Makalah Pengendalian Mutu Internal Dan Eksternal Lab Histoteknologi
Makalah Pengendalian Mutu Internal Dan Eksternal Lab Histoteknologi
EKSTERNAL LABORATORIUM
HISTOTEKNOLOGI
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat limpahan karunianya kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah kami yang berjudul “Pengendalian Mutu Internal dan Eksternal
Laboratorium Histoteknologi”. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih
kepada teman teman sesama kelompok yang telah memberikan
referensi serta saling bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………....................................14
3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengendalian mutu internal dan
eksternal
2. Untuk mengetahui kualitas pembuatan preparat
3. Untuk mengetahui kontrol kualitas pewarnaan
4
4. Untuk mengetahui mikrotom beserta penggunaan dan
perawatannya
5. Untuk mengetahui pengendalian terhadap sampel dan sisa sampel
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2.4 PULASAN DAN MOUNTING
Kontras warna HE cukup jelas
Sediaan jernih/bersih, dehidrasi pasca eosin sempurna
Tidak ada sel udara pada mounting
Mounting media tidak berlebihan
Seluruh jaringan tertutup oleh kaca penutup
Tidak ada bercak/sidik jari/mounting media pada slide, terutama
di atas kaca penutup.
13. Fiksasi adekuat, tidak ada sel yang degeneratif akibat terlambat
fiksasi
7
18. Mounting tidak berlebihan, namun menutupi seluruh permukaan
sel
1. Nukleus: zat warna dapat mewarnai nukleus menjadi biru dan dapat
menunjukkan membran nukleus, nukleoli, kromatin, dan nukleus
yang vakuolar dan hiperkromatis.
2. Sitoplasma dan subtansi dasar lainnya: dapat mewarnai dan
membedakan sitoplasma, kolagen, otot, eritrosit, sel darah merah
dan mucin dengan nuansa warna kemerahan.
a. Pada potongan usus, usus buntu dan paru-paru: dapat
mewarnai mucin pada sel epitel, apakah berwarna biru atau
terang tergantung pada pH dari Hematoxylin. Menurunkan
pH biasanya dapat dilakukan dengan menambahkan asam
asetat, hal ini secara signifikan dapat mengurangi warna
mucin.
b. Pewarnaan Hematoxylin yang terlalu teroksidasi akan
menimbulkan warna coklat pada elemen-elemen tertentu
pada jaringan.
8
Teknisi Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa membedakan antara
serat otot dan kolagen, otot akan berwarna merah lebih tua dari kolagen.
Sel darah merah harus berwarna merah terang. Penilaian nukleus akan
tergantung pada jenis sel pada jaringan yang diwarnai. Adapun beberapa
pedoman kontrol kualitas harian pewarnaan H&E dapat dilakukan pada
organ usus besar (kolon), kulit dan ginjal.
Gambar 2.3 sediaan kolon yang diwarnai H&E memperlihatkan mucin yang
berwarna biru. Untuk menghilangkan warna biru pada mucin dapat dilakukan
dengan cara menurunkan pH pada Hematoxylin
9
Gambar 2.3 sediaan kulit yang diwarnai H&E. gambar kiri menunjukkan pH
Eosin terlalu tinggi, gambar kanan menunjukkan Eosin yang sesuai dapat
membedakan serat kolagen dan jaringan saraf.
Gambar 2.3 sediaan ginjal yang diwarnai H&E. Sel dengan kromatin padat
terdapat pada glomerulus. Sel dengan kromatin halus terdapat pada tubulus
10
2. Pastikan proses jaringan dilakukan dengan tepat. Hasil proses
jaringan yang tidak baik (terlalu cepat atau terlalu lama) akan
menimbulkan kesulitan pemotongan jaringan.
a. Letakkan mikrotom dan waterbath pada posisi yang sesuai.
Posisikan mikrotom pada permukaan yang datar, stabil, tidak
licin, terlindung dari aliran udara berlebih, jauh dari tempat
lalu-lalang orang, diletakkan pada posisi yang ergonomis dan
minim menimbulkan kecelakaan kerja.
b. Pergunakan fitur pengaman dengan benar. Hati-hati saat
memasang atau mengatur pisau. Gunakan pinset atau kuas
untuk mengambil pita jaringan dari pisau atau blok jaringan.
Pastikan semua penjepit pada posisi yang baik dan kunci
pengaman pada posisi yang benar.
c. Atur sudut pemotongan pisau. Pisau yang dipakai harus
tajam dan bersih serta harus diposisikan pada sudut
optimum, berkisar pada 35º sudut yang tepat dapat
mengurangi kegagalan dan artefak pada pita jaringan.
d. Maksimalkan usia pemakaian pisau. Bersihkan pisau secara
berkala, dan gunakan setiap bagian pisau dari satu ujung ke
ujung lainnya. Hindari kontak dengan benda keras seperti
pinset dan kuas.
e. Tempatkan kaset jaringan pada posisi yang tepat. Posisikan
jaringan pada posisi yang dapat meminimalisir terbentuknya
lipatan.
f. Waterbath yang digunakan untuk meletakkan pita jaringan
hasil pemotongan dan akan ditempelkan pada kaca objek
harus dijaga suhub airnya. Suhu air berkisar pada 10ºC
dibawah titik leleh paraffin. Air yang digunakan harus bersih
dan bebas gelembung.
g. Pastikan blok jaringan dalam keadaan dingin.
Blok yang dingin akan mengeraskan blok dan mempermudah
untuk menghasilkan pita jaringan yang tipis. Sedikit air akan
11
masuk kedalam jaringan, membuat jaringan sedikit
membengkak dan lebih mudah dipotong.
h. Penjepit harus terpasang kuat, namun tidak terlalu kencang
karena dapat menimbulkan artefak pada pita jaringan.
i. Pastikan mikrotom dan kaca objek yang digunakan dalam
keadaan bersih.
12
Lepaskan blok jaringan dari penjepit, dan ganti dengan blok lain
yang akan dipotong.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/368977161/Kendali-Mutu-
Sitohistoteknologi
https://indonesianjournalofclinicalpathology.org/index.php/pato
logi/article/download/851/578
https://www.academia.edu/36376139/MAKALAH_MANAJEME
N_LABORATORIUM_QUALITY_CONTROL
Buku Bahan Ajar TLM Sitohistoteknologi (Erick Khristian dan
Dewi Inderiati)
15