Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DISFUNGSIONAL UTERI

BLEEDING

Oleh :

HANDA TRI NURCAHYO

18613229

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS

ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2020

I. Pengertian

Perdarahan uterus disfungsi adalah perdarahan abnormal dari uterus (lama,

frekuensi, jumlah) yang terjadi di dalam dan di luar siklus haid, tanpa kelainan organ,

hematologi, dan kehamilan, dan merupakan kelainan poros hipotalamus-hipofise-

ovarium (Sadikin, 2005).

Perdarahan rahim disfungsional atau DUB didefinisikan sebagai perdarahan

yang terjadi dari endometrium proliferatif sebagai akibat anovulasi bila tidak ada

penyakit organik (Hacker, edisi 2, 2001).

II. Penyebab

Perdarahan rahim disfungsional yang terjadi selama umur reproduksi dapat

diakibatkan oleh berbagai penyebab misalnya :

1. Gagalnya efek umpan balik positif  dari estrogen, pengubahan perifer yang

abnormal dari androgen menjadi estrogen, atau cacat endometrium yang dapat

berada dalam tingkat reseptor atau dalam sekresi atau pelepasan prostaglandin.

2. Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi) dan dalam perangsangan yang terus

berlanjut, endometrium akan berproliferasi , sehingga mencapai tinggi yang

abnormal. Terdapat vaskularitas yang hebat dan pertumbuhan kelenjar yang tanpa

dukungan stroma. Endometrium akhirnya tumbuh melebihi perangsangan yang

ditimbulkan oleh estrogen dan perdarahan terjadi, dengan peluruhan endometrium

secara tidak teratur.

3. Kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofise-ovarium.

Usia terjadinya :

-   Perimenars                   (usia 8-16 tahun)

-   Masa reproduksi          (usia 16-35 tahun)


-   Perimenopouse            (usia 45-65 tahun

III.Tanda dan Gejala

     Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.Kejadian

tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami

menstruasi) atau masa pre-menopause

IV. Patofisiologi

Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun pada

siklus tidak berovulasi.

1. Siklus berovulasi

Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus,haid.

Penyebab perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasi lokal di

endometrium.

2. Siklus tidak berovulasi

Perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan oleh gangguan

pada poros hipothalamus-hipofisis-ovarium. Adanya siklus tidak berovulasi

menyebabkan efek estrogen tidak terlawan (unopposed estrogen) terhadap

endometrium. Proliferasi endometrium terjadi secara berlebihan hingga tidak

mendapat aliran darah yang cukup kemudian mengalami iskemia dan dilepaskan

dari stratum basal.(Manuaba edisi 2010 )

3. Efek samping penggunaan kontrasepsi

Dosis estrogen yang rendah dalam kandungan pil kontrasepsi kombinasi (PKK)

menyebabkan integritas endometrium tidak mampu dipertahankan.

Progestin menyebabkan endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini dapat

menyebabkan perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat kontrasepsi


dalam rahim (AKDR) kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis

V. Penatalaksanaan

Beberapa pasien mungkin memerlukan terapi penunjang berupa zat besi atau

transfusi darah. Pasien dengan pemeriksaan pelvis yang normal dan dengan

endometrium proliferatif yang dipastikan dengan biopsi endometrium terbaik diterapi

dengan terapi hormonal. Pasien yang tidak memberi respons terhadap terapi hormonal

secara cepat atau yang lebih tua daripada 35 tahun harus menjalani kuretase untuk

menyingkirkan karsinoma endometrium. Pasien yang gagal memberi respons terhdap

terapi hormonal dapat juga mengalami mioma submukosa atau polip endometrium

dan dapat membutuhkan histereskopi untuk diagnosis dan terapi.

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan

kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mengatur menstruasi agar kembali normal

3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

1. Menghentikan perdarahan

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

a. Kuret (curettage)

Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis

b. Obat  (medikamentosa)

1) Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat

(nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani

kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis

lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan

fungsi liver.

2) Obat Kombinasi

Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya banyak,

yakni 4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis 1×1

tablet selama 3 hingga 6 siklus.

3) Golongan progesterone

2. Mengatur menstruasi agar kembali normal

Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk

mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian:

Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai

pada hari ke 14-15 menstruasi.

3. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.

Pada keadaan ini,klien dianjurkan untuk rawat inap di Rumah Sakit atau

klinik,sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin

(Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka

kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah

VI. Pengkajian keperawatan

1. Data demografi

2. Riwayat penyakit:

a. Riwayat penyakit sekarang

b. Riwayat penyakit dahulu


c. Riwayat penyakit keluarga

3. Pemeriksaan fisik

a. Kulit, rambut, kuku

Warna kulit kemerahan, sianosis (-), pucat (-), pruritus (-), gatal (-), turgor

kulit elastis, bersih, rambut distribusi merata, rontok (-), kuku pendek bersih,

pucat (-), kapilary refil <2 detik.

b. Kepala dan leher

Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), pembesaran kelenjar limfe (-),

pembesaran kelenjar tiroid (-), peningkatan JVP (-),

c. Telinga

Simetris, bersih, discharge (-)

d. Mulut, hidung dan tenggorokan

Mukosa mulut merah muda, stomatitis (-), sianosis (-), faringitis (-), mulut dan

gigi bersih, hidung bersih, tidak ada sekret

e. Thorak dan paru-paru

Simetris, pengembangan dada maksimal, ketinggalam gerak (-), retraksi (-),

taktil fremitus (+), perkusi sonor, auskultasi vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)

f. Payudara

Membesar, kebersihan baik, putting menonjol, ASI keluar.

g. Jantung

S1-2 murni, bising (-), murmur (-), nyeri tekan (-), perkusi pekak, kesan besar

normal

h. Abdomen

Luka post SC memanjang di bawah umbilikus sepanjang 12 cm, pus (-),

peristaltik (+), balutan belum diganti sejak pulang rawat inap.


i. Genetalia

Lochea sanguinolenta, perdarahan (+) 150 cc, edema (-), laserasi (-)

j. Anus dan Rektum

Ruptur perineum (-), episiotomi (-), jahiran perineal (-), kesan bersih

k. Muskuloskeletal

Pergerakan (+), kekuatan (+), edema ekstremitas (-)

VII. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut ybd agen injuri fisik

2. Risiko infeksi

3. Resiko kekurangan volume cairan


VIII. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi

1 Nyeri akut bd agen SLKI: Setelah 1. management nyeri


injury dilakukan asuhan a observasi
Definisi : pengalaman keperawatan 1x24  lokasi, karakteristik,
sensori atau emosi jam makan
durasi, frekwensi,
yang berkaitan dengan diharapkan ada
kerusakan jaringan KH: kualitas, intensitas
aktual atau fungsional, 1. tingkat nyeri
dengan onset nyeri  identifikasi skala
mendadak lambat dan menurun nyeri
berintensitas ringan 2. tekanan  identifikasi respon
Penyebab : darah
nyeri
Agen pencedera menurun
fisiologi, kimiawi dan  identifikasi
fisik. pengetahuan dan
Gejala tanda mayor : keyakinan tentang
Sub: mengeluh nyeri nyeri
Oby :  identifikasi pengaruh
- tampak meringis
nyeri terhadap
- bersikap
Protektif kualitas hidup
- gelisah  monitor keberhasilan
-frekwensi nadi terapi komplementer
meningkat yang sudah diberikan
-sulit tidur  monitor efek samping
Gejala tanda minor
Sub : penggunaan analgetik
Oby: 2. terapiutik
- tekanan darah  berikan teknik
meningkat nonfarmalogis untuk
- pola nafas berubah mengurangi rasa nyeri
- menarik diri ( terapi musik, trepi
-diaforesis
pijat, aroma terapi)
 kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 fasilitas istirahat tidur
 pertimbangkan jenis
dan sumber rasa nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. edukasi
 jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 jelaskan strategi
meredakan nyeri
 anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
4. kolaborasi
 kolaborasikan
pemberian analgetik,
jika perlu
2. pemberian analgesik
a observasi
 identifikasi karakteristik
nyeri
 identifikasi riwayat alergi
 identifikasi kesesuaian
jenis analgesik
 monitor ttv sebeleum dan
setelah pemberian
analgesik
 monitor efektifitas
analgesik
b terapiutik
 diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk
mencapai analgesia
optimal
 pertimbangkan infus
kontinu atau bolus oplold
untuk mempertahankan
kadar dalam serum
 tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien
 dokumentasikan respon
c edukasi
 jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
d kolaborasi
 kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama :
Umur :
Reg :

No Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Ttd


CATATAN PERKEMBANGAN

Nama :
Umur :
Reg :

No Tgl/jam Perkembangan Ttd

Anda mungkin juga menyukai