Askep DM Tipe I
Askep DM Tipe I
Dosen Pembimbing :
Ns. Sarwan, S.Kep, M.Kep
Dibuat Oleh :
KELOMPOK 1 (4A KEPERAWATAN)
Rossilawati Tan (1901008)
Yana Lajali (1901020)
Hendra Ayuba (1901005)
Nurul S. Gay (1901027)
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Diabetes Melitus Tipe 1. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
1
SAMPUL .....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
2
PENDAHULUAN
Menurut statistik dari studi Global Burden of Disease World Health Organization
(WHO) tahun 2004, Indonesia menempati peringkat pertama di 2 Asia Tenggara, dengan
prevalensi penderita sebanyak 8,426,000 jiwa di tahun 2000 dan diproyeksi meningkat 2,5
kali lipat sebanyak 21,257,000 penderita pada tahun 2030 (WHO, 2011). Berdasarkan dari
International Diabetes Federation (IDF) tahun 2002, Indonesia merupakan negara ke empat
terbesar untuk prevalensi DM setelah Negara India, Cina, dan Amerika Serikat (Suyono,
2006 dalam Prabowo 2014). Terdapat 2 puncak insiden DM tipe 1 pada anak yaitu pada usia
5-6 tahun dan 11 tahun. Patut dicatat bahwa lebih dari 50% penderita baru DM tipe 1 berusia
>20 tahun. Indonesia menempati urutan ke tujuh terbesar dalam jumlah penderita DM dengan
prevalensi 8,5% dari total penduduk (IDF, 2013).
Berdasarkan data registrasi IDAI anak dengan DM tipe 1 hingga tahun 2014
didapatkan 1021 kasus. Survei United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) yang
meneliti penyandang DM pada semua tipe selama 6 tahun, menunjukkan hasil bahwa 76%
hiperglikemia yang dialami responden akibat insulin, 45% akibat dari penggunaan konsumsi
obat sulfonilurea, dan 3% akibat dari tidak adekuatnya diet (Cefalu, 2005 dalam
3
Sutawardana, 2016). Ikatan Keluarga Diabetesi Anak dan Remaja (IKADAR) Kota Malang
memiliki jumlah anggota sekitar 68 anggota anak dan remaja dengan jumlah anak 44 orang
dan remaja 24 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juli
2017, didapatkan data dari pengurus IKADAR Malang bahwa dalam 3 bulan terakhir ini
terdapat 3 kasus kejadian remaja yang mengalami ketoasidosis diabetic (KAD) yang rawat
inap dikarenakan 3 kadar gula dan HbA1c tinggi, akibat terjadinya KAD pada remaja
tersebut. Terjadinya KAD dikarenakan kurang perhatiannya orang tua dalam makanan yang
dimakan anaknya sehari-hari, sehingga makanannya tidak terkontrol yang akibatnya terjadi
hipoglikemia kemudian KAD.
Pada DM tipe 1 terjadi kerusakan pada sel beta dalam menghasilkan insulin karena
proses autoimun. Sebagai akibatnya pasien kekurangan insulin bahkan tidak ada insulin,
sehingga memerlukan terapi insulin agar gula darah dalam batas terkontrol. Tipe ini terjadi
sekitar 5-10% dari keseluruhan penderita diabetes. Banyak hal yang dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya DM. Faktor-faktor predisposisi ini terdiri dari faktor yang dapat
diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor predisposisi yang dapat diubah adalah pola
makan, olahraga, dan aktivitas sedangkan faktor predisposisi yang tidak dapat diubah adalah
jenis kelamin, usia, ras, dan riwayat genetik (Pulungan, 2015). Penyakit DM dapat
dikendalikan dengan mengatur pola makan dan diet seimbang (Waspanji, 2007). Pengaturan
makanan pada penderita DM tipe 1 bertujuan untuk mencapai kontrol metabolik yang baik
tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme basal, pertumbuhan, pubertas,
maupun aktivitas sehari-hari.
4
1.3 Tujuan
1) Untuk Mengetahui Pengertian Diabetes Melitus Tipe 1
2) Untuk Mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus Tipe
3) Untuk Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1
4) Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe 1
5) Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus Tipe 1
6) Untuk Mengetahui Therapi dan Phenatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1
7) Untuk Mengetahui Pathway Diabetes Melitus Tipe 1
8) Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 1
1.4 Manfaat
1) Agar pembaca mengetahui tentang penyakit diabetes tipe 1
2) Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang penyakit diabetes tipe 1
3) Memahami tentang penyakit diabetes tipe 1
4) Mendapatkan informasi kesehatan tentang penyakit diabetes tipe 1
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kata Diabetes berasal dari bahasa Yunani, yakni diabainein yang berarti “tembus”
atau“pancuran air”. sedangkan kata mellitus berasal dari bahasa Latin, mellitus yang artinya
“rasamanis”. Kemudian, diabetes mellitus secara umum dikenal dengan penyakit “kencing
manis”yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus
menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang
dimaksud diabetesmellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai dengan
berbagai kelainan metabolikakibat gangguan hormonal. Dalam periksaan mikroskop electron,
diketahui bahwa kelainan ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal
dan pembuluh darah, yangdisertai lesi dan membran basalisi.
Diabetes yaitu peningkatan jumlah glukosa ( gula ) dalam darah. Diabetes tipe 1
ini biasanya muncul pada usia muda dibawah 40 tahun, tetapi dapat juga terjadi
pada berbagai usia. Penanganannya adalah dengan pemberian suntikan insulin dan
pengaturan pola makan. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit ketika kadar glukosa (gula)
di dalam darah tinggi karenatubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
cukup.
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi akibat
kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. (Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth, 1998). Diabetes Melitus adalah
sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen yang secara klinis ditandai dengan
ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal.
1367).
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan tipe, Diabetes Melitus terbagi atas :
a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
- Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan sebelum usia
30 tahun.
- Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau
produksinya sangat sedikit.
b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)
- Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas.
- Terjadi resistensi terhadap kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan
reseptor. Insulin pada sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan
berkurangnya produksi insulin relatif.
6
2.3 Etiologi
DM Tipe I :
a. Faktor genetik
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit Antigen) yang
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas transplantasi dan proses
imun.
b. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta. (Masih dalam proses penelitian).
c. Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang dianggap
seolah-olah sebagai jaringan asing.
2.4 Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di pulau langerhans. Insulin di
produksi terus menerus sesuai tingkat kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM
produksi insulin terganggu atau tidak diproduksi. Defisiensi insulin mengakibatkan glukosa
tidak dapat masuk sel melalui siklus krebs dan akan mengakibatkan sel mengakomodasi
protein dan lemak dari jaringan adipose untuk dipakai sebagai sumber energi. Pemecahan ini
akan menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton sehingga menimbulkan ketoasidosis.
Pada DM Tipe I (IDDM) adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dan
gejala yang pada akhirnya menuju pada proses tahap kerusakan imunologik sel-sel yang
memproduksi insulin, yaitu kerusakan pada sel langerhans sehingga terjadi penurunan sekresi
atau defisiensi insulin sehingga metabolisme insulin menjadi terganggu. Bila sekresi insulin
berkurang atau tidak ada, maka konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat
(hiperglikemia), keadaan hiperglikemia menyebabkan tekanan extra sel meningkat, karena
peningkatan tekanan ini sehingga cairan dari ekstrasel ditarik ke dalam darah sehingga terjadi
gangguan reabsorbsi pada ginjal sehingga kemampuan reabsorbsi melebihi batas ambang
ginjal dan akan tampak glukosuria akibat dari ginjal tidak dapat menyaring semua glukosa
yang keluar, ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin. Ekskresi ini akan
disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Pasien mengalami penurunan berat badan akibat defisiensi insulin menyebabkan
gangguan metabolisme protein dan lemak. Oleh karena menurunnya simpanan kalori pasien
mengalami banyak makan (polifagia). Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glukogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru) yang dapat menyebabkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang akan mengakibatkan peningkatan produksi keton dengan tanda dan gejala : nyeri
7
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, bila tidak ditangani dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan kematian. Pemecahan lemak yang tidak
sempurna akan menyebabkan peningkatan asam lemak bebas dan menimbulkan
aterosklerosis yang memvasokonstriksi pembuluh darah yang membuat tahanan perifer
meningkat akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah. Aterosklerosis menyebabkan aliran
darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ ginjal akan terlihat adanya proteinuria,
hipertensi mencetuskan hilangnya fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal.
Pada organ mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk
mengakibatkan neuropati perifer dengan gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal,
penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan sirkulasi
ekstremitas bawah yaitu lamanya penyembuhan luka karena kurangnya O2 dan
ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan gangrene.
8
DM Tipe I
- DKA (Diabetik Ketoasidosis) : gangguan metabolik yang berat, ditandai dengan adanya
hiperglikemia, hiperosmolaritas dan asidosis metabolik terjadi akibat lipolisis yang hasil
metabolisme akhirnya adalah badan keton.
a. Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-arteri besar.
Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada penderita
IDDM. Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme lemak dan lipid. Selain itu,
diabetes dianggap memberikan peranan sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang
dapat mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan
akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri
renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer.
b. Perubahan mikrovaskuler
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering
terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati
diabetik.
1) Nefropati
Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal.
Empat jenis lesi yang sering timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis,
lesi-lesi tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap
sesuai dengan beratnya penyakit.
2) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis
atau sistim saraf pusat.
Neuropati sensorik/neuropati perifer.
Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada malam hari, penurunan fungsi
proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat
benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan
ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas
nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi
pada kaki tanpa diketahui.
3) Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati,
penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan
hiperglikemi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
9
2.7 Therapi dan Penatalaksanaan Medis
a. Diet
Ditujukan pada pengaturan jumlah kalori dan KH yang dimakan setiap hari. Jumlah kalori
yang dianjurkan tergantung pada kebutuhan untuk mempertahankan mengurangi atau
mencegah obesitas.
b. Latihan, berfungsi :
1) Menurunkan kadar gula dalam darah dengan meningkatkan metabolisme.
2) Mempermudah transportasi glukosa untuk masuk ke dalam sel.
Yang perlu diperhatikan pada terapi aktifitas :
· Jangan mulai olahraga jika kadar gula darah rendah.
· Jangan menggunakan sepatu yang sempit, karena luka sekecil apapun menimbulkan
komplikasi yang parah.
c. Obat
1) Obat hipoglikemia oral.
Bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan yang tersimpan.
2) Insulin
Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :
· Membedakan bahan lain dengan insulin kemudian mengikatnya dengan cepat.
· Pembentukan kompleks reseptor insulin akan merangsang rangkaian kejadian intraseluler
yang kemudian mengarah terjadinya efek insulin yang karakteristik.
10
2.8 Pathwey
11
2.9 Asuhan Keperawatan DM Tipe I
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny. N.R.
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Werdhi Agung
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Tidak berkerja
Tanggal MRS : 11/11/2020
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
12
Tidak ada anggota keluarga yang memimiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak
ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit ginjal, hipertensi, jantung, asma dan DM
3.Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi/Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit langsung segera dibawa ke
dokter atau puskesmas terdekat
b. Pola nutrisi metabolic
Sebelum sakit : klien makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan minum air
putih 7-8 gelas/hari
Saat sakit : klien makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan minum air putih
7-8 gelas/hari
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakn BAB 2x sehari denagan konsistensi lembek dan BAK
6-7x sehari
Saat sakit : Pasien mengatakan belum BAB dan BAK 6-7x sehari
d.Pola aktifitas dan latihan
No Aktifitas Skor
0 1 2 3 4 K
e
t
1 Mandi √ √
2 Berpakaian/berdandan √
3 Makan / minum √ √
4 Mobilisasi di tempat tidur √ √
5 Pindah √ √
Ket :
1 : Mandiri
1 : Dibantu Sebagian
13
f. Pola kognitif perseptual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan penglihatan, pendengaran, penciuman baik
Saat sakit : Pasien mengatakan penglihatan, pendengaran, penciuman kurang baik
g. Pola konsep diri
Citra tubuh : Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai
Identitas diri : Pasien adalah seorang perempuan lansia dan pasien tinggal bersama suami
dan anaknya
Peran diri : Pasien adalah seorang nenek yang sudah tidak bekerja dan hanya dirumah saja
Ideal diri : Pasien berharap ingin segera sembuh dan dapat berkumpul dengan anggota
keluarganya
h. Pola koping dan toleransi stress
Sebelum sakit :Pasien selalu mendapatkan dukungan dan bimbingan dari anggota keluarga
Saat sakit : Pasien lebih mendapatkan perhatin dari keluarganya
i. Pola hubungan dan peran
Hubungan pasien dengan keluarga, teman dan masyarakat sekitar rumahnya terjalin sangat
baik
j. Pola reproduksi/seksual
Pasien berjenis kelamin perempuan dan mempunyai anak 4 berjenis kelamin laki laki 3 dan 1
perempuan
k. Pola nilai keyakinan
Sebelum Sakit : Pasien selalu melakukan ibadah di rumah maupun dipura
Saat sakit : Pasien tidak dapat turun dari tempat tidur, pasien berdoa untuk
kesembuhanya dengan berbaring
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
TD : 110/80 Mmhg
N : 86 x/m
R : 20 x/m
SB : 37,5 ℃
14
4. Head to toe
a. Kepala: bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam sedikit beruban, bersih dan tidak
ada nyeri
b. Mata : Simetris, tidak ada gangguan penglihatan
c. Telinga : simetris, tidak ada gangguan oendengaran
d. Hidung : simetris, tidak ada kelainan, tidak ada gangguan penciuman
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada lesi, tidak ada sianosis
f. Lehar : tidak ada pembesaran kalenjar tyroid
g. Thorax : bentuk dada simetris
h. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan
i. Genetalia : Beerjenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan
j. Ekstremiitas :
Atas : Tidak ada kelainan/normal
Bawah : terdapat luka pada kaki bagian kanan
5. Pemeriksaan penunjang
6. Terapi obat
B. Analisa Data
Do :
15
2 Ds : kondisi Fisiologis (D. 0057)
Do :
-TTV
TD : 110/80 Mmhg
N : 86 x/m
R : 20 x/m
SB : 37,5 ℃
-Klien mengatakan 1
bulan yang lalu pasien
pernah masuk RS
dengan penyakit yang
sama
Do :
-pasien tampak
bertanya-tanya tentang
penyakitnya
C. Diagnosa Keperawatan
16
D. Intervensi Keparawatan
Ds : - Kaji TTV
Setelah dilakukan - Observasi tanda-
Pasien mengatakan tindakan keperawatan tanda infeksi dan
luka lama sembuh selam 3x24 jam peradangan seperti
pada bagian kaki diharapkan tujuan dapat kemerahan dan
kanan teratasi denga kriteria adanya push pada
hasil : luka
Do : - Lakukan teknik
- Luka klien dapat perawatan luka
-Tampak luka pada membaik dengan prinsip steril
bagian kaki kanan - Jaga kulit agar tetap
bersih dan kering
-GDS : 250 mg/dL
2 (D. 0057) (L. 05046) - (I. 05178)
Ds :
Setelah dilakukan - Kaji KU pasien
Klien mengatakan tindakan keperawatan - Bantu aktifitas
mudah lelah dan selam 3x24 jam sehari-hari sesuia
merasa seperti tidak diharapkan tujuan dapat kebutuhan
bertenaga teratasi denga kriteria - Tingkatkan tirah
hasil : baring dan
Do : pembatasan
- Pasien mampu aktifitas
-TTV melakukan - menganjurkan klien
aktifitas secara untuk istirahat yg
TD : 110/80 Mmhg mandiri cukup
N : 86 x/m
R : 20 x/m
SB : 37,5 ℃
17
-GDS : 250 mg/dL
3 (D. 0111) (L.12111) - (I.12383)
Do :
-pasien tampak
bertanya-tanya
tentang penyakitnya
TD : 110/80 Mmhg O:
18
R : 20 x/m -GDS : 250 mg/Dl
SB : 37,5 ℃
2 11.30 - Mengkaji KU S:
pasien
Klien mengatakan mudah
Hasil : lemah lelah dan merasa seperti
tidak bertenaga
- Membantu aktifitas
sehari-hari sesuai O:
kebutuhan
TTV
Hasil : untuk menghindari
kelelahan TD : 110/80 Mmhg
- menganjurkan klien
untuk istirahat yg
cukup
19
Hasil: pasien mengikuti A: Masalah belum teratasi
anjuran
P: Intervensi dilanjutkan
3 14.00 - Memberikan S:
penkes tetang
penyakit, diit, dan Pasien mengatakan belum
cara perawatan mengetahui penyakitnya dan
diabetes melitus cara perawatannya
Hasil : O:
- Memberikan
14.30 motivasi tentang
hidup bersih dan A: Masalah belum teratasi
sehat
P: Intervensi dilanjutkan
Hasil:
pasien mendengarkan
dengan baik
20
09.00 Tanda-tanda vital pada bagian kaki kanan
TD : 110/80 Mmhg O:
- Mengobservasi
tanda-tanda infeksi A: Masalah belum teratasi
dan peradangan
seperti kemerahan P: Intervensi dilanjutkan
dan adanya push
pada luka
2. 11.30 - Mengkaji KU S:
pasien
Klien mengatakan masih
Hasil : lemah mudah lelah dan merasa
seperti tidak bertenaga
- Membantu aktifitas
sehari-hari sesuai O:
kebutuhan
TTV
Hasil : untuk menghindari
kelelahan TD : 110/80 Mmhg
21
Hasil : untuk menghindari SB : 37,5 ℃
kelelahan
-GDS : 250 mg/dL
- menganjurkan
klien untuk
istirahat yg cukup
A: Masalah belum teratasi
Hasil: pasien mengikuti
anjuran P: Intervensi dilanjutkan
3. 14.00 - Memberikan S:
penkes tetang
penyakit, diit, Pasien mengatakan sudah
dan cara perawatan mulai mengetahui
diabetes melitus penyakitnya dan cara
perawatannya
Hasil : pasien
mendengarkan dengan O:
baik
-pasien tampak masih
- Memberikan bertanya-tanya tentang
motivasi tentang penyakitnya
hidup bersih dan
sehat
22
jam
1. Senin, 13 - Mengkaji TTV S:
november
2020 Hasil : Pasien mengatakan luka
sudah mulai membaik pada
09.00 Tanda-tanda vital bagian kaki kanan
TD : 110/80 Mmhg O:
- Mengobservasi
tanda-tanda infeksi A: Masalah belum teratasi
dan peradangan
seperti kemerahan P: Intervensi dilanjutkan
dan adanya push
pada luka
- Melakukan teknik
perawatan luka
dengan prinsip
steril
- Menjaga kulit agar
tetap bersih dan
kering
2. 11.30 - Mengkaji KU S:
pasien
Klien mengatakan masih
Hasil : lemah sedikit lemah dan aktifitas
masih dibantu orang lain
- Membantu aktifitas
sehari-hari sesuai O:
kebutuhan
TTV
Hasil : untuk menghindari
kelelahan TD : 110/80 Mmhg
23
12.50 - Meningkatkan tirah N : 86 x/m
baring dan
pembatasan R : 20 x/m
aktifitas
SB : 37,5 ℃
Hasil : untuk menghindari
kelelahan -GDS : 250 mg/dL
- menganjurkan
klien untuk
istirahat yg cukup A: Masalah belum teratasi
3. 14.00 - Memberikan S:
penkes tetang
penyakit, diit, Pasien mengatakan sudah
dan cara perawatan mengetahui penyakitnya dan
diabetes melitus cara perawatannya
Hasil : O:
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata Diabetes berasal dari bahasa Yunani, yakni diabainein yang berarti “tembus”
atau“pancuran air”. sedangkan kata mellitus berasal dari bahasa Latin, mellitus yang artinya
“rasamanis”. Kemudian, diabetes mellitus secara umum dikenal dengan penyakit “kencing
manis”yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus
menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes yaitu peningkatan jumlah glukosa (
gula ) dalam darah. Diabetes tipe 1 ini biasanya muncul pada usia muda dibawah 40 tahun,
tetapi dapat juga terjadi pada berbagai usia.
DM Tipe I : Faktor genetic, Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit
Antigen) yang merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas transplantasi dan
proses imun. Faktor lingkungan, Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta. (Masih dalam proses penelitian). Faktor imunologi,
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang dianggap seolah-olah
sebagai jaringan asing.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di pulau langerhans. Insulin di
produksi terus menerus sesuai tingkat kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM
produksi insulin terganggu atau tidak diproduksi. Defisiensi insulin mengakibatkan glukosa
tidak dapat masuk sel melalui siklus krebs dan akan mengakibatkan sel mengakomodasi
protein dan lemak dari jaringan adipose untuk dipakai sebagai sumber energi. Pemecahan ini
akan menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton sehingga menimbulkan ketoasidosis.
Asuhan keperawatan diabetes melitus tipe 1 adalah proses kegiatan praktik keperawatan
langsung diberikan pada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia khusus pada pemeriksaan diabetes melitus tipe 1 yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi.
3.2 Saran
25
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata SEMPURNA dan masih banyak
kekurangan dalam hal materi yang disampaikan maupun dalam pengetikan. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat konstruktif. Untuk
kedepannya saya dapat menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/9254010b771ae784162b9318232d93c3.pdf
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans
Info Mediaq
26