Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA

2015, Vol. 4, No. 1, 1-13

GAMBARAN FOLLOWERSHIP PADA KARYAWAN SHM

Mirna Efar dan Hana Panggabean


Magister Psikologi Profesi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
efar.mirna@gmail.com; hanaatmoko@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran tipe followership karyawan SHM,
yang bergerak pada bisnis print media. Dengan mengetahui tipe followership para
karyawannya, organisasi dapat mengelola mereka dengan cara yang paling sesuai untuk
pencapaian tujuan organisasi. Karena proporsi kontribusi pemimpin tidak sebesar kontribusi
dari pengikut, maka gambaran tipe followership menjadi penting bagi organisasi untuk
diketahui sebagai langkah awal untuk menentukan cara pengelolaan karyawan yang sesuai.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner followership yang dikembangkan oleh Robert Kelley. Kuesioner
ini diberikan kepada seluruh karyawan SHM (99 orang). Hasil penelitian menunjukkan
gambaran tipe followership karyawan SHM didominasi oleh dua tipe utama yaitu tipe
pragmatist follower (53,12%) dan tipe exemplary follower (46,88%). Berdasarkan hasil
tersebut, rekomendasi diberikan kepada manajemen puncak tentang followership karyawan
SHM dan pendekatan yang sesuai untuk mengelolanya.

Kata kunci: followership, follower, leadership

Abstract

The aim of this study is to describe the followership type of the employees of SHM—
an organization committed in printed media. By knowing the followership type of its
employees, an organization can manage each of them efficiently to achieve the organization’s
goal. Because a leader’s contribution is less than the workers’ contribution for the
organizational success, knowing the employees’ followership type is pivotal for the further
management of each worker. This study used quantitative approach, using followership
questionnaire developed by Robert Kelley. The questionnaires were distributed to all SHM
employees, with the total of 99 workers. The results showed that SHM employees are mostly
pragmatic followers (53.12%), while the rest are exemplary followers (46.88%). The
intervention recommendation was informed to the higher-ups using survey-feedback
framework; the information included the followership type of SHM employees and the
effective way to manage them.

