OLEH
(Kelompok 9)
KELAS 2 B
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Keperawatan Anak I ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Meskipun
demikian kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan dalam mempermudah
pelaksanaan pelaksanaan dalam proses belajar mengajar didalam kelas.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mata kuliah Keperawatan Anak I ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap teman teman sekalian.
Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II : PEMBAHASAN 3
A. Patofisiologi Hydrocephalus, Meningitis dan Kejang3
B. Asuhan Keperawatan Hydrocephalus, Meningitis dan Kejang 7
C. Tindakan Keperawatan Restrain dan Tepid Sponge 44
A. Latar Belakang
Hidrosefalus merupakan masalah kesehatan yang berpengaruh
terhadap system persarafan (neurobehaviour) yang menuntut asuhan
keperawatan yang serius. Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live
saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis
dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus terpenuhi. Meningitis merupakan inflamasi pada daerah
meninges yang disebabkan oleh infeksi. Agen infeksius yang dapat
menyebabkan terjadinya meningitis bisa berupa bakteri, virus, fungsi, ataupun
parasit. Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara
intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,
sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di neuron otak. Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih
dari 30 menit atu kejang berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan
kesadaran.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perawat
maupun dokter serta tenaga medis lainnya perlu mengetahui patofisiologi
serta asuhan keperawatan mengenai hydrocephalus, meningitis maupun
kejang, serta tindakan keperawatn apa yang dapat diberikan. Kita ketahui
bahwa peran perawat yang paling utama adalah melakukan promosi dan
pencegahan terjadinya gangguan kesehatan.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana patofisiologi hydrocephalus, meningitis dan kejang?
2. Bagaimana asuhan keperawatan hydrocephalus, meningitis dan kejang?
3. Bagaimana tindakan keperawatan restrain dan tepid sponge?
C. Tujuan penelitian
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui patofisiologi hydrocephalus, meningitis dan kejang.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hydrocephalus, meningitis dan
kejang.
3. Untuk tindakan keperawatan restrain dan tepid sponge.
BAB II
PEMBAHASAN
g) Status imunisasi
Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I
dan hepatitis
h) Status nutrisi
Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1
bulan, setelah dirawat di ruang anak ibu tidak meneteki dan diganti
dengan PASI Lactogen. Pada saat pengkajian BB 3700 gram, panjang
badan 56 cm, lingkar lengan atas 7 cm. Ibu mengungkapkan anak tidak
mual dan tidak pernah muntah.
i) Riwayat perkembangan
Pada saat ini anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust (dimana rasa
percaya anak kepada lingkungan terbentuk karena perlakuan yang ia
rasakan). Ia juga berada pada fase oral dimana kepuasan berasal pada
mulut.
j) Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap
agar anaknya bisa cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan
keluarga serta kakak klien. Ibu dan nenek klien selalu menunggui klien
dan hanya pada hari minggu ayah dan kakak klien datang mengunjungi
klien, karean harus bekerja dan sekolah.
k) Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum
Anak tampak tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan kanan,
kesadaran compomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 385 OC, pernafasan 40
x/mnt teratur. 2) Kepala dan Leher
• Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan
penyebarannya merata, ubun-ubun besar masih belum menutup,
teraba lunak dan cembung, tidak tegang. Lingkar kepala 36 cm.
• Reaksi cahaya +/+, mata nampak anemi, ikterus tidak ada, tidak
terdapat sub kunjungtival bleeding.
• Telinga tidak ada serumen.
• Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
• Mulut bersih, tidak terdapat moniliasis.
• Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk.
- Dada dan Thoraks
Pergerakan dada simetris, Wheezing -/-, Ronchi -/-, tidak terdapat
retraksi otot bantu pernafasan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis
terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada
bising/ murmur.
- Abdomen
Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat meteorismus,
bising usus+ normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak teraba. Kandung
kemih teraba kosong.
- Ekstremitas
Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak ada
kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot tidak dilakukan. Klien
mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi.
Ekstrimitas kanan sering terjadi spastik setiap 10 menit selama 1
menit.
- Reflek
Pada saat dikaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky +
l) Pemeriksaan Penunjang
− Kalium serum normal 3,5-5,5
mEq/L
− Na Serum normal 135-145
mEq/L
− Kalsium serum normal 8,0-10 mg/dl
− Hemoglobine
Diagnosa Keperawatan
- Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
- Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
- Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan
status mental dan penurunan tingkat kesadaran
- Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi
Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
keperawatan
1 Gangguan perfusi •Pasien - Tanda- 1. Pasien bed 1. Perubahan pada tekanan
jaringan kembali pada, tanda vital rest total intakranial akan dapat meyebabkan
sehubungan keadaan dalam batas dengan resiko untuk terjadinya herniasi otak
dengan status normal posisi tidur 2. Dapat
peningkatan neurologis - Kesadara terlentang mengurangi
tekanan sebelum sakit n meningkat tanpa bantal kerusakan otak lebih lanjut
intrakranial •Meningkatnya - Adanya 2. Monitor 3. Pada keadaan normal
kesadaran peningkata n tanda-tanda status autoregulasi mempertahankan
pasien dan kognitif dan neurologis dengan keadaan tekanan darah sistemik
fungsi tidak ada GCS. berubah secara fluktuasi. Kegagalan
sensoris atau 3. Monitor autoreguler akan menyebabkan
Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
keperawatan
2 Resiko terjadi Klien tidak • Tidak terjadi serangan 1. Longgark 1. proses konveksi akan terhalang
kejang ulang mengalami kejang ulang. an pakaian, berikan oleh pakaian yang ketat dan tidak
berhubungan kejang • Suhu 36,5 – 37,5 º C pakaian tipis yang menyerap keringat.
dengan selama (bayi), 36 – 37,5 º C mudah menyerap 2. perpindahan panas
hipertermi. berhubungan (anak) keringat secara konduksi
dengan • Nadi 110 – 120 2. Berikan 3. saat demam kebutuhan akan cairan
hiperthermi x/menit (bayi) kompres dingin tubuh meningkat
• 100-110 3. Berikan 4. Pemantauan yang teratur
x/menit ekstra cairan (susu, menentukan tindakan yang akan
(anak) sari buah, dll) dilakukan
• Respirasi 30 – 40 4. Observasi kejang 5. aktivitas dapat meningkatkan
x/menit (bayi) dan tanda metabolisme dan meningkatkan
• 24 – 28 x/menit vital tiap 4 jam panas
(anak) 5. Batasi 6. Menurunkan panas pada pusat
• Kesadaran aktivitas selama anak hipotalamus dan sebagai
composmentis panas propilaksis
6. Berikan
keperawatan
4 Kurangnya Pengetahuan • Keluarga tidak 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan
pengetahuan keluarga sering bertanya 2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab yang dimiliki keluarga dan kebenaran
keluarga bertambah tentang dan akibat kejang informasi yang didapat
sehubungan tentang penyakit 3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang 2. penjelasan tentang kondisi yang
keterbataaan penyakit anaknya. akan dilakukan dialami dapat membantu menambah
informasi anaknya • Keluarga 4. Berikan Health Education tentang cara wawasan keluarga
mampu menolong anak kejang dan mencegah 3. agar keluarga mengetahui tujuan
diikutsertakan kejang, antara lain : setiap tindakan perawatan
dalam proses o Jangan panik saat kejang o 4. sebagai upaya alih informasi dan
keperawatan. Baringkan anak ditempat rata dan mendidik keluarga agar mandiri dalam
• keluarga lembut. o Kepala dimiringkan. mengatasi masalah kesehatan
mentaati setiap o Pasang gagang sendok yang 5. mencegah peningkatan suhu lebih
proses telah dibungkus kain yang basah, lalu tinggi dan serangan kejang ulang
keperawatan dimasukkan ke mulut. 6. sebagai upaya preventif serangan
o Setelah kejang berhenti dan ulang
pasien sadar segera minumkan obat 7. imunisasi pertusis memberikan reaksi
tunggu sampai keadaan tenang. panas yang dapat menyebabkan
o Jika suhu tinggi saat kejang kejang demam
Kolaborasi
1. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam,
phenobarbital, dll..
4 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Memberi penjelasan kepada keluarga sebab dan
akibat kejang
3. Menjelaskan setiap tindakan perawatan yang
akan dilakukan
4. Memberikan Health Education tentang cara
menolong anak kejang dan mencegah kejang, antara lain
:
• Jangan panik saat kejang
• Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
• Kepala dimiringkan.
• Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain
yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
• Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera
minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
• Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres
dingin dan beri banyak minum
• Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama
5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat
penurun panas, bila anak panas
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena
penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman
yang menderita penyakit menular sehingga tidak
mencetuskan kenaikan suhu
7. Beritahukan keluarga jika anak akan
mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita
kejang demam
Evaluasi
No.DP Tanggal SOAP
1 S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik masih
terjadi
O : - Tangan dan kaki klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Ibu klien mengatakan bahwa kejang masih terjadi
O : - Jam 11.00 klien kejang
- Suhu tubuh jam 11.00 38,6 0 C
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 S : Ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh klien
O : - Klien masih terjadi spastik
- Lingkungan tempat tidur terlihat aman
-Klien masih bedrest total ditempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4 S : Ibu klien mengatakan sudah mengerti apa yang sudah
dijelaskan
O : Ibu klien terlihat lebih tenang
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
5. Digunakan
untuk mengurangi
demam dengan aksi
sentral
Implementasi
Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2008).Implementasi
adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien
sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi.
Evaluasi hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa
keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi keperawatan.
A. Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan masalah kesehatan yang berpengaruh
terhadap system persarafan (neurobehaviour) yang menuntut asuhan
keperawatan yang serius. Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live
saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis
dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus terpenuhi. Meningitis merupakan inflamasi pada daerah
meninges yang disebabkan oleh infeksi. Agen infeksius yang dapat
menyebabkan terjadinya meningitis bisa berupa bakteri, virus, fungsi, ataupun
parasit. Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara
intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,
sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di neuron otak. Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih
dari 30 menit atu kejang berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan
kesadaran.
B. Saran
Perawat maupun dokter serta tenaga medis lainnya hendaknya perlu
mengetahui patofisiologi serta asuhan keperawatan mengenai hydrocephalus,
meningitis maupun kejang, serta tindakan keperawatn apa yang dapat
diberikan. Kita ketahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah
melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA