Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shabrina Halwa

NIM : 195110200111001
Teknik Penerjemahan

1. Teknik Penerjemahan dan fungsi teks


Selain memproduksi makna leksikal dan gramatikal, penerjemah harus memperhatikan
fungsi teks dalam penerjemahanya dengan melihat peranti bahasa yang digunakan untuk
mewujudkan fungsi tersebut. Contoh :
TSu :
I. (Fungsi Vokatif)
We should continue to promote South-North co-operation even as we enchane
South-South co-operation. We should be pragmatic and realistic. We must expect
and be prepared for some diversion of OECD trade and aid resources from
developing world to East Europe and Russia.
II. (Fungsi Estetik)
Di luar salju terus. Hampir pagi.
Tubuhmu terbit dari berahi.
Angin menembus. Hilang lagi
Nafasmu membayang dalam dingin. Mencari.
(Bagian dari sajak oleh Goenawan Mohamad, berjudul Ranjang Pengantin
Kopenhagen, 1971)
TSa :
I.
a) Seharusnya kita meningkatkan kerja sama Selatan-Utara bahkan ketika kita
meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan. Kita harus pragmatis dan
realistis. Kita mestilah mengantisipasikan dan bersiap-siap bahwa akan ada
pengalihan perdagangan OECD dan sumber-sumber dana bantuan dari
negara-negara berkembang ke Eropa Timur dan Rusia.
b) Seharusnya ditingkatkan kerja sama Selatan-Utara bersamaan dengan
peningkatan kerja sama Selatan-Selatan. Ada keharusan untuk prgamatis
dan realistis. Seharusnya diantisipasikan dan dipersiapkan adanya
pengalihan perdagangan OECD dan sumber-sumber dana bantuan dari
negara-negara berkembang ke Eropa Timur dan Rusia.
TSa-Ia menggunakan peranti yang sepandan dengan TSu menunjukan upaya
reproduksi fungsi tersebut yang terdapat dalam TSa-Ib. TSa-Ib terjadi pengubahan
fungsi yaitu dari fungsi vokatif ke informatif.
Walaupun demikian penerjemah tidak dapat mengubah atau melakukan
perubahan yang bersifat menyeluruh sehingga mengubah maksud dan tujuan teks
yang terjadi pada perubahan fungsi teks.

II.

a) Outside snow falls. Almost day.


Your body shaped in desire.
The wind pierces. And departs.
Your breath a shadow in the cold. Searching.
(Terjemahan Harry Aveling, 1975)
b) Outside snow falls. Almost morning.
Your body shaped in sensual feeling.
The wind pierces. And is clearing.
Your breath a shadow in the cold. Searching.
Terjemahan seperti TSa-IIa yang tidak dapat memproduksi fungsi estetik tetap
dapat diterima sebagai padanan karena pemadanan bukanlah penyamaan. Selama
tidak terjadi distorsi makna menyeluruh atau sampai mengubah maksud tujuan
teks keseluruhan teks seperti pada TSa-Ib, penerjemahannya masih diterima.

2. Teknik Penerjemahan dan Gaya Bahasa


Penerjemah harus memperhatikan gaya bahasa dalam teks TSu. Misalnya, dalam kalimat
berikut si penyampai berita memakai gaya resmi “bertenaga” dengan memanfaatkan aspek makna
konotatif. Contoh :
TSu :
III.
We The non-aligned movements is determined to actively participate in all efforts
towards a successful resolution of hotbeds of crises in the world, irrespective of
their historical or contemporary causes, ensuring that solutions are not imposed by
outside powers to the detriment of the interest of the parties directly concerned.
Penggunaan kata yang bergaris bawah menunjukan gaya ”bertenaga” tersebut.
Bandingkan, misalnya, kalau kata-kata yang bergaris bawah tersebut diganti
dengan yang lebih netral, misalnya ‘is determined’ diganti dengan ‘decides’, dan
kata sifat atau adverbanya dibuang. Tentu gaya bahasanya akan tidak
se”bertenaga” aslinya. Seorang penerjemah harus sejauh mungkin mereproduksi
ciri-ciri teks tersebut dalam penerjemahannya.
TSa :
III.
a) Gerakan nonblok merasa terpanggil untuk ikut serta dalam usaha
meredakan ketegangan, dalam rangka mencari solusi atas setiap krisis yang
terjadi di dunia ini. Dalam usaha tersebut, gerakan nonblok berupaya agar
kekuatan luar tidak ikut campur.
Terlepas dari masalah padanan pragmatik, versi TSa-nya tidak
sepadan dalam gaya bahasa (tidak”bertenaga”), banyak memakai aspek
makna denotatif daripada konotatif, yaitu seperti penyampaian fakta biasa.
b) Gerakan nonblok berketetapan untuk secara atif berperanserta dalam
segala upaya pemecahan gemilang bagi permasalahan atau krisis di dunia,
tanpa memandang apakah penyebab historisnya lama atau baru, untuk
menjamin bhwa pemecahan permasalahannya tidak ditunggangi oleh
pihak-pihak luar demi kepentingan pihak-pihak yang terlibat secara
langsung
Terlepas dari wajar-tidaknya penyampaian gramatikal diatas, TSa-IIIb
mengupayakan padanan gaya “bertenaga”. upaya tersebut misalnya, dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata “berketetapan”,”pemecahan gemilang”,
“ditunggangi”. dengan demikian, penerjemah TSa-IIIb mengupayakan
padanan yag relatif total, karena mempertimbangkan segi gaya bahasa
dalam TSu, disamping padanan lain

