Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL

Judul Jurnal : Reformulasi Model Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Bagi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Penulis Jurnal : Ema Hidayati

Nama Jurnal : Jurnal Dakwah

Volume : Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Reviewer : Elma Indriana – 191221155 / BKI 4E

Jurnal ini membahas tentang bagaimana model bimbingan penyuluhan agama


dilakukan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial atau PMKS merupakan seseorang, keluarga, ataupun kelompok
masyarakat yang mengalami suatu hambatan sehingga tidak dapat menjalankan fungsi
sosialnya. PMKS memerlukan rehabilitasi sosial agar mereka mampu menjalankan fungsi
sosialnya kembali. Metode rehabilitasi sosial ini dapat berupa berbagai kegiatan diantaranya,
motivasi dan diagnosis psikososial, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan
sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial,
bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut, dan rujukan. Penyuluh agama memiliki posisi
yang sangat strategis guna memberikan bimbingan spiritual bagi para PMKS.

Bimbingan dan penyuluhan agama merupakan suatu kegiatan pemberian bimbingan


dan penejelasan agama kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan,
pemaham, serta pengalaman masyarakat. PMKS biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti kebutuhan jasmani, rohani, dan juga sosial secara memadai dan wajar, hal
ini merupakan dampak dari hambatan, kesulitan ataupun gangguan yang dialaminya.
Golongan PMKS lain yang dibahas dalam jurnal ini yaitu PMKS non potensial, adalah warga
masyarakat baik itu individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang mengalami hambatan
dalam menjalankan fungsi sosialnya secara layak akibat dari faktor kecacatan, tidak
potensial, maupun penyakit kronis, yang mengakibatkannya terus-menerus bergantung pada
bantuan orang lain.

Tujuan dari bimbingan dan penyuluhan agama ini adalah mewujudkan kesejahteraan
sosial bagi para mitra yaitu PMKS sehingga mereka dapat menerima manfaat dari
penyuluhan ini dan mereka dapat kembali lagi ketengah-tengah keluarga ataupun masyarakat
sebagai individu normal tanpa ada embel-embel PMKS. Sedangkan tujuan dari reformulasi
bimbingan dan penyuluhan agama ini adalah memberikan pengetahuan tambahan yang
bermanfaat dan alternatif model yang mungkin dapat diterapkan oleh seorang penyuluh
agama dalam menjalankan tugasnya.

Bimbingan dan penyuluhan agama ini dilakukan di balai rehabilitasi sosial kota
Semarang. Subjek dari penelitia ini adalah para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial,
model bimbingan dan penyuluhan agaman yang diberikan adalah bimbingan mental spiritual
penerapannya berupa metode ceramah, hal yang dibahas adalah agama dan budi pekerti,
dilakukan oleh seorang penyuluh agama. Dalam jurnal ini dipaparkan banyak sekali
permasalahan yang dihadapi atas penerapan metode ini mulai dari minimnya waktu dalam
tiap pertemuan, kegiatan yang sangat bergantung pada para mitra / PMKS yang apabila
mereka tidak hadir maka kegiatan ditiadakan, praktiknya yang kurang efektif, dan juga
keterbatasan pembimbing dikarenakan hanya terdapat seorang pembimbing saja.

Jika dilihat dari banyaknya permasalahan, metode ceramah saja kiranya kurang
efektif dalam proses bimbingan dan penyuluhan agama di balai rehabilitasi sosial Semarang
ini. Berdasarkan metode yang telah ada penulis lalu melakukan reformulasi model bimbingan
dan penyuluhan agama guna memaksimalkan dampak dari bimbingan dan penyuluhan
agama, maka reformulasi model bimbingan dan penyuluhan agama yang bisa dilakukan di
balai rehabilitasi sosial ini antara lain, pemaduan tiga layanan sekaligus yaitu bimbingan,
penyuluhan, serta konseling. Di dalam metode ini mengandung unsur bimbingan, pendidikan,
pesan-pesan positif, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, dan juga peringatan yang dapat
dijadikan pedoman guna mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Kekurangan dari
metode ini adalah membutuhan waktu yang cukup lama untuk tiap kegiatannya, dan juga
perlunya kerjasama tim yang baik jadi tidak semata-mata dilakukan oleh penyuluh agama
saja. Kelebihan dari metode ini adalah jika dilakukan dengan baik atau maksimal manfaat
yang akan diterima dari metode ini sangatlah efektif.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ketika metode ceramah diterapkan
di balai rehabilitasi sosial Semarang tingkat efektifitasnya sangat rendah, hal ini dikarenakan
ketika layanan penyuluhan spiritual berlangsung kelompok isolasi dan kelompok sosialisasi
disatukan padahal kedua kelompok ini memiliki kondisi fisik, komunikasi, bahkan mental
spiritual yang berbeda. Dan juga proses konseling dilakukan secara bergantian, artinya
penerima manfaat hanya memiliki kesempatan satu kali dalam dua kali sesi yang disediakan
pada setiap bulannya. Padahal konseling adalah proses yang berkelanjutan hingga klien dapat
mencapai kemandirian untuk menyelesaikan masalahnya. Ketika reformulasi model
bimbingan dan penyuluhan agama tersebut diujicobakan di balai rehabilitasi Semarang
hasilnya menunjukkan progress yang memuaskan. Hal ini dikarenakan adanya ragam layanan
yang diberikan dengan memperhatikan karakteristik kelompok isolasi dan kelompok
sosialisasi, yang menjadi titik tekan implementasi model ini adalah perubahan metode yang
sebelumnya massal menjadi metode individual atau kelompok kecil. Hal lain yang
mempengaruhi metode ini adalah pola komunikasi interpersonal yang dibangun antara
pembimbing dan penerima manfaat / PKMS, dimana melibatkan aspek psikologis yang
mendalam dari dua belah pihak sehingga menimbulkan hubungan yang lebih akrab.

Anda mungkin juga menyukai