ACARA V
STRUKTUR TANAH
Dosen Pengampu :
Ferryati Masitoh S.Si, M.Si
Oleh :
NAMA : Alfrido Raka Muhammad
NIM : 200722638841
Offering/Angkatan : G/2020
Asisten Praktikum : Andhika Ananda Wijaya
Safira Arum Arsyandi
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui tipe struktur tanah sampel tanah area permukiman
dan perkebunan
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dari hasil struktur sampel tanah
3. Mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan metode ayakan kering pada sampel
tanah area permukiman dan perkebunan yang sudah diambil untuk menentukan
struktur tanah
V. HASIL PRAKTIKUM
1) Perhitungan kemantapan agregat tanah perkebunan
a. Tabel perhitungan diameter per-ayakan
Ayakan ke Diameter Ayakan (Q1 ) Massa tanah (Mp1)
1 2 mm 3,6 gr
2 1 mm 7,9 gr
3 0,5 mm 8,4 gr
4 0,25 mm 7,6 gr
5 0,106 mm 8 gr
6 0,053 mm 13,5 gr
7 0,038 mm 0,1 gr
Sisa - 0,2 gr
Total 49,3 gr
VI. PEMBAHASAN
Penentuan struktur tanah dihitung dari kemantapan setiap agregat pada tanah yang
tersusun dari partikel-partikel tanah yang membentuk suatu gabungan menyisakan
rongga-rongga atau ruang kosong yang merupakan pori-pori pada tanah untuk media
pengangkut dan penahan air ataupun udara. Penentuan struktur tanah ini mengarah
terhadap tingkat stabilitas yang terdapat pada agregat tanah, karena sifat yang paling
penting dalam penentu baik tidaknya struktur tanah dari partikel-partikel tanah yang
menyusun dan membentuk agregat dan tingkat kestabilan struktur atau agregat dari faktor
luar yang dapat merusaknya.
Penentuan struktur tanah yang diambil dari sampel tanah perkebunan dan
permukiman ini merupakan tanah kering pada lapisan ke-2 dari proses pengeboran tanah
yang dilakukan. Karena, lapisan ke-2 pada tanah merupakan struktur tanah yang paling
berpengaruh terhadap tingkat erosifitas tanah. Sampel tanah kering perkebunan dan
permukiman ditimbang mencapai berat 50 gram, lalu diayak menggunakan ayakan
dengan beberapa tingkatan kerapatan ayakan. Tingkatan ayakan terdiri dari 7 tingkat
kerapatan yang berbeda untuk setiap masing-masing sampel tanah perkebunan dan
permukiman.
Pada ayakan pertama, tanah perkebunan memiliki massa 3,6 gram. Tanah
permukiman memiliki massa 2,1 gram dengan diameter ayakan yang sama sebesar 2 mm.
Sehingga pada ayakan pertama nampak tekstur tanah yang kasar berupa kerikil-kerikil
yang memiliki diameter >2 mm dengan bentuk butir. Tanah dengan tekstur tanah kasar
berupa kerikil-kerikil berbentuk butiran ini memiliki kemampuan untuk mengikat air
lebih baik, pada tekstur butir ini memiliki porositas yang sangat tinggi, sehingga dapat
dengan baik mencegah terjadinya erosi atau lonsor. Dari perbandingan massa yang
didapatkan dari tanah kering perkebunan dan permukiman, tanah perkebunan memiliki
massa yang lebih berat dibandingkan dengan massa tanah permukiman. Sehingga, di
tanah perkebunan memiliki kandungan krikil dengan diameter >2 mm yang lebih banyak
pada massa 50 gram.
Pada ayakan kedua, tanah perkebunan memiliki massa 7,9 gram. Tanah permukiman
memiliki massa 6,2 gram dengan diameter ayakan sama sebesar 1 mm. Pada ayakan
kedua ini nampak tekstur tanah yang kasar berupa kerikil yang lebih kecil dbandingkan
pada ayakan pertama, yakni dengan diameter >1 mm. Dalam hasil massa yang
didapatkan, massa tanah perkebunan memiliki jumlah berat yang lebih besar daripada
tanah permukiman. Sehingga krikil dengan diameter >1 mm lebih banyak terdapat dalam
tanah perkebunan pada massa 50 gram.
Pada ayakan ketiga, tanah perkebunan memiliki massa 8,4 gram. Tanah permukiman
memiliki massa 9,1 gram dengan diameter ayakan sebesar 0,5 mm. Tekstur tanah yang
terdapat pada ayakan ketiga ini memiliki bentuk kerkil yang lebih halus dengan diameter
>0,5 mm. Menurut dari hasil yang didapatkan, tanah permukiman memiliki jumlah massa
yang lebih berat dibandingkan dengan massa tanah perkebunan. Sehingga dalam massa
tanah 50 gram, tanah permukiman memiliki kandungan kerikil halus berdiameter >0,5
mm lebih banyak.
Pada ayakan keempat, tanah perkebunan memiliki massa 7,6 gram. Tanah
permukiman memiliki massa 9,3 gram dengan diameter ayakan sebesar 0,25 mm. Tekstur
tanah yang didapatkan cenderung berbutir-butir halus dengan diameter >0,25 mm. Pada
ayakan keempat ini, tanah permukiman memiliki massa yang lebih besar dari tanah
perkebunan. Sehingga pada tanah permukiman memiliki kandungan tanah berbutir halus
diameter 0,25 mm lebih banyak pada massa 50 gram.
Pada ayakan kelima, tanah perkebunan memiliki massa 8 gram. Tanah permukiman
memiliki massa yang sama seperti pada ayakan keempat dengan nilai 9,3 gram pada
ayakan yang sama dengan diameter 0,106 mm. Tekstur tanah yang tampak pada ayakan
kelima ini memiliki tekstur tanah halus dengan diameter >0,106. Pada ayakan kelima,
sampel tanah permukiman memiliki kandungan tanah halus dengan diameter >0,106 lebih
banyak daripada tanah perkebunan dalam massa 50 gram.
Pada ayakan keenam, tanah perkebunan memiliki massa 13,5 gram. Tanah
permukiman memiliki massa 12,3 gram dengan diameter ayakan sebesar 0,053. Tekstur
tanah pada ayakan keenam ini mencapai tekstur yang halus dengan diameter >0,053.
Tanah dengan ukuran yang kecil dan tekstur yang halus ini mudah untuk terbawa oleh air
atau udara menyebabkan erosi pada tanah. Total massa dari perkebunan memiliki nilai
yang lebih besar daripada tanah permukiman. Sehingga pada ayakan keenam dalam
massa 50 gram total, tanah dengan tekstur halus berdiameter >0,053 ini lebih banyak pada
tanah perkebunan.
Pada ayakan ketujuh, tanah perkebunan dan tanah permukiman memiliki massa yang
sama dengan nilai 0,1 gram pada diameter ayakan 0,038 mm. Tekstur tanah pada ayakan
ketujuh ini memiliki tekstur yang sangat halus dengan diameter >0,038 mm. Tanah
dengan jenis ini memiliki kerentanan terhadap erosi karena memiliki ukuran dan massa
yang sangat kecil. Tanah perkebunan dan permukiman memiliki kandungan yang sama
pada tanah dengan tekstur sangat halus berdiameter >0,038 pada massa 50 gram.
Kemudian pada ayakan sisa dalam sampel tanah perkebunan memiliki massa 0,2
gram dan pada sampel tanah permkiman sebesar 0,5 gram. Total jumlah pada setiap
ayakan pada tujuh tingkatan dalam sampel tanah perkebunan memiliki total 49,3 gram.
Total jumlah setiap ayakan pada tujuh tingkatan salam sampel tanah permukiman
memiliki total 49,4 gram. Nilai DMR total pada perkebunan didapatkan sebesar 0,461577
mm. Dan nilai DMR total pada permukiman didapatkan sebesar 0,383276 mm.
Nilai DMR yang didapatkan menunjukkan lebih besar nilai DMR pada perkebunan
yang menjadikannya memiliki stabilitas agregat yang baik pada struktur tanahnya,
memiliki tingkatan yang tidak terpaut jauh dengan nilai DMR pada permukiman yan juga
memiliki stabilitas agregat yang cukup baik. Stabilitas agregat tanah pada perkebunan
memiliki tingkatan yang baik karena memiliki jumlah massa pada jenis tanah dengan
tekstur kasar kerikil lebih besar dengan bentukan struktur butir (granular). Tanah dengan
struktur ini memiliki tingkatan erosi yang minim karena air hujan yang turun tidak
langsung bertabrakan dengan permukaan tanah, melainkan meresap kedalam tanah
terlebih dahulu, karena susunan dari partikel-partikel tanah dalam bentuk butiran bulat
yang saling berkumpul akan menyisakan sebuah rongga atau ruang kosong yang menjadi
media sirkulasi air dan udara di dalam tanah, selain itu juga untuk akar tanaman lebih
mudah berkembang pada tanah yang memberikan kandungan bahan organik dalam tanah
sehingga membantu pencegahan erosi dan tanah longsor.
VII. KESIMPULAN
Penentuan tingkat stabilitas agregat tanah pada perkebunan dan permukiman
dilakukan dengan metode ayakan tujuh tingkat. Pada setiap tingkatan memiliki
karakteristik tekstur dan jenis tanah. Tanah perkebunan dan permukiman memiliki bentuk
struktur tanah berupa butiran bulat yang dapat mencegah tigkatan erosi dengan lebih baik.
Nilai yang paling baik dalam kestabilan agregatnya didapatkan pada tanag perkebunan,
namun tidak berbanding jauh dengan nilai kestabilan agregat pada permukiman.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2009. Penentuan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pengertian Struktur Tanah. Fakultas
Pertanian. Bogor.
Ananto. 2010. Penentuan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Sarief, S.E. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 196 hal.
IX. CEK PLAGIASI
1. Dasar Teori
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
X. LAMPIRAN
1. Menimbang nampan tanah (kertas HVS)
• Ayakan 2
• Ayakan 3
• Ayakan 4
• Ayakan 5
• Ayakan 6
• Ayakan 7
• Ayakan 8
• Ayakan 2
• Ayakan 3
• Ayakan 4
• Ayakan 5
• Ayakan 6
• Ayakan 7
• Ayakan 8