Penentuan Berat Molekul Melalui Metode P
Penentuan Berat Molekul Melalui Metode P
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA I
PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN
TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)
Dosen Pengampu : Bapak Sumari dan Ibu Fauziatul Fajaroh
OLEH :
KELOMPOK 10/OFFERING B
JURUSAN KIMIA
APRIL 2017
A. JUDUL PERCOBAAN
“Penentuan Berat Molekul Melalui Metode Penurunan Titik Beku (cryoscopic)”.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat menentukan
berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik beku larutan, dan
menentukan persentase kesalahan penentuan berat molekul zat non elektrolit
melalui penurunan titik beku larutan.
C. DASAR TEORI
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat
terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-
sifat ini disebut sifat koligatif (colligative properties) (atau sifat kolektif) sebab
sifat-sifat tersebut memiliki partikel zat terlarut yang ada (Chang, 2005: 12). Sifat
koligatif bergantung pada jumlah mol total per liter spesies terlarut yang ada
(oxtoby, dkk, 2001). Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya
ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan
ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang
konsentrasi larutan. Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1
kg (1000 gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:
massa 1000
m= x
Mr P
Keterangan :
m = molalitas larutan (mol / kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)
P = massa pelarut (g)
Bobot molekul dapat ditentukan melalui beberapa metode di antaranya
metode kenaikan titik didih (ebulliscopic), metode penurunan titik beku
(cryoscopic), dan hipotesis Avogadro. Penentuan bobot molekul menggunakan
metode cryoscopic memiliki kelebihan dibangdingkan dua metode lainnya. Bobot
molekul melalui metode cryoscopic. Hal ini dikarenakan penurunan titik beku
larutan lebih besar dibandingkan kenaikan titik didihnya. Penurunan titik beku
yang relative besar memudahkan dalam pengamatan perbedaan titik beku. Tidak
seperti dalam hipotesis Avogadro, zat terlarut dalam metode cryoscopic tidak perlu
berada dalam fasa uap. Zat terlarut dalam fasa uap diperlukan untuk mengetahui
massa jenis gas dari zat tersebut. Penentuan bobot molekul melalui metode
cryocopic ditentukan dari hubungan berat pelarut, berat zat terlarut, dan konstanta
cryoscopic serta penurunan titik beku. Hubungan tersebut dituliskan dalam
persamaan penurunan titik beku yang perumusannya berdasarkan atas kondisi
encer suatu larutan. Pada larutan encer, titik beku larutan memiliki perbedaan yang
kecil. Oleh karena itu, pada penetuan bobot molekul degan menggunakan metode
cryoscopic digunakan pendekatan penurunan titik beku sama dengan nol. Bobot
molekul yang benar akan diperoleh saat penurunan titik beku mencapai nol
melalui cara ekstrapolasi. Ekstrapolasi merupakan data perbedaan titik beku antara
pelarut degan larutan dari berbagai konsentrasi.
Penurunan titik beku larutan sebanding dengan jumlah partikel zat terlarut
dalam sejumlah tertentu pelarut. Oleh karena itu, jumlah molekul atau ion terlarut
dalam sejumlah yang sama pelarut akan menghasilkan penurunan titik beku
dengan nilai yang sam pula. Berdasarkan hal ini, dapt dikatakan bahwa penurunan
titik beku yang disebabkan oleh satu mol zat non elektrolit adalah sama, tanpa
memperhatikan jenis zat terlarutnya, sepanjang jenis dan pelarutnya sama.
Penurunan titik beku yang diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut dalam
satu kilogram pelarut disebut penurunan titik beku molal, yang digunakan sebagai
tetapan untuk penentuan berat molekul zat terlarut.
Apabila (g) gram zat terlarut mempunyai berat molekul (M) terlarut
dalam (p) gram pelarut, menghasilkan penurunan titik beku molal Kf, maka massa
molekul zat terlarut tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
∆Tf = kf x m
g 1000
∆ Tf =Kfx x
M p
gx 1000 xKf
M =
Px △ Tf
Keterangan:
g : gram terlarut
M : berat molekul
P : gram pelarut
△Tf : penurunan titik beku
Kf : tetapan penurunan titik beku molal
E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pengukuran titik beku pelarut
a. Mengisi bejana stainlis dengan balok es kecil-kecil sebanyak mungkin
sampai tabung reaksi besar dapat berdiri sendiri.
b. Memasukkan garam kasar kedalam bejana stainlis yang berisi es kecil
secukupnya.
c. Menimbang massa gelas ukur kemudian massa tabung reaksi besar pada
neraca ohaus. Kemudian memasukkan pelarut air ke dalam tabung reaksi
besar, dan massanya ini dikurangi dengan massa gelas ukur dan tabung
reaksi besar, maka diperoleh massa netto dari pelarut.
d. Tabung reaksi besar yang berisi pelarut air ditempatkan dalam bejana
stainlis bagian tengah
e. Thermometer Beckmann dan batang pengaduk dimasukkan, tabung raksa
dari thermometer harus dipastikan terendam dalam pelarut.
f. Tabung reaksi diaduk secara perlahan, thermometer Beckmann dibaca
setiap penurunan suhu rentang 0,50C, dan kurva hubungan antara suhu
dan waktu digambar.
g. Titik beku pada kurva pendinginan diambil.
h. Ketika kristal terbentuk, tabung reaksi dengan thermometer Beckmann
yang masih di dalamnya dikeluarkan dari bejana, dan menghangatkan
dengan tangan untuk mencairkan kristal. Ketika kristal mencair, bejana
bagian dalam ditempatkan dalam bejana bagian tengah dan diulangi
proses (5) dan (6) untuk menentukan titik beku.
i. Titik beku pelarut dicari dengan cara tersebut di atas. Pertama dicari titik
beku secara kasar, kemudian diulangi pengukuran dengan cara yang sama
dari titik beku untuk penentuan titik beku sebagai rata-rata dari beberapa
pembacaan.
2. Pengukuran titik beku larutan
a. Mengisi bejana stainlis dengan balok es kecil-kecil sebanyak mungkin
sampai tabung reaksi besar dapat berdiri sendiri.
b. Memasukkan garam kasar kedalam bejana stainlis yang berisi es kecil
secukupnya.
c. Menimbang massa gelas ukur kemudian massa tabung reaksi besar pada
neraca ohaus. Kemudian memasukkan pelarut air ke dalam tabung reaksi
besar, dan massanya ini dikurangi dengan massa gelas ukur dan tabung
reaksi besar, maka diperoleh massa netto dari air.
d. Menimbang massa sampel pada neraca analitik
e. Sampel dilarutkan secara sempurna dalam pelarut yang diukur pada
bagian 1 diatas. Sampel dipastikan tidak mengendap pada bagian
thermometer Beckmann atau batang pengaduk bejana bagian dalam yang
tidak terendam dalam pelarut.
f. Titik beku dari larutan ditemukan dengan metode yang telah diuraikan
pada bagian 1 item (d) dan (e).
g. Penurunan titik beku ditentukan berdasarkan perbedaan titik beku antara
pelarut dan larutan serta dihitung massa molekul dengan cara subtitusi
harga yang dihasilkan dari persamaan (1).
Dari tabel di atas, dapat dibuat kurva pendinginan yang menunjukkan hubungan
antara suhu dan waktu yang nantinya dapat digunakan untuk menentukan titik
beku pelarut.
Linear (Suhu
3 (au))
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu (s)
Mm x P x ∆ T f
MassaUrea=
1000 x kf
60 g /mol x 30 x 0,8 ℃
¿
1000 x 1,86 ℃ /mol
= 0,7742 gram
kemudian massa sampel yang telah ditimbang, dilarutkan sempurna dalam pelarut
yang diukur pada bagian 1. Dan pastikan bahwa sampel tidak mengendap pada
bagian-bagian temometer Beckman atau batang agitator bejana bagian dalam yang
tidak terendam dengan pelarut. Selanjutnya tebung reaksi ditempatkan ditengah-
tengah bejana yang berisi es seperti cara yang dilakukan pada percobaan 1.
Larutan diaduk secara merata dengan menggunakan batang agitator agar
pendinginan merata sampai suhu turun pada 6 ⁰C. Setelah suhu turun dibaca
thermometer beckman setiap penurunan 0.5⁰C dan dicatat waktu saat penurunan
berlangsung. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Dari data diatas dapat diperoleh grafik hubungan antara suhu dan
waktu pada pendinginan larutan sebagai berikut.
5 Suhu (au)
f(x) = − 0.01 x + 5.01
4 Linear (Suhu (au))
Suhu °C
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu (s)
Dari data-data yang sudah diketahui, dapat menentukan penurunan titik
beku berdasarkan perbedaan titik beku antara pelarut dan larutan dan menghitung
berat molekul dengan cara substitusi harga yang dihasilkan pada persamaan (1).
Jawab :
∆Tf = Kf.m
m urea 1000
∆Tf = Kf . x
BM urea mair
murea 1000
BM urea = Kf urea . x
∆ Tf m air
0,774 g 1000
BM urea = 1,86 0C g/mol . x
0,90 ℃ 30 g
BM urea = 53,32 g/mol
Jadi, berat molekul urea hasil perhitungan yaitu 53,32 g/mol
3. % kesalahan
Menghitung % kesalahan pada percobaan penentuan berat molekul urea
melalui metode penurunan titik beku sebagai berikut :
massa teoritis−massa eksperimen
% kesalahan = x 100 %
massa teoritis
g g
60 −53,32
mol mol
=
g
60
mol
= 1,11 %
I. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
penurunan titik beku (∆Tf) dimana harga ∆Tf berdasarkan percobaan yaitu 0,900C.
kemudian dapat dihitung berat molekul zat non elektrolit urea melalui penurunan
titik beku larutan diperoleh sebesar 53,32 g/mol, dengan membandingkan berat
molekul urea percobaan dengan teoritis maka %kesalahan sebesar 1,11%
J. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter dan Julio De paula. Physical Chemistry 9th edition. NewYork:
W. H. Freeman and Company
Sumari, dkk. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Malang : Jurusan Kimia FM
-.2012. Penentuan Massa Berdasarkan Bobot Jenis. (online),
(http://alkemistry.blogspot.co.id/2012/11/penetuan-massa-molekul-
berdasarkan_30.html) diakses pada tanggal 4 April 2017
Azizah, Siti Nur. Laporan Praktikum Kimia Fisik Penurunan Titik Beku.
(online), (http://sinura003.blogspot.co.id/2013/12/v-
behaviorurldefaultvmlo.html) diakses tanggal 4 April 2017
Khilmi, Natasha. Percobaan 8. (online),
(https://id.scribd.com/document/338955848/PERCOBAAN-8) diakses
tanggal 4 April 2017
LAMPIRAN-LAMPIRAN