NIM : 17.3220
MATA KULIAH : Pengantar Hermen PL
DOSEN PENGAMPU : Pdt. Dr. Sukanto Limbong
I. PENGANTAR
Kitab 2 raja-raja mengisahkan tentang panglima tentara raja Syria yang bernama
Naaman ia adalah orang yang besar dan terhormat, Naaman juga orang yang gagah berani,
akan tetapi ia penderita kusta. Pada masa itu bagi orang Israel orang yang berpenyakit
kusta disingkirkan dan dikucilkan dikarenakan dipercaya merupakan suatu penyakit
kutukan yang menjijikkan yang dapat menyebabkan kematian dimana penyakit ini juga
dapat menular. Akan tetapi bagi orang Syria pada masa itu penyakit kusta ini tidak terlalu
dipermasalahkan. Sehingga yang menjadi pertanyaanya mengapa Naaman menjadi tidak
begitu percaya diri karena penyakit kustanya? sementara ditempat dia bertugas tidak
mempermasalahkan terkait hal ini. Apa yang melatar belakangi Naaman untuk
menyembuhkan penyakitnya? Apa hubungan perempuan kecil itu dengan Naaman?
1. Kusta
Kusta adalah penyakit yang di dalam Alkitab dinyatakan dalam bahasa Ibrani:
“tsara’at” dan bahasa Yunani: “lepra”. Kusta di dalam Alkitab digambarkan sebagai
orang yang disiksa oleh bintil-bintil kehijau-hijauan atau kemerah-merahan. 1 Di
dalam Alkitab penyakit kusta bukan dilihat semata-mata sebagai sebuah persoalan
medis melainkan sebuah persoalan teologis, di mana kusta seringkali diberikan
1
Andrew E Hill & Jhon H. Walton, Survei perjanjian Lama (Jawa timur: 2004,Gandum Mas) hal.234
sebagai hukuman terhadap dosa tertentu dimana dianggap sebagai penyakit
kutukan. Di kalangan orang Ibrani, penyakit ini dianggap najis dan berbahaya,
karena dapat menular. Oleh karenanya seorang penderita kusta harus diasingkan
dari masyarakat.2 Penyakit kusta dapat menjangkiti bagian manapun dari tubuh
manusia. Penyakit ini dapat muncul di dahi, janggut, kepala, tangan, bahkan
menyebar hingga ke seluruh bagian tubuh.
2. Budak
Secara etimologi kata "budak" dalam bahasa yunani 'doulos', adalah budak. Istilah
hamba Tuhan dalam Lukas 1:38 ialah η δουλη κυριου. Kata hamba adalah “budak”
atau “pelayan”. Pengertian tersebut menunjukkan seseorang yang mengabdikan
dirinya dan telah menyerahkan hak hidupnya kepada tuannya tersebut karena telah
dibeli atau ditebus.3 Maka “hamba” hanya melakukan pekerjaan yang diperintahkan
oleh tuannya secara bertanggung-jawab yang dimana hamba yang terikat. Dahulu
kala hamba itu diperjualbelikan, maka hidup seorang hamba ditentukan oleh
tuannya. Bahkan, ketika seseorang mendaftarakan kekayaannya, seperti lembu,
domba juga didaftarakan jumlah budak yang dia miliki. Hamba adalah orang yang
sepenuhnya taat kepada tuannya, karena hidupnya sudah dibeli dan dirinya
sepenuhnya bukan lagi haknya. Maka, jika ingin lepas dari perhambaan harus ada
penebusan. Menurut Perjanjian Lama, seorang hamba yang telah bebas dari
perbudakan, bisa menjadi hamba bagi tuannya seumur hidupnya atas keinginan
dirinya sendiri oleh karena kasih (Ulangan 15:16-17).
Dalam sejarah alkitab, kitab 1 dan 2 Raja-raja tidak diketahui siapa penulisnya.
Tema dalam kitab raja-raja ialah mengenai para raja Israel dan Yehuda yang dimana
tanggal penulisannya sekitar 560-550 SM, 1 dan 2 raja-raja merupakan sejarah yang
berkesinambungan yang dimana dulunya 1&2 raja-raja ini satu kesatuan kitab sehingga
informasi penting tentang latar belakang 2 Raja-Raja terdapat dalam pendahuluannya pada
2
J.Sidlow baxter, Mengenali isi alkitab kejadian s/d ester,n(Jakarta : yayasan komunikasi bina kasih) hal.2
3
Bible Commentary oleh Paul R. House, diedit oleh E. Ray Clendenen dan Kenneth A. Matthews, 27-274.
1 Raja-Raja. 2 Raja-Raja merupakan kelanjutan penelusuran kemerosotan Israel dan
Yehuda, yang dimulai sekitar tahun 852 SM. Kitab 2 raja-raja ini di sebut dengan kitab
perserakan karena dalam 2 raja-raja mengisahkan 2 kerajaan yang dahulunya satu
kemudian di serakkan yaitu kerajaan utara dan selatan yang dimana dapat dilihat dari
catatan tentang Israel bahwa pasal 1-10 dalam bagian ini memuat kisah pelayanan Elisa
dan di akhiri dengan kematian Yehu, raja Israel yang ke 102.
Dalam 2 Raja-raja ini para rabi memberi tahu bahwa dalam kepercayaan yahudi
Naaman yang menembakkan panah yang menyebabkan Ahab dibunuh. 4 Akan tetapi dia
adalah seorang penderita kusta, yang berarti bahwa dia menderita penyakit yang
mengerikan dan tidak dapat disembuhkan yang perlahan-lahan akan mengakibatkan
kematiannya.
III. METODOLOGI
Metode historis-kritis adalah sebuah metode yang sangat diperlukan bagi studi
ilmiah atas makna teks-teks kuno. Kitab Suci, sejauh merupakan "Sabda Allah dalam bahasa
manusia", disusun oleh para pengarang manusia dalam semua bagiannya dan dalam semua
sumber-sumber yang ada di belakangnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
pemahaman yang tepat, penggunaan metode ini tidak hanya dimungkinkan, tetapi
sebenarnya diperlukan.
IV. PENAFSIRAN
Adapun stuktur dari Historis Kritis yakni sebagai berikut:
4.1 Kritik Teks
4.2 Kritik Struktur
4.3 Kritik Sumber/Redaksional
4.4 Kritik Sastra
4.5 Kritik Bentuk
4.6 Sitz im leben
4.7 Tafsiran Ayat
4
Donald Wiseman. "1 & 2 Kings: An Introduction & Commentary." Di Komentar Perjanjian Lama Tyndale oleh Donald
Wiseman, 206-210.
4.8 Skopus
4.9 Teologi
Dalam 2 raja-raja 5:1-5 penulis menduga sumber yang dipakai yaitu Yahwist. Dalam
sumber Yahwist, nama Allah selalu disajikan dalam bentuk tetragrammaton, YHWH, yang
ditransliterasikan oleh para pakar di zaman modern sebagai Yahweh (atau Jahweh, sesuai
dengan ejaan Jerman: Jahwe), dan pada masa-masa lampau sebagai Jehovah (atau Yehuwa),
atau sekadar sebagai TUHAN, seperti yang ditemukan dalam terjemahan-terjemahan
bahasa Inggris (the LORD) maupun bahasa Indonesia. Sumber J menonjol karena gayanya
yang elegan, dan kekayaan emosinya.
5
Mordechai Cogan & Hayim Tadmor. II Kings: A New Translation with Introduction and Commentary, in The Anchor
Bible.(AS: Doubleday & Company, Inc.), 64
Ciri- ciri Yahwist adalah sebagai berikut:
1.Menyebut nama Allah: Yahwe.
2.Corakan sumber ini teologis-historis (Tuhan mengontrol sejarah).
3.Memperlihatkan Tuhan sebagai penguasa segalanya.
4.Kerapkali menggambarkan Allah dengan sifat manusia (menyesal,dialog,
sedih,mengubah keputusan).
5.Menggambarkan Tuhan sebagai yang UNIVERSAL.
Jadi dari ciri-ciri ini kita bisa melihat adanya sumber Yahwist yang tertera pada
2 raja-raja 5:1-5 yakni pada ayat 1 membuktikan adanya kata oleh dia “ TUHAN ” sehingga
menunjukkan bahwa sumber dalam teks ini ialah sumber Y.
Ayat 2
Dalam Ayat 2 ini dimana menceritakan bahwa orang Aram yang sedang keluar untuk
berperang ternyata orang Aram tersebut menangkap seorang gadis kecil sebagai tawanan
mereka dan mejadikannya sebagai pelayan bagi Istri Naaman.
Ayat 3
Dalam Ayat 3 ini mengisahkan tentang seorang gadis kecil yang dimana ia peduli kepada
istri Naaman sehingga ia memberitahukan agar pergi menemui Nabi Samaria supaya ia
dapat sembuh dari penyakitnya.
Ayat 4-5
Dalam teks 2 raja-raja 5:4 ini dimana Naaman hendak mempersiapkan diri pergi menemui
Nabi samaria, ia menyampaikan surat kepada raja Aram agar ia dapat diterima oleh Raja
Israel untuk dapat masuk ke wilayah tersebut untuk menemui Nabi samaria itu ialah Nabi
Elisa. Karena kedekatannya terhadap Raja Aram, dalam ayat ini Raja Aram mengatakan
dari mana ia mendapatkan informasi bahwa Nabi samaria itu dapat menyembuhkannya.
Maka Naaman mengatakan bahwa ia diberitahukan oleh gadis dari negri Israel itu. Oleh
karena itu raja Arampun mengizinkan Naaman untuk pergi dan dialah yang akan
menyampaikan pesan kepada raja Israel itu agar Naaman dapat diizinkan masuk ke Israel.
Dan kemudian Naaman pergi ia membawa persiapan untuk membayar upah Nabi itu jika
dia sembuh. Sesampai ia menjumpai Nabi samaria itu Naaman diminta oleh nabi itu untuk
melakukan ritual penyembuhan dengan menenggelamkan dirinya kedalam sungai Israel
tersebut namun Naaman merasa direndahkan karena harus menenggelamkan dirinya
kedalam sungai Israel yang ia tidak ketahui bersih atau tidaknya sungai itu dan Naaman
juga mengira bahwa ia akan langsung disembuhkan ketika Nabi itu menumpangkan
tangannya mendoakannya sehingga ia bisa menyaksikan dirinya sembuh. Namun karena
tidak seperti yang dipikirkannya Naaman menggerutu dan meninggalkan Nabi elisa namun
pegawai-pegawai Naaman membujuknya untuk mencoba menenggelamkan dirinya sesuai
dari perintah Nabi Elisa itu hingga iapun menaati dan menenggelamkan dirinya selama 7
kali disungai itu dan penyakit kustanya sembuh.6
6
Paul J. Achtemeier, Kamus Alkitab Harper Collinsed. John Shopp (New York, NY: HarperCollinsPublishers, 1996), 600.
IV.8 Skopus
“ Pemulihan ”
IV.9 Teologi
Dalam Teks 2 raja-raja 5 ini dapat dilihat bahwa Tuhan mengasihi Naaman melalui
gadis perempuan kecil untuk mengingatkan dia datang kepada Nabi samaria agar dapat
mengobati penyakitnya supaya ia sembuh dan dari situlah terlihat bahwa Naaman percaya
bahwa Allah Israel lah Allah yang kudus disitu ia baru menyadari dalam ayat 15b dikatakan
Sekarang aku tahu bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Dimana Allah
mengingatkan Naaman melalui Anak gadis kecil tersebut untuk datang kepada Nabi
Samaria tersebut dan dalam teks ini merupakan nubuatan elisa untuk memperkenalkan
Allah bagi mereka agar Naaman segera dipulihkan. Sehingga teologinya ialah teologi
pemulihan.
V.Implikasi
Secara umum sesungguhnya, bukan hanya tradisi filosofis-teologis saja yang
menempatkan kaum perempuan sebagai “kelas dua”. Dapat dilihat secara lebih luas semua
budaya yang menganut kebudayaan paternalistik dan patriarkhal, maka dapat dilihat
bahwa di dalam kebudayaan kaum perempuan memang adalah kelas dua. Ini merupakan
luka (stigma) dalam hidup manusia yang disebut makhluk berbudaya itu. Sebagian besar
suku-suku di Indonesia yang menganut budaya paternalistik itu memperlakukan
perempuan seperti itu. Ada lapisan sosial, di mana laki-laki lebih tinggi kedudukannya.17
Saat ini hendak melihat beberapa indikasi tentang kedudukan perempuan dalam Budaya
Batak Toba. Kedudukan Seseorang atau keluarga dalam suatu kampung (huta) setiap
kampung atau desa (huta) di daerah Batak Toba dimiliki oleh marga tertentu. Pemiliknya
adalah marga yang membuka pertama kampung tersebut. Inilah yang disebut ‘si pungka
huta’, yang membuka kampung. Marga yang membuka kampung itulah yang disebut ‘marga
raja’. Biasanya marga itulah yang kelak lebih banyak di kampung tersebut dan dari
merekalah nanti diangkat raja di kampung itu (raja huta). Semua marga yang bukan ‘marga
raja’ itu akan disebut ‘marga boru’ yang tidak mempunyai hak untuk menjadi raja di
kampung tersebut. Dari sini kita mendapat dua kelas sosial penduduk sebuah huta. Dan
kedudukan yang lebih rendah diungkapkan dengan ‘marga boru’. ‘Marga boru’ adalah
warga kelas dua di suatu kampung. Dari situ kita mendapat paham bahwa kata ‘boru’
mendapat nilai untuk memperlihatkan kelas atau status yang rendah.18 harus dipenuhi
dengan baik-baik. Dan laki-laki mempunyai kelebihan dari wanita, (Kelebihan itu merujuk
pada kesanggupan laki-laki untuk melakukan berbagai tindakan yang tidak dapat
dilakukan oleh kaum perempuan. Perempuan dalam Konstelasi Sistem “Dalihan na Tolu”
tatanan sosial kekeluargaan, atau sistem kekerabatan orang Batak Toba dibakukan dalam
apa yang disebut sistem ‘Dalihan na Tolu’.19 Sistem ini menempatkan setiap orang Batak
Toba dalam bingkai: hulahula, dongan sabutuha, boru. Setiap orang akan pernah pada
suatu saat sebagai, hulahula, dongan sabutuha atau boru. Ini sangat sosial, karena pada
suatu saat tidak pernah orang tetap pada posisinya. Semua orang akan pernah pada posisi
terhormat dan posisi pelayan. Akan tetapi serentak dengan itu, dalam konstelasi prinsip
Dalihan na Tolu itu muncullah juga penempatan status perempuan dalam budaya Batak
Toba. Status hula-hulalah status yang lebih tinggi, yang patut disembah dan dihormati.
Hulahula adalah Bona ni Ari (awal kehidupan, hari). Sementara pihak boru adalah pihak
yang melayani hula-hula. Itulah yang terungkap dalam pepatah: “Siporsan na dokdok,
sialap na dao. Na so mabiar di ari golap, siboan indahan na so bari, siboan tuak na so
mansom.” (Yang menanggung beban berat, yang menjemput yang jauh. Yang tidak takut
pada waktu gelap, yang membawa nasi yang tak pernah basi, yang membawa tuak yang tak
pernah menjadi masam). Inilah kedudukan boru dalam kaitan dengan hula-hulanya. Di satu
pihak dinyatakan kedudukannya yang menanggung beban, “siporsan na dokdok, si alap na
dao”, tetapi di pihak lain diperlihatkan keunggulannya, “na so mabiar di ari golap, siboan
indahan na so bari, siboan tuak na so mansom”.20 Kedudukan dalam Tata Perkawinan dan
Hak Warisan Dalam tata perkawinan, status perempuan (boru) juga tampak inferior.
Beberapa ungkapan orang Batak Toba kiranya dapat menunjukkannya. “Molo dung
magodang anak, pangolihonon. Molo dung magodang boru pamulihonon.” (Kalau anak
putera sudah besar, menikah. Kalau anak puteri sudah besar ‘dinikahkan’). Secara semantik
kata yang digunakan untuk perempuan mengandung nada degradatif (merendahkan).
Pamulihonon berasal dari kata muli. Muli berarti pergi; maka pamulihonon berarti
‘membuat atau menyuruh pergi’. Ada nada negatif seolah-olah mengusir. Bahkan ada orang
yang melihat bahwa kata pamulihonon adalah bentuk halus dari pabolihonon. Boli = beli,
yang dalam bahasa Batak Toba adalah padanan dari tuhor. Maka perempuan dalam tata
perkawinan adalah pihak “yang dibuat untuk dibeli’.21
VI. Kesimpulan
Dalam teks 2 raja-raja 5:1-5 dan implikasinya terhadap anak perempuan dalam
budaya batak ialah dimana bahwa dalam teks 2 raja-raja 5:1-5 ini gambaran anak
perempuan dalam teks ini ialah seorang budak atau pelayan yang telah dibeli dan dirinya
tidak lagi memiliki sepenuhnya hak dirinya yang dipandang rendah. Sehingga dapat dilihat
dalam konteks Anak perempuan batak dimana bahwa anak perempuan batak “boru”
mendapat nilai untuk memperlihatkan kelas atau status yang rendah, yang dimana bahwa
pihak boru adalah pihak yang melayani ialah melayani hula-hula. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa anak perempuan dalam teks 2 raja-raja 5:1-5 dan anak perempuan
dalam budaya batak toba sama-sama dipandang rendah dan masuk kedalam kelas status
sosial bawah yang dianggap sudah dibeli dan menjadi pelayan.