Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN JURNAL KEPERAWATAN

APPLICATION OF PDCA CYCLE IN THE MANAGEMENT OF


MEDICAL STAFF HAND HYGIENE IN COMMUNITY HOSPITALS
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Departemen Manajemen
Pembimbing Akademik : Ns. Evi Harwiati Ningrum, S.Kep., MHSM
Pembimbing Klinik : Ns. Sujud Priono S.Kep M.Kep

TIM PENYUSUN
KELOMPOK 5A
ILFA KHOIRUL UMAH FAUZIAH 170070301111008
PRISKILA AVE PRADITA 170070301111056
RIVALESA RIZQI RAMANIA 170070301111065
MIRA WAHYU KUSUMAWATI 170070301111038
FRISKY LABAGAS ARDELA 170070301111001
MARYANTI 170070301111036
MOHAMAD SALJU BINTORO 170070301111031
IMMANUEL RICO HERIANTO 170070301111015
FITRIA MARINA SANDY 170070301111002
YULIA ROCHMAWATI 170070301111051
LINTANG DIAH YUNIARTI 170070301111069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur lehadrat Allah SWT, karena
atas rahmat-Nya penuis dapat menyelesaikan tugas akhir profesi departemen
yang berjudul “APPLICATION OF PDCA CYCLE IN THE MANAGEMENT OF
MEDICAL STAFF HAND HYGIENE IN COMMUNITY HOSPITALS”.

Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Evi Harwiati Ningrum , S.Kep., M.HSM Selaku Pembimbing Akademik


Profesi Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang

2. Ns. Linda Wieke , S. Kep., M.Ng Pembimbing Akademik Profesi Ners


Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

3. Ns. Sujud Priono, S.Kep., M.Kep Selaku Pembimbing Klinik Profesi Ners
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis menerima kritik maupun saran guna menyempurnakan
makalah ini. Semoga hasil yang kami tuangkan lewat makalah ini bermanfaat
bagi siapa saja yang memerlukan.

Malang, Maret 2018

Penulis
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka


kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi
nosokomial (INOS). Infeksi ini menyebabkan 5000 kematian dan menjadi beban
nasional jutaan dolar. Infeksi ini menyebabkan pasien harus dirawat 2.5 kali lebih
lama dari yang seharusnya (Susilo, 2015). Pencegahan dan pengendalian INOS
merupakan pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh rumah sakit. Saat ini,
angka INOS telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit.
Angka kejadian INOS tidak boleh lebih dari 1,5%.

INOS terjadi karena transmisi mikroba patogen. Pencegahan dan


pengendalian infeksi nosokomial diartikan sebagai upaya mencegah dan
mengendalikan infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan transmisi
mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat.
Upaya tersebut dilakukan dengan menerapkan kewaspadaan standar yang
mampu melindungi petugas kesehatan dari infeksi (Susilo, 2015).

Kesadaran cuci tangan (hand hygiene) pada petugas kesehatan


merupakan perilaku yang mendasar dalam upaya mencegah infeksi silang. Cuci
tangan mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi
nosokomial di rumah sakit dan perawat mempunyai andil besar karena
berinteraksi dengan pasien selama 24 jam. Perilaku 5 momen cuci tangan
merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hand hygiene bisa menurunkan kejadian infeksi
nosokomial. Kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan hand
hygiene dapat menurunkan angka infeksi nosokomial sebanyak 40% (Kampf,
Lofler, 2009). Beberapa studi juga menunjukkan adanya hubungan antara hand
hygiene dengan berkurangnya infeksi. Pada penelitian metaanalisis dari
beberapa penelitian disimpulkan bahwa hand hygiene mampu menurunkan
angka infeksi nosokomial.
Dalam Jurnal ini akan menggunakan siklus PDCA (Plan Do Check Action)
untuk meneliti dan mengklarifikasi masalah kepatuhan petugas kesehatan dalam
penerapan 5 momen cuci tangan yang kemudian akan dievaluasi untuk rencana
berikutnya.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui tingkat implementasi cuci tangan sebelum dan sesudah


implementasi pelaksanaan PDCA
2. Membandingkan skor pengetahuan hand hygiene sebelum dan
sesudahpelaksanaan siklus PDCA

1.3 Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Sharing Jurnal ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
terkait penerapan metode PDCA dalam melakukan 5 momen cuci tangan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan kepada perawat untuk menerapkan 5 momen
cuci tangan serta mengevaluasi dan merencanakan kembali tindakan
5 momen cuci tangan yang dilakukan.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan kepada petugas kesehatan untuk
mengoptimalisasikan cuci tangan 5 momen dengan metode PDCA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identitas jurnal


a. Judul : APPLICATION OF PDCA CYCLE IN THE
MANAGEMENT OF MEDICAL STAFF HAND HYGIENE
IN COMMUNITY HOSPITALS
b. Penulis : LIU YANHONG, ZHANG LIQUN, CHENG KUAN, SUN
XIN
c. Sumber : Acta Medica Mediterranea
d. Bahasa : English
e. Publikasi : 2 Maret 2016

2.2 Siklus PDCA


Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart
pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA,
singkatan bahasa Inggris dari ‘Plan, Do, Check, Act‘ (‘Rencanakan, Kerjakan,
Cek, Tindak lanjuti’), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah
interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep
ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal
dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009).
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut
dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam
perbaikan suatu proses atau sistem sehingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan
dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat
digambarkan sebagai berikut :

Unsur PDCA Langkah langkah


1. Identifikasi masalah
Plan 2. Identifikasi penyebab masalah
3. Menentukan faktor penyebab yang dominant.
4. Menentukan rencana perbaikan dan target
yang akan dicapai.
5. Melaksanakan sepenuhnya rencana
Do perbaikan.
6. Memeriksa hasil pelaksanaan perbaikan.
Check
7. Mencegah timbulnya persoalan yang sama
Action (menetapkan standarisasi).
8. Menyelesaikan problem lain yang masih
belum terselesaikan (menetapkan rencana
berikutnya).

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:


a. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan.
Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian
masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap
serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman
dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai
dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian
masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian
masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur
rencana yaitu:
- Judul rencana kerja (topic),
- Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang
dihadapi (problem statement),
- Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target
yang ingin dicapai (goal, objective, and target),
- Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
- Metode penilaian dan kriteria penilaian
- Waktu pelaksanaan
- Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and
personnels)
- Biaya yang diperlukan (budget),
- Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

b. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang
telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan
keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan
pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang
baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
- Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan
pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan
dilaksanakan
- Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah
direncanakan
- Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan
kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
- Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan
yang dilaksanakan.

c. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa
kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
- Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian
masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
- Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang
belum berjalan dengan baik
- Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
- Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan
memerlukan perbaikan.
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah,
ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni
- Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan
untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi.
Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
 Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
 Tetapkan jangka waktu pengamatan
 Lakukan perhitungan penyimpangan
- Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalah suatu peta/grafik yang mengambarkan
besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Peta kontrol dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
 Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
 Tentukan prosentase penyimpangan
 Buat grafik penyimpangan
 Nilai grafik

d. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanakan
perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau
bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian
masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki
tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan
serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta
hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

2.2 Cuci Tangan


2.2.1 Definisi Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air (Depkes RI, 2009).
2.2.2 Tujuan Cuci Tangan
Menjaga kondisi tangan tetap bersih dan mengangkat
mikroorganisme yang ada di tangan sehingga dapat mencegah terjadinya
infeksi silang (Cross Infection). Tindakan membersihkan tangan yang
bertujuan untuk menghilangkan kotoran, organik material, atau
mikroorganisme yang menempel pada tangan (WHO, 2009).
Menurut Susianti (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu
untuk:
a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
b. Mencegah infeksi silang (cross infection)
c. Menjaga kondisi steril
d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi
e. Memberikan perasaan segar dan bersih.

2.2.2 Indikator Cuci Tangan


WHO telah mengembangkan Moments untuk Kebersihan Tangan
yaitu Five Moments for Hand Hygiene, yang telah diidentifikasi sebagai
waktu kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum
kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah terpapar cairan
tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien (WHO, 2009). Dua dari lima momen untuk kebersihan
tangan terjadi sebelum kontak. Indikasi "sebelum" momen ditujukan untuk
mencegah risiko penularan mikroba untuk pasien. Tiga lainya terjadi
setelah kontak, hal ini ditujukan untuk mencegah risiko transmisi mikroba
ke petugas kesehatan perawatan dan lingkungan pasien.

2.2.3 Macam-Macam Cuci Tangan


Cuci tangan medis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
f. Cuci tangan sosial/mencuci tangan biasa : untuk menghilangkan
kotoran dan mikroorganisme transien dari tangan dengan sabun atau
detergen paling tidak selama 10 sampai 15 detik.
g. Cuci tangan prosedural/cuci tangan aseptik : untuk menghilangkan
atau mematikan mikroorganisme transien, disebut juga antisepsi
tangan, dilakukan dengan sabun antiseptik atau alkohol paling tidak
selama 10 sampai 15 detik.
h. Cuci tangan bedah/cuci tangan steril : proses menghilangkan atau
mematikan mikroorganisme transien dan mengurangi mikroorganisme
residen, dilakukan dengan larutan antiseptik dan diawali dengan
menyikat paling tidak 120 detik( Perry & Potter, 2005).
2.2.4 Enam Langkah Cuci Tangan
a. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
b. Gosokan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
c. Gosokan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
d. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
e. Kemudian gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya.
f. Gosok dengan memutar ujung jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya.

