutupkan jilbab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tapi
ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.

2. Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai
Rasululloh SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh SAW berpaling darinya dan
berkata:“Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil
baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan
telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).

7
Keterangan :
Hadis ini menunjukkan dua hal:
a. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
b. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat. 

Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah
dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah
wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka
akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat solat saja
namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.

Selain kedua dalil di atas masih ada dalil-dalil lain yang menegaskan akan kewajiban
menutup aurat ini:

a. “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri


orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka
tidak diganggu. Dan ALLOH SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-
Ahzab: 59).
Keterangan:
Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian kurung),
bukan berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas). Ayat ini menjelaskan
pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap mukminah dan merupakan
tanda keimanan mereka.

b. Hadis Rasululloh SAW, bahwasanya beliau bersabda:


“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang
tangan mereka menggenggam cambuk yang mrip ekor sapi untk memukuli orang lain dan
wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya
bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium
baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.”
(HR. Muslim)
Keterangan:
Hadis ini menjelaskan tentang ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan
memamerkan auratnya. Yaitu siksaan api neraka. Ini menunjukkan bahwa pamer aurat
dan “buka-bukaan” adalah dosa besar. Sebab perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh
ALLOH SWT atau Rasul-Nya dan yang diancam dengan sangsi duniawi (qishas, rajam,
potong tangan dll) atau azab neraka adalah dosa besar. (Tausyiah275)

8
A. Aurat wanita bersama wanita
Wanita bersama dengan kaum wanita, bagaikan laki-laki bersama dengan laki-laki,
diperbolehkan melihat seluruh badannya kecuali antara lutut dan pusarnya, kecuali
diindikasikan akan membawa fitnah, maka tidak boleh menampakkan bagian tubuh
itu. Hanya saja kepada wanita yang tidak seagama, wanita muslimah tidak boleh
menampakkan auratnya sebagaimana kepada sesama wanita muslimah. Karena
wanita yang tidak seagama berstatus orang lain bagi wanita muslimah. Allah
berfirman :
Artinya: …atau wanita-wanita Islam…. (QS. An Nur/24:30)
B. Aurat wanita di hadapan laki-laki
Keberadaan wanita di hadapan lawan jenisnya memiliki rincian hukum yang berbeda-
beda, yaitu:
a. Di hadapan laki-laki lain, yang tidak ada hubungan mahram.
Maka seluruh badan wanita adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan.
Karena keduanya diperlukan dalam bermuamalah, memberi dan menerima.
Pandangan laki-laki kepada wajah dan telapak tangan wanita bisa
diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Tidak diperbolehkan dengan sengaja melihat wajah dan telapak tangan


wanita lain tanpa tujuan syar’i. Dan jika tanpa sengaja melihatnya maka
segera harus memalingkan pandangan seperti yang telah dijelaskan pada
pandangan faj’ah (tanpa sengaja).

2. Melihat karena ada tujuan syar’i dan tidak ada fitnah, seperti melihat untuk
melamar. Rasulullah menyuruh Mughirah bin  Syu’bah untuk melihat wanita
yang hendak dinikahinya:

“Jika salah seorang di antaramu, meminang seorang wanita maka jika ia


mampu melihat bagian yang mendorongnya untuk menikahinya maka
lakukanlah. (H.R. Ahmad, dan Abu Daud)

Dan untuk semua tujuan itu,  seseorang diperbolehkan melihat wajahnya, yang
dengan melihat wajah itu sudah cukup untuk mengenalinya.

3. Memandang dengan syahwat, inilah pandangan terlarang, seperti yang


disebutkan dalam hadits Nabi:

Nabi saw bersabda :

“Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bagian dari zina, zina mata adalah
pandangannya, zina mulut adalah ucapannya, zina telinga adalah

9
mendengarkannya, zina tangan adalah memegangnya, zina kaki adalah
melangkah menemuinya, nafsunya berharap dan berselera, kemaluannya
membenarkan atau mendustakannya. (H.R. Ibnu Majah)

Asbabun nuzul ayat 30 ini sangat memperjelas kewajiban menjaga pandangan,


yaitu kisah seorang laki-laki yang lewat di salah satu jalan di Madinah, ia
memandangi seorang wanita.

Dan wanita itupun membalas memandanginya. Setan ikut bermain menggoda


keduanya, sehingga keduanya saling mengagumi. Sambil berjalan laki-laki itu
terus memandangnya hingga ia menabrak tembok dan berdarah hidungnya. Ia
berkata:

“Demi Allah! Saya tidak akan membasuh darah ini sebelum saya menemui
Rasulullah SAW lalu saya ceritakan kejadian ini.”

Laki-laki itu segera menemui Nabi dan menceritakan kejadiannya. Nabi


bersabda:

“Inilah hukuman dosamu”. Dan Allah menurunkan  ayat 30 dan 31 ini

Pengecualian dalam hukum ini adalah jika berada dalam keadaan terpaksa,
seperti penglihatan dokter muslim yang terpercaya untuk pengobatan, khitan,
atau penyelamatan dari bahaya kebakaran, tenggelam, dsb.

b. Di hadapan laki-laki yang memiliki hubungan mahram

Ada ulama yang mengatakan bahwa dalam kondisi itu wanita hanya boleh
menampakkan bagian tubuh yang biasa terlihat sewaktu bekerja, yaitu: rambut,
leher, lengan, dan  betis.

Allah berfirman :“Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasan-nya, kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-
putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra 
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka” ( QS.
An Nur/24:31)

c. Di hadapan suami

Seorang wanita di hadapan suaminya boleh menampakkan seluruh anggota


badannya. Karena segala sesuatu yang boleh dinikmati, tentu boleh juga dilihat.

10
Allah berfirman :

“kecuali kepada suami mereka, …,

Ada sebagian ulama yang mengatakan makruh melihat kemaluan. Karena Aisyah
RA mengatakan tentang hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “Saya tidak pernah melihat darinya dan ia tidak pernah melihat dariku.
(H.R. At Tirmidzi)

5. Batasan aurat laki-laki dan wanita menurut 4 madzhab

a. Madzhab Hanafi
Batasan aurat Menurut Mazhab Hanafi, aurat laki-laki mulai dari bawah pusar sampai
bawah lutut, hal ini berdasarkan ma’sur (perkataan sahabat): “Aurat laki-laki apa yang
ada diantara pusar dan lututnya atau apa yang ada dibawah pusar sampai lutut.
Sedangkan aurat perempuan seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan”.

Firman Allah: “Janganlah orang-orang perempuan menampakkan perhiasannya,


melainkan apa yang biasa tampak dari padanya” (QS. An Nur :31). Menurut Ibnu Abbas
dan Ibnu Umar maksud perhiasan yang biasa nampak dalam ayat ini adalah wajah dan
telapak tangan.

Dalam kitab Almansukh karangan As-Syarkasyi dikatakan “dan kepala wanita itu aurat”
dan disebutkan pula disana “wanita yang berikhram tidak boleh menutup wajahnya”
oleh karenanya wanita hanya memakai pakaian berjahit yang menutup kepala namun
tidak menutupwajahnya.

Dan disebutkan pula dalam Kitab Fathul Qadir karangan Kamal bin Humam dikatakan
bahwa perbedaan antara laki-laki pada kepalanya sehingga harus membukanya. Dan
ihram wanita pada pada wajahnya hingga ia harus membukanya. Dari sini bisa ditarik
kesimpulan bahwa imam madzhab hanafi
Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa imam madzhab hanafi
berpendapat bahwasannya aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua
telapak tangan

b. Madzhab Maliki
Mazhab Maliki, membagi aurat lelaki dan wanita ketika shalat dan diluar shalat
kepada dua bagian. Pertama, aurat berat (mughallazah) dan aurat ringan (mukhaffafah).
Aurat berat pada lelaki adalah kemaluan dan dubur, sedangkan aurat ringan selain dari
kemaluan dan dubur adalah Fahd (paha) menurut mazhab ini bukanlah aurat, mereka

11
berdalil dengan hadist nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.: “Pada perang Khaibar
tersingkaplah pakaian Nabi dan nampaklah pahanya”. (HR. Bukhori dan Ahmad).

Namun pendapat ini di rodd oleh para ulama lain karena banyak dalil lain yang lebih
kuat dan tsiqoh. Aurat berat wanita seluruh badan kecuali ujung-ujung badan dan dada.
Yang dimaksud ujung badan adalah anggota ujung badan seperti tangan, kepala dan kaki.
Semua ujung badan itu tidak dianggap aurat berat ketika sembayang. Mazhab Maliki
membataskan apa yang dianggap aurat ringan pada wanita termasuk dada, lengan, leher,
kepala dan kaki. Sedangkan muka dan dua tapak tangan tidak dianggap aurat langsung
pada mazhab ini, pendapat mazhab ini banyak diikuti negara-negara Arab di Afrika
Utara dan negara-negara Afrika.

Termuat dalam Almuwattha, suatu ketika Imam Malik ditanya, “bolehkah wanita
makan bersama pria yang bukan mahromnya atau pembantu laki-laki?”, lalu imam
Malik menjawab, “tidak apa-apa kalau hal itu dilakukan dengan cara yang dikenal wanita
untuk makan bersama laki-laki.” Beliau berkata dan kadang wanita makan bersama
suaminya dan orang
lain teman suaminya Menurut Abul Qasim: “perkataan ini membolehkan wanita
menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya kepada lelaki asing, sebab tidak
tergambarkan
keadaan makankecualidengan menampakkan wajah dantangan.”

Disebutkan dalam kitab Almudhawanatul Kubro Imam Malik berkata: “jika wanita
melakukan shalat sedangkan rambutnya tampak atau dadanya tampak, atau punggung
kakinya
tampak maka hendaklah ia mengulang selama masih dalam waktunya”.

Pernyataan imam malik yang tidak menyebutkan wajah termasuk anggota tubuh
menunjukkan bolehnya menampakkan wajah.

c. Madzhab Syafii
Menurut Mazhab Syafi’i, aurat pada laki-laki terletak di antara pusat dan lutut, baik
dalam shalat, thawaf, antara sesama jenis atau kepada wanita yang bukan mahramnya,
hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Abi Sa'id Al Khudri; “Aurat seorang
mukmin adalah antara pusar dan lututnya". (HR Baihaqi). Dalam hadist lain dikatakan;
"Tutuplah pahamu karena paha termasuk aurat”. (HR Imam Malik).
iwayatkan oleh Abi Sa'id Al Khudri; “Aurat seorang
mukmin adalah antara pusar dan lututnya". (HR Baihaqi). Dalam hadist lain dikatakan;
"Tutuplah pahamu karena paha termasuk aurat”. (HR Imam Malik).

Batas aurat wanita termasuk seluruh badan kecuali muka dan dua tapak tangan di
12
bagian atas dan bagian bawahnya. Dalil mazhab ini adalah firman Allah: “Janganlah
orang-orang perempuan menampakkan perhiasannya, melainkan apa yang biasa tampak
dari padanya” (QS: An Nur :31). Hadist Nabi mengatakan: "Rasulullah melarang wanita
yang sedang ihrom memakai qofas (sarung tangan) dan niqob (tutup muka)". (HR
Bukhari).

Disebutkan dalam kitab Al-Umm, “dan tidak boleh pria dan wanita melakukan shalat
kecuali dengan menutup aurat. Aurat laki-laki ialah apa yang ada dalam pusar hinggalutut
dan wanita
harus menutup seluruhtubuhnya ketika shalatselain kedua telapak tangan dan wajahnya.

Disebutkan pula dalam kitab Al-Muhadzadzab karangan Asy-Syairozi “adapun wanita


merdeka maka seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali wajah dan kedua telapak
tangan,mengingat firman
Allah yangmenyatakan:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak
daripadanya.” (QS. An-Nuur: 31)

Ibnu Abbas berkata maksud daripada kata disamping, yang dimaksud dengan
“yang nampak darinya” adalah wajah dan kedua telapak tangan. Karena itu nabi
melarang wanita yang berihram memakai cadar dan kaus tangan. Dan keran kebutuhan,
mendorong
untuk menampakkan wajah dalam jual beli, dan telapak tangan untuk mengambil
danmemberi, maka
yangdemikian itutidak dijadikan aurat.

Dan pada tempat lain disebutkan, “jika seorang hendak menikahi seorang wanita,
maka bolehlah ia melihat wajah dan telapak tangannya. Dan tidak boleh melihat selain
keduanya, karena kedua halitu aurat. Namun adapula yang berpendapatbahwa  dalam
madzhab Syafi’I aurat wanita adalah seluruh tubuh termasuk telapak tanagan dan wajah.

d. Madzhab Hanbali
Menurut Mazhab Hambali, aurat pada laki-laki terletak di antara pusat dan lutut dalil
mazhab ini sama dengan yang digunakan oleh mazhab hanafi dan mazhab syafi'i.
Adapun aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, hal
ini berdasarkan firman Allah dan hadist-hadist diatas.

13
Disebutkan dalam Almukhtasor karangan Al-Khiraqi mengatakan: “maka jika adasesuatu
selain wajah yang terbuka dari wanita maka ia harus mengulang shalatnya.” Disebutkan
pula dalam kitab AlHidayah karangan AlKhaludzani “aurat wanita merdeka adalah
seluruh badannya kecuali wajahnya, sedangkan mengenai keduatelapak tangan ada dua
riwayat.

Dalam kitab Alifshah An ma’anis hadish shahih karangan Ibnu Hubirah “dan Ahmad
berkata dalam salah satu dari dua riwayatnya, “semuanya adalah aurat kecuali wajah dan
telapak tangannya”. Dalam riwayat lain disebutkan “semuanya adalah aurat kecuali
wajahnya saja”. Dan itulah yang masyhur dan pendapat inilah yang dipilih oleh Al-
Khiraqi. Dan tidak ada perselisihan diantara para ahli ilmu fiqih tentang bolehnya melihat
wajah, yang demikian karena wajah bukan aurat dan merupakan pusat keindahan dan
termpat pandangan, ibnu Qudamah mengemukakan hadits “sesungguhnya wanita itu jika
sudah dewasa, tidak boleh dilihat darinya kecual ini dan ini(nabiMuhammadSAW
berisyarat ke wajah dan kedua telapak tangan)”. Kemudian Imam Ahmad bin Hambali
akhirnya berhujjah kepada ini.

6. Busana Muslimah dan syaratnya

1.Harus menutup seluruh tubuhnya


Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

“Hai Nabi, Katakan kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita
mukmin untuk mengulurkan jubah (jilbab)nya ke seluruh tubuhnya. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa adalah merupakan suatu kewajiban untuk
menutup seluruh kecantikan dan perhiasan wanita dan tidak menampakkannya kepada
laki-laki yang bukan mahramnya (“asing”) kecuali yang muncul secara tak disengaja,
dimana pada kasus ini tidak ada dosa terhadap mereka jika mereka segera menutupnya.

Al-Hafiz ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: Ini berarti bahwa mereka tidak boleh
menampakkan perhiasannya kepada yang bukan mahramnya, kecuali yang tidak mungkin
untuk disembunyikan. Ibnu Mas’ud berkata: seperti jubah dan jilbab, yang biasa
digunakan oleh Wanita Arab, sejenis pakaian luar yang menutup apapun yang dipakai
wanita, kecuali apapun yang terlihat dari bagian dalam pakaian luar. Tidak berdosa bagi
seorang wanita dalam hal ini sebab sulit untuk menyembunyikannya.

2.Bukan merupakan perhiasan dalam dan dari pakaian itu sendiri

14
Allah Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “… dan janganlah menampakkan
perhiasannya …” [an-Nur 24:31]. Makna umum dari kalimat ini termasuk pakaian luar,
sebab apabila ia berhias maka akan menarik perhatian laki-laki terhadapnya. Hal ini
didukung oleh ayat dalam Surah Al Ahzab:

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang Jahiliyah terdahulu”[al-Ahzaab 33:33].

Hal ini juga didukung oleh hadits dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “ada tiga, jangan menanyakan tentang mereka kepadaku: seorang laki-laki
yang meninggalkan jama’ah, tidak menuruti pemimpinnya dan mati dalam
ketidaktundukan; seorang budak wanita atau pria yang melarikan diri kemudian
meninggal; dan wanita yang suaminya tidak ada dan meninggalkannya, dan setelah
suaminya pergi ia membuat memamerkan dirinya. Jangan tanya tentang mereka.”
(Diceritakan oleh by al-Haakim, 1/119; Ahmad, 6/19; dari hadits Faddaalah bint ‘Ubayd.
Isnaadnya shahih dan ada dalam al-Adab al-Mufrad).

3. Harus tebal dan tidak transparan atau “tembus pandang”


Karena pakaian yang transparan tidak dapat menutup dengan sempurna. Pakaian
transparan atau tembus pandang menjadikan wanita lebih menarik dan cantik. Dengan
mempertimbangkan hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Pada
akhir zaman di antara ummatku akan ada wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang,
dengan sesuatu di kepalanya seperti punuk unta. Kutuklah mereka, karena mereka
terkutuk.” Hadits lain menambahkan:”Mereka tidak akan masuk ke surga, meskipun
baunya dapat tercium dari jarak begini dan begini.” (Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu
Hurairah).

Ibnu ‘Abd al-Barr berkata: apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam adalah wanita yang memakai pakaian yang terbuat dari bahan kain yang terang
yang tidak menutup. Mereka berpakaian dalam nama tetapi telanjang pada realitasnya.
Ditransmisi oleh al-Suyuti di Tanweer al-Hawaalik, 3/103.

4. Harus longgar, tidak ketat sehingga membentuk bagian tubuh


Kegunaan pakaian adalah untuk mencegah fitnah (godaan), dan ini hanya dapat dicapai
jika pakaian tersebut lebar dan longgar. Pakaian-pakaian yang ketat, bahkan walaupun
pakaian tersebut menyembunyikan warna kulit, akan tetapi tetap menunjukkan ukuran
dan bentuk tubuh atau bagian tubuh, dan menimbulkan gairah imajinasi dalam pikiran
pria. Jadi pakaian harus lebar. Usaamah ibn Zaid berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam memberiku sebuah kain Mesir tebal yang merupakan salah satu hadiah yang
diberikan kepada beliau oleh Duhyat al-Kalbi, dan saya memberikannya kepada istri saya
untuk dipakai. Beliau berkata, ‘Mengapa saya tidak melihat kamu memakai kain Mesir
15
itu?’ Saya berkata, “Saya memberikannya kepada istri saya untuk dipakai.” Beliau
berkata, ‘Beritahukan kepadanya untuk memakai sebuah gaun di bawahnya, sebab saya
khawatir itu akan menggambarkan ukuran tulang-tulangnya.’” (Diriwayatkan oleh al-
Diyaa’ al-Maqdisi dalam al-Ahaadith al-Mukhtaarah, 1/442, dan oleh Ahmad dan al-
Bayhaqi, dengan isnad hasan).

5. Tidak menggunakan parfum dengan bakhoor atau harum-haruman


Ada banyak hadits yang melarang kaum wanita untuk memakai parfum setiap keluar dari
rumah-rumahnya. Di sini kami akan mengemukakan beberapa hadits yang mempunyai
isnad sahih.:

(1). Abu Musa al-Ash’ari mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam


mengatakan: “Siapa saja wanita yang memakai parfum kemudian melewati sekelompok
orang sehingga mereka mencium baunya, adalah pelacur.”
(2). Zainab al-Thaqafiyyah meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian (wanita) keluar ke masjid, jangan ia
menyentuh parfum.”
(3). Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Setiap
wanita yang mengharumkan dirinya dengan bakhoor (dupa), janganlah ia shalat Isya
dengan kami.”
(4). Musa ibnu Tassar mengatakan bahwa seorang wanita dilewati oleh Abu Hurairah dan
wanginya tercium. Ia berkata, “Hai wanita budak al-Jabbaar, apakah kamu akan ke
masjid?” Ia (wanita itu) berkata, “Ya.” Ia (Abu Hurairah) berkata, “Dan apakah kamu
memakai parfum karenanya?” Ia (wanita itu) berkata, “Ya.” Ia (Abu Hurairah) berkata,
“Kembalilah dan cucilah dirimu, karena saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda: ‘Apabila seorang wanita menuju ke masjid dan wanginya tercium,
Allah tidak akan menerima shalat apapun dari dia hingga ia pulang ke rumahnya dan
mencuci dirinya.’”

Hadis-hadis ini pengertiannya umum. Bukan hanya sebagai penghalang untuk memakai
parfum di tubuh, akan tetapi juga menghalangi parfum untuk digunakan pada pakaian,
terutama pada hadits ketiga, dimana bakhoor (dupa) disebutkan, sebab dupa tersebut
digunakan secara khusus sebagai parfum untuk pakaian. Alasan terhadap
larangan/penghalang ini cukup jelas, dimana wangi/bau harum wanita tersebut dapat
mengakibatkan dorongan-dorongan keinginan yang tidak sepantasnya. Para ulama juga
memasukkan hal-hal lain yang harus dihindari oleh wanita yang ingin pergi ke masjid,
seperti pakaian yang indah, perhiasan yang dapat dilihat, ornamen/perhiasan yang
berlebih-lebihan dan bercampur dengan laki-laki. (Lihat Fathul Baari, 2/279).

6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki


Disebutkan dalam sahih bahwa seorang wanita yang menyerupai laki-laki dalam
16
berpakaian atau dalam hal lain adalah terkutuk. Berikut ini adalah beberapa hadits yang
kami ketahui: (1). Abu Hurairah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
mengutuk laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian
laki-laki.”
(2). ‘Abdullah ibnu ‘Amr berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda: ‘Mereka bukan bagian dari kami, wanita-wanita yang menyerupai
laki-laki dan laki-laki menyerupai wanita.”
(3). Ibnu ‘Abbaas berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutuk laki-laki yang
bersifat seperti wanita dan wanita yang bersikap seperti laki-laki. Beliau bersabda:,
‘Keluarkan mereka rumah-rumahmu.’” Beliau bersabda: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam mengeluarkan Begini dan begini, dan ‘Umar mengeluarkab Begini dan
begini.” Menurut riwayat lain: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutuk laki-
laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.”
(4). ‘Abdullah ibnu ‘Amr berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
‘Ada tiga orang yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada
Hari Kebangkitan: seseorang yang tidak patuh kepada orang tuanya, wanita yang
menyerupai laki-laki, dan the duyooth (suami yang istrinya tidak setia, pria lemah yang
tidak merasa cemburu terhadap istrinya).”
(5). Ibn Abi Maleekah – yang namanya adalah ‘Abdullah ibnu ‘Ubayd-Allaah – berkata:
“Dikatakan kepada Aisyah Radiyallhahu ‘Anha ‘Bagaimana jika seorang wanita
memakai sandal pria?’ Beliau berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
mengutuk wanita yang berperilaku seperti pria.’”

Hadits-hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa bagi wanita dilarang untuk menyerupai
laki-laki dan sebaliknya, Hal ini biasanya juga termasuk pada pakaian dan hal-hal lain,
kecuali hadits pertama yang disebutkan di atas, dimana hanya menyebutkan pakaian saja.

7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir


Telah disebutkan dalam Syari’at bahwa Muslim, laki-laki dan perempuan sama, tidak
boleh menyerupai atau meniru orang kafir dalam ibadah, festival-festival atau berpakaian
yang khusus untuk mereka. Hal ini merupakan prinsip keislaman yang penting dimana
saat ini, sayangnya, diabaikan oleh kebanyakan Muslim, bahkan oleh mereka yang
merasa peduli terhadap Islam dan mengajak orang lain kepada Islam. Hal yang sama juga
terlihat pada ketidakpedulian mereka terhadap agamanya, atau karena mereka mengikuti
tingkah laku dan keinginan mereka, atau karena penyimpangan, yang digabungkan
dengan kebiasaan dan tingkah hidup modern orang-orang kafir Eropa. Ini adalah satu di
antara sebab-sebab kemunduran dan kelemahan Muslim, dimana hal tersebut
memungkinkan orang luar untuk menguasai dan menjajah mereka. “…Sungguh, Allaah
tidak akan merubah nasib sebuah kaum selama mereka tidak merubahnya sendiri…” [Ar-
Ra’d (13):11].

17
8. Bukan merupakan pakaian untuk ketenaran dan kesombongan
Ibn ‘Umar (rahimahullah) berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
‘Siapapun yang memakai pakaian ketenaran dan kesombongan di dunia ini, maka Allah
akan memakaikannya pakaian dari neraka pada Hari Kebangktan, dan itu akan membakar
sekelilingnya.’”

7. Manfaat Menutup Aurat dari Segi Agama dan Kesehatan

a. Menghindarkan diri dari dosa akibat mengumbar aurat

Salah satu yang menyebabkan banyak wanita masuk neraka adalah karena
mereka tidak menutup aurat mereka di mata orang-orang yang bukan mahramnya.
Dari begitu besarnya mudharat yang bisa didapat dari membuka aurat, maka
Tuhan melarang kita membuka aurat.

b. Menghindari fitnah, tuduhan atau pandangan negatif

Orang-orang yang gemar membuka auratnya secara terang-terangan bisa


saja dituduh sebagai wanita nakal, pelacur, cewek penggoda, wanita murahan,
tukang rebut suami orang, perempuan eksperimen, dan lain-lain. Untuk itu hindari
memakai pakaian minim yang memperlihatkan bagian tubuh yang dapat
merangsang lawan jenis untuk meredam berbagai fitnah

c. Mencegah timbulnya hawa nafsu lawan jenis maupun sesama jenis

Secara umum laki-laki normal akan terangsang melihat wanita yang


memakai pakaian ketat, modis, celana pendek atau rok mini ketat, rambut disalon,
wajah dimakeup seksi, dan lain sebagainya. Banyak lelaki yang ingin menzinahi
perempuan yang seperti itu baik secara paksa maupun tanpa paksaan.

d. Menunjukkan diri sebagai bukan perempuan / laki-laki murahan

Menutup aurat adalah suatu identitas orang-orang yang baik. Ditambah


lagi dengan perilaku yang baik dan sopan maka tidak mungkin ada orang yang
mengatakan kita sebagai perempuan murahan atau pria murahan.

e. Melindungi tubuh dan kulit dari lingkungan

Dengan pakaian yang menutupi tubuh secara sempurna maka kita tidak
akan merasakan kepanasan saat mentari bersinar terik, tidak merasakan
kedinginan saat suhu sedang dingin. Begitu pun dengan debu dan kotoran akan
terhalang mengenai kulit kita langsung sehingga kebersihan tubuh dapat tetap
terjaga dengan baik.

18
f. Mencegah rasa cemburu pasangan hidup kita

Jika suami atau istri suka tampil seksi maka pasangannya bisa saja merasa
cemburu jika ada orang yang menggoda atau bahkan hanya sekedar melihat
dengan pandangan penuh nafsu syahwat. Jangan biarkan rasa cemburu muncul
dalam kehidupan rumahtangga kita, karena hal itu merupakan awal dari
kehancuran sebuah keluarga yang bahagia.

g. Mencegah terkena penyakit dan gangguan kesehatan

Penyakit-penyakit yang dapat muncul jika kita tampil terbuka auratnya di


ruang terbuka adalah bisa seperti kanker kulit, kulit terbakar, kulit menjadi hitam,
noda flek di kulit, dan lain sebagainya. Cegah penyakit dan gangguan kesehatan
tersebut dengan memakai pakaian yang tertutup yang dapat melindungi tubuh dari
faktor-faktor penyebab penyakit atau gangguan kesehatan tersebut.

h. Memberikan sesuatu yang spesial bagi suami atau isteri kita

Buka-bukaanlah pada saat di depan suami atau istri kita saja. Orang yang
demikian biasanya akan sangat dihargai dan disayangi oleh pasangan hidupnya.
Terlebih lagi bisa menjaga kesucian dirinya hingga adanya pernikahan. Di depan
orang lain yang bukan mahwam, aurat selalu terjaga dengan baik.

i. Melindungi diri kita dari berbagai tindak kejahatan

Biasanya wanita yang auratnya terbuka adalah yang paling sering menjadi
korban perkosaan maupun tindak kriminal lainnya seperti perampokan,
penjambretan, hipnotis, dan lain sebagainya. Bandingkan dengan wanita bercadar
yang tampil tidak menarik di mata penjahat karena penampilannya yang misterius
membuat pelaku kejahatan enggan menjahatinya.

j. Menutupi aib rahasia yang ada pada diri kita

Jika ada cacat pada tubuh maupun kulit kita bisa kita tutupi dengan
menggunakan pakaian yang tertutup sehingga tidak ada seorang pun yang tahu
kecacatan yang terjadi pada diri kita. Jika diumbar di depan orang banyak ya
sudah pasti orang-orang akan tahu cacat yang kita punya.

