Anda di halaman 1dari 9

TOPONOMI DESA DI KECAMATAN MUARA NAULI

OLEH :

WINAN SUTOMO SIANTURI 7193210032

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK

Penelitian tentang nama-nama tempat sangat menarik untuk dikaji. Selain

karena bisa memperkaya pengetahuan kebahasaan tentang bentuk dan makna,

namun juga bisa menjadi sarana memperluas pengetahuan sosial dan budaya.

Hal ini dikarenakan setiap nama memiliki latar belakang cerita yang berbeda -

beda. Penelitian toponimi desa ini tidak terlepas dari uns ur alam dan unsur

masyarakat sekitar. Pengaruh unsur alam dapat dilihat dari pemberian nama

berupa nama-nama bukit, marga , dan . Penamaan dengan melibatkan unsur

masyarakat bisa dilihat dari adanya pengadopsian nama dari sebuah profesi

yang digeluti oleh masyarakat sekitar. Data pada penelitian ini dipilih sebanyak

15 nama desa, didapatkan dari satu (1) kecamatan di Kec MUARA NAULI.

Pemilihan kecamatan sesuai dengan yang ada dalam situs resmi Kota MUARA

NAULI. Penelitian ini menggunakan metode linguistik dengan bentuk kualitatif.

Kata Kunci : Muara Nauli , Sejarah


I. PENDAHULUAN
Toponimi merupakan teori yang digunakan dalam mengidentifikasi dan menyelidiki nama

tempat yang ada di bumi. Toponimi merupakan cabang ilmu Onomastika. Onomastika sendiri

merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal-usul nama. Sejalan dengan pendapat Ullmann

(2014:92), Onomastika merupakan studi tentang Nama Diri yang dapat memberikan sinar

terang kepada banyak aspek politik ekonomis dan sejarah kemasyarakatan, baru-baru ini telah

menegakkan dirinya sebagai suatu cabang linguistik yang setengah independen, dan sudah

mengadakan kongfres khusus dan mempunyai jurnal sendiri. Onomastika terbagi menjadi 2

(dua) bagian dalam Ullmann (2014:92), yaitu Toponimi, yaitu studi tentang nama-nama

tempat dan Antroponimi, yaitu studi yang membedah makna nama orang. Toponimi

merupakan ilmu yang menyelidiki nama-nama tempat. Tujuan nama geografis sendiri

diharapkan dapat mempermudah komunikasi antar manusia dalam mengidentifikasi suatu

tempat. Toponimi merupakan cabang Onomastika. Turunan lain ilmu Onomatika ialah

Antoponimi yang merupakan ilmu yang menyelidiki tentang nama.

II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang Menurut

(Sugiyono, 2016:14 ), Metode kuantitatif ialah penelitian dengan memperoleh data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkat. Sedangkan penelitian kualitatif

merupakan metode yang datanya berbentuk kata-kata, skema dan gambar. Kemudian untuk

mendapatkan data dari informan peneliti melakukan teknik wawancara dan rekaman.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini melibatkan akan 15 Desa yang terdapat di Kec.Muara nauli :
1.Aritonang 2.Bariba Niaek 3. Batu Binumbun 4. Dolok Martumbur 5. Huta Ginjang
6. Huta Lontung 7. Huta Nagodang 8. Papande 9. Sampuran 10. Sibandang 11. Silali
Toruan 12. Silando 13. Simatupang 14. Sitanggor 15. Unte Mungkur.

1. Desa Aritonang

Desa Aritonang adalah satu wilayah di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara
yang menurut informasi para orang tua dan tokoh masyarakat Desa Aritonang dikenal karena
kawasan tersebut berpotensi dijadikan perladangan dengan bercocok tanam palawija, padi
dan tanaman keras. Desa Aritonang berada di ketinggian 1000 m di atas permukaan laut dan
topografinya yang mempunyai suhu udara 20 s/d 28 derajat Celsius.

Desa Aritonang terbentuk semenjak perpindahan marga Aritonang dari pulau Samosir ke
daerah yang disebut saat ini desa Aritonang, yang terdiri dari marga antara lain : Marga
Ompusunggu, Rajagukguk, Simaremare, kemudian marga Siregar datang dan menjadi marga
pendatang pertama yang menetap di desa Aritonang. Seiring perjalanan waktu marga lain
datang dan tinggal menetap di desa Aritonang hingga sekarang.

2. Bariba Niaek
Desa Baribaniaek adalh nama suatu wilayah di kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara
Provinsi Sumatera utara. Pada masa sebelum merdeka, Pemerintahan Baribaniaek masih
bergabung dengan Silalitoruan yang disebut Kepala Nagari yang pusat pemerintahannya di
Silalitoruan.
Luas wilayah Desa Baribaniaek adalah 359 Ha dimana 96 Ha merupakan tanah sawah, 255
ha berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit dan kering, 10 ha dipergunakan untuk
pemukiman dan bagunan pekarangan dan 30 ha berupa lahan lainnya. Penggunaan tanah
Desa Baribaniaek sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian perladangan
sedangkan sisanya untuk Tanah Kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas
lainnya dan perairan danau untuk budidaya ikan tawar. Kata Baribaniaek diambil dari bahasa
batak yang artinya “Seberang Air” karna desa ini berada di seberang danau toba.

3. Batu Binumbun
Asal-usul/Legenda Desa Desa Batubinumbun merupakan salah satu desa diwilayah
Kecamatan Muara Kabupaten tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Asal nama
Batubinumbun merupakan sebuah nama yang memiliki suatu tanda dimana pada desa ini
memiliki banyak batu,kata Batubinumbun memiliki pengertian dalam bahasa indonesiaBatu
bertimbun.Dan terbukti sampai sekarang desa batubinumbun memiliki bahan tambang batu
yang cukup banyak.
4. Dolok Martumbur

Desa Dolokmartumbur adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli
Utara Provunsi Sumatera Utara, yang menurut cerita para orang tua dan tokoh masyarakat
desa Dolokmartumbur mekar dari desa Aritonang.

Desa Dolokmartumbur terbentuk tahun 1948 dan Kepala Desa yang pertamaa dalah Jakkobus
Rajagukguk.

Pada tahun 2015 Desa Dolokmartumbur melakukan pemilihan Kepala Desa yang kesepuluh
yang diikuti oleh 2 orang peserta yaitu Bapak Bakti Rajagukguk dan Bapak Esbon
Rajagukguk dan dimenangkan oleh Bapak Esbon Rajagukguk. Beliau memimpin sampai
sekarang.

5. Huta Ginjang
Desa Hutaginjang merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Muara Kabupaten
Tapanuli Utara Provunsi Sumatera Utara. Asal nama Hutaginjang adalah terdiri dari huta
yang artinya desa, dan ginjang artinya diatas. Maka desa hutaginjang merupakan satu desa
dimana desa tersebut di diatas/dibukit/gunung.
Sebelum ada pemerintah tentang pembentukan tentang Kepala Desa, Desa Hutaginjang
dipimpin oleh Kepala Nagari. Selanjutnya terbentuk Kepala Desa.

6. Huta Lontung

Desa Hutalontung adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara di Kabupaten


Tapanuli Utara yang berada di tepi Danau Toba di bawah bukit yang memanjang. Menurut
cerita orang tua sebutan Desa Hutalontung terkenal karena keberadaannya sebagai pulau di
Perairan Danau Toba. Desa Hutalontung dihuni oleh nenek moyang kami sekitar tahun 1816.
Ketika nenek moyang kami pindah dari Sibandang, secara bersama-sama membentuk
pemukiman yang dinamakan Sosor. Kemudian dibentuk juga sosor yang lain; Sosor Binanga,
Sosor Onan, Sosor Lumban Tonga-tonga, Sosor Lumban Duru, Sosor Binanga Rihit, Sosor
Lumban Lubis. Dari Sosor dan Lumban itulah dibentuk Nagari Sosor Lontung yang pada
masa kemerdekaan dibagi menjadi 2 (dua) desa yaitu Desa Parriaan dan Desa Partungkoan.
Desa Hutalontung secara adat berdiri sendiri membentuk 1 Bius Hutalontung. Pada tahun
1993 Desa Parriaan dan Desa Partungkoan menjadi 1 desa yang dibagi menjadi 5 Dusun
yaitu; Dusun Sosor Binanga , Dusun Sosor Onan, Dusun Lumban Tonga-Tonga, Dusun
Lumban Dusu Dan Dusun Lumban Lubis.

7. Huta Nagodang
Toba (Muara) dan pada tahun 1800 an, desa ini merupakan tempat pertama sekali menerima
pengabarran Ajaran Kristen (HKBP) yang dibawa oleh salah satu pendeta pertama orang
batak yaitu Bpk Pendeta Yohannes Siregar, dan beliaulah pertama sekali mengembangkan
tanaman pohon mangga yang menjadi tanaman buah kebanggaan masyarakat Muara, dan
pada akhir hanyatnya beliau dikebumikan di desa Hutanagodang. Pada tahun 1952 setelah RI
merdek, desa hutanagodang terbentuk, dan pada tahun 1952 juga dilakukan pemilihan Kepala
desa yang pertama yaitu Wilmar Opusunggu beliau memimpin sampai tahun 1965. Dan
kepala Desa yang sekarang adalah Bpk Gokma Siregar.
Penduduk Desa Hutanagodang berasal dari 5 keturunan abang adik yaitu yang bermarga
Siregar, Aritonang, Simatupang. Desa Hutanagodang mempunyai jumlah penduduk 1774
jiwa, yang terdiri dari laki-laki 811 jiwa, perempuan : 963 dan 464 KK, yang tertinggi dalam
5 wilayah dusun.

8. Papande
Desa Papande adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara. Kabupaten Tapanuli Utara
ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat dikenal karena Keberadaannya sebagai Pulau di
tengah Perairan Danau Toba. Oleh Karena rasa ingin tahu tentang keberadaan Pulau tersebut
maka orang yang tinggal di muara menyebarang dan meneliti situasi Pulau tersebut. Dan
ternyata pulau tersebut layak di huni atau berpotensi untuk di olah menjadi lahan Pertanian
kering. Pada waktu jaman Penjajahan Belanda salah seorang Masyarakat berpengaruh di
Pulau Sibandang ialah Op. Batu Dolok Rajagukguk dimana pada waktu itu cucu ( Pahompu )
sulungnya bernama Pardopur dan menurut cerita orang tua untuk membuat nama suatu
Daerah adalah ditentukan oleh Tokoh Masyarakat tersebut maka ditetapkanlah Pulau
Pardopur yang sekarang disebut Pulau Sibandang, sebagaimana kita dapati pada Peta. Bahwa
salah seorang cucu Pardopur bernama Sibandang Rajagukguk, itulah cikal bakal Pulau
Pardopur dulu dan kini disebut Pulau Sibandang.

Sumber mata pencaharian Masyarakat Desa Papande adalah Bertenun Ulos, bertani dan
Nelayan kecil, Masyarakat petani menggarap lahan secara berpindah pindah yang menjadi
cikal bakal lahan yang pernah di garapnya menjadi miliknya sendiri.

9. Sampuran
Desa Sampuran adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara
Provunsi Sumatera Utara. Menurut beberapa narasumber dan cerita orang tua terdahulu
bahwa Desa Sampuran dikenal karena kawasan tersebut berpotensi dijadikan perladangan
dengan bercocok tanam palawija dan tanaman keras dan juga karena Desa Sampuran
wilayahnya dikelilingi kurang lebih 75% Danau Toba.

Desa Sampuran terbentuk tahun 1955 Sebelum terbentuk, Desa Sampuran satu desa dengan
Desa Sibandang. Pada awal pertama terbentuk Desa Sampuran dipimpin oleh Kepala Desa
yaitu Bapak Wasington Rajagukguk.

Luas wilayah Desa Sampuran adalah 293 Ha dimana 233 Ha berupa daratan kering yang
berbukit-bukit, 52 Ha daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perladangan dan 8
Ha dingunakan untuk pemukiman .

10. Sibandang
Desa Sibandang adalah nama suatu wilayah di kec Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
Menurut cerita orang tua sebutan desa Sibandang terkenal karena keberadaannya sebagai
pulai perairan Danau Toba. Oleh karena rasa ingin tahu tentang keberadaan pulau tersebut,
maka orang yang tinggal di muara menyebrang untuk meneliti situasi pulau tersebut.
Ternyata pulau tersebut layak huni dan berpotensi untuk diolah menjadi lahan pertanian.
Pertama kali marga yang datang ke pulau ini adalah marga Ompusunggu. Orang yang
pertama mendiami pulau ini adalah marga Ompusunggu, Rajagukguk, Simaremare dan
Siregar. Marga tersebut membuka perkampungan masing-masing sesuai kebutuhan dan
aktifitas sehari-hari.
11. Silali Toruan
Desa Silalitoruan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli
Utara. Menurut beberapa tokoh Silalitoruan dulunya bernama “Horja Tonga-tonga”. Desa
Silalitoruan pada masa penjajahan Belanda diperintah oleh seorang Raja Ihutan (raja yang
dihormati ) yang bernama Raja Hasudungan Siregar. Sesuai dengan perguliran waktu , Raja
Ihutan berganti nama menjadi Nagari. Desa Silalitoruan pada saat itu menjadi pusat
pemerintahan Nagari Muara, daerah kekuasaannya adalah Hutanagodang, Baribaniaek,
Papande, Pearung (sudah gabung ke Humbahas). Kepemimpinan Nagari yang pertama
benama Raja Hertanus Siregar yang dilanjutkan dengan keturunannya yaitu Raja Martua
Siregar sebagai Kepala Nagari yang ke-2. Pada tahun 1955 sesuai dengan peraturan
pemerintah bahwa setiap desa wajib mempounyai Kepala Desa (pemimpin). Maka pada tahun
1957 dilakukan pemilihan Kepala Desa yang pertama yang dimenangkan oleh Karal Siregar.
Beliau memimpin sampai tahun 1969. Pada tahun 1969 dilakukan pemilihan Kepala Desa
yang ke-2 yang dimenangkan Jamauli Siregar. Jamauli Siregar meninggal pada tahun 1974
sehingga Jabatannya digantikan istrinya boru Sianturi sampai tahun 1980. Pemilihan Kepala
Desa yang ke-4 dimenangkan Marata Siregar.

12. Silando
Desa Silando adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara
Provunsi Sumatera Utara. Desa Silando berfiri pada tahun 1957, yang sebelumnya masih
wilayah kepala Nagari Silando yang berkedudukan di Silando dan di mekarkan menjadi Desa
Silando oleh Kepala Desa DAULAT OMPUSUNGGU.

13. Simatupang
Desa Simatupang adalah nama suatu wilayah di kec Muara Kab Taput provinsi Sumatera
Utara. Dimana desa Simatupang beraaal dari nenek moyang dari Marga Simatupang. Raja
simatupang tinggal di desa simatupang 600 tahun yang silam dan keturunannya sampai
sekarang penduduk Desa Simatupang yaitu marga Togatorop, Marga Sianturi, Marga
Siburian. Desa Simatupang terbentuk tahun 1947, desa simatupang sebelum merdeka satu
kepala nagari dengan Untemungkur dan Batubinumbun yang dikepalai Kepala Nagari yaitu
Artian Sianturi. Setelah merdeka desa simatupang menjadi satu kampung yang dipimpin
seorang pemangku Negri yaitu : Gerson Sianturi
14. Sitanggor
Desa Sitanggor adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara kabupaten Tapanuli Utara.
Desa yang pada saat sekarang ini bernama Desa Sitanggor yang pertama dipimpin oleh
kerajaan sebutan yang bermarga Rajagukguk.

Penggunaan Tanah di Desa Sitanggor sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian
perladangan sedangkan sisanya untuk Tanah Kering yang merupakan bangunan dan
fasilitas-fasilitas lainnya dan perairan danau untuk budidaya ikan tawar.

Iklim Desa Sitanggor, sebagaimana Desa-Desa lain di wilayah Indonesia


mempunyai iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh
langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di Desa Sitanggor
Kecamatan Muara.

15. Unte Mungkur


Desa UNTEMUNGKUR adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Muara Kabupaten
Tapanuli Utara.Pada Tahun 1942 ( Sebelum Indonesia merdeka) Desa untemungkur dibagi
dalam 3 horja ( bagian) yaitu: Horja Sitiotio, Horja Tongatonga dan Horja dolok yang
pemerintahannya pada saat itu disebut Nagari yang dipimpin oleh Kepala nagari yaitu artinus
Sianturi.

Luas wilayah Desa Untemungkur adalah 459 Ha dimana 95 ha merupakan tanah


sawah, 285 ha berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit dan kering, 15 ha digunakan
untuk pemukiman dan bangunan pekarangan dan, 64 ha lahan lainnya.

Penggunaan Tanah di Desa Untemungkur sebagian besar diperuntukkan untuk tanah


pertanian perladangan sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan
fasilitas-fasilitas lainnya dan perairan danau toba untuk budidaya ikan tawar.

Iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola
tanam pada lahan pertanian yang ada di Desa untemungkur kecamatan Muara.

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisis penamaan nama desa di Kec Muara Nauli Kab Tapanuli Utara, terkait
dengan unsur marga, alam, dan budaya lokal dari tiap-tiap desa. Sejarah desa memang sangat
kaya jika kita mau untuk lebih dalam lagi menelitinya. Dan hal ini akan sangat baik untuk di
bagikan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan anak-anak bangsa.
Referensi

https://www.simatupang.desa.id/page/99-sejarah-desa

Sejarah Desa Simatupang

https://www.hutanagodang-tapanuliutara.desa.id/page/99-sejarah-desa

Sejarah Desa Hutanagodang

Anda mungkin juga menyukai