2.3 Metode
Metode yang dilakukan oleh penyidik dan para professional yang
bertanggungjawab atas pengelolaan infeksi nosocomial di Rumah Sakit
Masyarakat

1. Masalah yang telah terjadi dilokasi akan dirangkum dan dianalisis


penyebabnya
2. Kemudian langkah langkah pengelolaan yang tepat disusun,
kemudian direncanakan aksi untuk perbaikan diusulkan
3. Setelah rencana yang telah ditentukan untuk peningkatan kualitas
adalah implementasi dari rencana tersebut
4. Data yang terkait dengan pelaksanaanya dibandingkan dan dianalisis
berbeda dengan yang dicapai sebelum implementasi

Hasilnya dianalisis menggunakan SPSS 13 dan diperiksa dengan X2 test


dengan hasil P < 0,005 dan data dinyatakan signifikan

Pengumpulkan infromasi tekait masalah yang akan diangkat


Jurnal mengacu pada standar medical staff hand hygiene dengan
menggunakan kuesioner yang berisi, informasi umum (jenis kelamin dan
jabatan), makalah hand hygiene (definisi, persiapan cuci tangan, prinsip
hand hygiene, prinsip hand hygiene operasi, persyaratan cuci tangan).
Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan dengan skor maksimal 100.
Uji kuesioner menunjukkan bahwa reliabilitas dan validitasnya dapat
memenuhi persyaratan, yang mengindikasikan bahwa produk tersebut harus
memenuhi syarat, dan kuesioner dimodifikasi dan diperbaiki oleh
preinvestigation. Observasi langsung digunakan untuk memantau
pelaksanaan hand hygiene di staf medis, yaitu mencuci tangan sebelum dan
sesudah operasi. Penerapan dan indikator hand hygiene dalam kegiatan
medis diamati dan dicatat sesuai penempatan 220 staf medis. Periode
pengamatan adalah dari pukul 09:30 sampai 11:30 dan dari pukul 15:00
sampai 17:00. Sebelum pengamatan, untuk menghindari dampak efek
Hawthorne, subjek tidak tahu apa yang akan terjadi, dan pengamat
berpakaian seperti pasien atau saudara yang menyertainya untuk
mengamati di area tunggu medis, koridor dan tempat lain sejak awal
aktivitas medis hingga munculnya 10 indikasi hand hygiene, dimana total
220 subyek berhasil diamati.
Berdasarkan implementasi sebelum dan sesudah hand hyegine dan
skor kuesioner telah ditemukan masalah dari managemen cuci tangan, yaitu
angka ketidaknyamanan cuci tangan dan kurangnya standarisasi dalam 6
langkah cuci tangan.

2.4 Hasil

Dilihat dari Tabel 1, Tingkat penerapan cuci tangan sebelum pelaksanaan siklus
PDCA adalah 38,2%, dan setelah pelaksanaan siklus PDCA adalah 67,27%
pada staf medis.

Dilihat dari Tabel 2, Tingkat kelulusan pengetahuan kebersihan tangan sebelum


pelaksanaan PDCA adalah 31,36% dan tingkat kelulusan pengetahuan setelah
pelaksanaan siklus PDCA adalah 65%
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL

3.1 Siklus PDCA

Siklus PDCA merupakan sistem standardisasi manajemen mutu dan


sistematisasi, dan banyak digunakan dalam pengelolaan kualitas. Namun, siklus
PDCA belum diterapkan dalam pengelolaan infeksi nosokomial di rumah sakit
masyarakat, sehingga perlu untuk mencoba mengelola infeksi nosokomial di
rumah sakit masyarakat secara ketat sesuai dengan tahapan siklus PDCA. Siklus
PDCA terbagi menjadi 4 tahapan, yaitu Plan, Do, Check dan Action

3.1.1 Analisis rendahnya kepatuhan Hand Hygiene

1. Kurangnya kesadaran hand hygine


Administrator rumah sakit dan staf medis menunjukkan rendahnya
kesadaran akan efektivitas kebersihan tangan pada pengendalian
infeksi nosokomial. Dalam perawatan medis rutin, banyak pekerjaan
diselesaikan oleh tangan staf medis, dan jumlah berbagai bakteri
pada tangan staf medis seringkali jauh lebih banyak daripada populasi
lainnya: tangan mereka sangat rentan terhadap kontaminasi flora
sementara dan jumlah bakteri pada kulit tangan bisa meningkat
menjadi 100-1000 selama setiap operasi. Menurut statistik,
penerapan yang ketat dari kebersihan tangan yang tepat (istilah
umum mencuci tangan staf medis, kebersihan tangan dan disinfeksi
tangan bedah) dapat mengurangi 20-30% penyakit yang disebabkan
oleh infeksi nosokomial.
2. Ketidakcukupan pemasukan finansial
Administrator rumah sakit percaya bahwa cuci tangan tidak
memberikan dampak secara langsung, mereka tidak mau
menganggarkan pengeluaran untuk mengendalikan infeksi
nosokomial, misalnya, sabun atau pembersih tangan, cairan
desinfeksi tangan, dan fasilitas cuci tangan tangan lainnya
3. Sistem manajemen terkait infeksi nosokomial yang tidak
sempurna
Bagian regulasi dan standar pengelolaan infeksi nosokomial disiapkan
sesuai dengan persyaratan untuk rumah sakit kelas dua, yang terlalu
tinggi untuk rumah sakit dasar dan rumah sakit masyarakat dan sulit
untuk dijangkau oleh rumah sakit ini. Selanjutnya, ada histeresis
(ketergangungan sebuah sistem) dalam pembentukan sistem terkait
di rumah sakit masyarakat.
4. Kurangnya pelatihan pengetahuan terkait Hand Hygiene
Kurangnya pembelajaran, pelatihan dan kesempatan belajar yang
sistematis untuk perbaikan dalam pengelolaan infeksi nosokomial.

3.1.2 Do

Tahap Do mencakup dua aspek, yaitu pertama, bersama bantuan


departemen manajemen infeksi nosokomial, manajemen tingkat kedua dibentuk.
Kelompok inspeksi dimana direktur atau kepala departemen dibentuk untuk
membahas masalah kepatuhan kebersihan tangan yang buruk, observasi cuci
tangan staf medis sesuai dengan standar, dan secara teratur memeriksa dan
menilai pelaksanaannya. Kedua, semua staf dilatih. Isi pelatihan meliputi "
standar medical staff hand hygiene", "pendekatan pengelolaan disinfeksi rumah
sakit", "praktik pengelolaan infeksi nosokomial" dan menonton video latihan
simulasi dari prosedur operasi "mencuci tangan enam langkah", untuk membuat
staf medis memahami hal yang terkait pengetahuan dan kemampuan hand
hygiene.

3.1.3 Check

Mengacu pada " standar medical staff hand hygiene " dan pedoman
kebersihan tangan WHO untuk institusi medis", Pencucian cuci tangan enam
langkah dan cuci tangan disinfektan secara cepat diambil sebagai kriteria
evaluasi kebersihan tangan, dan sebelum dan sesudah pelaksanaan siklus
PDCA, penerapan kebersihan tangan diperiksa secara rutin dan acak.
Sementara mereka sering memperkuat pengawasan staf medis, anggota
kelompok manajemen departemen mengawasi pelaksanaan kebersihan tangan
untuk mencatat jumlah cuci tangan dan pencucian tangan yang berkualitas
sebelum dan sesudah operasi secara teratur (sekali seminggu). Direktur dan
kepala ruangan memeriksa sebulan sekali. Departemen manajemen infeksi
nosokomial secara acak memeriksanya dari waktu ke waktu di bangsal.

3.1.4 Action

Hasil pemeriksaan terkait dengan penilaian dan kinerja pribadi; semua


anggota di departemen diorganisir untuk membahas masalah, dan mengajukan
langkah-langkah perbaikan yang layak, dan mengawasi secara ketat
pelaksanaan tindakan tersebut.

Masalah dapat ditemukan dan dipecahkan dalam siklus terus menerus dan
proses siklus PDCA yang mendalam dan manajemen siklus PDCA dapat
memperkuat manajemen pada setiap link, memobilisasi antusiasme setiap orang,
sehingga setiap orang dan setiap link dapat mengikuti "standar prosedur
operasional" untuk diterapkan, yang menyebabkan penghapusan blind spot
manajemen. Setelah pelaksanaan siklus PDCA, tingkat penerapan cuci tangan
dan tingkat kelulusan dalam pengetahuan kebersihan tangan meningkat secara
signifikan pada staf medis. Penerapan siklus PDCA dapat memungkinkan staf
medis untuk menerapkan langkah-langkah pengelolaan kebersihan tangan, yang
diwujudkan dengan fasilitas kebersihan tangan yang lebih baik di departemen
untuk pembersihan staf medis; rapat mobilisasi kebersihan tangan yang
diadakan di departemen, "bagan alur cuci tangan enam langkah" di dinding di
atas wastafel cuci tangan untuk mengingatkan semua staf agar sering mencuci
tangan dan mencuci tangan dengan benar, kata-kata pengingat hangat dan
poster bergambar ditempatkan di koridor dan pintu bangsal. Langkah-langkah ini
dapat meningkatkan kesadaran petugas medis tentang pentingnya kebersihan
tangan, mengembangkan kebiasaan mencuci tangan yang baik, dan
memperbaiki kepatuhan mereka terhadap kebersihan tangan, untuk mengurangi
timbulnya infeksi nosokomial.

