Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN IV

GENERATOR SINKRON

4.1 Gambar Rangkaian


4.1.1 Percobaan Tanpa Beban

Gambar 4.1 Rangkaian generator sinkron percobaan tanpa beban

4.1.2 Percobaan Berbeban

Gambar 4.2 Rangkaian generator sinkron percobaan berbeban


4.1.3 Percobaan Hubung Singkat

Gambar 4.3 Rangkaian generator sinkron percobaan hubung singkat

4.1.4 Percobaan Remanansi

Gambar 4.4 Rangkaian generator sinkron percobaan Remanansi


4.2 Data Percobaan
4.2.1 Percobaan Tanpa Beban
Tabel 4.1 Data percobaan generator sinkron tanpa beban

No n (rpm) VLL (V) VLN (V) If (A) F (Hz)


1 1500 154,9 88,4 0,58 49,92
2 1600 219,4 126,6 0,76 52,8
3 1700 301,28 171,4 1,05 56,5

4.2.2 Percobaan Berbeban


Tabel 4.2 Data percobaan generator sinkron berbeban

No n (rpm) VLL (V) VLN (V) If (A) F (Hz) IL (A) Beban (W)
1 1478 141,7 81,5 0,52 48,8 0,05 3x5
2 1348 164,8 94,75 0,7 44,62 0,29 3x100

4.2.3 Percobaan Hubung Singkat


Tabel 4.3 Data percobaan generator sinkron hubung singkat

No n (rpm) VLL (V) VLN (V) If (A) F (Hz) ISC (A)


1 1507 149,6 85,85 0,5 49,7 27,84
2 1610 191,3 108,4 0,64 52,8 49,1

4.2.4 Percobaan Remanansi


Tabel 4.4 Data percobaan generator sinkron Remanansi
No n (rpm) VLL (V) VLN (V) F (Hz)
1 1500 10,4 6 49,8
2 1600 11,3 6,5 48,2
3 1700 11,8 6,8 48,3
4.3 Analisa dan Pembahasan
4.3.1 Prinsip Kerja
Penggerak mula (prime mover) menggerakkan rotor hingga putaran
nominal dari generator sinkron setelah sampai pada putaran nominal, rotor di
inject arus DC sebagai eksitasi (penguatan). Rotor yang telah berputar dan
tereksitasi menghasilkan medan putar.
Medan putar yag dihasilkan pada rotor akan dinaikkan pada kumparan
jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang terletak pada stator akan
menghasilkan fluks magnetic yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu.
Adanya perubahan fluks magnetic yang melingkupi suatu kumparan akan
menimbulkan GGL induksi pada ujung kumparan tersebut.
Generator sinkron mempunyai 3 buah kumparan fasa R, S. T yang disusun
pada jangkar sedemikian sehingga gelombang tegangan ggl dan/atau arus yang
dihasilkan oleh setiap kumparan fasanya akan mcmpunyai perbedaan sudut
sebcsar 120o. dan karena itu tidak dapat disatukan antara setiap fasanya. (Dikutip
dari Mesin-mesin Listrik untuk Program D3 Oleh Yakob Liklikwatil)

4.3.2 Percobaan Tanpa Beban


4.3.2.1 Self Excited
Tabel 4.5 Percobaan Tanpa Beban

No n (rpm) VLL (V) VLN (V) If (A) F (Hz)


1 1500 154,9 88,4 0,58 49,92
2 1600 219,4 126,6 0,76 52,8
3 1700 301,28 171,4 1,05 56,5

Untuk mencari nilai frekuensi generator dapat dihitung dengan persamaan


sebagai berikut:
n×P
f= (4.1)
120
Dimana;
f = Frekuensi (Hz)
n = Kecepatan motor (rpm)
P = jumlah kutub pada rotor

Perhitungan:
(Dengan mengambil data pada tabel 4.5 variasi 1)
n×P
f=
120
1500× 4
¿
120
¿ 50 Hz

Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh nilai frekuensi sebagai


berikut:
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Frekuensi
No n (rpm) fukur (Hz) fHitung (Hz)
1 1500 49,92 50
2 1600 52,8 53,3
3 1700 56,5 56,6

Dari tabel 4.6 nilai perbandingan antara frekuensi hitung dan frekuensi
terukur memiliki selisih yang tidak terlalu besar. Selisih nilai terbesar adalah pada
kecepatan 1600 rpm dengan nilai frekuensi ukur sebesar 52,8 Hz dan frekuensi
hitung sebesar 53,3 Hz. Sedangkan pada kecepatan 1500 rpm, nilai frekuensi ukur
sebesar 49,92 Hz dan nilai frekuensi hitung sebesar 50Hz serta pada kecepatan
1700 rpm nilai frekuensi ukur sebesar 56,5 Hz dan frekuensi hitung sebesar 56,6
Hz. Hal ini dikarenakan kurang telitinya praktikan dalam proses pengambilan
data.
Dari tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa semakin cepat rotor berputar maka
frekeuensi yang dihasilkan juga akan semakin meningkat.
Berikut adalah grafik hubungan antara n (rpm) dan fukur :
Grafik Hubungan n (rpm) dan Fukur Variasi Percobaan Tanpa
Beban
58

56

54
Fhitung

52

50

48

46
1500 1600 1700

n (rpm)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan n (rpm) dan fukur Variasi Percobaan Tanpa Beban

Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi kecepatan putar,
maka frekuensi semakin tinggi pula. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang dapat
dilihat pada persamaan 4.1

4.3.2.2 Remanansi
Tabel 4.7 Percobaan Tanpa Beban Variasi Remanansi
No n (rpm) VLL (V) VLN (V) F (Hz)
1 1500 10,4 6 49,8
2 1600 11,3 6,5 48,2
3 1700 11,8 6,8 48,3

Pada percobaan remanansi, sistem eksitasi sendiri pada generator di lepas,


sehingga hanya ada sisa sedikit arus pada kumparan medan. Ketika motor
dioperasikan maka keluaran dari generator bernilai kecil. Dapat dilihat pada tabel
4.7 di atas diketahui pada tegangan line to line untuk kecepatan 1500 hanya 10,4
V. Sedangkan frekuensi keluaran generator bertambah, seiring bertambahnya
kecepatan putar generator. Dapat dilihat ketika kecepatan 1500 rpm, frekuensi
bernilai 47, 8 Hz, saat kecepatan 1600 rpm, frekuensi bernilai 48,2 Hz dan saat
kecepatan 1700rpm, frekuensi bernilai 48,3 Hz.
Dari percobaan tanpa beban variasi eksitasi sendiri dan remanansi dapat
dibuat grafik perbandingan nilai tegangan line to line-nya sebagai berikut ini:

Grafik hubungan VLL Variasi Tanpa Beban dengan Kecepatan


1640
1620
Kecepatan Putar Motor (rpm)

1600
1580
1560
1540
1520
1500
1480
1460
1440
10.4 11.3 11.8

Tegangan Line to Line (V)

Gambar 4.6 Grafik hubungan VLL Variasi Tanpa Beban dengan Kecepatan Putar

Dari gambar 4.6 grafik hubungan VLL variasi tanpa beban dengan
kecepatan putar untuk eksitasi sendiri memiliki nilai tegangan line to line yang
lebih besar dibandingkan dengan tegangan line to line variasi remanansi dengan
kecepatan motor yang hampir sama namun nilai VLL yang dihasilkan jauh berbeda
karena arus eksitasi pada generator mempengaruhi besar tegangan keluaran dari
generator. Semakin besar arus eksitasi maka semakin besar tegangan keluaran dari
generator. Sedangkan pada variasi remanansi hanya ada arus eksitasi sisa yang
bernilai kecil pada kumparan medan sehingga nilai keluaran generator sangat
kecil

4.3.3 Percobaan Berbeban


Tabel 4.8 Data percobaan generator sinkron berbeban
No n (rpm) VLL (V) VLN (V) If (A) F (Hz) IL (A) Beban (W)

1 1478 141,7 81,5 0,52 48,8 0,05 3x5


2 1348 164,8 94,75 0,7 44,62 0,29 3x100
Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa semakin besar nilai beban yang
digunakan maka arus yang mengalir juga akan semakin besar sehingga kecepatan
putar motor turun dan frekuensinya turun.
Untuk menghitung frekuensi pada generator dapat dihitung dengan
persamaan 4.1
n×P
f= (4.1)
120
Dimana;
F = Frekeuensi (Hz)
n = Kecepatan motor (rpm)
P = jumlah kutub pada rotor

Perhitungan:
(Dengan mengambil data pada tabel 4.8 untuk variasi 1)
n×P
f=
120
1478× 4
¿
120
¿ 49,2 Hz

Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh nilai frekuensi sebagai


berikut:
No Beban (W) Fukur (Hz) FHitung (Hz)
1 3x100 44,62 44,93
2 3x5 48,8 49,2
Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Frekuensi
Dari tabel 4.9 nilai perbandingan antara frekuensi hitung dan frekuensi
terukur memiliki selisih yang tidak terlalu besar. Selisih nilai terbesar adalah pada
variasi beban 3x5W, dengan nilai frekuensi ukur sebesar 48,8 Hz dan frekuensi
hitung sebesar 49,2 Hz. Sedangkan pada beban 3x100W, nilai frekuensi ukur
sebesar 44,62 Hz dan nilai frekuensi hitung sebesar 44,93 Hz. Hal ini dikarenakan
kurang telitinya praktikan dalam proses pengambilan data dan nilai kecepatan
putar rotor yang berbeda 1rpm pada beban 3x100W dan 3x5W.

Berikut juga didapat grafik hubungan beban (watt) dengan frekuensi (Hz)

Grafik perbandingan Daya Beban dengan Frekuensi


50
49
48
47
Frekuensi

46 Frekuensi
45
44
43
42
3x5W 3x100W
Daya

Gambar 4.7 Grafik Hubungan antara Daya Beban dengan Frekuensi

Dari gambar 4.7 grafik hubungan antara daya beban dengan frekuensi
terukur dapat diketahui apabila semakin besar beban yang digunakan maka
frekuensi yang dihasilkan generator akan semakin besar. Hal ini tidak sesuai
dengan teori karena berdasarkan persamaan 4.1, dengan kecepatan putar yang
hampir sama, frekuensi keluaran generator seharusnya hampir sama.
4.3.4 Percobaan Hubung Singkat
Pada percobaan hubung singkat, terminal keluaran generator di hubung
singkat dengan menggunakan saklar, sehingga diperoleh arus hubung singkat.
Berikut data hasil percobaan hubung singkat :
Tabel 4.10 Data percobaan generator sinkron hubung singkat

No n (rpm) VLL (V) VLN (V) If (A) F (Hz) ISC (A)


1 1507 149,6 85,85 0,5 49,7 27,84
2 1610 191,3 108,4 0,64 52,8 49,1
Percobaan hubung singkat bertujuan untuk mengetahui reaktansi transient
agar generator tetap bisa mensuplai beban pada saat terjadi lonjakan arus beban
secara tiba-tiba (Isc).
Untuk mencari nilai frekuensi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 4.1 :
n×P
f= (4.1)
120
Dimana;
f = Frekeuensi (Hz)
n = Kecepatan motor (rpm)
P = jumlah kutub pada rotor

Perhitungan:
(Dengan mengambil data pada tabel 4.9 untuk variasi 1)
n×P
f=
120
1507× 4
¿
120
¿ 50,23 Hz
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh nilai frekuensi sebagai
berikut:
Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Frekuensi

No n (rpm) Fukur (Hz) FHitung (Hz)


1 1507 49,7 50,23
2 1610 52,8 53,6

Dari tabel 4.11 nilai perbandingan frekuensi terukur dan frekuensi hitung
pada kecepatan 1507 rpm yakni dengan nilai frekuensi ukur sebesar 49,7 Hz dan
frekuensi hitung sebesar 50,23 Hz. Sedangkan pada kecepatan 1610 rpm, nilai
frekuensi ukur sebesar 52,8 Hz dan nilai frekuensi hitung sebesar 53,6 Hz.
Adanya perbedaan nilai ini dikarenakan ketidaktelitian praktikan dalam membaca
alat ukur.
Berikut adalah grafik yang didapat dari hubungan antara VLL dan ISC :

Hubungan antara Tegangan Line to Line dengan Arus Hubung


Singkat
120

100
Tegangan Line To Line (V)

80

60

40

20

0
8 10 12 14 16 18 20 22 24
Arus Hubung Singkat (A)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Tegangan Line to Line dengan Arus Hubung Singkat

Dari gambar 4.8 grafik hubungan antara tegangan line to line dengan arus
hubung singkat diatas dapat diketahui bila semakin besar tegangan line to line
yang diketahui maka semakin kecil nilai arus hubung singkatnya. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin besar nilai tegangan, maka
arus yang dihasilkan akan semakin besar dengan daya yang semakin besar.
Untuk mencari nilai reaktansi transient yang didapat saat terjadi short
circuit dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rumus seperti dibawah ini:
V ln
X= (4.2)
I SC
Dimana,
X = Reaktansi Transient (Ω)
VLN = Tegangan Line to Netral (V)
ISC = Arus Short Circuit (A)

Perhitungan
(Dengan mengambil data pada tabel 4.10 untuk variasi 1)
V ln
X=
I SC
85,85
¿
27 , 04
¿ 3,174 Ω

Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh nilai reaktansi transient saat
terjadi hubung singkat sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Reaktansi
No VLN (V) ISC (A) X (Ω)
1 85,85 27,04 3,17
2 108,4 49,1 2,20

Dari tabel 4.12 nilai perhitungan reaktansi transient saat terjadi hubung
singkat dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai arus saat hubung singkat
maka akan semakin kecil nilai reaktansi transient yang dihasilkan.
4.4 Kesimpulan
1. Pada percobaan tanpa beban eksitasi sendiri dengan variasi kecepatan
menunjukan bahwa semakin besar kecepatan putar generator maka semakin
besar pula frekuensi yang dihasilkan. Dapat dilihat ketika kecepatan 1500
rpm, frekuensi ukur sebesar 49,92 Hz, pada kecepatan 1600 rpm, frekuensi
ukur sebesar 52,8 Hz, dan pada kecepatan 1700 rpm, frekuensi ukur sebesar
56,5 Hz. Hal ini sesuai dengan teori dimana frekuensi berbanding lurus
dengan kecepatan.
2. Pada percobaan remanansi tanpa beban, dapat dilihat tegangan line to line
cenderung stabil di kisaran 10 V. Untuk kecepatan 1500 rpm tegangan
keluarannya sebesar 10,4 V, pada kecepatan 1600 rpm tegangan keluarnnya
sebesar 11,3 V dan pada saat kecepatan 1700 rpm tegangan keluarannya
11,8 V. Hal ini sesuai dengan teori dimana pertambahan tegangan yang
tidak besar disebabkan karena sistem eksitasi sendiri pada generator
dihubung buka sehingga fluks yang ada pada rotor hanyalah fluks sisa.
3. Pada percobaan berbeban, ketika variasi beban 3x5W nilai frekuensi ukur
sebesar 48,8 Hz, dan pada variasi beban 3x100W nilai frekuensi ukur
sebesar 44,62 Hz. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena dengan kecepatan
putar yang hampir sama yakni 1500 rpm dan 1600 rpm, frekuensi keluaran
generator seharusnya hampir sama.
4. Pada percobaan hubung singkat, ketika kecepatan 1507 rpm nilai frekuensi
ukur sebesar 49,7 Hz, dan pada kecepatan 1610 rpm nilai frekuensi ukur
sebesar 52,8 Hz. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin besar
kecepatan putar generator maka akan semakin besar pula frekuensi keluaran
generator.
5. Pada percobaan hubung singkat, ketika nilai tegangan line to line 85,85 V
nilai arus hubung singkat sebesar 27,04 A dan nilai reaktansi transient
generator sebesar 3,17 Ohm, serta ketika nilai tegangan line to line 108,4 V
nilai arus hubung singkat sebesar 49,1 A dan nilai reaktansi transient
generator sebesar 2,01 Ohm. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana
dengan daya yang semakin besar, ketika terjadi lonjakan arus maka akan
terjadi kenaikan tegangan dan turunnya reaktansi transient pada generator.

Anda mungkin juga menyukai