TIM PENYUSUN
KELOMPOK 5A
ILFA KHOIRUL UMAH FAUZIAH 170070301111008
PRISKILA AVE PRADITA 170070301111056
RIVALESA RIZQI RAMANIA 170070301111065
MIRA WAHYU KUSUMAWATI 170070301111038
FRISKY LABAGAS ARDELA 170070301111001
MARYANTI 170070301111036
MOHAMAD SALJU BINTORO 170070301111031
IMMANUEL RICO HERIANTO 170070301111015
FITRIA MARINA SANDY 170070301111002
YULIA ROCHMAWATI 170070301111051
LINTANG DIAH YUNIARTI 170070301111069
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur lehadrat Allah SWT, karena
atas rahmat-Nya penuis dapat menyelesaikan tugas akhir profesi departemen
yang berjudul “APPLICATION OF PDCA CYCLE IN THE MANAGEMENT OF
MEDICAL STAFF HAND HYGIENE IN COMMUNITY HOSPITALS”.
Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
3. Ns. Sujud Priono, S.Kep., M.Kep Selaku Pembimbing Klinik Profesi Ners
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis menerima kritik maupun saran guna menyempurnakan
makalah ini. Semoga hasil yang kami tuangkan lewat makalah ini bermanfaat
bagi siapa saja yang memerlukan.
Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sharing Jurnal ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
terkait penerapan metode PDCA dalam melakukan 5 momen cuci tangan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan kepada perawat untuk menerapkan 5 momen
cuci tangan serta mengevaluasi dan merencanakan kembali tindakan
5 momen cuci tangan yang dilakukan.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan kepada petugas kesehatan untuk
mengoptimalisasikan cuci tangan 5 momen dengan metode PDCA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang
telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan
keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan
pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang
baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
- Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan
pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan
dilaksanakan
- Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah
direncanakan
- Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan
kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
- Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan
yang dilaksanakan.
c. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa
kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
- Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian
masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
- Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang
belum berjalan dengan baik
- Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
- Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan
memerlukan perbaikan.
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah,
ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni
- Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan
untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi.
Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
Tetapkan jangka waktu pengamatan
Lakukan perhitungan penyimpangan
- Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalah suatu peta/grafik yang mengambarkan
besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Peta kontrol dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
Tentukan prosentase penyimpangan
Buat grafik penyimpangan
Nilai grafik
d. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanakan
perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau
bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian
masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki
tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan
serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta
hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
2.3 Metode
Metode yang dilakukan oleh penyidik dan para professional yang
bertanggungjawab atas pengelolaan infeksi nosocomial di Rumah Sakit
Masyarakat
2.4 Hasil
Dilihat dari Tabel 1, Tingkat penerapan cuci tangan sebelum pelaksanaan siklus
PDCA adalah 38,2%, dan setelah pelaksanaan siklus PDCA adalah 67,27%
pada staf medis.
3.1.2 Do
3.1.3 Check
Mengacu pada " standar medical staff hand hygiene " dan pedoman
kebersihan tangan WHO untuk institusi medis", Pencucian cuci tangan enam
langkah dan cuci tangan disinfektan secara cepat diambil sebagai kriteria
evaluasi kebersihan tangan, dan sebelum dan sesudah pelaksanaan siklus
PDCA, penerapan kebersihan tangan diperiksa secara rutin dan acak.
Sementara mereka sering memperkuat pengawasan staf medis, anggota
kelompok manajemen departemen mengawasi pelaksanaan kebersihan tangan
untuk mencatat jumlah cuci tangan dan pencucian tangan yang berkualitas
sebelum dan sesudah operasi secara teratur (sekali seminggu). Direktur dan
kepala ruangan memeriksa sebulan sekali. Departemen manajemen infeksi
nosokomial secara acak memeriksanya dari waktu ke waktu di bangsal.
3.1.4 Action
Masalah dapat ditemukan dan dipecahkan dalam siklus terus menerus dan
proses siklus PDCA yang mendalam dan manajemen siklus PDCA dapat
memperkuat manajemen pada setiap link, memobilisasi antusiasme setiap orang,
sehingga setiap orang dan setiap link dapat mengikuti "standar prosedur
operasional" untuk diterapkan, yang menyebabkan penghapusan blind spot
manajemen. Setelah pelaksanaan siklus PDCA, tingkat penerapan cuci tangan
dan tingkat kelulusan dalam pengetahuan kebersihan tangan meningkat secara
signifikan pada staf medis. Penerapan siklus PDCA dapat memungkinkan staf
medis untuk menerapkan langkah-langkah pengelolaan kebersihan tangan, yang
diwujudkan dengan fasilitas kebersihan tangan yang lebih baik di departemen
untuk pembersihan staf medis; rapat mobilisasi kebersihan tangan yang
diadakan di departemen, "bagan alur cuci tangan enam langkah" di dinding di
atas wastafel cuci tangan untuk mengingatkan semua staf agar sering mencuci
tangan dan mencuci tangan dengan benar, kata-kata pengingat hangat dan
poster bergambar ditempatkan di koridor dan pintu bangsal. Langkah-langkah ini
dapat meningkatkan kesadaran petugas medis tentang pentingnya kebersihan
tangan, mengembangkan kebiasaan mencuci tangan yang baik, dan
memperbaiki kepatuhan mereka terhadap kebersihan tangan, untuk mengurangi
timbulnya infeksi nosokomial.
KESIMPULAN