3.1.5 Aplikasi di Indonesia


Cuci tangan merupakan perilaku yang mendasar dalam upaya mencegah
cross infection (infeksi silang) di rumah sakit, mengingat rumah sakit sebagai
tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak
menular (Utji, 2014). Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi
dengan menjaga hygiene dari tangan.
Mengantisipasi munculnya infeksi nosokomial para perawat di semua unit
kerja harus menyadari dan berperan aktif dalam upaya mengamankan pasien
dari invasi mikroba patogen dengan cara menerapkan kewaspadaan standar
sebaik-baiknya, dan salah satu yang paling sederhana adalah pelaksanaan cuci
tangan oleh tim kesehatan khususnya bagi perawat dimana perawat kontak
langsung selama 24 jam dengan pasien, juga masyarakat secara umum.
Pencegahan infeksi nosokomial dapat dilakukan dengan menjalankan
Universal Precaution yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan pada
setiap penanganan pasien di Rumah Sakit (Darmaji, 2008). Aplikasi PDCA
sangat penting di terapkan agar program cuci tangan dapat terlaksana.
Penerapan siklus PDCA bisa menjadi manajemen yang baik untuk mengurangi
infeksi nosokomial, yaitu dengan terlaksananya program cuci tangan yang
diterapkan oleh seluruh petugas medis dan terlealisasi kepada seluruh
masyarakat dalam Rumah Sakit baik di luar ataupun dalam negeri.
Terkait dengan penerapan PDCA yang ada di Indonesia; sudah adanya
program serta pemantauan dari pihak PPI Rumah Sakit tentang kepatuhan 6
langkah dan 5 momen cuci tangan. Fasilitas yang diwujudkan yaitu telah adanya
poster 6 langkah dan 5 momen cuci tangan;  di dinding atas wastafel cuci,
koridor dan pintu bangsal. Ini merupakan langkah-langkah yang dapat
memperbaiki staf medis, meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan
tangan, mengembangkan kebiasaan mencuci tangan yang baik, dan
meningkatkan kepatuhan terhadap kebersihan tangan, untuk mengurangi
kejadian infeksi nosokomial.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007
mengungkapkan bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan 20-40%
kejadian infeksi nosokomial. Namun pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum
mendapat respon yang maksimal, sehingga diadakannya audit cuci tangan pada
setiap Rumah Sakit oleh PPI, dengan harapan dapat meningkatkan kepatuhan
dan membangun komitmen terhadap keselamatan tim kesehatan juga pasien.
BAB IV

KESIMPULAN

Hand hygiene pada petugas kesehatan berperan penting dalam


pencegahan infeksi nosokomial. Masalah yang sering terjadi pada petugas
kesehatan adalah ketidakpatuhand an kesadaran aka hand hygiene.
Managemen yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan dan
kesadaran hand hygiene adalah dengan melakukan managemen siklus PDCA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan siklus PDCA terdapat


peningkatan rata—rata jumlah pengetahuan tentang hand hygiene secara
siginifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan siklus PDCA dapat
memberikan dampak pada pencegahan infkesi nosokomial dengan cara patuh
cuci tangan 6 langkah
Daftar Pustaka
Amiruddin. 2007.  Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan
Kesehatan,
Depkes RI. 2008. Millenium Development Goals 2015. Jakarta
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep,
Proses, danPraktik.Edisi 4 Volume 2
Susianti, M. 2008. Keterampilan Keperawatan Dasar. Jakarta:Erlangga
WHO. 2009. Guiedlines on Hand Hygiene in Health Care.
Kampf, G., H. Loffler, dan P. Gastmeier. 2009. Hand Hygiene for the Prevention
of Nosocomial Infections. Dtsch Arztebl Int 106
Susilo, D. Bagus., 2015. Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan Hand Hygene pada
Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit X Surabaya: Jurnal Wiyata Vol 2
Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai