Anda di halaman 1dari 10

PERILAKU VERBAL DAN NONVERBAL GURU

KETIKA MEMBERIKAN PENGUATAN


DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMP NEGERI 1 SINGARAJA

Ni Wyn. Nina Arsini, I Md. Sutama, Md Sri Indriani

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {ninaarsini@yahoo.co.id, damuh2003@yahoo.com,


sriindriani6161@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menganalisis bentuk-bentuk
perilaku verbal dan nonverbal guru ketika memberikan penguatan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Singaraja, (2) mendeskripsikan
dan menganalisis fungsi masing-masing bentuk perilaku verbal dan nonverbal guru
ketika memberikan penguatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP
Negeri 1 Singaraja, dan (3) mendeskripsikan dan menganalisis dampak perilaku
verbal dan nonverbal guru ketika memberikan penguatan terhadap siswa, dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Singaraja. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah
guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Singaraja. Objek penelitian ini adalah
perilaku verbal dan nonverbal guru ketika memberikan penguatan, yang meliputi:
bentuk perilaku verbal dan nonverbal, fungsi masing-masing perilaku verbal dan
nonverbal, dan dampak pemberian perilaku verbal dan nonverbal terhadap siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara,
dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) bentuk perilaku
verbal guru ketika memberikan penguatan adalah bentuk tuturan deklaratif,
imperatif, dan interogatif, sedangkan perilaku nonverbalnya adalah gestural, fasial,
dan postural; (2) fungsi perilaku verbal guru ketika memberikan penguatan adalah
fungsi ekspresif, direktif, representatif, komisif, dan deklarasi, sedangkan fungsi
perilaku nonverbalnya adalah melengkapi dan menekankan; dan (3) dampak
perilaku verbal dan nonverbal guru ketika memberikan penguatan adalah siswa
merasa senang dan termotivasi untuk belajar.

Kata kunci: perilaku verbal, perilaku nonverbal, penguatan, dan pembelajaran


bahasa Indonesia

Abstract
The aimed of this study is to ( 1 ) describe and analyze the forms of verbal and
nonverbal behavior of teachers when providing reinforcement in learning Indonesian
at SMP Negeri 1 Singaraja, (2) describe and analyze the function of each form of
verbal and nonverbal behavior of teachers when providing reinforcement in learning
Indonesian at SMP Negeri 1 Singaraja, and (3) describe and analyze the impact of
verbal and nonverbal behavior of teachers when providing reinforcement to the
students, in learning Indonesian at SMP Negeri 1 Singaraja. This research uses
descriptive qualitative research design. The subjects were Indonesian teacher at
SMP Negeri 1 Singaraja. The object of this study is the verbal and nonverbal
behavior of teachers when providing reinforcement, which include: forms of verbal
and nonverbal behavior, the functions of each verbal and nonverbal behavior, and
the impact of the provision of verbal and nonverbal behavior toward student. Data
collection method used is the method of observation, interviews, and questionnaires.
The data obtained by analyzed using qualitative descriptive analysis techniques. The
results of this study indicate that (1) the form of the verbal behavior of teachers when
providing reinforcement is a form of speech declarative, imperative, and
interrogative, whereas nonverbal behavior is gestural, facial, and postural; (2) the
function of the verbal behavior of teachers when providing reinforcement is
expressive function, directive, representative, commissive, and declarations, while
the functions of nonverbal behavior are complementary and emphasize; and (3) the
impact of teacher’s verbal and nonverbal behavior when reinforcement is giving
students feel excited and motivated to learn.

Key word: verbal behaviour, nonverbal behaviour, reinforcement, and learning


Indonesian

PENDAHULUAN Sudiana (2006) mengemukakan


Komunikasi yang efektif dalam sejumlah keterampilan dasar mengajar
pembelajaran di kelas sangat penting yang wajib dimiliki seorang guru guna
diterapkan agar pembelajaran bisa dapat melaksanakan tugas mengajarnya
berjalan secara maksimal. Dalam dengan baik. Keterampilan dasar
mencapai keefektifan komunikasi tersebut, mengajar tersebut ada 8, yaitu sebagai
diperlukan adanya perpaduan antara berikut.
perilaku verbal (perilaku berwujud kata- (1) Membuka dan menutup pembelajaran,
kata) dan perilaku nonverbal (perilaku (2) memberikan penguatan,
yang tidak berwujud kata-kata, tetapi (3) bertanya,
berupa gerak-gerik) guru. Hal ini senada (4) mengadakan variasi,
dengan pendapat Effendy (2004) bahwa (5) menjelaskan,
komunikasi verbal dan komunikasi (6) memimpin diskusi kelompok kecil,
nonverbal itu saling melengkapi untuk (7)mengajar kelompok kecil dan
mencapai sebuah keefektifan komunikasi. perorangan, dan
Arti suatu komunikasi verbal dapat (8) mengelola kelas.
diperoleh melalui hubungan komunikasi Kedelapan keterampilan tersebut
verbal dan nonverbal. Maksud komunikasi wajib dikuasai oleh guru dalam
verbal akan lebih mudah diinterpretasikan menjalankan tugas dan fungsinya secara
dengan melihat tanda-tanda nonverbal maksimal.
yang mengiringi komunikasi verbal Di antara kedelapan keterampilan
tersebut (Muhammad, 1989: 134). dasar mengajar tersebut, keterampilan
Dalam lembaga pendidikan, memberikan penguatan sangat penting
khususnya dalam proses belajar untuk dipahami oleh guru. Bukan berarti
mengajar, penggunaan perilaku verbal bahwa keterampilan dasar mengajar yang
dan nonverbal akan sering ditemukan. lain kurang penting, tetapi jika mengingat
Penggunaan perilaku verbal dan peran guru sebagai motivator,
nonverbal tersebut sangat berkaitan keterampilan memberikan penguatanlah
dengan sejumlah keterampilan dasar yang perlu untuk mendapatkan perhatian
mengajar yang wajib dimiliki oleh seorang khusus. Sebagai motivator, guru harus
guru. Sebab, penerapan keterampilan bisa membangkitkan semangat siswa
dasar mengajar tersebut hanya akan dalam belajar. Hal ini senada dengan
tampak melalui penggunaan perilaku pendapat Djamarah (2005), yang
verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, menyatakan bahwa sebagai motivator,
perilaku verbal dan nonverbal pasti guru hendaknya dapat mendorong anak
digunakan oleh guru saat menerapkan didik agar dapat bergairah dan aktif
sejumlah keterampilan dasar tersebut. belajar. Setiap saat guru harus bertindak
sebagai motivator karena menurutnya nonverbal yang diamati dalam penelitian
dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada tersebut masih terbatas pada kinesik yang
di antara anak didik yang malas belajar. meliputi gestural dan fasial. Dalam
Berdasarkan hasil wawancara penelitian ini, kinesik yang diamati meliputi
dengan Luh Murtiningsih, S.Pd. selaku gestural, fasial, dan postural, sehingga
guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 penelitian ini penting untuk dilaksanakan.
Singaraja, pelaksanaan penguatan ketika Berdasarkan hal yang telah
pembelajaran bahasa Indonesia yang disampaikan sebelumnya, penelitian ini
diterapkannya lebih banyak menggunakan bertujuan untuk mendeskripsikan dan
perilaku verbal. Perpaduan perilaku verbal menganalisis: (1) bentuk perilaku verbal
dan nonverbal ketika memberikan dan nonverbal guru ketika memberikan
penguatan juga dilakukan kadang-kadang penguatan dalam pembelajaran bahasa
saja, frekuensinya lebih rendah Indonesia di SMP Negeri 1 Singaraja, (2)
dibandingkan melakukan perilaku verbal fungsi masing-masing perilaku verbal dan
saja. nonverbal guru ketika memberikan
Jika seperti itu, perilaku verbal guru penguatan dalam pembelajaran bahasa
yang semestinya beriringan dengan Indonesia di SMP Negeri 1 Singaraja, dan
perilaku nonverbal ketika memberikan (3) dampak perilaku verbal dan nonverbal
penguatan, guna mencapai komunikasi guru ketika memberikan penguatan
yang efektif, sulit untuk terealisasi. terhadap siswa, dalam pembelajaran
Padahal, komunikasi efektif yang dicapai bahasa Indonesia di SMP Negeri 1
dengan mengombinasikan perilaku verbal Singaraja.
dan nonverbal dalam pembelajaran, Adapun manfaat yang bisa diperoleh
khususnya memberikan penguatan sangat dari penelitian ini. Manfaat tersebut dapat
penting untuk diterapkan oleh guru. dibedakan menjadi dua, yakni manfaat
Dengan demikian, sangat diperlukan teoretis dan praktis.
kajian mengenai perilaku verbal dan 1. Manfaat Teoretis
nonverbal yang diterapkan guru ketika Secara teoretis, hasil penelitian
memberikan penguatan dalam ini dapat memberikan sumbangan
pembelajaran bahasa Indonesia. dalam pengembangan teori
Terdapat beberapa penelitian yang pembelajaran mengenai penggunaan
mengkaji mengenai perilaku verbal dan perilaku verbal dan nonverbal ketika
nonverbal dalam pembelajaran, memberikan penguatan sehingga
diantaranya “Perilaku Verbal dan pembelajaran di kelas menjadi lebih
Nonverbal Guru dalam Pengajaran Praktik bervariasi dan efektif.
Komputer di SMK Negeri 3 Singaraja” 2. Manfaat Praktis
karya I Nyoman Diarsa pada tahun 2010; Secara praktis, hasil penelitian ini
“Perilaku Verbal dan Nonverbal Guru akan bermanfaat untuk beberapa
dalam Pengajaran Praktik Mendongeng” di pihak. Bagi pihak sekolah, hasil
SD Negeri 3 Sembiran karya Ni Nyoman penelitian ini bisa digunakan sebagai
Arika Winantini pada tahun 2011; “Perilaku bahan informasi tentang penerapan
Verbal dan Nonverbal Guru dalam perilaku verbal dan nonverbal ketika
Pengajaran Berbicara Bahasa Indonesia memberikan penguatan kepada
di SMA Negeri 4 Singaraja” karya Ni siswa. Bagi peneliti lain, hasil
Komang Dewi Lastrini pada tahun 2011; penelitian ini bisa digunakan sebagai
dan “Bentuk Penolakan Timbal Balik Guru- bahan informasi dan bahan
Siswa secara Verbal dan Nonverbal dalam perbandingan untuk melakukan
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas penelitian lain yang terkait dengan
VIII di SMP Negeri 4 Singaraja” karya Ni perilaku verbal dan nonverbal guru
Wayan Sri Merta Asih pada tahun 2012. ketika mengajar, terutama saat
Dari keempat penelitian tersebut, belum memberikan penguatan kepada
ada penelitian yang memfokuskan siswa. Bagi guru, hasil penelitian ini
kajiannya pada salah satu keterampilan dapat digunakan oleh para guru untuk
dasar mengajar. Selain itu, perilaku meningkatkan dan mengembangakan
kemampuan mengajar dengan wawancara digunakan untuk
penggunaan perilaku verbal dan mendapatkan informasi secara langsung
nonverbal ketika memberikan dari para guru di SMP Negeri 1 Singaraja
penguatan secara tepat. terkait fungsi perilaku verbal dan
nonverbal yang dipergunakannya ketika
memberikan penguatan. Metode
METODE
kuesioner digunakan untuk mengetahui
Rancangan penelitian yang
dampak perilaku verbal dan nonverbal
digunakan dalam penelitian ini adalah
guru ketika memberikan penguatan
rancangan deskriptif kualitatif. Rancangan
terhadap siswa. Dengan penyebaran
deskriptif kualitatif digunakan untuk
kuesioner akan diperoleh jawaban
memperoleh gambaran yang jelas,
mengenai dampak penerapan perilaku
objektif, sistematis, dan cermat mengenai
verbal dan nonverbal tersebut.
fakta-fakta aktual dari sifat populasi
Sukardi (2012) mengemukakan
(Margono, 2003: 36). Rancangan ini juga
bahwa instrumen penelitian berguna untuk
digunakan sebagai prosedur
memperoleh data yang diperlukan ketika
mengidentifikasi dan mendeskripsikan
peneliti sudah menapak pada langkah
fenomena yang terjadi di lapangan dengan
pengumpulan informasi di lapangan. Hal
apa adanya, tanpa ada rekayasa.
tersebut menandakan bahwa peneliti
Subjek dalam penelitian ini adalah
sendiri adalah instrumen utama dalam
guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1
penelitian ini, yang menjadi pengatur
Singaraja. Subjek yang digunakan
dalam segala kegiatan penelitian. Selain
sebanyak 3 orang, yaitu guru yang
itu, instrumen lain yang peneliti gunakan
mengajar di kelas VII, VIII, dan IX, yaitu
adalah lembar observasi, kamera,
Luh Murtiningsih, S.Pd., Ida Ayu Komang
handycame, dan tape recorder untuk
Padmini, S.Pd., dan Drs. Gede Mertha.
metode observasi, pedoman wawancara
Subjek penelitian ini ditentukan dengan
untuk metode wawancara, dan kuesioner
teknik sampling bertujuan (sampling
untuk metode kuesioner.
purposive), yaitu teknik penentuan sampel
Metode analisis data yang
dengan pertimbangan tertentu. Peneliti
digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan subjek tersebut agar
analisis data penelitian linguistik
memperoleh data perilaku verbal dan
nonstruktural dengan metode analisis
nonverbal guru ketika memberikan
deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk
penguatan pada semua jenjang kelas di
ke dalam analisis data penelitian linguistik
SMP. Dengan menggunakan guru di
nonstruktural sebab penelitian yang
jenjang kelas VII, VIII, dan IX, peneliti
dilakukan tercakup ke dalam bidang ilmu
akan bisa memperoleh data secara
sosiolinguistik. Arikunto (1998: 245)
keseluruhan di SMP Negeri 1 Singaraja,
menyatakan bahwa dalam analisis data
tidak satu kelas saja.
deskriptif kualitatif, data digambarkan
Objek dalam penelitian ini adalah
dengan kata-kata atau kalimat yang
perilaku verbal dan nonverbal guru ketika
dipisah-pisah menurut kategori untuk
memberikan penguatan, yang meliputi:
memperoleh simpulan. Selain itu, metode
bentuk perilaku verbal dan nonverbal,
analisis deskriptif kualitatif ini peneliti
fungsi masing-masing perilaku verbal dan
gunakan untuk memberikan predikat
nonverbal, dan dampak pemberian
kepada variabel yang diteliti sesuai
perilaku verbal dan nonverbal terhadap
dengan kondisi sebenarnya. Variabel
siswa.
tersebut adalah perilaku verbal dan
Pengumpulan data dalam penelitian
nonverbal guru ketika memberikan
ini dilaksanakan dengan metode
penguatan.
observasi, wawancara, dan kuesioner.
Analisis data kualitatif seperti yang
Metode observasi digunakan untuk
dikemukakan oleh Miles dan Huberman
mengamati secara langsung perilaku
(dalam Suandi, 2008) terdiri atas kegiatan
verbal dan nonverbal guru ketika
yang berlangsung secara bersamaan.
memberikan penguatan. Metode
Ketiga kegiatan itu adalah (1) reduksi
data, (2) penyajian data, dan (3) suruhan kepada siswa untuk bertepuk
penarikan simpulan/ pembuktian. tangan guna memberikan penguatan
kepada siswa yang telah menampilkan
HASIL DAN PEMBAHASAN pekerjaannya dengan baik, siswa yang
Hasil penelitian ini mencakup tiga mengemukakan pendapat dengan baik,
hal, yaitu (1) bentuk perilaku verbal dan dan ketika siswa menjawab pertanyaan
nonverbal guru ketika memberikan guru dengan baik. Selain untuk menyuruh
penguatan, (2) fungsi masing-masing siswa bertepuk tangan, tuturan imperatif
perilaku verbal dan nonverbal guru ketika juga digunakan guru untuk melanjutkan
memberikan penguatan, dan (3) dampak pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan
perilaku verbal dan nonverbal guru ketika baik dan mengeluarkan pendapat tentang
memberikan penguatan terhadap siswa. sesuatu. Penguatan tersebut diberikan
Bentuk perilaku verbal yang muncul secara perorangan, kelompok kecil, dan
ketika guru memberikan penguatan adalah kelompok.
berupa tuturan deklaratif (dengan Bentuk interogatif juga muncul ketika
frekuensi pemunculan paling tinggi), guru memberikan penguatan. Bentuk
imperatif, dan interogatif (dengan interogatif tersebut berupa pertanyaan
frekuensi pemunculan paling rendah). tentang tanggapan siswa lainnya yang
Perilaku nonverbal yang menyertainya bisa menyempurnakan pernyataan yang
berupa gestural, postural, dan fasial. sudah disampaikan oleh siswa lainnya.
Perilaku verbal berupa tuturan Pertanyaan guru tersebut mengandung
berbentuk deklaratif yang diterapkan guru penguatan kepada siswa yang telah
ketika memberikan penguatan sangat menyampaikan pendapat dengan baik dan
bervariasi. Variasi tersebut bisa dilihat dari kepada siswa yang akan menyampaikan
tuturan-tuturan yang disampaikan guru, pendapat yang lebih sempurna lagi.
seperti “baik sekali”, “tepat sekali, “luar Penguatan tersebut diberikan secara
biasa”, “bagus sekali”, dan lain-lain. perorangan dan tidak penuh.
Sementara itu, tuturan berbentuk imperatif Perilaku nonverbal berupa gestural
yang muncul ketika guru memberikan (gerak sebagian anggota badan yang
penguatan, berkisar pada ucapan “berikan meliputi gerakan tangan, gerakan kepala,
tepuk tangan!” Tuturan berbentuk dan gerakan tangan dan kepala), fasial
interogatif juga muncul ketika guru (ekspresi muka), dan postural (sikap
memberikan penguatan, terutama ketika badan atau cara berdiri). Gestural yang
bertanya kepada siswa agar siswa bisa ditunjukkan guru meliputi gerakan tangan
mengemukakan pendapat yang lebih (paling banyak), gerakan kepala, dan
sempurna. gerakan tangan dan kepala. Fasial yang
Bentuk tuturan deklaratif guru ketika nampak meliputi senyuman. Senyuman
memberikan penguatan digunakan untuk tersebut tidak terlepas dari gestural,
menyampaikan informasi saja. Informasi seperti gerakan tangan berupa acungan
tersebut mengenai pujian kepada siswa jempol; tepukan bahu; tepuk tangan;
yang berhasil menjawab pertanyaan guru, anggukan; salaman; menunjuk benda dan
siswa yang berhasil mengemukakan mengangguk; salaman dan mengangguk.
pendapat, siswa yang sedang Postural yang nampak meliputi postural
mengerjakan tugas, siswa yang yang bermakna immediacy (berupa posisi
menunjukkan pekerjaannya, dan siswa berdiri tegak dengan badan condong ke
yang menunjukkan diri dengan kualitas depan) disertai fasial berupa senyuman,
baik. Penguatan tersebut ditujukan kepada bermakna power (berupa posisi badan
siswa secara perorangan, kelompok kecil, berdiri tegak, agak mencondongkan badan
dan kelompok. Ada juga penguatan yang dengan gerakan yang menunjukkan
ditujukan tidak penuh karena ada jawaban kekuasaan) disertai gestural berupa
siswa yang kurang sempurna. gerakan tangan menunjuk, dan bermakna
Bentuk imperatif yang umumnya ressponsivenes (berdiri tegak dengan
digunakan untuk memerintah, muncul posisi badan menunduk ke siswa).
ketika memberikan penguatan berupa
Postural tersebut tidak berdiri sendiri, lainnya sehingga guru bisa
melainkan disertai gerakan lainnya. mengaplikasinya secara variatif juga.
Fungsi perilaku verbal yang muncul Kedua, tuturan deklaratif yang digunakan
ketika guru memberikan penguatan adalah guru ketika memberikan penguatan bisa
fungsi representatif- menyatakan dan dipahami lebih cepat dan lebih mudah
representatif- mengakui; fungsi direktif- oleh siswa bahwa dirinya sedang
menyuruh dan direktif- bertanya; fungsi diberikan pujian. Hal tersebut mengingat
ekspresif- memuji (dengan frekuensi tuturan deklaratif mengandung maksud
paling tinggi), ekspresif- mengucapkan penguatan yang secara nyata (eksplisit)
terima kasih, dan ekspresif- mengucapkan terkandung dalam tuturan tersebut.
selamat; fungsi komisif- berjanji, dan Berbeda halnya dengan bentuk tuturan
fungsi deklarasi- melarang. Sementara, imperatif dan interogatif yang maksud
fungsi perilaku nonverbal yang menyertai penguatannya perlu diinterpretasikan
tuturan adalah menekankan dan terlebih dahulu oleh siswa karena siswa
melengkapi (dengan frekuensi tertinggi). tidak secara langsung memahami bahwa
Penggunaan perilaku verbal dan dirinya diberikan pujian. Dengan kata lain,
nonverbal guru ketika memberikan penguatan dalam tuturan deklaratif lebih
penguatan sangat berdampak pada siswa. terlihat dibandingkan dalam tuturan bentuk
Secara umum, siswa senang jika diberikan lainnya sehingga wajar bila guru lebih
penguatan, terutama ketika mampu banyak menerapkan tuturan bentuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh deklaratif ketika memberikan penguatan
guru secara benar. Penguatan yang daripada menerapkan bentuk lainnya.
diberikan oleh guru lebih banyak berupa Temuan peneliti mengenai bentuk
kata-kata pujian yang cukup sering disertai perilaku verbal berupa tuturan deklaratif,
dengan gerakan. Dilihat dari kuesioner, imperatif, dan interogatif ketika
siswa lebih menginginkan penguatan memberikan penguatan sejalan dengan
berupa ucapan yang disertai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lastrini
gerakan anggota badan. Wajar bila siswa (2011) dan Asih (2012). Pada penelitian
menyarankan agar ketika memberikan yang dilakukan oleh Lastrini, bentuk
penguatan, guru hendaknya deklaratif paling banyak muncul (55
menggunakan ucapan yang disertai tuturan dari 87 tuturan), dilanjutkan
dengan gerakan anggota badan dan dengan bentuk imperatif (20 tuturan dai 87
ekspresi wajah. tuturan), dan bentuk interogatif (12 tuturan
Hasil penelitian yang telah dai 87 tuturan). Begitu juga dengan
dikemukakan di atas bisa dijelaskan penelitian yang dilakukan oleh Asih yang
dengan pemaparan berikut. Tingginya menyatakan bahwa bentuk deklaratif
pemunculan bentuk deklaratif ketika memiliki frekuensi paling tinggi, dilanjutkan
memberikan penguatan bisa dijelaskan bentuk imperatif, kemudian bentuk
dengan beberapa alasan. Pertama, interogatif paling sedikit. Sementara itu,
banyaknya tuturan deklaratif yang muncul temuan peneliti menyatakan bahwa
sejalan dengan banyaknya variasi tuturan bentuk perilaku yang paling banyak
deklaratif yang bertujuan untuk muncul ketika guru memberikan
memberikan penguatan kepada siswa. penguatan adalah bentuk deklaratif
Variasi tersebut menyangkut tuturan sebanyak 55 tuturan, dilanjutkan bentuk
seperti, “baik sekali”, “tepat sekali, “luar tuturan imperatif sebanyak 14 tuturan, dan
biasa”, “bagus sekali”, dan tuturan lainnya. bentuk interogatif sebanyak 5 tuturan.
Variasi tuturan dalam bentuk deklaratif Dengan demikian, temuan peneliti dengan
untuk memberikan penguatan lebih temuan Lastrini dan Asih dapat dikatakan
banyak ada dibandingkan variasi tuturan sejalan.
dalam bentuk imperatif dan bentuk Perilaku nonverbal berupa gestural
interogatif. Hal tersebut mengisyaratkan meliputi gerakan tangan cocok diterapkan
bahwa tuturan bentuk deklaratif lebih guru untuk memberikan penguatan
variatif dalam rangka pemberian kepada siswa karena gerakan tersebut
penguatan dibandingkan bentuk tuturan memberikan efek positif terhadap siswa.
Muhammad (1989) menyatakan bahwa ekspresi senang atau tidak senang, yang
sebuah tepukan di bahu akan lebih menunjukkan komunikator memandang
menyenangkan daripada kata-kata yang objek penelitiannya baik atau buruk.
diucapkan. Begitu pula dengan gerakan Senyuman yang diberikan guru ketika
lainnya, tentunya akan lebih berdampak memberikan penguatan tentu saja
bagi siswa. senyuman yang mengekspresikan
Gestural berupa gerakan kepala perasaan senang sehingga siswa merasa
yang meliputi anggukan juga sesuai diberikan penguatan.
digunakan guru untuk menyertai perilaku Perilaku nonverbal guru berupa
verbal ketika memberikan penguatan, postural meliputi jenis postural yang
sebab anggukan kepala bermakna bermakna immediacy (meliputi posisi
sebagai tanda persetujuan dengan lawan berdiri tegak dengan badan condong ke
bicara (siswa), tanda bahwa guru depan) disertai fasial berupa senyuman,
memberikan semangat, dan tanda bahwa bermakna power (meliputi posisi badan
guru membenarkan fakta yang berdiri tegak, agak mencondongkan badan
disampaikan lawan bicara (siswa). Hal dengan gerakan yang menunjukkan
tersebut sejalan dengan Muhammad kekuasaan) disertai gestural berupa
(1989) yang mengemukakan bahwa gerakan tangan menunjuk, dan bermakna
anggukan kepala dapat menyatakan ya ressponsivenes (berdiri tegak dengan
dan tidak. Gerakan kepala yang posisi badan menunduk ke siswa).
menyatakan ya memiliki variasi berupa Dengan demikian, semua makna postural
anggukan yang menunjukkan perhatian, menurut Duncan (dalam Elfanany, 2013:
menunjukkan pemahaman akan maksud 33) diterapkan guru ketika memberikan
lawan tutur, menyatakan persetujuan penguatan. Meskipun demikian, postural
dengan lawan bicara, memberikan yang diterapkan guru muncul dengan
semangat, dan membenarkan fakta yang kuantitas sangat rendah. Hal tersebut
disampaikan lawan bicara. disebabkan oleh cara guru memberikan
Gerakan tangan dan kepala juga penguatan yang didominasi oleh gerakan
sesuai diterapkan guru dalam konteks anggota badan, tidak terfokus pada sikap
memberikan penguatan kepada siswa, berdiri yang bertumpu pada gerakan kaki.
sebab perilaku tersebut menyertai tuturan Temuan peneliti mengenai bentuk
verbal untuk lebih menguatkan makna perilaku nonverbal yang berupa gestural,
penguatan yang diberikan. Gerakan fasial, dan postural (yang didominasi oleh
tangan dan kepala tersebut merupakan gestural meliputi gerakan tangan), sejalan
kombinasi gerakan tangan dan gerakan dengan temuan pada penelitian yang
kepala sehingga dalam pemberian dilakukan oleh Diarsa (2010), Lastrini
penguatan, gerakan tersebut mempunyai (2011), dan Asih (2012). Dalam ketiga
dampak lebih besar dibandingkan gerakan penelitian tersebut, diperoleh temuan
tangan saja ataupun gerakan kepala saja. bahwa gerakan tangan mendominasi
Namun, dari segi penerapannya, perilaku gerakan lainnya. Hal ini sangat wajar,
ini lebih susah diterapkan guru karena mengingat beberapa hal berikut. Pertama,
harus melibatkan anggota badan dan dibandingkan gerakan anggota tubuh
kepala dalam waktu yang bersamaan. lainnya, gerakan tangan lebih bersifat
Perilaku nonverbal guru berupa dinamis sehingga bisa digerakkan ke
fasial berupa senyuman yang diberikan segala arah. Kedua, gerakan tangan
guru kepada siswa ketika memberikan mempunyai variasi yang lebih banyak
penguatan tersebut merupakan ekspresi dibandingkann gerakan anggota tubuh
wajah yang mengomunikasikan penilaian lainnya. Vaiasi gerakan tangan tersebut
tentang ekspesi senang yang seperti mengacungkan jempol,
menunjukkan komunikator (guru) mengayunkan tangan, menunjuk, bertepuk
memandang objek penelitiannya (siswa) tangan, memukul meja, mengelus
baik. Hal tersebut berdasarkan pendapat punggung, dan menepuk bahu. Dengan
Elfanany (2013) bahwa wajah demikian, sangat logis bila guru paling
mengomunikasikan penilaian tentang banyak menggunakan gerakan tangan
ketika memberikan penguatan kepada Keempatnya tidak ada yang menyatakan
siswa. bahwa frekuensi fungsi ekspresif
Sejalan dengan hasil penelitian mendominasi dalam tuturan. Hal tersebut
Diarsa, Lastrini, dan Winantini, salah satu dikarenakan konteks penelitian tersebut
temuannya menyatakan bahwa guru lebih berbeda dengan konteks penelitian ini.
banyak menggunakan perilaku verbal Penelitian ini sangat jelas terbatas pada
tanpa perilaku nonverbal dibandingkan pemberian penguatan guru, sehingga
perilaku verbal yang disertai perilaku sangat wajar bila fungsi makro ekspresif
nonverbal. Ketika memberikan penguatan dengan fungsi mikro memuji mendominasi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tuturan yang disampaikan guru ketika
guru juga lebih banyak menggunakan memberikan penguatan.
perilaku verbal tanpa perilaku nonverbal Fungsi perilaku nonverbal yang
dibandingkan perilaku verbal yang disertai muncul ketika guru memberikan
dengan perilaku nonverbal. Beberapa penguatan adalah menekankan dan
tuturan guru tidak disertai dengan perilaku melengkapi tuturan yang telah
nonverbal ketika memberikan penguatan. disampaikan guru. Fungsi perilaku
Hal tersebut dapat dilihat dari nonverbal lainnya, seperti menunjukkan
perbandingan kuantitas perilaku verbal kontradiksi, mengatur, mengulangi, dan
dengan kuantitas perilaku nonverbal. menggantikan ternyata tidak muncul. Hal
Perilaku verbal guru ketika memberikan tersebut wajar saja, mengingat konteks
penguatan berjumlah 74 tuturan, penelitian adalah dalam penguatan yang
sedangkan perilaku nonverbal guru yang diberikan oleh guru. Perilaku nonverbal
menyertai perilaku verbal ketika yang digunakan guru pastilah untuk
memberikan penguatan berjumlah 59 menekankan atau melengkapi tuturan-
gerakan. tuturan guru. Ketiga guru yang peneliti
Namun, hal tersebut sah-sah saja amati juga menyatakan bahwa perilaku
mengingat judul penelitian ini. Perilaku nonverbal yang diterapkannya ketika
nonverbal yang diamati adalah perilaku memberikan penguatan memang
nonverbal yang menyertai tuturan guru difungsikan untuk melengkapi dan
ketika memberikan penguatan. Perilaku menekankan tuturannya.
nonverbal yang lepas dari tuturan tidak Temuan peneliti mengenai fungsi
menjadi bahan kajian. Guru juga perilaku nonverbal ketika memberiikan
menyatakan bahwa pemunculan perilaku penguatan sejalan dengan temuan pada
nonverbal disesuaikan dengan situasi penelitian yang dilakukan oleh Lastrini.
pemberian penguatan. Jika memang perlu Temuan pada penelitian yang dilakukan
disertai dengan perilaku nonverbal, Lastrini menyatakan bahwa perilaku
barulah tuturan disertai perilaku nonverbal. nonverbal yang digunakan guru sebagian
Bila semua tuturan ketika memberikan besar untuk melengkapi dan menekankan
penguatan disertai dengan perilaku tuturan.
nonverbal, guru akan terlihat terlalu Mengenai dampak perilaku verbal
berlebihan. Siswa mungkin saja juga akan dan nonverbal yang diberikan guru ketika
kebingungan dengan sikap guru yang memberikan penguatan terhadap siswa,
terlalu banyak bergerak. Dengan ditemukan temuan penting bahwa
demikian, penggunaan perilaku nonverbal penggunaan perilaku verbal dan nonverbal
guru ketika memberikan penguatan guru ketika memberikan penguatan sangat
bersifat fungsional dan situasional berdampak pada siswa. Secara umum,
sehingga kuantitasnya tidak sama dengan siswa senang jika diberikan penguatan,
perilaku verbal. terutama ketika mampu menjawab
Temuan peneliti mengenai fungsi pertanyaan yang diberikan oleh guru
perilaku verbal guru ketika memberikan secara benar. Pemberian penguatan yang
penguatan yang didominasi oleh fungsi dilakukan guru sesuai dengan tujuan
makro ekspresif kurang sejalan dengan pemberian penguatan yang dinyatakan
temuan penelitian yang dilakukan oleh oleh Djamarah (2005) dan Mulyasa
Diarsa, Winantini, Lastrini, dan Asih. (2005). Temuan tersebut menandakan
bahwa pemberian penguatan dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
meningkatkan perhatian siswa, simpulan di atas, saran-saran yang dapat
memberikan motivasi kepada siswa, disampaikan dalam penelitian ini adalah
mengontrol tingkah laku siswa, sebagai berikut.
mengembangkan kepercayaan diri siswa, Pertama, mengingat pentingnya
meningkatkan kegiatan belajar, dan perilaku verbal dan nonverbal ketika
membina perilaku yang produktif. Dengan memberikan penguatan guna peningkatan
demikian, temuan ini sejalan dengan semangat belajar siswa, guru hendaknya
pernyataan para ahli. bisa menerapkan perilaku verbal dan
nonverbal tersebut secara tepat.
Kedua, penelitian ini masih terbatas
SIMPULAN DAN SARAN pada kinesik yang meliputi gestural, fasial,
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dan postural. Masih banyak aspek perilaku
dapat disimpulkan beberapa hal mengenai nonverbal lainnya yang belum diteliti.
penelitian ini. Sebab itu, disarankan kepada peneliti lain
Pertama, bentuk-bentuk perilaku untuk mengadakan penelitian lanjutan
verbal guru ketika memberikan penguatan terkait perilaku verbal dan nonverbal yang
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di belum dikaji dalam penelitian ini.
SMP Negeri 1 Singaraja adalah bentuk Ketiga, penelitian ini dilakukan
tuturan deklaratif, bentuk tuturan imperatif, hanya di jenjang SMP. Oleh karena itu,
dan bentuk tuturan interogatif Sementara peneliti lain dapat melakukan penelitian
itu, bentuk perilaku nonverbal yang mengenai perilaku verbal dan nonverbal di
menyertainya adalah bentuk gestural, jenjang sekolah lainnya, baik TK, SD,
fasial, dan postural. maupun SMA.
Kedua, fungsi perilaku verbal guru Keempat, perilaku verbal dan
ketika memberikan penguatan dalam nonverbal yang peneliti teliti difokuskan
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP pada pemberian penguatan sebagai salah
Negeri 1 Singaraja adalah fungsi makro satu keterampilan dasar mengajar. Peneliti
ekspresif (dengan fungsi mikro memuji, lain bisa memfokuskan perilaku verbal dan
fungsi mikro mengucapkan selamat, dan nonverbal pada keterampilan dasar
fungsi mikro mengucapkan terima kasih), mengajar yang lainnya.
fungsi makro direktif (dengan fungsi mikro
menyuruh dan bertanya), fungsi makro
representatif (dengan fungsi mikro DAFTAR PUSTAKA
menyatakan dan fungsi mikro mengakui), Asih, Wayan Sri Merta. 2012. Bentuk
fungsi makro komisif (dengan fungsi mikro Penolakan Timbal Balik Guru-Siswa
berjanji), dan fungsi makro deklarasi secara Verbal dan Nonverbal dalam
(dengan fungsi mikro melarang). Pembelajaran Bahasa Indonesia
Sementara itu, fungsi perilaku nonverbal Kelas VIII di SMP Negeri 4
yang menyertainya berfungsi menekankan Singaraja. Skripsi. (tidak diterbitkan).
dan melengkapi. Singaraja. Universitas Pendidikan
Ketiga, penggunaan perilaku verbal Ganesha.
dan nonverbal guru ketika memberikan
penguatan sangat berdampak pada siswa. Diarsa, I Nyoman. 2010. Perilaku Verbal
Secara umum, siswa senang jika diberikan dan Nonverbal Guru dalam
penguatan, terutama ketika mampu Pengajaran Praktik Komputer di
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh SMK Negeri 3 Singaraja. Skripsi.
guru secara benar. Penguatan yang (tidak diterbitkan). Singaraja:
diberikan oleh guru lebih banyak berupa Universitas Pendidikan Ganesha.
kata-kata pujian yang cukup sering disertai Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan
dengan gerakan. Padahal, siswa lebih Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
menginginkan penguatan berupa ucapan Jakarta: PT Rineka Cipta.
yang disertai dengan gerakan anggota
badan.
Effendy, Onong Uchjana. 2004. Dinamika
Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Elfanany, Burhan. 2013. Buku Pintar
Bahasa Tubuh untuk Guru dan
Dosen. Yogyakarta: Araska.
Lastrini, Ni Komang Dewi. 2011. Perilaku
Verbal dan Nonverbal Guru dalam
Pengajaran Berbicara Bahasa
Indonesia di SMA N 4 Singaraja.
Skripsi. (tidak diterbitkan). Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Muhammad, Arni. 1989. Komunikasi
Organisasi. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru yang


Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Suandi, Nengah. 2008. Pengantar


Metodologi Penelitian Bahasa.
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.

Sudiana, Nyoman. 2006. Interaksi Belajar


Mengajar. Surabaya: Media Ilmu.

Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian


Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Winantini, Ni Nyoman Arika. 2011.


Perilaku Verbal dan Nonverbal Guru
dalam Pengajaran Praktik
Mendongeng di SD Negeri 3
Sembiran. Skripsi. (tidak diterbitkan).
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai