Anda di halaman 1dari 20

Halaman Sampul

IDENTIFIKASI GAMMA-AMINO BUTYRIC ACID (GABA)


HASIL ISOLASI BAKTERI ASAM LAKTAT PADA
BAKASANG

PROPOSAL

SRI DEVIFATRESIA UDJULU

651418013

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena ia senantiasa
memberikan nikmatnya sehingga penyusunan proposal yang berjudul “Identifikasi
Gamma-Amino Butyric Acid (Gaba) Hasil Isolasi Bakteri Asam Laktat Pada
Bakasang“ dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun mungkin dalam penulisan
masih ada kesalahan dan kekeliruan namun penulis yakin bahwa manusia itu tidak
ada yang sempurna, mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan
membawa kesadaran kita akan kebesaran tuhan yang maha esa. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan usaha yang telah
membantu saya dalam membuat proposal ini niscaya tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak penyusunan proposal ini tidak akan terwujud.

Penyelesaian proposal ini hanya dapat terlaksana karena bantuan pikiran,


tenaga dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya menyampaikan terima
kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun
diharapkan  demi penyempurnaan proposal ini.

Gorontalo, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.4 Manfaat penelitian.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Bakasang...................................................................................................4
2.2 Bakteri Asam Laktat..................................................................................5
2.3 Gamma Amino Butyric Acid....................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................10
3.1 Tempat dan Waktu..................................................................................10
3.2 Bahan dan Alat........................................................................................10
3.3 Rancangan Penelitian..............................................................................10
3.4 Prosedur penelitian..................................................................................11
3.5 Parameter Uji...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam
yang berpotensial dalam perekonomian melalui sector kelautan dan
perikanan. Salah satunya yaitu terdapatnya olahan dari limbah ngan ikan
dengan proses fermentasi yang disebut bakasang.

Bakasang adalah salah satu produk olahan fermentasi ikan yang


rasanya asam. Bakasang pada umumnya menggunakan bahan baku ikan segar
dengan penambahan garam dan nasi dengan lama fermentasi 5-20 hari.
Garam dapat berfungsi sebagai pengikat air dan pemberi rasa yang sedap,
selain itu juga garam dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
tidak dikehendaki. Pada umumnya bakteri pembusuk relatif lebih sensitive
terhadap garam. Garam dapat berfungsi sebagai bahan pengawet karena dapat
menaikkan tekanan osmosis yang menyebabkan terjadinya plasmolisis pada
sel mikroba (Buckle et al. 2007).

Sebagai salah satu produk fermentasi, bakasang tentunya


mengandung bakteri asam laktat. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan
bakteri yang memberikan kontribusi besar bagi dunia pangan. BAL dapat
digunakan untuk menekan pertumbuhan beberapa bakteri pembusuk dan
patogen untuk meningkatkan umur simpan dan keamanan pangan (Muchtadi
and Ayustaningwarno 2010). Karakteristik BAL adalah selnya bereaksi
positif terhadap pewarnaan Gram, bereaksi negatif terhadap uji katalase, tidak
membentuk spora, berbentuk kokus, tersusun berpasangan atau berbentuk
rantai, fakultatif anaerobik, mesofil, dan non-motil (Romadhon, Subagiyo,
and M 2012). BALbanyak digunakan sebagai pangan fungsional dan sebagai
pengawet alami produk pangan fermentasi (Ibrahim, Fridayanti, and Delvia
2015)

1
Pertumbuhan mikroba adalah peningkatan jumlah atau volume dan
ukuran sel (Cowan 2012). Pertumbuhan sel mikroba biasanya mengikuti pola
pertumbuhan tertentu sehingga akan diperoleh grafik atau kurva pertumbuhan
sigmoid. Kurva pertumbuhan mikroba dibedakan menjadi 4 fase utama yaitu
fase lag (fase adaptasi), fase eksponensial (fase logaritmik), fase diam, dan
fase menurun (fase mati) (Mardalena 2016). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa BAL dapat mengurangi kondisi patologis akibat stres
oksidatif, yang menunjukkan bahwa BAL memiliki aktivitas antioksidan.
Salah satu metabolit yang dihasilkan BAL yang dapat bertindak sebagai
antioksidan adalah Gamma-Amino Butyric Acid (GABA). Fungsi GABA
sebagai antioksidan ditunjukkan oleh galur Lactobacillus plantarum DM5
(Das and Goyal 2015).

GABA merupakan asam amino non protein yang memiliki empat


atom karbon yang berfungsi sebagai penghambat utama neurotransmitter di
sistem saraf pusat (Indrowati et al. 2015). GABA adalah penghambat utama
neurotransmiter mamalia di saraf pusat sistem (SSP) dan pengatur berbagai
proses fisiologis dan psikologis (Barliana et al. 2016). GABA dapat
digunakan untuk mengobati depresi berat, stres, insomnia, gangguan
kecemasan, dan lainnya dengan peningkatan kadar GABA di otak (Kim et al.
2010). GABA dapat diproduksi dari BAL seperti Lactobacillus brevis, L.
plantarum, L. delbrueckii, L. paracasei dan L. lactis. BAL dapat
menghasilkan GABA karena aktivitas enzim GAD-nya (Kook and Cho
2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat BAL melalui
proses isolasi dari bakasang dan mengidentifikasi keberadaan GABA.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari isolasi
bakasang?
2. Bagaimana karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari
isolasi bakasang?

2
3. Bagaimana identifikasi GABA (Gamma-Amino Butyric Acid)
dari isolat Bakteri Asam Laktat (BAL) melalui isolasi
bakasang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana isolasi Bakteri Asam Laktat


(BAL) dari isolasi bakasang
2. Untuk mengetahui bagaimana karakterisasi Bakteri Asam
Laktat (BAL) dari isolasi bakasang
3. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi GABA (Gamma-
Amino Butyric Acid) dari isolat Bakteri Asam Laktat (BAL)
melalui isolasi bakasang

1.4 Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat :
1. Untuk meningkatkan nilai tambah produk fermentasi sebagai
pangan fungsional psikoaktif
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk menghasilkan
GABA dengan mudah, murah, dan efisien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakasang
Bakasang merupakan suatu olahan ikan secara tradisional yang rasanya
asam dan banyak dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Bakasang ialah
hasil proses fermentasi ikan yang digolongkan sebagai penghasil senyawa-
senyawa yang secara nyata mempunyai daya awet akibat adanya penambahan
garam sebagai bahan pengawet, alam proses fermentasi juga digunakan nasi
atau keraknya sebagai sumber energi mikroorganisme. (Yempormase,
Fatimah, and Kamu 2017)

Gambar 1. Bakasang (sumber : Google)

Bakasang merupakan produk tradisional unggulan masyarakat


Sulawesi Utara dengan pemasaran yang hanya sekitar wilayah lokal saja.
Bakasang berbentuk seperti saus, memiliki bau yang khas dan digunakan
sebagai terasi yang ditambahkan pada sambal (Ingratubun, Ijong, and
Onibala 2013). Bakasang merupakan produk fermentasi sehingga dapat
dipastikan terdapat bakteri asam laktat seperti Lactobacillus,
Pseudomonas, Streptococcus, Micrococcus), Lactobacillus acidophilus,
Lactobacillus plantarum dan Srteptococcus faecalis (Yanti 2009).

4
Menurut (Yempormase, Fatimah, and Kamu 2017) kandungan gizi
bakasang jeroan ikan cakalang terdiri dari protein (14,82 – 15,91%), lemak
(0,91 – 1,37%), air (69,13 – 75,38%), dan abu (13,12 – 15,07%). Kandungan
garam (18,53%), pH (5,34), dan total bakteri asam laktat 2,76 x 103
(koloni/ml).

Bakasang adalah salah satu bahan makanan yang dibuat dengan teknik
fermentasi tradisional dengan bantuan sinar matahari selama beberapa hari.
Umumnya pembuatan bakasang secara tradisional dilakukan dengan cara
fermentasi memanfaatkan sinar matahari selama beberapa hari-minggu dengan
kadar garam 25%. (Purwaningsih, Santoso, and Garwan 2013) melaporkan
pembuatan bakasang yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat yang
ada di Ternate dengan menggunakan penambahan garam sebanyak 25% dan di
fermentasi selama 8 hari pada suhu kamar.

2.2 Bakteri Asam Laktat


BAL adalah kelompok bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai
produk metabolik. BAL adalah bakteri gram positif berbentuk kokus, batang
tidak berspora dan bersifat mikroaerofilik. Organisme ini bersifat heterotropik
dan umumnya membutuhkan nutrisi yang kompleks selama pertumbuhan dan
perkembangannya (Reddy et al. 2008). pH bahan pangan dapat turun hingga
dibawah 4 untuk menghambat mikroorganisme lain termasuk mikroba
patogen, sehingga produk dapat bertahan lebih lama (Trinada 2013).

BAL merupakan bakteri yang biasa digunakan sebagai probiotik


karena bersifat nonpatogenik dan nontoksigenik. BAL biasanya memproduksi
bakteriosin yang merupakan peptida dengan sifat sebagai antibakteri (Marnila
2016). Selain kemampuannya dalam menghambat bakteri patogen, bakteriosin
tidak membahayakan flora normal usus karena mudah dicerna oleh enzim-
enzim pencernaan (Rustan 2013).

BAL yang diperuntukan dalam proses fermentasi seperti Lactobacillus


burgaricus (L.bulgaricus), L.casei, L.plantarum, L.acidophilus. Bakteri

5
L.bulgaricus adalah salah satu bakteri dari beberapa bakteri yang digunakan
untuk memproduksi yoghurt. Hal ini juga ditemukan pada produksi fermentasi
lainnya. Bakteri ini berbentuk batang yang panjang dan berserabut, tidak
membentuk spora dan dapat memfermentasi karbohidrat untuk menghasilkan
asam laktat. Bakteri L.bulgaricus berperan dalam menghambat bakteri
Helicobacter pylori penyebab infeksi saluran pencernaan (Kuswiyanto 2016).

Sebagian besar spesies BAL membutuhkan berbagai jenis asam amino


dan vitamin. BAL umumnya ada dalam suatu lingkungan dimana
kebutuhannya dapat dipenuhi (Reddy et al. 2008). BAL dimanfaatkan dalam
industri makanan untuk beberapa alasan dan tujuan. Pertumbuhannya
berakibat menurunkan kandungan karbohidrat bahan pangan yang
difermentasi, dan penurunan pH karena produksi asam laktat. Proses
asidifikasi adalah salah satu efek yang diinginkan dari pertumbuhan BAL. pH
bahan pangan dapat turun hingga di bawah 4,0 yang cukup rendah untuk
menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme lain termasuk
mikroba patogen, sehingga umur simpan produk dapat lebih panjang.

BAL tidak dapat menggunakan oksigen dalam produksi energinya,


sehingga BAL tumbuh pada kondisi yang anaerob, tetapi tetap dapat tumbuh
dengan keberadaan oksigen. Mereka terlindung dari oxygen by-product
(contohnya, H2O2) karena memiliki peroksidase. BAL menghasilkan energi
yang rendah, BAL tumbuh lebih lambat dibandingkan mikroba yang mampu
melakukan respirasi, dan menghasilkan koloni yang kecil 2 – 3 mm. BAL
dapat tumbuh pada suhu 5 - 45°C dan toleran terhadap kondisi asam, dengan
sebagian besar strain mampu tumbuh pada pH 4,4. Pertumbuhannya optimum
pada pH 5,5 – 6,5 dan membutuhkan nutrisi kompleks, seperti asam amino,
peptida, basa nukleotida, vitamin, mineral, asam lemak dan karbohidrat.
Selain itu, BAL memproduksi sejumlah kecil senyawa organik yang
memberikan aroma dan flavor pada produk hasil fermentasinya (Axelsson
2004; Trinada 2013).

6
BAL yang diisolasi dari makanan hasil fermentasi berpotensi sebagai
penghasil senyawa bioaktif. Gamma-aminobutyric acid (GABA) memiliki
berbagai fungsi fisiologis dan dapat diproduksi oleh BAL (Ko, Lin, and Tsai
2013). Beberapa spesies Lactobacillus telah dilaporkan menghasilkan equol
[7-hydroxy-3- (40-hydroxyphenyl) chroman], estrogen nonsteroid dari susu
kedelai yang terinfermentasi kelas isoflavon (Di Cagno et al. 2010)

2.3 Gamma Amino Butyric Acid


GABA adalah asam amino bebas yang memiliki empat karbon yang
banyak terdapat pada bakteri, tumbuhan dan vertebrata. Pada tumbuhan
dan bakteri, ia memainkan peran metabolik dalam siklus Krebs, dan pada
vertebrata ia bertindak sebagai pemancar sinyal saraf yang kuat. GABA
terutama dibentuk oleh ireversibel α- reaksi dekarboksilasi asam L-
glutamat atau garamnya, dikatalisis oleh enzim dekarboksilase asam
glutamat (GAD; EC 4.1.1.15) yang sifat biokimianya telah dikarakterisasi.
(Diana, Quílez, and Rafecas 2014).

Gambar 2. Reaksi dekarboksilasi L-glutamat menjadi GABA yang


dikatalisis oleh glutamat dekarboksilase (GAD), yang
bergantung pada kofaktor piridoksal-5 ′- fosfat atau vitamin
B6. (Sumber : (Diana, Quílez, and Rafecas 2014))

Enzim ini telah ditemukan pada bakteri seperti BAL, Escherichia,


Streptococcus, Aspergillus, dan Neurospora; pada tumbuhan seperti the,

7
tomat, kedelai, daun mulberry, beras merah berkecambah dan petunia; dan
di otak hewan mamalia. GABA juga ditemukan pada serangga seperti
kecoa, belalang, ngengat, dan lebah madu. Namun, sebagian besar
penelitian berfokus pada mikroorganisme penghasil GABA daripada
GABA dalam isolasi. BAL dan ragi adalah produsen GABA yang paling
penting, karena secara komersial berguna sebagai permulaan dalam
makanan fermentasi. (Diana, Quílez, and Rafecas 2014).
Banyak pengetahuan tentang berbagai fungsi fisiologis GABA,
maka dari itu pengembangan produk pangan fungsional yang mengandung
GABA sudah diupayakan secara aktif. Pada hewan, GABA ditemukan
dalam konsentrasi yang tinggi diotak dan memainkan peran mendasar
dalam penghambatan neurotransmisi di beberapa rutenya di dalam sistem
saraf pusat, dan juga di jaringan perifer (De Feudis 1981). Perubahan
sirkuit GABAergic berhubungan dengan penyakit Huntington, penyakit
Parkinson, pikun, kejang, penyakit Alzheimer, sindrom orang kaku dan
skizofrenia (Wong, Bottiglieri, and Snead 2003; Diana, Quílez, and
Rafecas 2014), karena substrat GAD (L-glutamat) bertindak sebagai
eksitasi neuron manusia dan produknya (GABA) bertindak sebagai
penghambat (Battaglioli, Liu, and Martin 2003; Diana, Quílez, and
Rafecas 2014). Satu perubahan dapat disebabkan oleh kandungan GABA
yang sangat rendah di otak, yang diamati pada pasien dengan penyakit
Alzheimer (Seidl et al. 2001; Diana, Quílez, and Rafecas 2014).
Fungsi fisiologis lain dari GABA adalah dapat mengatasi relaksasi,
sulit tidur, depresi.(Wu et al. 2014; Diana, Quílez, and Rafecas 2014)
menunjukkan kandungan GABA dalam berbagai teh dan menunjukkan
efek GABA. Senyawa bioaktif ini berpotensi melindungi terhadap
penyakit ginjal kronis, memperbaiki stres oksidatif yang disebabkan oleh
nefrektomi (Sasaki et al. 2006; Diana, Quílez, and Rafecas 2014), dan
mengaktifkan fungsi hati dan ginjal (Diana, Quílez, and Rafecas 2014).
GABA telah terbukti meningkatkan kekebalan secara alami dalam kondisi

8
stress dalam waktu satu jam setelah pemberiannya pada manusia (Abdou
et al. 2006; Diana, Quílez, and Rafecas 2014).
Banyak studi studi intensif beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan secara klinis kemampuan GABA dalam mengatasi
kekacauan fisiologis (Physiological disorder) dan psikologi
(physicological), selain memberikan pengaruh positif pada kekacauan
metabolic (metabolic disorder). Beberapa peneliti melaporkan bahwa
adanya korelasi antara hormone progesterone, GABA, dan perilaku
“moody” pada kaum hawa (Wijaya 2021). Sekresi hormone dikendalikan
oleh senyawa GABA. Baru-baru ini dilaporkan terkait tingkat kandungan
GABA pada teh berhubungan dengan pengaruhnya untuk sleep promoting
effect.
Ada banyak peneliti melaporkan tentang bakteri penghasil GABA
yang potensial, seperti Lactobacillus sp yang diisolasi dari keju yang
mampu memproduksi GABA pada konsentrasi 15 sampai dengan 63
mg/kg, atau strain-strain L. brevis yang diisolasi dari kimchi yang mampu
memproduksi hingga 2.023 g/l, atau bahkan L.brevis NCL912 dari sayuran
poacai (sayuran fermentasi tradisional Tiongkok) dan susu segar, masing-
masing pada konsentrasi 36.6 g/l dan 76.36 g/l (Wijaya 2021).
Pemanfaatan mikroba pemroduksi GABA sebagai ingridien fungsional
secara komersial lebih popular dibandingkan dengan penggunaan GABA
hasil isolasi dari mikroba.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di laboratorium Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pangan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Waktu pelaksanaan
penelitian ini dimulai dari bulan Oktober-November 2021.

3.2 Bahan dan Alat


 Bahan dan Alat Pembuatan Bakasang
Alat-alat yang digunakan adalah papan pengelas, pisau,
wadah tempat sample uji, botol, erlenmeyer, alat-alat gelas, timbangan
analitik, aluminium foil, hotplate, cawan porselin, pipet mikro, batang
pengaduk, , autovlace, inkubator, pipet tetes, waterbath, blender. Bahan yang
digunakan adalah jeroan (usus, hati, jantung, paru, dan terlur) ikan cakalang
segar.

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap.
Sampel bakasang yang digunakan berasal dari jeroan ikan cakalang segar
dengan penambahan garam 20% (b/b) waktu fermentasi selama 10 hari.
Kemudian sampel bakasang di isolasi. Isolasi dilakukan dengan metode
streak dari sampel bakasang yang telah diencerkan bertingkat dan ditanam
pada media MRSA + 1% CaCO3, diinkubasi pada suhu 37˚C selama 48 jam.
Isolat murni yang diperoleh dilakukan karakterisasi makroskopik dan
mikroskopik pada koloni dan sel . Pertumbuhan BAL pada media MRSB
dilakukan selama 60 jam pada suhu 37°C, kemudian hasil isolasi BAL yang
diperoleh diberi kode dan diidentifikasi produksi GABA secara kualitatif
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan lempeng KLT
alumunium (Silica gel F254, Merck, Mumbai India).

10
3.4 Prosedur penelitian
 Pembuatan Bakasang

Ikan Cakalang Dibersihkan

Dipisahkan bagian isi perut


dengan daging

Dicuci dan ditiriskan

Ditimbang sebanyak 50 gram Jeroan ikan

Garam dapur
Ditambahkan sebanyak 20%
dari bahan

Dimasukkan ke dalam botol

Dijemur selama 10 hari


(fermentasi)

Bakasang

Isolasi

 Isolasi
Isolasi bakasang dilakukan dengan mengambil secara aseptik
sebanyak satu gram bakasang yang berbentuk pasta dan dimasukkan
ke dalam wadah steril lalu ditambahkan aquades 9 mL (pengenceran
10-1), kemudian dibuat seri pengenceran untuk 10-2, 10-3, 10-4.
Perhitungan total bakteri dengan metode spreat pada media MRSA di
cawan petri, lalu diinkubasi pada suhu 37˚C selama 48 jam. Koloni
yang tumbuh diambil menggunakan jarum ose dan ditanam kembali di
cawan petri untuk dimurnikan dengan metode streak. Pemurnian
dilakukan pada media MRSA + CaCO3 1%, dan diinkubasi kembali
pada suhu 37˚C selama 24 jam. Pemurnian ini dilakukan sampai

11
terbentuk koloni yang tumbuh terpisah atau tunggal dari bakteri
tersebut. Setiap isolat bakteri asam laktat diberi kode isolat untuk
penamaan.

3.5 Parameter Uji


1. Uji Karakterisasi Isolat BAL
Karakterisasi dilakukan dengan cara makroskopis dan mikroskopis,
serta uji biokimia. Karakteristik makroskopis dengan mengamati
morfologi koloni meliputi bentuk, warna, tepi, serta elevasi koloni
bakteri. Karakteristik mikroskopis dengan serangkaian metode
pewarnaan Gram sel bakteri lalu diamati dibawah mikroskop cahaya
dengan perbesaran 1000x.
Uji biokimia dilakukan dengan uji katalase, uji motilitas, dan uj
tipe fermentasi. Uji katalase dengan isolat dari agar miring diambil satu
ose, kemudian dioleskan pada gelas benda yang telah diberi alkohol.
Gelas benda ditetesi dengan larutan H2O2 3%. Diamati terbentuknya
gelembung gas pada preparat. Jika terdapat gelembung gas berarti uji
katalase tersebut positif. Uji motilitas dengan cara isolat dari agar miring
ditusukkan dalam media Nutrient Broth yang mengandung agar 0,5 %
(semi solid) kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 30oC dan
diamati. Uji motilitas positif jika pertumbuhan koloni menyebar luas
pada agar. Uji tipe fermentasi dengan satu koloni isolat bakteri
ditumbuhkan pada media MRS broth dalam tabung reaksi yang diberi
tabung durham. Biakan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 oC.
Bakteri yang menampung gas dalam tabung durham dinyatakan sebagai
heterofermentatif, sedangkan yang tidak menampung gas dinyatakan
homofermentatif.
2. Pembuatan Kurva Pertumbuhan BAL
Pembuatan kurva baku pertumbuhan BAL dilakukan untuk
mengetahui jumlah sel bakteri yang ditunjukkan oleh nilai absorbansi
pada λ 600 nm dan waktu inkubasi. Pembuatan starter dengan cara
isolat BAL (stok) diaktivasi dengan cara mengambil dua ose dan

12
dimasukkan ke dalam 100 mL medium MRSB dan diinkubasi pada
rotary shacker kecepatan 150 rpm selama 24 jam pada suhu 37oC .
Setelah jumlah sel mencapai 107 CFU/ml kemudian diambil 5% starter
dan dipindahkan ke dalam 100 ml medium MRSB tanpa penambahan
MSG 1%, selanjutnya diinkubasi pada rotary shacker kecepatan 150
rpm pada suhu 37oC selama 60 jam. Setiap enam jam sekali di ambil
empat ml kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 600 nm. Kurva
pertumbuhan dibuat dengan cara menghubungkan antara waktu
pertumbuhan sebagai sumbu x, dan nilai absorbansi sebagai sumbu y.
3. Pembuatan Produksi GABA
Pembuatan produksi GABA dilakukan dengan mengambil masing-
masing empat ml sampel pada medium MRSB + MSG 1% dan
medium MRSB non MSG 1% setiap enam jam sekali pada medium
pertumban yang diinkubasi dalam rotary shacker selama 60 jam,
kemudian masing – masing ditempatkan pada tabung sentrifugasi
(tabung eppendorf) dan dilakukan pemisahan antara supernatan dan
selnya dengan sentrifugasi pada kecepatan 6.000 rpm, suhu 4°C
selama 15 menit. Penambahan Monosodium Glutamat (MSG)
digunakan sebagai substrat untuk produksi GABA oleh bakteri asam
laktat. Selanjutnya supernatan yang diperoleh diukur menggunakan
spektrofotometer dengan λ 425 nm untuk mengetahui nilai
absorbansinya. Hasil nilai absorbansi yang diperoleh digunakan untuk
mengukur konsentrasi GABA.
4. Deteksi Produksi GABA
Deteksi produksi GABA oleh kultur BAL dilakukan dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis atau Thin Layer Chromatography
(TLC). Lempeng TLC yang berukuran 5x2,5 cm diberi garis
menggunakan pensil sebagai penanda awal. Garis dari tepi lempeng
TLC berjarak satu cm. Garis penanda awal diberi tanda titik sebanyak
lima titik dengan jarak satu cm menggunakan pensil untuk tempat

13
spotting sampel. Setiap titik diberi tanda berupa angka satu hingga
lima.
Konsentrasi larutan MSG dibuat dengan cara mengencerkan
sebanyak 0,10 g MSG ke dalam 10 mL aquades untuk didapatkan
konsentrasi 1% MSG. Sebanyak empat μl seri konsentrasi MSG
dispotkan atau diteteskan pada lempeng TLC alumunium
menggunakan pipet kapiler, larutan standar GABA (pregabalin 75mg),
supernatan isolat, supernatan kontrol secara berurutan diteteskan pada
lempeng TLC. “Running” TLC selama 15 menit. TLC dilakukan
menggunakan larutan pengembang (eluen) yang terdiri dari campuran
n-butanol : asam asetat : aquades dengan perbandingan 5:3:2. Fase
gerak yang digunakan dalam metode TLC yaitu n-butanol, asam asetat
glasial dan air dengan perbandingan 5:3:2.
Lempeng TLC yang telah disemprot menggunakan larutan
ninhydrin 0,5% (w/v), kemudian dipanaskan dalam oven hingga
110oC selama ±10 menit. GABA standar akan terdeteksi dengan
ninhydrin sebagai bercak/spot merah setelah plat dikeringkan pada
suhu 60°C setelah penyemprotan dengan reagen ninhydrin (Kook and
Cho 2013; Indrowati et al. 2015). Senyawa GABA yang dihasilkan
oleh isolat BAL dapat dilihat dari nilai Retention factor (Rf) yang
sama dengan standar GABA yang digunakan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abdou, AM, S Higashiguchi, K Horie, M Kim, H Hatta, and H Yokogoshi. 2006.
“Relaxation and Immunity Enchancement Effect of Gamma-Aminobutyric
Acid (GABA) Administration in Humans.” Biofactors ( Oxford, England) 6
(3): 1–8.
Axelsson, L. 2004. Lactic Acid Bacteria: Classification and Physiology. In
Salminen, S., Wright, A.V., Ouwehand, A., Editors. Lactic Acid Bacteria:
Microbiologycal and Functional Aspects. 3rd editio. New York: Marcel
Dekker, Inc.
Barliana, Melisa I., Carissa P. Purabaya, Sri A. F. Kusuma, and Rizky Abdulah.
2016. “Polimorfisme Gen γ-Aminobutyric Acid Type A Receptor Subunit α-
6 (GABRA6) Dan Gangguan Kecemasan.” Indonesian Journal of Clinical
Pharmacy 5 (2): 123–31. https://doi.org/10.15416/ijcp.2016.5.2.123.
Battaglioli, G, H Liu, and D. L Martin. 2003. “Kinetic Differences between the
Isoforms of Glutamate Decarboxylase : Implications for the Regulation of
GABA Synthesis.” Journal of Neurochemistry 86 (4): 879–87.
Buckle, KA, RA Edward, GH Fleet, and M Wootton. 2007. Ilmu Pangan. Edited
by H Purnomo and Adiono. Jakarta: UI-Press.
Cagno, Raffaella Di, Francesco Mazzacane, Carlo G. Rizzello, Olimpia
Vincentini, Marco Silano, Giammaria Giuliani, Maria De Angeli, and Marco
Gobbetti. 2010. “Synthesis of Isoflavone Aglycones and Equol in Soy Milks
Fermented by Food-Related Lactic Acid Bacteria and Their Effect on Human
Intestinal Caco-2 Cells.” Journal of Agricultural and Food Chemistry 58
(19): 10338–46. https://doi.org/10.1021/jf101513r.
Cowan, MK. 2012. Mikrobiologi: Aplikasi Sistem Proach Edisi 3. Mc Graw Hill.
Das, D, and A Goyal. 2015. “Aktivitas Antioksidan Dan Kemampuan
Memproduksi Gamma-Aminobutyric Acid (GABA) Dari Probiotik
Lactobacillus Plantarum DM5 Diisolasi Dari Marcha Dari Sikkim.” Ilmu
Dan Teknologi Pangan LWT 61: 263–68.
Diana, Marina, Joan Quílez, and Magdalena Rafecas. 2014. “Gamma-
Aminobutyric Acid as a Bioactive Compound in Foods: A Review.” Journal
of Functional Foods 10: 407–20. https://doi.org/10.1016/j.jff.2014.07.004.
Feudis, B De. 1981. “Muscimol Binding and GABA Receptors.” Drug
Development Research 1: 93–105.
Ibrahim, Arsyik, Aditya Fridayanti, and Fila Delvia. 2015. “ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI BUAH
MANGGA (Mangifera Indica L.).” Jurnal Ilmiah Manuntung 1 (2): 159–63.

15
https://doi.org/10.51352/jim.v1i2.29.
Indrowati, Meti, Pudji Astuti, Rarastoeti Pratiwi, and Rumiyati. 2015. “Deteksi
Gamma Amino Butric Acid (GABA) Pada Daun Artocarpus Altilis.”
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains, no. November: 595–600.
Ingratubun, J Aquarista, Frans G Ijong, and Hens Onibala. 2013. “Isolation and
Identification of Lactic Acid Bacteria in Bakasang as Fermented Microbe
Starter.” Aquatic Science & Management, 48–56.
https://doi.org/10.35800/jasm.0.0.2013.2278.
Kim, SS, SH Oh, MH Jeong, SC Cho, MC Kook, SH Lee, YR Pyun, and H.Y
Lee. 2010. “Efek Induktif Tidur GABA Pada Fermentasi Monosodium
Glutamat (MSG).” Jurnal Korea Ilmu Dan Teknologi Pangan 42: 142–46.
Ko, Chih Yuan, Hong Ting Victor Lin, and Guo Jane Tsai. 2013. “Gamma-
Aminobutyric Acid Production in Black Soybean Milk by Lactobacillus
Brevis FPA 3709 and the Antidepressant Effect of the Fermented Product on
a Forced Swimming Rat Model.” Process Biochemistry 48 (4): 559–68.
https://doi.org/10.1016/j.procbio.2013.02.021.
Kook, MC, and SC Cho. 2013. “Produksi GABA (Gamma-Aminobutyric Acid)
Oleh Bakteri Asam Laktid.” Jurnal Korea Ilmu Dan Teknologi Pangan 33
(3): 377–89.
Kuswiyanto. 2016. Bakteriologi 2. buku kedokteran EGC.
Mardalena. 2016. “Fase Pertumbuhan Isolat Bakteri Asam Laktat (BAL)
Tempoyak Asal Jambi Yang Disimpan Pada Suhu Kamar.” Jurnal Sains
Peternakan Indonesia 11 (1): 58–66. www.journal.uta45jakarta.ac.id.
Muchtadi, T, and F Ayustaningwarno. 2010. Makanan Teknologi Pengolahan.
Bogor: Institut Pertanian: Bogor Press.
Purwaningsih, Sri, Joko Santoso, and Rahmatia Garwan. 2013. “Perubahan
Fisiko-Kimiawi, Mikrobiologi Dan Histamin Bakasang Ikan Cakalang
Selama Fermentasi Dan Penyimpanan.” Jurnal Teknologi Dan Industri
Pangan 24 (2): 168–77. https://doi.org/10.6066/jtip.2013.24.2.168.
Reddy, Gopal, Md Altaf, B. J. Naveena, M. Venkateshwar, and E. Vijay Kumar.
2008. “Amylolytic Bacterial Lactic Acid Fermentation - A Review.”
Biotechnology Advances 26 (1): 22–34.
https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.2007.07.004.
Romadhon, Subagiyo, and Sebastian M. 2012. “ISOLASI DAN
KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS UDANG
PENGHASIL BAKTERIOSIN SEBAGAI AGEN ANTIBAKTERIA PADA
PRODUK-PRODUK HASIL PERIKANAN.” Jurnal Saintek Perikanan 8
(1): 59–64.

16
Rustan, R.I. 2013. “Studi Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Dari
Fermentasi Cabai Rawit (Capsicum Frutencens L.).” Universitas Hasanuddin
Makassar.
Sasaki, S., T. Yokozawa, EJ Cho, S. Oowada, and M. Kim. 2006. “Protective
Role of γ-Aminobutyric Acid against Chronic Renal Failure in Rats.” The
Journal of Pharmacy and Pharmacology 58 (11): 1140–48.
Seidl, R, N Cairns, N Singewald, S.T Kaehler, and G Lubec. 2001. “Differences
between GABA Levels in Alzheimer’s Disease and Down Syndrome with
Alzheimer-like Neuropathology.” Naun-Schmiedeberg’s Archives of
Pharmacology 363 (2): 139–45.
Trinada, Muh Ade. 2013. “STUDI AKTIVITAS BAKTERI ASAM LAKTAT (L.
PLANTARUM DAN L. FERMENTUM) TERHADAP KADAR PROTEIN
MELALUI PENAMBAHAN TEPUNG KEDELAI PADA BUBUR
INSTAN TERFERMENTASI.” UNY.
Wijaya, Hani C. 2021. “Pangan Fungsional Psikoaktif : Peluang Masa Depan.”
Foodriview Indonesia, 2021.
Wong, C.G., T Bottiglieri, and O. C Snead. 2003. “GABA, Gamma-
Hydroxybutyric Acid, and Neurological Disease.” Annals of Neurology 54
(6): 3–12.
Wu, C, Y Huang, X Lai, R Lai, W Zhao, M Zhang, and W Zhao. 2014. “Study on
Quality Components and Sleep-Promoting Effect of GABA Maoyecha Tea.”
Journal of Functional Foods 7: 180–90.
Yanti, Dwi. 2009. “Skrining Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik Potensial
Diisolasi Dari Bakasang.” Manado: Univeristas Sam Ratulangi.
Yempormase, Hendrika V, Feti Fatimah, and Vanda S Kamu. 2017. “KUALITAS
BAKASANG IKAN CAKALANG (Katsuwonus Pelamis) YANG DIOLAH
PADA BERBAGAI WAKTU PENGOLAHAN.” Jurnal Ilmiah Farmasi 6
(4): 228–33.

17

Anda mungkin juga menyukai