Anda di halaman 1dari 4

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir


Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai

dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula

darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di

atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). DM dikenal sebagai

silent killer, dimana penderitanya sering kali tidak menyadari penyakitnya

sebelum terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang

hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang

menimbulkan komplikasi. International Diabetes Federation (IDF)

menyebutkan bahwa prevalensi diabetes mellitus di dunia adalah 1,9% dan

telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia

sedangkan tahun 2013 angka kejadian diabetes di dunia adalah sebanyak 382

juta jiwa dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia.

Prevalensi kasus Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 85-90% (Bustan, 2015).

Ketidak patuhan dalam pengobatan diabetes mellitus masih menjadi

masalah yang penting dalam pengelolaan penyakit tersebut. Tingkat kepatuhan

pasien diabetes mellitus tipe 2 yang lebih rendah dibandingkan penderita

diabetes mellitus tipe 1 yang dapat disebabkan oleh regimen terapi yang

bersifat kompleks dan polifarmasi serta adanya efek samping obat yang dapat

timbul selama pengobatan berlangsung sehingga peningkatan kepatuhan

memiliki peran penting dalam pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Tingkat

kepatuhan mengonsumsi obat yang kurang tepat pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar mendorong penulis untuk

melakukan penelitian ini. RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar dipilih sebagai

tempat penelitian ini karena di RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar memiliki

poliklinik dalam dengan jumlah pasien yang cukup tinggi.

Untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat dapat dilakukan

dengan 2 metode pengukuran yaitu langsung dan tidak langsung. Metode

langsung bisa diukur dengan pengukuran konsentrasi obat didalam darah,

sedangkan metode tidak langsungnya menggunakan kuisioner yang diberikan

kepada responden (Osterberg & Blaschke, 2005). Pada metode langsung

dapat digunakan alat pengukuran berupa kuisioner MMAS-8. MMAS-8 ini

bisa menangkap hambatan atau kesulitan yang dialami responden terhadap

kepatuhan penggunaan obat (Morisky, Ang, Krousel-Wood, & Ward, 2008).

3.2 Kerangka Konsep

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Gol. Sulfonilurea

Gol. Biguanid
Gol. Glinid
Terapi nonfarmakologi Terapi Farmakologi
Gol. Penghambat
(Antidiabetes Oral) alfa-glukosidase

Pemilihan Kepatuhan Gol.


Tiazolidindion
1. Dosis
2. Cara minum obat Gol. Penghambat
3. Waktu minum obat Dipeptidyl
Faktor yang
4. Periode minum obat
Peptidase-IV
mempengaruhi
kepatuhan
Gol. Penghambat
1. Usia Evaluasi SGLT-2
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan Kepatuhan minum obat

Metode Tidak Langsung Metode Langsung

Kuisioner MMAS-8 Pengukuran kadar gula


darah

3.3 Hipotesis
3.3.1 Hipotesis 0

Tidak ada faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan


Nilai MMAS-8 Nilai MMAS-8 Nilai MMAS-8
8 penggunaan obat
6-˂8 antidiabetes oral pada pasien diabetes mellitus
˂6
Kepatuhan Tinggi tipe 2 di Poli Rawat
Kepatuhan Jalan Rumah Sakit Sanjiwani
Sedang Daerah
Kepatuhan Gianyar.
Rendah
3.3.2 Hipotesis 1

Tidak ada faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

penggunaan obat antidiabetes oral pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Sanjiwani Daerah Gianyar.

Anda mungkin juga menyukai