Keywords: followership, follower, leadership

Organisasi masih belum menyadari mempengaruhi kinerja pemimpin dalam


bahwa seorang pemimpin yang baik tidak organisasi (Shamir, 2007). Kelley (1992)
akan dapat mencapai keberhasilan yang menyebutkan bahwa proporsi kontribusi
diharapkan jika tidak memiliki pengikut pemimpin justru tidak sebanyak kontribusi
yang dapat diandalkan. Sejumlah dari pengikut. Pemimpin dinilai mampu
penelitian yang telah dilakukan bahkan memberikan kontribusi maksimal
menyatakan bahwa pengikut dapat sebanyak 20%, dan sisanya sebanyak 80%
1
merupakan kontribusi pengikut dalam melakukan aktivitas. Jika dilihat dari
mencapai kesuksesan organisasi. analogi tersebut, baik pemimpin maupun
Kellerman (2008) menegaskan pengikut memiliki kontribusi bagi
bahwa pengikut memiliki peran yang sama kelangsungan organisasi. Menurut
pentingnya dengan seorang pemimpin. Hasibuan (dalam Agustina, 2009), pola
Peran pengikut saat ini telah bergeser, interaksi antara pemimpin dan pengikut
tidak lagi sekedar untuk mengikuti arahan dilakukan untuk merealisasikan rencana
pemimpin, namun memiliki peran aktif tindakan yang telah disepakati, guna
sebagai collaborator, assessor, influencer, mencapai tujuan organisasi.
dan constructor bagi para pemimpin. Sebagai perusahaan print media,
Menurut Thach, Thompson, & Morris SHM menghadapi berbagai tantangan dari
(2006); Woods et. al. (2009), followership pihak eksternal. Perkembangan bisnis print
merupakan kemampuan seseorang dalam media di Indonesia menunjukkan
mengikuti arahan dan memberi dukungan kemajuan yang sangat pesat dari waktu ke
secara efektif kepada pemimpin dan waktu. SHM harus berhadapan dengan
organisasi. Dengan demikian, suatu berbagai perubahan yang terjadi dengan
perilaku yang dimunculkan dari pengikut cepat, seperti perubahan teknologi yang
kepada pemimpin dan organisasi terus berkembang dan kebutuhan pembaca
didefinisikan sebagai followership akan informasi yang terkini. SHM yang
(Kellerman, 2008; Woods, et al., 2009). awalnya memonopoli bisnis media, kini
Followership memang merupakan juga harus berkompetisi dengan
konsep yang masih jarang dibahas dan perusahaan media lainnya. Kondisi-
diteliti, terutama di Indonesia. Namun, kondisi di atas ternyata menjadi tantangan
tema followership ini mulai marak dibahas yang tidak mudah bagi SHM, tampak dari
untuk meningkatkan kesadaran organisasi penurunan performa bisnis perusahaan
akan pentingnya peran pengikut. Menurut tersebut beberapa tahun terakhir ini, dan
Kelley (1992), tidak semua orang dalam kini dapat dikategorikan pada kondisi
organisasi bekerja untuk mengejar dan stagnan. Hal ini tampak dari data keuangan
mendapatkan peran sebagai pemimpin. yang menunjukkan kinerja perusahaan
Organisasi juga terdiri dari orang-orang kurang baik selama empat tahun terakhir.
yang memilih untuk mengabdikan diri Masih kuatnya pandangan yang
dengan kemampuan yang dimiliki untuk berorientasi pada perspektif pemimpin
menggerakkan dan memajukan organisasi. sebagai sumber solusi, tampak pada
Dalam implementasinya, pemimpin langkah yang diambil SHM saat terjadi
dan pengikut memang harus saling penurunan bisnis. Melihat performa
berinteraksi dan bekerja sama untuk organisasi yang kurang baik, manajemen
mencapai keunggulan yang kompetitif SHM beberapa kali melakukan perubahan
bagi organisasi. Bagi organisasi, pemimpin pemimpin puncak. Hal tersebut dilakukan
berperan sebagai pengambil keputusan, dengan harapan dapat mengembalikan
dan pengikut sebagai pelaksana keputusan bahkan meningkatkan performa organisasi.
(Kaplan & Norton, 2004). Sebagai Para pemimpin yang ditunjuk untuk
analoginya, pemimpin diibaratkan sebagai memimpin SHM merupakan para
otak dan pengikut sebagai anggota tubuh. pemimpin pilihan yang memiliki kisah
Otak bertugas untuk mengkoordinasikan sukses dari berbagai industri. Cara ini
gerak bagi anggota tubuh untuk melakukan sudah diupayakan SHM selama dua tahun
aktivitas tertentu, apabila anggota tubuh terakhir, namun belum menunjukkan hasil
tidak dapat berfungsi sempurna, maka yang diharapkan. Menurut Kelley (1992),
kemampuan ataupun kecepatan gerak seorang pemimpin belum tentu mampu
orang tersebut dapat terganggu dalam memimpin anak buah dari jenis industri
2
yang berbeda. Pemimpin perlu memahami mudah mengkritisi sesuatu namun tanpa
bahwa pengikut dari industri yang diiringi partisipasi yang positif. Hal
berbeda, memiliki karakteristik yang berbeda disampaikan oleh pihak top
berbeda pula. management lainnya yang menyampaikan
Misalnya, pada bisnis unit bahwa karyawan memang tampak kurang
manufacturing, karyawan bekerja setiap disiplin untuk datang tepat waktu, meski
langkahnya mengandalkan SOP yang telah demikian mereka menunjukkan kesediaan
ditentukan perusahaan. Dengan demikian, pulang larut malam, misalnya untuk
sebagai karyawan justru terbiasa bekerja memastikan artikel sudah diterbitkan. Hal
dengan mengikuti prosedur yang ada. tersebut dinilai sebagai bentuk keterlibatan
Sedangkan pada bisnis print media, aktif dari karyawan untuk kepentingan
karyawan bekerja di lapangan menghadapi organisasi. Di samping itu, karyawan juga
kondisi yang tidak menentu. Karyawan dianggap sudah cukup mandiri dalam
terbiasa bekerja fleksibel, tidak terpaku mengkritisi berbagai situasi tidak menentu
pada prosedur yang ada untuk yang dihadapi di lapangan.
menyelesaikan persoalan yang dihadapi di Selama ini, organisasi menerapkan
lapangan. Dalam bisnis print media, berbagai strategi dan kebijakan untuk
pekerjaan yang harus dilakukan karyawan meningkatkan performa, namun kurang
lebih banyak berhadapan dengan kondisi- memperhatikan pengikut yang menjadi
kondisi yang tidak menentu di lapangan. penggerak organisasi. Misalnya, penerapan
Tidaklah heran jika karyawan print media jam kerja yang kaku dan kurang
ditandai dengan fleksibilitas dan mempertimbangkan keunikan karakteristik
kreativitas yang tinggi, seperti adanya pekerjaan mayoritas karyawan sebagai
kebebasan dalam waktu bekerja, pekerja media. Pada dasarnya, maksud dan
kebebasan berkreasi dan menuangkan ide, tujuan pemimpin adalah baik, yakni
bahkan sampai dengan kebebasan dalam ketaatan dan kedisiplinan kerja; namun
menggunakan pakaian kerja. Fleksibilitas kebijakan tersebut tampaknya kurang
sepertinya dianggap dapat memberikan sesuai untuk diterapkan kepada karyawan
ruang bagi karyawan untuk menunjukkan SHM.
dan memaksimalkan kreativitas dan Mengingat bahwa keberhasilan
inovasi mereka dalam memberikan yang sebuah organisasi merupakan peran para
terbaik bagi organisasi. Meski demikian, pemimpin dan pengikut; maka pilihan
tuntutan pekerjaan yang membiasakan terbaik yang dapat dilakukan untuk
karyawan dalam fleksibilitas ini, membuat meningkatkan performa organisasi adalah
mereka cenderung kurang suka diatur. dengan memadukan peran pemimpin yang
Dengan kekritisan yang terasah karena kompeten dan kapasitas yang dimiliki oleh
tuntutan pekerjaaan, membuat mereka juga pengikut. Pemetaan followership
cenderung suka memberikan kritik merupakan metode yang dapat membantu
terhadap organisasi. pemimpin dalam mengelola para
Saat ini, pemimpin puncak SHM pengikutnya untuk mencapai tujuan
memiliki perspektif yang berbeda dalam organisasi (Kelley, 1992). Oleh karenanya,
melihat kondisi para pengikutnya. Salah SHM perlu melihat bagaimana peta
satu pihak top management SHM followership yang terbentuk di dalam
mengungkapkan bahwa karyawan dinilai organisasi. Hasil pemetaan ini dapat
kurang disiplin dan kurang termotivasi menjadi panduan bagi pemimpin untuk
dalam bekerja. Mereka terbiasa datang mengarahkan para pengikutnya dalam
terlambat ke kantor dan tampak enggan mencapai kesuksesan organisasi.
terlibat dalam kegiatan-kegiatan bersama Beberapa penelitian mengenai
organisasi. Di samping itu, mereka dinilai followership dilakukan dari berbagai jenis
3
industri yang berbeda, namun belum jenis penelitian action research, dengan
pernah ada yang melakukan penelitian unit analisisnya adalah individu.
pada organisasi yang bergerak di bidang
industri media. Penelitian followership Responden Penelitian
yang dilakukan di perusahaan otomotif Responden dalam penelitian ini
(Favara, 2009), di perusahaan pemerintah adalah seluruh karyawan tetap SHM, yakni
US Federal (Kim, 2011), di universitas sebanyak 64 orang karyawan. Karakteristik
negeri Botswana (Oyetunji, 2013), dan di responden dalam penelitian ini adalah
salah satu organisasi non profit USA semua karyawan SHM yang telah berstatus
(Varela, 2013); di mana hasil penelitian ini sebagai karyawan tetap, dengan minimal
menunjukkan gambaran karyawan di satu tahun masa kerja di SHM.
masing-masing perusahaan. Pertimbangannya adalah karyawan baru
Menurut Thach, Thompson, & yang belum genap bekerja satu tahun dan
Morris (2006); Woods et. al. (2009), masih berstatus kontrak dinilai masih
followership merupakan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kerja,
seseorang dalam mengikuti arahan dan sehingga belum dapat dilihat tipe
memberi dukungan secara efektif kepada followershipnya secara pasti.
pemimpin dan organisasi. Kelley (1992)
mengusulkan klasifikasi gaya followership Instrumen Penelitian
dalam sebuah matriks yang terdiri dari dua Alat ukur followership diciptakan
dimensi, yaitu keterlibatan (active oleh Robert Kelley (1992) terdiri dari 20
engagement) dan kemampuan berpikir item pernyataan, di mana responden
kritis (independent critical thinking). diminta untuk memilih satu dari tujuh
Berdasarkan dua dimensi tersebut, Kelley derajat frekuensi atas setiap item
menyusun alat ukur followership, yang pernyataan. Pilihan jawaban merupakan
hasilnya dapat mengklasifikasikan lima skala interval dari 0-6, sebagai berikut:
tipe followership: passive follower, Tidak Pernah (0), Sangat Jarang (1),
conformist follower, alienated follower, Jarang (2), Kadang-kadang (3), Cukup
pragmatist follower, dan exemplary Sering (4), Sering (5), dan Selalu (6).
follower.
Tabel 1: Kategori Dimensi Berdasarkan
Skor Total Masing-Masing Dimensi
No Skor Total Dimensi Kategori
1 0-19 Rendah
2 20-40 Sedang
3 41-60 Tinggi
Sumber: Kelley (1992)

Tabel 2: Pemetaan Tipe Followership


Kategori Kategori Dimensi Tipe
No Dimensi Kemampuan Follower-
KeterlibatanBerpikir Kritis ship
Gambar 1. Tipe Folowership (Kelley, 1 Tinggi Tinggi Exemplary
1992) Follower
METODE 2 Tinggi Rendah Alienated
Follower
3 Rendah Tinggi Conformist
Penelitian ini merupakan penelitian
Follower
kuantitatif dan dapat digolongkan dalam 4 Sedang Sedang Pragmatist
4
Follower (dalam bentuk selembar kertas) dan
5 Rendah Rendah Passive softcopy (dalam bentuk google docs),
Follower dengan demikian responden yang sedang
bertugas di luar kantor tetap dapat mengisi
Item-item dalam alat ukur kuesioner tersebut. Kuesioner yang
followership diturunkan dari dimensi kembali sebanyak 64 orang. Data dari
keterlibatan (active engagement) dan penelitian ini diolah menggunakan teknik
dimensi kemampuan berpikir kritis statistik deskriptif untuk menggambarkan
(independent critical thinking). Masing- tipe followership karyawan SHM.
masing dimensi terdiri dari sepuluh item
pernyataan, yang tersebar tidak berurutan HASIL DAN PEMBAHASAN
di dalam kuesioner.
Alat ukur ini diadaptasi ke dalam Hasil
Bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan Tabel 4: Profil Responden Penelitian
konteks penelitian. Adapun tahap-tahap Frek
yang dilakukan meliputi: Karak- Persent
No Kategori uens
teristik ase
1. Proses Translate (Bahasa Indonesia- i
Bahasa Inggris) Jenis Laki-laki 45 75.00%
2. Proses Backtranslate (Bahasa Inggris- Ke-
Bahasa Indonesia) 1 lamin
3. Expert Judgment (N = Perempuan 15 25.00%

4. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur 60)


Followership (versi Bahasa Indonesia) < = 30
12 21.05%
Usia tahun
Pengujian reliabilitas alat ukur
2 (N = 31-40 tahun 20 35.09%
dalam penelitian ini menggunakan teknik 57) 41-50 tahun 22 38.60%
statistik Alpha Cronbach, dan diperoleh > 50 tahun 3 5.26%
hasil koefisien korelasi sebesar 0,876.
Tingkat SMA 7 12.73%
Anastasia dan Urbina (1997) menyebutkan Pendidi D3 9 16.36%
bahwa sebuah alat tes dikatakan memiliki 4 kan S1 37 67.27%
reliabilitas yang tinggi apabila nilai (N = diatas S1
koefisien reliabilitasnya sebesar 0,80-0,90. 55) 2 3.64%
(S2 dan S3)
Dengan demikian, alat ukur followership Divisi Editorial 30 50.85%
dikatakan memiliki tingkat reliabilitas 5 (N = Business 11 18.64%
yang baik, sehingga layak untuk 59) Supporting 18 30.51%
digunakan pada penelitian ini. Staff/
45 75.00%
Tingkat Officer
Tabel 3: Hasil Uji Reliabilitas pada Alat Jabatan Super-
7
Ukur Followership (N = intendent/ 8 13.33%
Cronbach's Alpha N of Items 60) Supervisor
.898 20 Manager 7 11.67%
1-5 tahun 10 17.54%
Masa
Prosedur Penelitian 6-10 tahun 5 8.77%
Kerja
Pengambilan data dilakukan 8 11-15 tahun 15 26.32%
(N =
melalui pengisian kuesioner yang 57) 16-20 tahun 20 35.09%
dibagikan kepada seluruh karyawan SHM. >20 tahun 7 12.28%
Proses pengambilan data di SHM
berlangsung selama dua minggu, dengan Responden dalam penelitian ini
dibantu oleh tim HR SHM. Peneliti didominasi oleh responden pria dari
menyebarkan kuesioner berupa hardcopy kelompok usia 41-50 tahun (38,6%). Hal
ini sesuai dengan proporsi responden jika
5
dilihat dari aspek masa kerja, yakni dapat dikatakan bahwa rata-rata karyawan
didominasi oleh kelompok masa kerja 16- SHM cukup mau terlibat dalam organisasi.
20 tahun (35,09%). Meski demikian, jika Dari hasil ini juga menunjukkan bahwa
dicermati responden penelitian ini karyawan SHM cukup mampu berpikir
didominasi oleh kelompok usia produktif, kritis.
yakni sebesar 56,4% (merupakan
gabungan kelompok usia di bawah 30 Tabel 5: Perhitungan Nilai Rata-Rata
tahun dan kelompok usia 31-40 tahun). Skor Total Dimensi Followership
Menurut Santrock (2003), seseorang pada Mean SkorRentang Kategor-
rentang usia 21-40 tahun berada dalam Total Skor isasi *
Dimensi
fase dewasa muda. Dimensi Total
Jika dilihat dari sebaran responden (N=64) Dimensi
pada divisi yang ada di SHM, dapat dilihat Active Rendah
Engagement 39,84 (0-19)
bahwa mayoritas responden adalah
(Keterlibatan)
karyawan dari divisi Editorial (50,85%).
Independent Sedang
SHM yang bergerak di bidang print media Critical 0-60 (20-40)
mayoritas karyawannya adalah jurnalis, Thinking Tinggi
yang berada di divisi Editorial. Karyawan 39,01
(Kemampuan (41-60)
dari divisi Editorial ini dapat dikatakan Berpikir
sebagai gardu depan dari pergerakan bisnis Kritis)
di SHM. Sumber: Kelley, R. (1992)
Jika dilihat dari tingkat pendidikan,
mayoritas responden penelitian didominasi Berdasarkan hasil pengelompokan
oleh kelompok dari pendidikan sarjana kedua dimensi dari keseluruhan 64 orang
(67,27%), yang dapat dikatakan sebagai responden di atas, maka diketahui bahwa
kalangan berpendidikan tinggi. Mayoritas sebagian besar karyawan SHM memiliki
responden penelitian ini berada pada level followership tipe pragmatist, yakni
jabatan staff/officer, di mana pada level ini sebanyak 34 orang (53,12%). Sedangkan
responden menjalankan perannya murni 30 orang responden lainnya (46,88%)
sebagai pengikut (tidak menjalankan peran adalah tipe exemplary. Dari data
ganda). Menurut Kerry (2003), pemimpin keseluruhan responden, diketahui bahwa
pada middle management level tidak ditemukan tipe followership lainnya
menjalankan dua peran dalam organisasi, dari karyawan SHM. Proporsi tipe
yakni sebagai pemimpin dan pengikut. followership responden dapat dilihat dari
diagram pie berikut:
Gambaran Umum Followership
0% 46,88
Karyawan SHM
%
Peneliti melakukan perhitungan
nilai rata-rata dari skor total dua dimensi
pada pengukuran Followership. Dimensi
pertama adalah active engagement, 53,12 %
menunjukkan tingkat keterlibatan
karyawan SHM berada pada kategori
Sedang, dengan skor rata-rata sebesar
39,84. Dimensi kedua adalah independent
critical thinking, menunjukkan tingkat 0% 0%
kemampuan berpikir kritis karyawan SHM
berada pada kategori Sedang, dengan skor Gambar 2. Tipe Followership Karyawan
rata-rata sebesar 39,01. Dengan demikian, SHM (N=64)
6
Tipe followership karyawan
Setiap tipe followership memiliki sebenarnya dapat dipicu oleh beberapa
kekuatan dan kelemahan masing-masing. kondisi. Pada umumnya, cukup banyak
Pragmatist follower memiliki kekuatan tipe pragmatist dalam organisasi
dalam melihat situasi yang dihadapi. dikarenakan kondisi yang kurang stabil,
Seperti yang terjadi di SHM, terlihat tidak menentu, atau karena adanya banyak
sejumlah karyawan harus melihat situasi perubahan (Kelley, 1992). Kondisi ini
atasan ketika akan memberikan pendapat. dapat menyebabkan pengikut kurang
Jika situasi kurang mendukung, ia akan termotivasi, kurang terdorong memberikan
menunda atau memutuskan untuk tidak kinerja terbaiknya, atau cenderung
menyampaikan pendapatnya tersebut. Di bertindak aman agar tidak menghadapi
samping itu, mereka juga biasanya tampak resiko yang tidak diinginkan.
lebih patuh dan mau mengikuti prosedur Selain itu, suasana hubungan
kerja yang ada. Walaupun kurang setuju personal antara atasan dan pengikut juga
dengan aturan yang ditetapkan perusahaan, menjadi salah satu faktor yang
berdasarkan data dari tim HRD ditemukan menyebabkan karyawan cenderung
bahwa persentase jumlah karyawan yang menjadi pengikut yang pragmatist. Peneliti
datang terlambat mengalami penurunan melihat hal ini cukup berpengaruh di
selama satu tahun terakhir. Meski SHM. Para pemimpin dipromosi karena
demikian, tipe ini juga memiliki menunjukkan kinerja lebih baik dari waktu
kelemahan, mereka lebih sering bertindak ke waktu, menjajaki karirnya dari level
ketika situasi menguntungkan, dan mereka paling bawah dari struktur organisasi.
cenderung mengkritisi keputusan dari Mereka tumbuh bersama dengan rekan-
atasan secara diam-diam. Pada situasi yang rekan lainnya dalam departemen/divisi
terjadi di SHM, tampak sejumlah pekerja tersebut. Hal ini memberikan kendala
yang melakukan pekerjaan seadanya, tersendiri bagi pengikut dalam
cenderung menunda dan kurang menghadapi pemimpin mereka; ada rasa
menunjukkan prestasi kerja. sungkan untuk menegur dan mengkritisi
Kekuatan tipe exemplary follower pemimpin mereka, sehingga mereka lebih
adalah dapat bekerja secara mandiri. memilih mengikuti saja dan mencari cara
Beberapa karyawan yang terlihat menonjol yang aman dalam bekerja.
menunjukkan upaya melakukan perbaikan-
perbaikan secara mandiri terkait proses Tipe Followership berdasarkan Data
kerja di divisinya. Bahkan sejumlah Demografis
karyawan berani menyampaikan masukan Berdasarkan hasil perhitungan
secara langsung kepada Direksi untuk statistik yang dilakukan, diketahui bahwa
menanggapi program kerja yang baru terdapat hubungan yang signifikan antara
diterapkan dalam organisasi. Mereka tidak tipe followership dengan tingkat
hanya memberikan masukan saja kepada pendidikan. Artinya, tingkat pendidikan
atasan, namun ikut serta dalam program seseorang berhubungan dengan bagaimana
kerja tersebut. Meski demikian, tipe mereka berperilaku sebagai seorang
pengikut ini juga memiliki kelemahan, pengikut. Dalam hal ini, dapat dikatakan
mereka tidak suka pekerjaannya didikte bahwa semakin tinggi pendidikan yang
oleh orang lain. Mereka juga cenderung diperoleh seseorang, berarti semakin
memberikan kritik dengan terus terang pengetahuan dan pengalaman yang
kepada atasan. Hal ini seringkali dimiliki akan sesuatu hal. Hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan dari dapat menjadi pendorong seseorang dalam
pemimpin karena merasa diintimidasi oleh memilih, memutuskan, menjalankan
pengikutnya. perannya untuk mengkritisi situasi yang
7
dihadapi dan berkontribusi di dalam situasi Gambar 5. Tipe Followership SHM
tersebut. pada Kelompok Divisi Supporting
1. Gambaran Tipe Followership (N=18)
berdasarkan Divisi
Dilihat dari sebaran responden dari
kelompok divisi editorial, dapat dilihat
0% 57 % bahwa tipe exemplary follower (17 orang)
lebih mendominasi dari tipe pragmatist
follower (13 orang). Responden di divisi
editorial mayoritas adalah reporter, yakni
43 %
ujung tombak organisasi. Keterlibatan
divisi ini dianggap lebih besar
dibandingkan divisi-divisi lainnya dalam
organisasi. Karakter pekerjaannya juga
menuntut mereka lebih kritis menanggapi
0% 0%
setiap situasi yang terjadi.
Pada kelompok divisi business dan
Gambar 3. Tipe Followership SHM supporting, dapat dilihat bahwa mayoritas
pada Kelompok Divisi Editorial (N=30) adalah tipe pragmatist follower. Pada
divisi supporting, jumlah tipe pragmatist
follower (12 orang) dibandingkan dengan
tipe exemplary follower (6 orang);
0%
45 % sedangkan pada divisi business jumlahnya
cukup berimbang antara tipe pragmatist
follower (6 orang) dan exemplary follower
(5 orang). Responden yang berada pada
55 % divisi business dan supporting adalah
mereka yang berperan sebagai pendukung
kelancaran proses dalam organisasi. Hal
ini mungkin menyebabkan keterlibatan
0% 0% dan kekritisannya tidak sebesar yang
dilakukan oleh divisi editorial.

Gambar 4. Tipe Followership SHM 2. Gambaran Tipe Followership


pada Kelompok Divisi Business (N=11) berdasarkan Masa Kerja
0% 50 %

0%
33 %

50 %

67 %
0% 0%

0% 0%
Gambar 6. Tipe Followership SHM pada
Kelompok Masa Kerja 1-5 tahun (N=10)

8
0% 50 %
ada di SHM membentuk kedekatan antar
karyawannya. Di satu sisi, hal tersebut
menjadi faktor positif yang dapat
mendukung kelancaran proses kerjasama
dalam organisasi. Di sisi lain, suasana
50 %
kekeluargaan yang erat kemungkinan
memberikan rasa sungkan dari para
pengikut untuk memberikan kritik kepada
0% 0% atasan. Hal ini sejalan dengan yang
dinyatakan oleh Riggio (2008) bahwa
faktor budaya atau nilai di organisasi dapat
Gambar 7. Tipe Followership SHM pada mempengaruhi tipe followership yang
Kelompok Masa Kerja 6-10 tahun (N=20) terbangun.
Hackman dan Johnson (2013)
menyebutkan bahwa tipe pragmatist
0% 41 %
follower ini dapat disebabkan karena
seringnya terjadi perubahan
kepemimpinan, resturkturisasi organisasi,
ataupun adanya layoffs. Dikaitkan dengan
kondisi SHM, kontesnya menjadi relevan.
59 % Seiring terjadinya pergantian
kepemimpinan selama empat tahun
terakhir, mendorong kemungkinan tipe
pragmatist follower ini menjadi cukup
0% 0%
mendominasi karyawan SHM. Ditambah
kondissi performa organisasi yang kurang
baik menjadi kekhawatiran tersendiri bagi
Gambar 8. Tipe Followership SHM pada karyawan karena muncul dugaan akan
Kelompok Masa Kerja di atas 15 tahun adanya downsizing di SHM.
(N=27) Penelitian followership di SHM
memiliki beberapa limitasi. Pada proses
Dilihat dari sebaran responden dari pengambilan data, peneliti perlu bekerja
kelompok masa kerja 1-5 tahun dan sama dengan tim SHM untuk melakukan
kelompok masa kerja 6-10 tahun, proporsi pengecekan saat pengisian kuesioner
antara tipe exemplary dan pragmatist berlangsung. Dengan demikian peneliti
follower seimbang. Sedangkan pada tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari
kelompok masa kerja lebih dari 15 tahun, para responden, namun juga dapat terjun
dapat dilihat bahwa mayoritas adalah tipe langsung untuk memastikan kelancaran
pragmatist follower (16 orang), sedangkan proses pengambilan data. Selain itu,
tipe exemplary follower (11 orang). Dari penelitian selanjutnya dapat dilengkapi
data tersebut, responden yang berada pada dengan metode kualitatif, sehingga hasil
masa kerja di atas 15 tahun justru tampak yang diperoleh lebih mendalam dan dapat
lebih berhati-hati dalam menjalankan dielaborasikan dengan data yang
perannya di SHM. didapatkan secara kuantitatif.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar karyawan SHM
merupakan pragmatist follower (53,12%).
Peneliti menduga nilai kekeluargaan yang
9
SIMPULAN DAN SARAN pengembangan organisasi mengalami
Berdasarkan hasil penelitian yang kegagalan karena para pimpinan tidak buy
telah diolah, peneliti menyimpulkan dua in terhadap ide-ide pengembangan
hal, yakni: organisasi.
1. Karyawan SHM merupakan tipe Salah satu cara yang dapat
the pragmatist follower dan the digunakan untuk mencapai buy in dari para
exemplary follower. Pada manajemen puncak adalah Survey-
penelitian ini, tidak muncul tipe Feedback. Menurut Cummings & Worley
followership yang lain pada (2008), proses Survey-Feedback
karyawan SHM. Hasil penelitian memberikan pengaruh positif terhadap
followership di SHM menunjukkan hasil dan proses dalam organisasi, yang
bahwa tipe yang muncul dalam tampak berupa produktivitas kerja
penelitian ini hanya tipe pragmatist karyawan, pengambilan keputusan dalam
follower dan exemplary follower, organisasi, dan motivasi kerja.
sedangkan ketiga tipe lainnya tidak Pada proses survey-feedback yang
muncul. Hal ini rupanya bukan telah dijalankan, peneliti memberikan
merupakan hal yang aneh. beberapa masukan yang dapat diterapkan
Beberapa penelitian sebelumnya di SHM, antara lain:
juga menunjukkan hasil di mana 1. Menginformasikan hasil penelitian
tidak semua tipe followership ini kepada para pemimpin, mulai
muncul dalam organisasi. Tipe dari level supervisor. Dengan
followership dalam organisasi demikian, pemimpin memiliki
dapat dipengaruhi oleh kondisi gambaran followership di SHM,
organisasi ataupun jenis pekerjaan sehingga mereka mendapatkan
yang dilakukan pengikut. menentukan tindakan yang lebih
2. Hasil penelitian juga menunjukkan tepat dalam mengelola anak
adanya hubungan yang signifikan buahnya. Atas usulan ini, jajaran
antara tipe followership dengan manajemen mengusulkan agar
tingkat pendidikan seseorang. informasi ini diberikan mulai dari
Penanganan atau pengelolaan bagi level manajer, bukan supervisor.
para pengikut ini tidak dapat dilakukan Hal ini dilakukan dengan
tanpa adanya dukungan dari organisasi, pertimbangan efisiensi waktu, serta
khususnya dari para manajemen puncak. lingkup tanggung jawab
Melihat bahwa pada awal penelitian ini, pengelolaan anak buah mayoritas
para manajemen puncak memiliki masih dilakukan pada level
perspektif yang berbeda terhadap para manajerial.
pengikutnya, maka menjadi penting bahwa 2. Mengadakan morning meeting,
mereka memiliki pemahaman yang sama yang dapat dilakukan secara
untuk melihat dan menilai para berkala setiap bulan. Melalui
pengikutnya. Dengan demikian, para kegiatan ini, pemimpin dapat
manajemen puncak dapat menentukan memberikan informasi-informasi
langkah selanjutnya untuk mengelola para yang positif mengenai kondisi
pengikut, dengan tujuan yang lebih luas organisasi untuk menumbuhkan
yakni mengembangkan organisasi. rasa aman dari para pengikut.
Pengembangan organisasi menjadi kurang Dengan demikian, rasa aman yang
efektif ketika para pemimpin dalam telah tumbuh dari para pengikut
organisasi tidak buy-in terhadap kebutuhan akan memberikan semangat bagi
pengembangan organisasi. Menurut Kotter mereka untuk menunjukkan
(2011), sebanyak 70 % dari seluruh usaha
10
kontribusi dan kekritisan yang America: Harvard Business School
lebih optimal bagi organisasi. Publishing.
Kelley, R.E. (1992). The power of
DAFTAR PUSTAKA followership. New York: Doubleday
Dell Publishing Group, Inc.
Agho, A. O. (2009). Perspectives of Kerry, T. (2003). Middle managers as
senior-level executives on effective followers and leaders: some cross-
followership and leadership. Journal professional perspectives.
of leadership & organizational Management in education, 17, 3, 12-
studies, 16 (2), 159-166. 15.
Indianapolis: Indiana University. Kim, C. (2011). Followership in U.S.
Agustina, R. (2009). Hubungan antara Federal Government: A missing link
gaya kepemimpinan dengan between participative leadership and
kreativitas karyawan: Analisis organizational performance.
pengaruh mediasi pemikiran kreatif Dissertation. New Jersey: The State
dan motivasi intrinsik pada University of New Jersey.
karyawan di industri media. Skripsi. Kotter, J.P. (2011). Buy-In: Saving your
Depok: Universitas Indonesia. good idea from getting shot down.
Burhanuddin, A. (2013). Pengaruh USA: Harvard Business School
followership terhadap komitmen Publishing.
organisasi, kepuasan kerja, dan Kumar, R. (1996). Research methodology:
OCB. Tesis. Depok: Universitas A step by step guide for beginners.
Indonesia. London: Sage Publications.
Burns, J. M. (1978). Leadership. New Oyetunji, C.O. (2013). The relationship
York: Harper & Row Publishers. between followership style and job
Cummings, T.G. & Worley, C.G. (2008). performance in Botswana Private
Organization development & Universities. International
change. 8 th Edition. Southwestern. Education Studies, 6, 2.
Favara, L.V. (2009). Examining Prabowo, T. A. (2005). Pengaruh
followership styles and their followership terhadap pelaksanaan
relationship with job satisfaction leadership yang efektif dan
and performance. Arizona: berkualitas di PT Yamaha Music
Northcentral University. Manufacture Indonesia. Skripsi.
Hackman, M. & Johnson, E. (2013). Jakarta: UNIKA Atma Jaya-Fakultas
Leadership: A communication Ilmu Administrasi.
perspective. 6th ed. United States of Riggio, R. E. (2008). Introduction to
America: Waveland Press, Inc. industrial and organizational
House, R. J. (1977). A theory of psychology. Pearson.
charismatic leadership. Carbondale: Santrock, J. W. (2003). Life Span
Southern Illinois University Press. Development. New York: McGraw-
Kaplan, R.S. & Norton, D.P. (2004). Hill.
Measuring the strategic readiness of Shamir, B., House, R. J., & Arthur, M. B.
intangible assets. Harvard Business (1993). The motivational effects of
Review. charismatic leadership: A self-
Kellerman, B. (2008). Followership: How concept based theory. Organization
followers are creating change and Science, 4, 577-594.
changing leaders (Center for public Shamir, B. (2007). From passive recipients
leadership). United States of to active co-producers. In B. Shamir,
R. Pillai, M. C. Bligh, & M. Uhl-
11
Bien (Eds.), Follower-centered
perspectives on leadership.
Greenwich, CT: Information Age
Publishing.
Thach, E. C., Thompson, K. J, & Morris,
A. (2006). A fresh look at
followership: A model for matching
followership and leadership styles.
Sonoma State University: Institute of
Behavioral and Applied
Management.
Varela, L. L. (2013). Volunteer
followership in non profir
organizations. Academic Research
International Vol.4 No. 5. USA:
University of the Incarnate Word.
Woods, et.al. (2009). Followership as a
complement to leadership: An
analysis of the relationship between
leader member exchange and
followership types. Dissertation.
United States: Capella University.

12

Anda mungkin juga menyukai