8. Pandangan didalam Islam tentang laki-laki menyerupai perempuan


dan perempuan menyerupai laki-laki

19
،‫ت ِم َن النِّسا َ ِء‬ ِ َ‫ َوا ْل ُمتَ َر ِّجال‬،‫الرجا َ ِل‬
ِّ ‫سلَّ َم ا ْل ُم َخنَّثِ ْي ِن ِم َن‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫لَ َع َن النَّبِ ُّي‬
‫سلَّ َم فُالَنا ً َوأَ ْخ َر َج‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ فَأ َ ْخ َر َج النَّبِ ُّي‬:‫ قا َ َل‬.‫ أَ ْخ ِر ُج ْو ُه ْم ِمنْ بُيُ ْوتِ ُك ْم‬:‫َوقا َ َل‬
ً‫ُع َم ُر فُالَنَة‬
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita (mukhannats) dan wanita yang
menyerupai laki-laki (mutarajjilah10). Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Keluarkan mereka
(usir) dari rumah-rumah kalian”. Ibnu Abbas berkata: “Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
mengeluarkan Fulan (seorang mukhannats) dan Umar mengeluarkan Fulanah (seorang mutarajjilah).” (HR. Al-
Bukhari no. 5886)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantara hikmah-
hikmahnya adalah sebagai berikut :

a. Bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini secara berpasang-pasangan; ada
siang dan malam, ada besar dan kecil ada terang dan gelap dst. Demikian juga ketika
menciptakan manusia, Allah SWT menciptakannya secara berpasang-pasangan ; ada laki-
laki dan juga ada perempuan, yang masing-masing memiliki fitrah tersendiri yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan fitrah antara laki-laki dan perempuan
adalah untuk saling melengkapi, sekaligus sebagai tanda-tanda kebesaran dan keagungan
Allah SWT. Allah SWT berfirman :

©ْ ©‫تَ© َذ© َّك© ُر© و© َ©ن© لَ© َع© لَّ© ُك© ْم© َ©ز© ْ©و© َ©ج© ْي© ِ©ن© َخ© لَ© ْق© نَ©ا© َش‬
©‫ي© ٍء© ُك© ِّل© َو© ِم© ْ©ن‬
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan
kebesaran Allah. (QS. Ad-Dzariyat : 49)

b. Bahwa jenis manusia yang Allah ciptakan hanyalah jenis laki-laki dan perempuan saja,
tidak ada jenis lainnya yang ketiga. Sehingga tidak benar manakala ada seseorang yang
mengatakan bahwa dirinya secara psikologis adalah perempuan, namun secara fisik dia
adalah laki-laki dan kemudian ia berperilaku layaknya seperti seorang perempuan (baca ;
banci), ataupun sebaliknya. Demikianlah yang Allah gambarkan dalam Al-Qur’an :

ُ‫ َوأَنَّه‬ ‫ق‬ َّ ‫َو ْاألُنثَى‬


َ َ‫الذ َك َر ال َّز ْو َج ْي ِن َخل‬
Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan.
(QS. An-Najm : 45)

c. Bahwa haram hukumnya bagi seorang laki-laki menyerupai perempuan dalam segala hal,
baik dalam gerakan, cara bicara, gaya, penggunaan perhiasan, dalam berpakaian, dalam
kebiasaan, maupun segala hal lainnya yang terkait dengan perempuan. Hadits di atas
sangat jelas dan sangat tegas menggambarkan hal tersebut, bahkan pelarangannya dengan
menggunakan bahasa “melaknat” seorang laki-laki yang menyerupai perempuan maupun
perempuan yang menyerupai laki-laki. Di samping melaknat, hadits di atas juga

20
memerintahkan untuk mengeluarkan (baca ; mengusir) mereka dari dalam rumah. Dalam
riwayat lainnya disebutkan :

ْ‫س ا ْب ِن عَنْ ِع ْك ِر َمةَ عَن‬ ِ ‫سو ُل لَ َعنَ قَا َل َع ْن ُه َما هَّللا ُ َر‬
ٍ ‫ض َي َعبَّا‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ِ َر‬
َ ُ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه هَّللا‬ َ َ‫سا ِء ال ِّر َجا ِل ِمنْ ا ْل ُمت‬
َ ‫شبِّ ِهينَ َو‬ َ ِّ‫بِالن‬

َ ِّ‫ال الن‬
ْ‫سا ِء ِمن‬ ِ ‫الر َج‬
ِّ ِ‫ ب‬- ‫البخاري رواه‬

Dari Ikrimah dan Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang meniru
perempuan dan perempuan yang meniru laki-laki. (HR. Bukhari)

d. Larangan menyerupai atau tasyabbuh ini berlaku bagi setiap laki-laki (yang menyerupai
perempuan) dan juga bagi perempuan (yang menyerupai laki-laki). Artinya bahwa laki-
laki yang menyerupai wanita adalah terlaknat, sebagaimana perempuan yang menyerupai
laki-laki juga terlaknat. Mereka derajatnya adalah sama-sama ‫ت‬ َ َ‫ َوا ْل ُمت‬mendapatkan
ِ ‫شبِّ َها‬
laknat. Dan dewasa ini kita melihat banyak sekali kaum laki-laki yang bergaya, berbicara,
berdandan, berpakaian, berkebiasaan seperti perempuan. Mereka bahkan tampil di
televisi, di panggung-panggung hiburan publik, dsb dengan tingkah polah sedemikian
rupa dengan alasan hiburan dan entertaiment. Sementara di pihak lain masyarakat saat ini
menganggapnya bahwa hal tersebut adalah biasa dan tidak apa-apa. Padahal hal tersebut
merupakan perbuatan terlaknat, dan jangan-jangan bukan hanya pelakunya saja yang
dilaknat, namun yang menyaksikannya pun juga bisa jadi juga terlaknat.

e. Bahwa bentuk larangan yang menggunakan kalimat “Rasulullah SAW melaknat”,


memiliki makna yang mendalam. Ulama berpendapat, kata “dilaknat” dalam hadits di
atas menunjukkan bahwa tasyabuh (baca ; menyerupai) perempuan bagi laki-laki ataupun
menyerupai laki-laki bagi perempuan merupakan dosa besar. Hikmah diharamkannya
tasyabuh ini adalah bahwa orang yang melakukan tasyabuh tersebut telah keluar dari
fitrah dan watak pembawaannya sebagaimana yang telah diciptakan oleh Allah SWT.
Berkenaan dengan lafaz “melaknat” sendiri, dalam Al-Qur’an Allah SWT
menggambarkan tentang orang-orang yang dilaknat Allah SWT, bahwa kelak mereka
akan mendapatkan azab yang pedih, dan mereka tidak akan mendapatkan orang atau
sesuatu yang menolong mereka :

‫أُ ْولَـئِ َك‬  َ‫صيراً لَهُ تَ ِج َد فَلَن هّللا ُ يَ ْل َع ِن َو َمن هّللا ُ لَ َعنَ ُه ُم الَّ ِذين‬
ِ َ‫ن‬

Mereka itulah orang yang dilaknat Allah. Barangsiapa yang dilaknat Allah, niscaya kamu sekali-
kali tidak akan memperoleh penolong baginya. (QS. An-Nisa’ : 52)

f. Bagaimana harus memperlakukan mukhannsin (laki-laki yang menyerupai perempuan)


dan mutarajjilat (perempuan yang menyerupai laki-laki)? Dalam sebuah riwayat
disebutkan bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan seorang laki-laki yang
menyerupai perempuan bahwa orang tersebut diasingkan ke tempat yang jauh dari
pemukiman masyarakat sebagai berikut :

21
“Dari Abu Hurairah bahwasanya dibawa kepada Nabi SAW seorang laki-laki yang
berlagak seperti wanita, dia memberi warna dengan hinna' (quitec) pada (kuku-kuku)
kedua tangan dan kakinya. Maka Rasulullah SAW bertanya : "Kenapa orang ini ?" Ada
sahabat yang menjawab, “Ya Rasulullah, orang laki-laki itu berlagak seperti wanita".
Lalu diperintahkan (oleh Rasulullah) supaya orang tersebut diasingkan ke Naqi' (suatu
tempat di daerah Muzainah, perjalanan dua malam dari Madinah), lalu ditanyakan
kepada beliau, "Ya Rasulullah, apakah tidak kita bunuh saja orang itu ?" Beliau
menjawab, "Sesungguhnya aku dilarang membunuh orang-orang yang shalat". (HR. Abu
Daud)”

g. Hikmah pelarangan dan bahkan keharusan untuk “mengasingkan” (baca ; mengusir)


orang-orang yang menyerupai laki-laki dan perempuan, adalah agar “penyakit” seperti ini
tidak menyebar dan tidak merusak banyak orang. Menurut ahli pendidikan Prof Arif
Rahman, terkait dengan maraknya acara di televisi yang menampilkan para waria
“Tayangan kebanci-bancian jika dibiarkan akan terjadi pembenaran dan ini bisa menular.
Pada akhirnya akan terjadi suatu pembentukan masyarakat yang tidak sehat untuk
Indonesia.

9. Bagaimana tanggapan Islam tentang tabbaruj

Secara bahasa, tabarruj berasal dari kata al burj yang berarti bintang atau sesuatu yang
terang/tampak. Sementara itu, jika ditarik dari penggunaannya, tabarruj berarti
berlebihan dalam menampakkan perhiasan dan kecantikan. Adapun perhiasan dan
kecantikan dari wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali yang biasa tampak darinya
seperti wajah dan telapak tangan.

Al Qurthubi menjelaskan makna tabarruj secara Bahasa dengan mengatakan, “Tabarruj


artinya menyingkap dan menampakkan diri sehingga terlihat pandangan mata.
Contohnya kata: ‘buruj musyayyadah’(benteng tinggi yang kokoh), atau kata: ‘buruj
sama’(bintang langit), artinya tidak penghalang apapun di bawahnya yang
menutupinya” (Tafsir al Qurthubi, 12/309).

Sementara itu, jika dikutip dari Ibnul Jauzi dalam tafsirnya menyebutkan dua
definisi tabarruj menurut ulama, yaitu menurut Abu Ubaidah tabarruj adalah wanita
menampakkan kecantikannya (di depan lelaki yang bukan mahram) dan menurut az
Zajjaj tabarruj adalah menampakkan bagian yang indah (aurat) dan segala yang
mengundang syahwat lelaki (yang bukan mahram).

Oleh karena itu, berdasarkan semua definisi di atas kita bisa menyimpulkan
bahwa tabarruj adalah segala bentuk perilaku wanita untuk menampakkan kecantikannya
di depan lelaki lain yang bukan mahramnya. Maka, memakai pakaian yang tidak menutup
aurat, atau menutup aurat tapi dengan bahan yang tipis, ketat ataupun transparan, bisa
disebut sebagai tabarruj. Semua bentuk tabarruj seperti itu dilarang dalam syariat Islam.

22
9. Larangan Tabarruj dalam Islam

Di al Quran surat al Ahzab ayat 33 disebutkan, “Hendaklah kalian (para wanita) tetap di


rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dan seperti tabarruj orang-orang
Jahiliyah yang dahulu”.  Syaikh Ábdur Rahmas as Sa’di menafsirkan ayat tersebut
dengan berkata, “Janganlah kalian (wahai para wanita) sering keluar rumah dengan
berhias atau memakai wewangian, sebagaimana kebiasaan wanita-wanita jahiliyah yang
dahulu, mereka tidak memiliki pengetahuan (agama) dan iman. Semua ini dalam rangka
mencegah keburukan (bagi kaum wanita) dan sebab-sebabnya” (Taisiirul Kariimir
Rahmaan karya Syaikh Ábdur Rahman as Sa’di).

Seperti yang kita ketahui, dalam agama Islam kecantikan wanita hanyalah untuk
suaminya. Kecantikan seorang wanita tidak untuk diumbar dan dinikmati oleh banyak
lelaki. Oleh karena itu, wanita dilarang untuk berdandan dan tampil cantic untuk dilihat
oleh laki-laki lain. Bagi para suami pun diwajibkan untuk memiliki rasa cemburu dan
tidak rela kecantikan istrinya dilihat oleh laki-laki lain. Maka, seorang suami wajib
membimbing istrinya untuk bisa menutup auratnya dengan sempurna.

Bentuk-Bentuk Tabarruj yang Dilarang

1. Jilbab yang tidak menutup seluruh tubuh

Jilbab artinya pakaian, yang digunakan oleh wanita untuk menutup auratnya. Berdasarkan
firman Allah SWT dalam surat al Ahzaab ayat 59, “Hendaknya mereka mengulurkan
jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka”. Maka, jika seorang wanita menggunakan jilbab
yang hanya dari pundak dan bukan dari atas kepalanya, maka hal ini termasuk ke
dalam tabarruj. Jadi, gunakanlah jilbab dari kepala dan ulurkanlah kain jilbab itu hingga
menutupi seluruh tubuh agar sempurna.

2. Jilbab yang membentuk tubuh wanita

Jilbab haruslah longgar dan tidak membentuk tubuh wanita. Jilbab juga harus terulur dari
atas kepala hingga bawah, sesuai keterangan para ulama bahwa jilbab itu adalah satu
pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita dari atas samai bawah. Dalam hal ini,
pakaian yang dipilih juga harus dari bahan yang tidak membentuk tubuh untuk
menghindarkan lekuk tubuh wanita terlihat saat bergerak.

3. Jilbabnya dijadikan sebagai perhiasan

Hikmah besar dari diwajibkannya jilbab bagi para wanita ketika keluar rumah adalah
untuk menutupi kecantikan dan perhiasannya sehingga dirinya tidak terlihat menarik
perhatian laki-laki yang bukan mahramnya. Hal ini sesuai firman Allah di surat an Nuur
ayat 31, “Dan janganlah mereka (wanita-wanita yang beriman) menampakkan
perhiasan mereka kecuali kepada suami-suami mereka, atau bapak-bapak mereka…”

23
Oleh karena itu, maka menjadi hal yang menyimpang jika seorang wanita menjadikan
jilbab yang dipakainya sebagai perhiasan yang membuatnya tampak cantik dan menarik
di mata para lelaki yang bukan mahram. Hal inilah yang mungkin sering kita temukan di
sekitar kita, sejak maraknya jilbab gaul dan jilbab modis di kalangan masyarakat.

4. Menggunakan pakaian tipis atau transparan

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Akan ada di akhir umatku (nanti) wanita-wanita
yang berpakaian (tapi) telanjang, di atas kepala mereka (ada perhiasan) seperti punuk
unta, laknatlah mereka karena (memang) mereka itu terlaknat (dijauhkan dari rahmat
Allah SWT)”. Dalam hadis lain ada tambahan, “mereka tidak akan masuk surge dan tidak
dapat mencium bau (wangi)nya, padahal sungguh wanginya dapat dicium dari jarak
sekian dan sekian”.

Dari hadis Rasulullah di atas, Imam Ibnu ‘Abdil Barr berkata, “Maksud Tasulullah SAW
(dalam hadis ini) adalah wanita-wanita yang mengenakan pakaian (dari) bahan tipis
yang transparan dan tidak menutupi (dengan sempurna), maka mereka disebut
berpakaian tapi sejatinya mereka telanjang”.

5. Memakai wewangian

Dari Abu Musa al Asy’ari ra., Rasulullah SAW pernah bersabda, “Seorang wanita,
siapapun dia, jika dia (keluar rumah dengan) memakai wangi-wangian, lalu melewati
kaum laki-laki agar  mereka mencium bau wanginya, maka wanita itu adalah seorang
pezina”. Bahkan, berdasarkan hadis shahih lainnya larangan ini juga berlaku bagi wanita
yang keluar untuk shalat berjamaah di masjid.

6. Menyambung rambut (al washl), sesuai sabda Nabi Muhammad bahwa “Allah
melaknat penyambung rambut dan orang yang minta disambung rambutnya,” (Riwayat
Bukhari dan Muslim).

7. Mentato tubuh (al wasim), mencukur alis (an namsh), dan mengkikir gigi (at taflij).
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Allah melaknat oran yang menato dan wanita yang
minta ditato, wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu), yang
mencukur alis dan yang minta dicukur, serta wanita yang meregangkan (mengikir)
giginya untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah,”(Riwayat Bukhari dan
Muslim).

8. Memanjangkan kuku, seperti hadis Rasulullah SAW, “Yang termasuk fitrah manusia
itu ada lima, (yaitu) khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku
dan mencabut bulu ketiak,” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

9. Berdandan menyerupai laki-laki, yang sesuai hadis Rasulullah SAW hal ini termasuk
hal yang dilaknat oleh beliau. Diriwayatkan oleh Bukhari, “Rasulullah SAW melaknat

24
laki-laki yang menyerupakan diri seperti wanita dan melaknat wanita yang
menyerupakan diri seperti laki-laki”.Hadis ini dinilai shahih oleh at Tirmidzi.

10. Bahaya berpakaian ketat

Saat ini pakaian ketat sudah menjadi trend mode yang tidak mengenal usia.
Trend fashion saat ini sepertinya mewajibkan kita untuk tampil trendi dan kurus. Saat ini,
iklan-iklan di berbagai media juga menampilkan model-model cantik dengan berpakaian
ketat agar lebih menarik. Memang benar jika saat ini persepsi orang tentang kecantikan
adalah tampil langsing atau mungkin malah kurus dengan pakaian yang ketat. Namun,
kebanyakan orang tidak menyadari dengan menggunakan pakaian ketat justru menimbulkan
bahaya bagi dirinya. Banyak diantaranya para remaja yang gemar mengenakan pakaian ketat
tanpa mengetahui bahaya pakaian tersebut bagi kesehatannya.

1. Paresthesia

Dr. Malvinder Parmar dari Timmins dan Distric Hospital, Ontario, Kanada, baru-baru ini
menyatakan bahwa celana ketat sepinggul berpeluang terkena penyakit paresthesia. Menurut
kamus kedokterab, paresthesia berarti perasaan sakit atau abnormal seperti kesemutan, rasa
panas seperti terbakar, dan sebagainya. (buku saku dokter)

Dalam tulisannya di Canadian Medical Association Journal, Parmar mengakui, setahun


terakhir ini kedatangan cukup banyak pasien yang bias dikategorikan sebagai korban
paresthesia. Gangguan saraf itu terjadi lantaran mereka suka sekali memakai celana ketat
sebatas pinggul. Kelainan ini menjadi permanen selama celana ketat sepinggul masih melilit
di tubuh.

Menurut dr. Andradi Suryamiharia Sp.S(K), spesialis saraf yang sehari-harinya bertugas di
RSUPN Cipto Mangun Kusumo, Jakarta ; sebagai gangguan saraf, paresthesia gampang
dikenali gejalanya berupa kesemutan yang lama-kelamaan menjadi mati rasa. Kesemutan
terjadi lantaran saraf tepi, yakni saraf yang berada di luar jaringan otak di sekujur tubuh.
Umumnya karena tertekan, infeksi, maupun gangguan metabolisme.

2. Ancaman jamur

Menurut dr. Kusmarinah Bramono Sp.KK, spesialis kulit dan kelamin RSCM, pada dasarnya
semua pakaian ketat berpotensi menimbulkan tiga macam gangguan kulit baik itu sebatas
pinggul maupun diatas pinggul. Hal ini disebabkan masalah kelembaban yang
memungkinkan jamur subur berkembang biak.

Idealnya, di negara tropis seperti Indonesia pakaian ketat meman harus dihindari. Kulit
menjadi kekurangan ruang untuk bernapas, sementara cairan yang keluar dari tubuh cukup
banyak. Akibatnya, permukaan kulit menjadi lembab. Jamur akan lebih mudah berkembang
biak.
25
3. Berbekas hitam

Gejala gatal dan beruntusan yang menjadi trade mark  hanya muncul bila terjadi gesekan
antar kulit dengan benda di luar tubuh. Busana sehari-har, jika terlalu ketat menempel di
tubuh, atau terbuat dari bahan yang kasar juga dapat memicu luka.

4. Kanker ganas Melanoma

Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasanya perempuan berpakaian tapi


ketat berpotensi mengalami  berbagai penyakit kanker ganas melanoma di sekujur anggota
tubuhnya. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip
beberapa fakta, diantaranya bahwa kanker ganas Melanoma yang masih berusia dini akan
semakin bertambah dan menyebar sampai ke kaki.

Penyakit ini disebabkan sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang
panjang di sekujur tubuh yang berpakaian ketat. Tanda-tanda penyakit ini muncul pertama
kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Terkadang berupa bulatan kecil saja,
kebanyakan di daerah sekitar mata, kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh. Penyakit
ini juga menyebabkan rusaknya ginjal dan dapat menyerang janin yang berada dalam rahim
ibu. Dan obatnya belum ditemukan untuk mengobati kanker ganas ini.

5. Kemandulan

Pakaian ketat dapat menyebabkan kemandulan pada wanita. Pada cuaca yang sangat dingin,
pakaian ketat tidak berfungsi menjaga suhu tubuh dari serangan hawa dingin. Suhu yang
sangat terlalu dingin jelas membahayakan kondisi rahim. (Al-Istanbuli, 2006)

Darah terganggu, menyebabkan varises dan gangguan yang diakibatkan jenis pakaian ketat
dalam jangka waktu yang lama adalah membuat bentuk tubuh menjadi buruk dan merusak
tulang punggung.

6. Mengganggu mobilitas usus

Menurut Dr. Octaviano Bessa, seorang internis dari Stamford, Connecticut menuturkan
penggunaan celana yang terlalu ketat dapat mengganggu mobilitas dari usus. Hal inilah yang
menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman atau sakit pada perut setelah dua atau tiga jam
makan. Namun terkadang masyarakat tidak menyadari bahwa kondisi tersebut disebabkan
oleh penggunaan celana yang terlalu ketat.

7. Memicu pembekuan pembuluh darah

Penggunaan pakaian ketat juga akan mengganggu gerakan tubuh yang memicu timbulnya
pembekuan darah di dalam pembuluh darah, membuat aliran darah terganggu bahkan
terhambat.

26
8. Mengganggu kesuburan wanita dan gangguan jamur di sekitar organ

Hasil penelitian yang dilakukan di Negara John Bull (Inggris), menyebutkan bahwa
endometriosis (gangguan kesuburan pada wanita) disebabkan karena kebiasaan seseorang
yang selalu memakai pakaian ketat. Penggunaan pakaian ketat akan memicu sel-sel
endometrium (selaput lender rahim) untuk melarikan diri dari rongga rahim lalu berdiam di
indung telur, sehingga kesehatan menjadi terganggu.

9. Memperburuk kualitas sperma dan menyebabkan kemandulan

Setelah dilakukan penelitian lebih mendalam, ternyata masalahnya terjadi pada skrotum.
Suhu yang tidak normal karena sering ditekan oleh pakaian ketat bisa berakibat buruk pada
kualitas sperma karena tumpukan keringat, menyebabkan kekurangan udara.

10. Menaikkan asam lambung

Pakaian yang terlalu ketat juga akan menaikkan asam lambung karena tekanan yang terlalu
besar pada perut. Hal ini dapat meningkatkan tekanan di daerah abdominal yang akan
menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan.

BAB III
Penutup

1. Kesimpulan
 Aurat adalah bagian dari tubuh manusia yang pada prinsipnya tidak boleh kelihatan,
kecuali dalam keadaan darurat atau kebutuhan yang mendesak. Hakikat pakaian menurut
Islam ialah untuk menutup aurat,

27
 Aurat laki-laki yang harus ditutup saat menunaikan shalat adalah qubul (kemaluan bagian
depan) dan dubur (kemaluan bagian belakang), adapun diluar itu, mulai dari paha, pusar
dan lutut, para ulama berbeda pendapat; sebagian ulama menganggapnya sebagai aurat
dan sebagian lagi tidak menganggapnya sebagai aurat.
 Aurat wanita yang tak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan
mahramnya) adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan
 hukum bagi keduanya untuk menutup aurat adalah wajib.
 Batasan aurat laki-laki dan wanita menurut 4 madzhab adalah madzhab
Hanafi,maliki,syafii,dan hambali.
 Syarat busana muslimah yaitu harus menutup seluruh tubuhnya, Bukan merupakan
perhiasan dalam dan dari pakaian itu sendiri, Harus tebal dan tidak transparan atau
“tembus pandang”, Harus longgar, tidak ketat sehingga membentuk bagian tubuh, Tidak
menggunakan parfum dengan bakhoor atau harum-haruman, Tidak menyerupai pakaian
laki-laki, Tidak menyerupai pakaian wanita kafir,dan Bukan merupakan pakaian untuk
ketenaran dan kesombongan
 Manfaat Menutup Aurat dari Segi Agama dan Kesehatan, Menghindarkan diri dari dosa
akibat mengumbar aurat, Menghindari fitnah, tuduhan atau pandangan negatif, Mencegah
timbulnya hawa nafsu lawan jenis maupun sesama jenis dan lainnya
 kebanyakan orang tidak menyadari dengan menggunakan pakaian ketat justru
menimbulkan bahaya bagi dirinya. Banyak diantaranya para remaja yang gemar
mengenakan pakaian ketat tanpa mengetahui bahaya pakaian tersebut bagi kesehatannya
yaitu Paresthesia, Ancaman jamur,serta Kanker ganas Melanoma.
2. Saran

Penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna, ke depannya penulis akan lebih terfokus
dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber lebih banyak dan
tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Makalah yang penulis buat semoga bermanfaat untuk
para pembaca. Dan penulis membutuhkan saran/kritikan agar kedepannya bisa menjadi lebih
baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen Agama kami Bapak Syar’I bin Sumin
DR. H.M.A. yang telah membimbing kami dalam pembuatan dan menyelesaikan makalah ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mutabarrijat, oleh Azzahro’ Fatimah binti Abdulloh

Sohih Fiqh Sunah jilid 3 , oleh Abu Malik Kamal bin Assayid Salim

Tafsir Ibnu Katsir

Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah, oleh Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani

Risalatul Hijab, oleh Syaikh Muhammad bi9n Shalih Al-‘Utsaimin

http://enterplussinergy.blogspot.co.id/2014/09/aurat-dan-pakaian.html

http://eprints.walisongo.ac.id/4042/3/103111126_bab2.pdf

http://rikzamaulan.blogspot.co.id/2011/05/hukum-menyerupai-laki-laki-menyerupai.html

https://dalamislam.com/hukum-islam/wanita/tabarruj-dalam-islam

https://gamisjilbabsyari.com/syarat-syarat-berpakaian-dari-seorang-wanita-muslimah

https://iffahhave.wordpress.com/2010/06/16/syarat-syarat-busana-muslimah/

http://madin.ppwahidhasyim.com/2014/12/batasan-aurat-menurut-4-madzhab.html

https://www.dakwatuna.com/2010/09/02/7870/menutup-aurat-bagian-ke-3-aurat-wanita-dan-
hukum-menutupnya/

29

Anda mungkin juga menyukai