Anda di halaman 1dari 9

Ciri Dan Ketrampilan Manajerial

(Managerial Traits and Skills)


Hakikat dari ciri dan ketrampilan
Istilah ciri menunjuk kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek kepribadian,
tempramen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai. Ciri kepribadian adalah watak yang
relativ stabil untuk dalam sebuah cara tertentu. Contohnya termasuk rasa percaya diri, sifat
ekstroversi, kedewasaan emosional, dan tingkat energi.
Sebuah kebutuhan atau motif adalah keinginan akan jenis-jenis rangsangan atau
pengalaman tertentu, para ahli psikologi biasanya membedakan antara kebutuhan fisiologis
(misalnya rasa lapar dan haus)dan motif sosial seperti keberhasilan, rasa dihormati, afiliasi,
dan indenpendensi.
Nilai adalah sifat yang diinternalisasikan mengenai apa yang benar dan salah, etis dan tidak
etis, yang bermoral dan tidak bermoral. Nilai adalah penting karena mempengaruhi pilihan
dan aspirasi seorang pemimpin, persepsi seorang pemimpin mengenai situasi dan masalah,
dan pilihan prilaku.
Ketrampilan
Istilah ketrampilan mengacu kepada kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara
yang efektif, seperti ciri-ciri, ketrampilan dditentukan bersama dengan belajar dan keturunan.
Ketrampilan dapat di definisikan pada berbagai tingkatan yang umum dan abstraksi, yang
dimulai dari istilah yang didefinisikan secara sangat umum dan luas (ex: kecerdasan,
ketrampilan hubungan antar pribadi) jika dalam arti yang lebih sempit dan spesifik (ex:
pertimbangan verbal, kemampuan persuasif)
Taksonomi tiga kategori dari ketrampilan kepemimpinan.
Ketrampilan Teknis: pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk
melakukan aktivitas khusus, dan kemampuan untuk menggunakan peralatan dan perangkat
yang relevan dengan aktivitas tersebut.
Ketrampilan Hubungan antar-pribadi: Pengetahuan tentang prilaku manusia dan proses
hubungan antar pribadi; kemampuan untuk mengetahui perasaan, sikap, dan motif orang lain
dari apa yang mereka katakan dan lakukan(empati dan sensitivitas sosial) kemampuan untuk
berkomunikasi dengan jelas dan efektif( ex: kefasihan bicara, persuasif) dan kemampuan
untuk membuat hubungan yang effektif dan kooperatif.
Ketrampilan Konseptual: pemikiran logis kefasihan dalam pembentukan konsep dan
konseptualisasi hubugan yang komplex dan ambigu kreativitas dalam pembuatan ide dan
pemecahan masalah.
Penelitian awal mengenai ciri dan ketrampilan pemimpin
Para peneliti kepemipinan awal merasa yakin bahwa ciri-ciri yang penting bagi
efektivitas kepemimmpinan dapat diidentifikasikan dengan penelitian empiris.
Jenis ciri-ciri yang paling sering dipelajari penelitian awal:
 Karakter fisik (ex: tinggi badan, ketrampilan)
 Aspek kepribadian (misalnya harga diri, dominan, kestabilan emosional)
 Bakat (kecerdasan umum, kefasihan verbal, dan kreativitas)
Ciri dan Ketrampilan yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin
Bedassarkan pada Stogdill (1970)
Ciri Ketrampilan
Dapat beradaptasi dengan situasi
Waspada terhadap lingkungan sosial
Ambisius, berorientasi keberhasilan
Asertif
Kooperatif
Tegas
Dapat diandalkan
Dominan (motivasi keuasaan)
Enerjik (tingkat aktivitas tinggi)
Gigih
Keyakinan diri
Toleran terhadap tekanan
Bersedia untuk mengambil tanggung jawab
Pandai
Terampil secara konseptual
Kreatif
Diplomatis dan bijaksana
Fasih berbicara
Memiliki pengetahuan tentang pekerjaan
Teratur
Persuasif
Terampil secara sosial
Program- Program utama dari penelitian mengenai ciri pemimpin
Beberapa studi mencari ciri yang memprediksikan kemajuan ke tingkat manajemen
yang lebih tinggi,sedangkan yang lainnya mencari ciri yang hubungan dengan kinerja effektif
dalam pekerjaan manajerial seseorang yang sekarang. Beberapa ciri dapat relevan bagi suatu
kriteria, namun bukan untuk yang lainnya. Misalkan, seseorang anajer yang amat ambisius
dan terampil dalam manajemen kesan dapat maju lebih cepat dari manajer yang lainnyayang
mempunyai kompetisi lebih besar dalam melakukan pekerjaannya yang sekarang. Studi-studi
yang paling berguna mencoba untuk mengindetifikasikan bagaimana ciri dan ketrampilan
terermin dalam prilaku yang menjelaskan mengapa sesorang itu efektif dalam suatu posisi
manajerial tertentu, atau mengapa orang tersebut dipromosikan ke tingkat posisi yang lebih
tinggi.
Dari berbagai hasil penelitian dapat diringkas disini dengan menjelaskan ciri dan
ketrampilan spesifik yang kelihatannya amat relevan untuk memprediksi apakah sesorang
manajer maju atau menyimpang.
1. Stabilitas Emosional. Para manajer yang menyimpang kurang mampu
menangani tekanan. Mereka lebih rentang terhadap kemurungan, ledakan,
kemarahan, dan prilaku yang tidak konsisten, yang merugikan hubungan
antar-pribadinya dengan para bawahan, rekan sejawat, dan para atasan. Para
manajer yang berhasil biasanya bersifat tenang, percaya diri.
2. Sifat Defensif. Paara manajer yang menyimpang akan lebih besar
kemungkinannya akan bersikap dengan mencoba untuk menutupi kesalahan
dan menyalahkan orang lain. Para manajer yang berhasil mau mengakui
kesalahannya, menerima tanggung jawab dan kemudian mengambil tindakan
untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Integritas. Para manajer berhasil itu memiliki integritas yang kuat. Mereka
lebih berfokus kepada tugas serta kebutuhan segera para bawahan daripada
kepada kegiatan bersaing dengan para pesaingnya atau meyakinkan para
atasannya. Sebaliknya, banyak manajer yang menyimpang tersebut terlalu
ambisius untuk memajukan karier mereka dengan mengorbankan yang
lainnya.
4. Ketrampilan Antarpribadi. Para manajer yang menyimpang kemungkinan
akan lebih lemah dalam ketrampilan antar pribadi. Alasan yang paling umum
untuk penyimpangan adalah ketidakpekaan, yang tercermin pada prilaku kasar
atau intimidasi terhadap orang lain. Sebaliknya, para manajer yang sukses
lebih peka/sensitif, taktis dan penuh perhatian. Mereka mampu berbaur dengan
segala jenis orang, dan mereka mengembangkan jaringan hubungan kerjasama
yang lebih besar.
5. Ketrampilan Teknis dan Kognitif. Bagi kebanyakan manajer yang
menyimpang, kecerdasan teknisnya merupakan sebuah sumber pemecahan
masalah yang berhasil serta keberhasilan teknis pada tingkat manajemen yang
lebih rendah, yang biasanya disini keahliannya lebih besar daripada yang
dimiliki para bawahan. Beberapa manajer yang menyimpang hanya memiliki
keahlian teknis pada sebuah bidang fungsionalyang sempit. Para manajer yang
sukses lebih besar kemungkinannya akan memiliki pengalaman dalam
berbagai macam fungsi dan situasi di mana mereka memperoleh perspektif
dan keahlian yang lebih luas dalam menangani berbagai jenis masalah yang
berbeda.
Ciri dan Efektivitas Manajerial
Tinjauan mengenai program penelitian utama memperlihatkan bahwa para peneliti
telah mempelajari sejumlah ciri kepribadian yang berbeda yang berhubungan dengan
efektivitas manajerial dan promosi dirinya. Bagian ini akan meringkaskan dan
mengintegrasikan penemuan mengenai aspek kepribadia yang paling relevan bagi
kepemimpinan efektiv dari para manajer dan para administrator dalam organisasi yang besar.
Ciri-ciri yang memprediksikan efetivitas kepemimpinan
a) Tingkat energi tinggi dan toleransi terhadap tekanan.
b) Rasa percaya diri
c) Pusat kendali internal
d) Kestabilan dan kematangan emosional
e) Integritas pribadi
f) Motivasi kekuasaan
g) orientasi kepada keberhasilan
h) Kebutuhan akan afilasi
Tingkat Energi dan Toleransi Terhadap Tekanan
Tigkat energi yang tinggi dan toleransi terhadap tekanan membantu para manajer
menanggulangi tingkat kecepat kecepatan yang tinggi, jam-jam kerja yang panjang, serta
permintaan yang tidak ada habisnya terhadap kebanyakan pekerjaan manajerial. Pekerjaan
manajerial serigkali mempunyai tingkat tekanan yang tinggi dikarenakan tekanan untuk
membuat keputusan penting tanpa informasi yang mencukupi serta kebutuhan untuk
memecahkan konflik peran dan memuaskan permintaan yang saling bertentangan.
Toleransi terhadap tekanan khususnya penting bagi para manajer yang harus
menanggapi situasi yang merugikan, dimana reputasi dan karier manajer itu berada, atau
kehidupan dan pekerjaan para bawahaan, tergantung pada keseimbangan itu. Sebagai
tambahan terhadap pengambilan keputusan yang lebih baik, seorang pemimpin yang
memiliki toleransi terhadap tekanan dan ketenangan yang tinggi akan lebih besar
kemugkinannya untuk tetap tenang dan memberikan pengarahan yang mantap dan pasti
terhadap para bawahan dalam situasi kritis.
Rasa Percaya Diri
Isitilah percaya diri didefinisikan secara umum untuk memasukan berbagai konsep
yang saling berhubungan seperti harga diri dan kemajuan diri. Rasa percaya diri berbeda
antara para manajer yang efektif dan yang tidak efektif dalam studi mengenai peristiwan
kritis oleh boyatzis (1982).
Sejumlah prilaku yang berhubungan dengan rasa percaya diri mungkin dapat
menjelaskan bagaimana hal ini memudahkan efektivitas kepemimpinan. Tanpa adanya rasa
percaya diri yang kuat, seorang pemipin lebih kecil kemungkinannya untuk membuat upaya
mempengaruhi, dan setiap upaya mempengaruhi yang dilakukan akan lebih kecil
kemungkinannya untuk berhasil. Oara pemipin yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi
akan lebih kemungkinannya untuk mencoba tugas yang sulit dan menetapkan sasaran yang
menantang baginya.
Pusat Kendali Internal
Ciri lain yang terlihat relevan bagi efetiviras manajerial disebut ‘orientasi pusat
kendali’’ yang diukur dengan skala kepribadian yang dikembangkan oleh Rotter (1966).
Orang yang memiliki pusat kendali internal yang kuat (disebut “internal). Sebaliknya, orang
yang memiliki orientasi kendali eksternal yang kuat (disebut”eksternal) yakin bahwa
peristiwa kebanyakan ditentukan oleh sesuatu kebetulan atau nasib dan mereka tidak dapat
berbuat apa pun untuk memperbaiki hidup mereka.
Kestabilan dan Kematangan Emosional
Istilah kematangan emosional dapat didefinisikan secara luas yang menyangkut
berbagai motif, ciri dan nilai yang saling berhubungan. Seseorang yang matang secara
emosional dapat menyusuaikan diri dengan baik dan tidak menderita kekacauan psikologis
yang berat. Orang yang memiliki kematangan emosional yang tinggi tidak terlalu
egonistis(mereka lebih mementingkan oranglain), mereka lebih banyak memiliki kendali
terhadap diri sendiri (tidak implusif, lebih stabil untuk melawan godaan yang hedonistis),
memiliki lebih banyak emosi yang stabil (tidak mudah berpindah dari keadaan jiwa yang
ekstrem atau sentakan kemarahan), dan mereka tidak terlalu bersikap defensif (mereka lebih
dapat menerima kritik, lebih bersedia belajar dari pengalaman)
Integritas Pribadi
Integritas berarti bahwa prilaku seseorang konsisten dengan nilai yang menyertainya,
dan orang tersebut bersifat jujur, etis dan dapat dipercaya. Integritas merupakan penentu
utama mengenai apakah orang akan merasakan bahwa seseorang pemimpin dapat dipercaya
atau tidak. Berbagai jenis prilaku berhubungan dengan integritas. Sebuah petunjuk penting
tentang integrias adalah sejauh mana orang itu jujur dan dapat dipercaya darpada
memperdayanya. Para pemimpin akan kehilangan kredibilitas bila orang menemukan bahwa
mereka telah berbohong atau membuat pernyataan yang menyimpang secara berlebihan dari
yang segbenarnya. Indikator lain mengenai integritas adalah menetapi janji. Kemudian
indikator lain mengenai integritas adalah sejauh mana seorang pemimpin memenuhi
tanggung jawabnya terhadap pelayanan dan kesetiaan dari para pengikutnya.
Motivasi Kekuasaan
Sesorang yang memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan senang
mempengaruhi orang lain maupun peristiwa, dan besar kemungkinan berusaha untuk
mendapatkan posisi otoritas. Orang yang memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan
mencari posisi otoritas dan kekuasaan, dan lebih besar kemungkinannya bagi mereka untuk
membiasakan diri dengan politik kekuasaan organisasi.
Para manajer di organisasi yang besar harus menggunakan kekuasaan untuk
mempengaruhi para bawahan, rekan sejawat, dan atsan. Suatu kebutuhan akan kekuasaan
memang diperlukan, namun efektivitas seorang manajer juga tergantung pada bagaimana
kebutuhan tersebut dapat diwujudkan. Para manajer yang memiliki orientasi kepada suatu
kekuasaan yang personal menggunakan kekuasaan untuk membesarkan diri mereka sendiri
status yang kuat.
Orientasi kepada Keberhasilan
Orientasi kepada kebrhasilan termasuk sejumlah sikap, nilai dan kebutuhan yang
saling berhubungan: kebutuhan akan keberhasilan, keinnginan untuk unggul, dorongan untuk
berhasil, kesediaan untuk memikul tanggung jawab, dan perhatian terhadap sasaran tugas.
Orientasi keberhasilan yang kuat juga dapat menghasilkan prilaku yang merendahkan
efektivitas manajerial. Motivasi akan keberhasilan hanya akan meningkatkan efektivitas
kepemimpinan bila ditempatkan lebih rendah daripada suatu kebutuhan yang kuat akan
kekuasaan sosialisasi, sehingga usaha-uusaha manajer tersebut diarahkan kepada membangun
sebuah tim yang berhasil.
Kebutuhan akan Afiliasi
Orang yang memiliki kebutuhan yang kuat akan afilasi akan mendapatkan kepuasan
yang besar karena disukai dan diterima orang lain. Tidak efektifnya para manajer yang
memiliki kebutuhhan yang tinggi akan afilasi dapat dipahami dengan meniliti pola prilaku
umum bagi manajer. Mereka mencoba menghindari konflik atau lebih suka menghaluskan
daripada menghadapi perbedaan yang benar-benar ada.
Lima Besar Ciri Kepribadian
Lima ciri kepribadian yang terdefinisi luas dalam taksonomi adalah surgency, dapat
diandalkan, menyenangkan, penyesuaian dan intelektansi.
Hubungan antara lima besar ciri dengan ciri khusus
Bedasarkan Hogan, Curphy & hogan (1994)
Hubungan antara lima besar ciri Ciri khusus
Surgency
Kehati-hatian
Ramah Tamah
Penyesuaian
Intelektansi
Ekstroversi (ramah)
Tingkah energi dan aktivitas
Kebutuhan akan kekuasaan (asertif)
Dapat Diandalkan
Integritas Pribadi
Kebutuhan akan keberhasilan
Ceria dan optimistik
Mengasuh (simpatik, membantu)
Kebutuhan akan afilasi
Kestabilan emosional
Harga Diri
Pengendalian Diri
Rasa ingin tahu
Berpikiran terbuka
Berorientasi belajar
Tabel diatas memperlihatkan bagaimana kelima kategori luas tentang ciri tersebut sesuai
dengan banyak ciri khusus yang ditemukan relevan untuk kemunculan, kemajuan, atau
efektivitas kepemimpinan dalam studi-studi atas ciri yang ditinjau sebelumnya.
KETRAMPILAN DAN EFEKTIVITAS MANAJERIAL
Studi awal mengenai ciri dan penelitian lainnya yang dijelaskan dalam bab ini
mengidentifikasikan sejumlah ketrampilan manajerial yang relevan dengan efektivitas
manajerial.
#Ketrampilan teknis
Ketrampilan teknis meliputi pengetahuan tentang metode, proses dam perlengkapan
untuk melakukan aktivitas khusus dari unit organisatoris manajer itu. Ketrampilan teknis juga
meliputi pengetahuan faktual tentang organisasi (peraturan, struktur, sistem manajemen,
karakteristik karyawan) dan pengetahuan tentang produk dan jasa organisasi(spesifikasi
teknis, kekuatan dan keterbatasan). Perolehan dari pengetahuan teknis dipermudah oleh
ingatan yang baik mengenai rincian, serta kemampuan untuk belajar materi teknis dengan
cepat.
Para manajer yang mengawasi pekerjaan dari orang lain membutuhkan pengetahuan
yang amat luas mengenai teknis dan peralatan yang digunakan para bawahan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Pengetahuan teknis khususnya relevan bagi manajer yang
bersifat wirausahawan. Visi yang inspirasiolan dari sebuah produk atau jasa terlihat dapat
timbul dari mana saja, namun sebenarnya merupakan hasil dari belajar serta pengalaman
yang bertahun-tahun lamanya.
#Ketrampilan Koseptual
Ketrampilan koseptual (atau”kognitif”) meliputi kemampuan analitis, berpikir logis,
membentuk konsep, pemikiran yang induktif, dan pemikiran deduktif. Dalam ari umumnya ,
ketrampilan koseptual termasuk penilaian yang baik, dapat melihat kedepan, intuisi,
kreativitas, dan kemampuan untuk menemukan arti dan keteraturan dalam peristiwa yang
tidak pasti dan ambigu.
Salah satu jenis ketrampilan konseptual, disebut kompleksitas kognitif, termasuk
kemampuan untuk menggunakan isyarat untuk membuat perbedaan dan mengembangkan
kategori untuk menggolongkan sesuatu, demikian juga kemampuan untuk mengidentifikasi
hubungan yang komplex dan mengembangkan solusi kreatif pada masalah. Ketrampilan
konseptual penting bagi perencanaan yang efektif, mengorganisasi, serta pemecahan masalah.
Untuk mencapai koordinasi yang efektif, seorang manajer perlu memahami bagaimana
berbagai bagian organisasi itu saling berhubungan satu sama lain dan bagaimana perubahan
pada satu bagian dari sistem itu berdampak pada bagian yang lain.
#Kecerdasan Antar Pribadi
Kecerdasan antar pribadi (juga disebut”kecerdasan sosial”) meliputi pengetahuan
mengenai prilaku manusia dan proses kelompok, kemampuan untuk mengerti perasaan,
sikap, serta motivasi dari orang lain dan kemampuan untuk mengkomunikasikan dengan jelas
dan persuasif.
Kecerdasan antar pribadi seperti empati, wawasan sosial, daya tarik, kebijaksanaan
dan dipolamasi, sifat persuasif, dan kemampuan komunikasi lisan penting untuk
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja sama dengan para bawahan, atasan ,
rekan kerja, dan orang luar. Kecerdasan antar pribadi juga penting untuk mempengaruhi
orang. Empati dan pemahaman sosial berarti kemampuan untuk mengerti motivasi, nilai dan
emosi seseorang. Kecerdasan antar pribadi juga memperkuat efektivitas dari prilaku yang
berorientasi hubungan. Kecerdasan antarpribadi yang kuat membutan seorang manajer untuk
mendengarkan , simpatik, dan tidak memberikan penilaian kepada persoalan sesorang,
keluhan, atau kecaman.
KOMPETENSI LAINNYA YANG RELEVAN
Pada beberapa tahun terakhir ini telah didefinasikan tambahan kompetensi
kepemimpinan, termasuk kecerdasan emosional. Kecerdasan sosial, dam metaconition,
walaupun kompetinsi ini dapat dianggap sebagai ketrampilan, masing-masing melibatkan
sekelompok ketrampilan dan ciri yang berhubungan, yang membuatnya sulit untuk
mencocokan kompetensi itu ke dalam salah satu dari tiga kategori ketrampilan umum.
Kecerdasan Emosional
Emosi merupakan perasaan yang kuat yang menuntut perhatian dan besar
kemungkinannya mempengaruhi proses dan prilaku kognitif. Contoh dari emosi meliput,
kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, rasa jijik, malu, terkejut, dan cinta.
Kecerdassan emosional didefinisikan sebagai batas dimana seseorang menyesuaikan diri
dengan perasaanya dan dengan perasaan orang lain. Kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengintegrasikan emosi dan alasa sedemikian rupa, sehingga emosi
digunakan untuk memudahkan proses kognitif, dan emosi dikelola secara kognitif.
Kecerdasan emosional meliputi beberapa ketrampilan komponen yang saling
berhubungan. Aspek lain dari kecerdasan emosional yang membutuhkan kesadaran diri dan
ketrampilan komunikasi adalah kemampuan untukk mengekspresikan perasaan seseorang
secara akurat kepada orang lainnya dengan bahasa dan komunikasi non-verbal.
Meski demikian, hanya ada sedikit penelitian untuk mendukung usulan hubungan
antara kecerdasan emosional dan efektivitas kepemimpinan. Kenaikan yang signifikan dalam
kecerdasan emosional barangkali membutuhkan pelatihan individual yang intensif, umpan
balik yang relevan, dan keinginan yang kuat untuk pengembangan pribadi yang cukup besar.
Kecerdasan Sosial
Kecerdasan soial didefinisikan sebagai kemampuan untuk menentukan persyaratan
untuk kepemimpinan dalam suatu situasi tertentu dan memilih sebuah respon yang tepat
(cantor &kihlstrom, 1987; ford, 1986; zaccaro, gilbert, thor & mumford,1991). Kedua
komponen utama dari kecerdasan sosial adalah sifat perspektif sosial dan fleksibilitas prilaku.
Sifat perspektif sosial adalah kemampuan untuk memahami kebutuhan fungsional,
masalah, dan kesempatan yang relevan bagi sebuah kelompok atau organisasi, hubungan
sosial dan proses kolektif yang akan memperkuat atau membatasi upaya untuk
mempengaruhi kelompok atau organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki sifat perspektif
sosial yang tinggi memahami apa yang harus dilakukan agar membuat sebuah kelompok atau
organisasi mennjadi lebih efektif dan bagaimana melakukannya.
Fleksibilitas prilaku adalah kemampuan dan kesediaan untuk meragamkan prilaku
seseorang untuk memudahkan persyaratan situasional. Seorang pemimpin yang memiliki
fleksibilitas prilaku yang tinggi mengetahui bagaimana dan bersedia untuk menggunakan
berbagai prilaku berbeda.
Kemampuan untuk Belajar
Dalam lingkungan yang bergolak dimana organisasi harus terus-menerus beradaptasi,
melakukan inovasi, dan menemukan diri mereka kembali, para pemimpin harus cukup
fleksibel untuk belajar dari kesalahan, mengubah asumsi dan keyakinan mereka dan
memperbaiki model mental mereka. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan
beradaptasi terhadap perubahan barangkal melibatkan ciri dan juga ketrampilan. Ciri ini
terlihat sama dengan yang terkait dengan kecerdasan emosional dan sosial. Orientasi kepada
keberhasilan, kestabilan emosional, intelektansi, pengawasan diri dan orientasi pusat kendali
internal semuanya terlihat relevan untuk belajar dari pengalaman keberhasilan dan kegagalan.
Para manajer yang memiliki ciri berpikiran terbuka, mereka memilih keyakinan dan rasa
ingin tahu terhadap eksperimen dengan pendekatan baru, dan secara aktif mereka mencari
umpan balik mengenai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.
RELEVANSI SITUASIONAL DARI KETRAMPILAN
Para manajer membutuhkan banyak jenis ketrampilan untuk memenuhi persyaratan
peran mereka, tetapi relativ pentingnya berbagai ketrampilan itu bergantung pada situasi
kepemimpinan. Variabel moderator situasional yang relevan meliputi tingkat manajerial,
jenis organisasi, dan sifat dari lingkungan eksternal.
Ketrampilan yang Dibutuhkan pada Tingkatan Berbeda
Satu aspek situasi yang mempengaruhi pentingnya ketrampilan adalah posisi sorang
manajer dalam hirarki otoritas dari organisasi. Prioritas ketrampilan pada tingkaat manajemen
berbeda berhubungan dengan membedakan persyaratan peran pada setiap tingkatan.
Persyaratan ketrampilan bagi para manajer pada setiap tingkatan cukup bervariasi bergantung
pada jenis organisasi, besarnya, struktur organisasinya. (Mc Lennan, 1967). Sebagai contoh,
ketrampilan teknis lebih penting bagi para eksekutif puncak dalam organisasi dimana
keputusan operasi sangat terpusat. Hal serupa, dibutuhkan lebih banyak ketrampilan teknis
dari para eksekutif puncak yang memiliki peran yang khusussecara fungsional (ex:
melakukan penjualan kepada pelanggna penting, rancangan produk) selain tanggung jawab
administratif umum.
Syarat Ketrampilan dan Lingkungan Eksternal
Ketrampilan yang dibutuhkan seorang manajer yang bersifat wirausahawan untuk
membangun sebuah organisasi yang baru tidak sama dengan ketrampilan yang dibutuhkan
seorang kepala ekskutif sebuah organisasi yang besar dan sudah mapan. Bersama dengan
terus meningkatnya langkah globalisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan sosial, akan
terdapat sebuah premium atas kompetensi seperti kerumitan kognitif, kecerdasan emosional
dan sosial, kesadaran diri, sensitvitas budaya, fleksibilitas prilaku dan kemampuan untuk
belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap perubahan.
EVALUASI TERHADAP PENELITIAN TENTANG CIRI
Kemajuan yang cukup berarti tekah dibuat dalam mengidentifikasi ciri dan
ketrampilan yang relevan bagi efektivitas dan kemajuan manajerial. Sifat dari kebanyakan
ciri membatasi kegunaannya untuk memhami efektivitas. Sulit untuk menginterpretasikan
relevansi ciri yang abstract kecuali dengan menguji bagaimana ciiri-ciri ini diekspresikan
dalam prilaku sebenarnya dari para pemimpin. Kematangan emosional mempengaruhi
kapasitas sesorang pemimpin untuk belajar dari umpan balik dan pengalaman untuk
mengadaptasikan prilaku terhadap kondisi yang berubah. Kecerdasan emosional
mempengaruhi kapasitas seorang pemimpin untuk memproses informasi dan membuat
analisis yang rasional.
Terkadang keseimbangan berarti melunakkan sesuatu ciri dengan yang lainnya, yang
berarti kembali kepada analisis dari pola-pola ciri. Misalnya, para pemimpin yang efektif
menyeimbangkan suatu kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi dengan kematangan
emosional yang diminta untuk memastikan agar para bawahan diberikan kekuasaan bukannya
dominasi. Konsep dari keseimbangan telah dijelaskan bagi individual, tetapi ini juga berlaku
pada kepemimpinan bersama. Sebagai contoh, keseimbangan dapat menyangkut berbagai
pemimpin yang berbeda dalam sebuah tim manajemen yang memiliki atribut tambahan yang
mengompensasikan kelemahan dan meningkatkan kekuatan lainnya.
APLIKASI: PEDOMAN BAGI PARA MANAJER
Ketrampilan dan ciri khusus secara positif berhubungan dengan efektivitas manajerial
serta kemajuan memiliki beberapa implikasi yang praktis bagi orang dalam merencanakan
karier mereka sendiri sebagai seorang manajer.
 Memahami kekuatan dan kelemahan anda
Para manajaer yang efektif memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kekuatan
dan kelemahan mereka sendiri. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dapat
diperoleh melalui pemantauan prilaku dirinya sendiri hasil dari prilaku tersebut.
 Mengembangkan ketrampilan yang relevan
para manajer yang efektif adalah lebih berorientasi menuju pembelajaran
berkelanjuatan dan pengembangan diri.
 Mengingat bahwa sebuah kekuatan dapat menjadi sebuah kelemahan
Sebuah ciri atau ketrampilan yang merupakan sebuah kekuatan dalam sebuah situasi,
nantinnya dapat menjadi sebuah kelemahan saat situasinya berubah. Orang cenderung
menekankan sebuah ketrampilan yang membawa keberhasilan berulang pada awal
karier mereka, dan kemudian saat hal itu tidak lagi relevan, kekuatan tersebut menjadi
sebuah kelemahan.
 Memberikan kompensasi atas kelemahan
Salah satu cara untuk memberikan kompensasi atas kelemahan adalah dengan
memilih bawahan yang memiliki kekuatan yang melengkapi dan membiarkan mereka
mengambil tanggung jawab untuk aspek-aspek pekerjaany yang lebih mampu mereka
laksanakan.

Anda mungkin juga menyukai