“GAP (Good Agricultural Practices)
“UUD NO. 16 TAHUN 2006”
“P4S (PUSAT, PELATIHAN, PEDESAAN SWADAYA)”
Dewasa Ini Di Tingkat Global Telah Terjadi Perubahan Nilai Dan Konsep Pada
Konsumen Terhadap Produk-Produk Pertanian Yang Mereka Konsumsikan. Hal Ini
Mengakibatkan Terjadinya Perubahan Perilaku Dan Sikap Mereka Dalam Membeli
Suatu Produk Agrisbisnis. Meningkatnya Kesadaran Konsumen Akan Kaitan
Kesehatan Dan Kebugaran Dengan Konsumsi Makanan, Telah Meningkatkan
Tuntutan Konsumen Akan Nutrisi Produk-Produk Yang Sehat, Aman Dan
Menunjang Kebugaran. Keamanan Pangan Menjadi Kunci Yang Menentukan
Kualitas Produk Pangan.
Deininger (2006) Menyatakan Kelemahan Dalam Penanganan Sistem
Keamanan Pangan Dapat Menyebabkan Biaya Yang Tinggi Bagi Masyarakat Dan
Berakibat Bagi Ekonomi Global. World Health Organization (Who) Memperkirakan
Kurang Lebih 2,2 Juta Orang Di Dunia Meninggal Akibat Penyakit Diare Yang
Disebabkan Oleh Bakteri, Virus, Dan Organisme Patogen Yang Disebarkan Oleh Air
Yang Telah Terkontaminasi. Di India Diperkirakan 20 Persen Kematian Dari Balita
Disebabkan Oleh Penyakit Diare. Saat Wabah Sars Menyebar Di Asia Timur Tahun
2003 Ternyata Menyebabkan Hilangnya Pertumbuhan Ekonomi Sebesar 2 Persen
Dari Wilayah Tersebut Pada Seperempat Tahun Pertama, Walaupun Hanya 800
Orang Yang Akhirnya Meninggal Akibat Penyakit Tersebut.
Sedangkan Lowy Institut For International Policy (2006) Memperkirakan
Mewabahnya Penyakit Avian Invluenza Menyebabkan Meningkatnya Biaya Ekonomi
Bagi 1,4 Juta Penduduk Dunia Yang Mendekati 0,8 Persen Gdp Dunia Atau Sekitar
Us$ 330 Miliar. Sedangkan Di Lain Pihak Timbulnya Peningkatan Reaksi Di
Berbagai Negara Untuk Melindungi Negaranya Dari Ancaman Kemanan Pangan
Dapat Menyebabkan Konsekuensi Negatif Bagi Negara Pengekspor Pangan.
Diperkirakan Akibat Dari Pemberlakuan Penyelarasan Nilai Standar Aflatoksin Bagi
15 Negara Eropa Oleh Uni Eropa Dari Bahan Makanan Impor 9 Negara Afrika Telah
Menyebabkan Berkurangnya Ekspor Negara Afrika Sebanyak 64 Persen Atau Senilai
Us$ 670 Juta.
Meningkatnya Kesadaran Konsumen Akan Produk Pertanian Yang Aman Bagi
Kesehatan Dan Kebugaran, Aman Bagi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Aman
Bagi Kualitas Dan Kelestarian Lingkungan Hidup Mendorong Dikembangkannya
Berbagai Persyaratan Teknis Bahwa Produk Harus Dihasilkan Dengan Teknologi
Yang Akrab Lingkungan. Penilaian Terhadap Aspek Keselamatan Kerja, Kesehatan
Konsumen Dan Kualitas Lingkungan Dilakukan Pada Keseluruhan Proses Agribisnis
Dari Hulu Sampai Hilir (Pemasaran). Konsumen Hijau Mendesak Wto Agar
Perubahan Sikap Perilaku Dan Permintaan Akan Kualitas Produk-Produk Pertanian
Diintegrasikan Dalam Kebijakan Perdagangan Internasional Produk-Produk
Pertanian. Permintaan Dan Desakan Konsumen Kemudian Ditampung Dan
Diperhatikan Oleh Organisasi Perdagangan Dunia (Wto). Hal Tersebut Di Ataslah
Yang Juga Turut Mendorong Berbagai Negara Di Belahan Dunia Untuk Menerapkan
Praktek Pertanian Yang Baik Atau Good Agricultural Practices (Gap)
Meskipun Secara Umum Implikasi Dari Perdagangan Bebas Ternyata Belum
Sepenuhnya Dapat Diterapkan Untuk Indonesia. Hal Ini Dapat Ditegaskan Oleh
Achterbosch (2004) Yang Menyatakan Bahwa Meskipun Rezim Perdagangan Di
Indonesia Yang Cukup Bebas Telah Lama Diberlakukan Semenjak Menghadapi
Krisis Asia Akhir Tahun 1990, Diperkirakan Hanya Sedikit Masyarakat Pertanian
Dengan Skala Kesejahteraan Kecil Menengah Yang Mendapat Efek Langsung Dari
Perdagangan Bebas. Hal Ini Disebabkan Masih Minimnya Integrasi Pertanian Di
Indonesia Dengan Perdagangan Bebas.
Sementara Itu, Kondisi Dunia Pertanian Di Indonesia Sendiri Juga Mengalami
Tantangan Yang Cukup Merisaukan, Salah Satunya Adalah Terjadinya Konversi
Lahan Yang Cukup Besar. Mariyono Et All (2007) Menyatakan Konversi Lahan
Pertanian Mengakibatkan Dua Dampak Yang Sangat Tidak Menguntungkan Baik
Secara Ekonomi Maupun Ekologi. Secara Ekologi Konversi Lahan Akan
Menyebabkan Menurunnya Daya Dukung Lahan. Konversi Lahan Pertanian Juga
Secara Potensial Dapat Menyebabkan Berkurangnya Produksi Air Tanah Dan
Menyebabkan Banjir. Sedangkan Secara Ekonomi Konversi Lahan Tidak Hanya
Berimbas Pada Berkurangnya Lahan Dan Produksi Pertanian, Tetapi Juga
Menyebabkan Berkurangnya Kesempatan Kerja Baik Bagi Buruh Tani Maupun
Pemilik Lahan, Berkurangnya Investasi Infrastruktur Di Bidang Pertanian, Seperti
Irigasi, Kelembagaan, Dan Menyebabkan Konsekuensi Negatif Bagi Lingkungan.
Secara Umum Konversi Lahan Pertanian Dalam Jangka Panjang Akan
Menurunkan Kesejahteraan Petani, Yang Dapat Diidentifikasikan Dari Penurunan
Luas Lahan Milik Dan Luas Lahan Garapan, Penurunan Pendapatan Pertanian, Serta
Tidak Signifikannya Pendapatan Non Pertanian (Ruswandi, Et All, 2007).
Besarnya Tuntutan Akan Produk Pangan Yang Baik, Sehat Dan Berwawasan
Lingkungan Adalah Suatu Hal Yang Tidak Dapat Terelakkan. Peningkatan Tingkat
Pendidikan Dan Ekonomi Masayrakat Mengekibatkan Tuntutan Baru Akan Pangan
Di Berbagai Belahan Dunia. Kondisi Tersebut Mau Tidak Mau Harus Dihadapi Oleh
Indonesia. Tuntutan Akan Produk Pangan Yang Aman Tidak Hanya Dipandang
Sebagai Hambatan Bagi Dunia Pertanian Di Indonesia, Namun Juga Harus Dilihat
Sebagai Sebuah Tantangan Dan Peluang Bagi Para Stakeholder Di Bidang Pertanian
C. Implementasi Penerapan Gap Dalam Agribisnis Di Indonesia