3. Teknik Penerjemahan dan Ragam Fungsional


Penerjemah harus memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan ragam bahasa (ragam
fungsional) dalam terjemahannya. Sebagai Contoh, apakah seseorang memilih spina atau duri
sebagai terjemahan dari kata spine dalam frase thorns spines in old reef sediment?. dapat
jelaskan bahwa pemilihannya tergantung pada jenis ragam: bila ilmiah populer, kata duri akan
lebih cocok, namun bila ilmiah dan teknis, kata spina akan lebih cocok karena pembacanya
bukan orang awam.
TSu :
IV.
Some scientist believe that the discovery of crown of thorns spines in old reef
sediments indicates that population explosions have occured from time to time in
the past before humans became a factor in reef ecology. (dari bahan Lokakarya
Penerjemahan III, PPJ_FSUI, 1993).
Jika pembaca versi terjemahannya adalah para ahli biologi, maka versi TSa-IVa
dibawah akan diterima
TSa :
IV.
a) Sebagian ilmuan percaya bahwa penemuan spina ‘crown of thorns’ dalam
endapan karang tua menunjukan bahwa ledakan populasi telah terjadi dari
waktu ke waktu di masa lampau sebelum manusia menjadi suatu faktor
dalam ekologi terumbu.
Tampak dalam versi tersebut bahwa selain penggunaan istilah yang
khusus, versi TSa-nya lebih dekat ke bahasa sumbernya, baik strukturnya
maupun kata-katanya. Versi yang demikian ini sudah cukup dipahami oleh
mereka yang ahli dalam bidang biologi kelautan.
Namun jikahasil terjemahan tersebut diperutukan untuk pembaca
yang lebih luas, misalnya dalam teks ilmiah populer, maka teks TSa diatas
tidak akan cukup dipahami
b) Sebagian ilmuan percaya bahwa ditemukannya duri dari jenis mahluk laut
“Mahkota Berduri” dalam endapan karang tua menunjukan adanya ledakan
populasi makhluk tersebut dari waktu ke waktu di masa lampau, yaitu
ketika manusia belum menjadi suatu faktor dalam ekologi terumbu.
TSa-IVb dapat kita lihat hal berikut
1) Istilah teknis diterjemahkan dengan kata-kata yang lebih
fungsional atau mudah dipahami
2) Pemadanan istilah teknis diberi konteks
3) Penerjemahannya menggunakan metode komunikatif
menghasilkan versi TSa yang tidak terlalu menekan bahasa aslinya.

4. Teknik Penerjemahan dan Dialek


Dialek juga masuk unsur yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan. Misal, ada dialek
Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk bahasa Jawa (dialek geografis), dan ada dialek kontemporer
dan dialek kuno (kronolek). Contoh :
TSu : I don’t have no money, brother!
Dialek yang digunakan dalam versi TSu ini menunjukan dialek bahasa yang biasanya
digunakan masyarakat Negro di Amerika (seringkali dirujuk sebagai bahasa sub standar),
yang dapat dilihat pada penggunaan penanda negatif ganda (don’t dan do). apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ciri- ciri substandar tersebut sebaiknya
dipertahankan.
TSa :
I) (dialek Betawi) gue kagak punya doku!
II) (dialek Malang) aku nggak ndue duit, rek!
Perbedaan leksikal antara gue dan aku, kagak dan nggak menunjukan perbedaan dialek
geografis.

Dialek temporal atau kronolek juga dapat menimbulkan masalah dalam penerjemahan dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Contoh :
TSu : kita sering menghadapi pertanyaan…..
TSa : We are often faced with a question…
Penggunaan oftentimes disini agak kuno dan sudah jarang digunakan , yang berlawanan
dengan dialek teks aslinya (bandingkan dengan penggunaan ‘often’ saja).

5. Teknik Penerjemahan dan Dua Masalah Khusus


Dua masalah berikut merupakan masalah yang sering dijumpai dalam penerjemahan yang
melibatkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Masalh tersebut yaitu idiom dan metafora
A. Idiom
Ada dua definisi idiom , yang pertama menurut “Collins English Dictionary” yaitu idiom
adalah sekelompok kata yang maknanya tidak dapat dicari makna kata-kata unsurnya. Definisi yang
kedua menurut buku yang sama yaitu idiom adalah ungkapan kebahasaan yang bersifat gramatikal
dan alami bagi penutur asli suatu bahasa.
B. Metafora
Menurut Collin Englis Dictionary, suatu kiasan dengan menggunakan kata atau frase untuk
merujuk ke suatu objek atau tindakan yang bukan merupakan acuan harafiahnya dengan maksud
menunjukkan suatu kemiripan (dengan obyek atau tindakan tersebut).

6. Kesimpulan
Pilihan seorang penerjemah bisa didasarkan dengan alasan yang berbeda-beda sehingga
menghasilkan suatu versi TSa yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai