Anda di halaman 1dari 3

A.

Dasar dan Makna Ilmu dalam Pendiidikan Islam

Menurut Ahmad Tafsir, Ilmu merupakan pengetahuan yang logis dan mempunyai
bukti empirik dan dilakukan dengan cara riset (penelitian). Singkatnya—menurut Tafsir—
yang dimaksud dengan ilmu haruslah memuat objek yang empiris serta dapat diterima dengan
logis.

Berdasarkan pengertian dan matriks, maka yang dimaksud dengan ilmu adalah
pengetahuan yang diperoleh manusia atas dasar riset, bersifat empiris dan dapat dilakukan
dengan menggunakan indera dan akal. Pendidikan Islam dapat dikategorikan sebagai ilmu
(science), akan tetapi jika salah satu syaratnya hilang, maka Pendidikan Islam belum “layak”
dikategorikan sebagai suatu ilmu (science). Seperti disinggung dimuka, bahwa Ilmu
Pendidikan Islam secara teoritikal merupakan pengetahuan yang membahas tentang teori-
toeri pendidikan yang berdasarkan atas Islam, yang oleh karenanya pembahasan yang dimuat
dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah teori-teori yang terkait dengan pendidikan dalam
perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits. Lingkup bahasan yang menjadi kajian Ilmu Pendidikan
Islam ini adalah masalah-masalah pendidikan atas dasar ajaran Islam yang mencakup aspek
tujuan, pendidik, anak didik, bahan, metode, kurikulum, alat, evaluasi dan lembaga-lembaga
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan Islam.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2001), cet.ke-4, h. 15

B. Klarifikasi Ilmu dalam Pendidikan Islam

Klasifikasi ilmu berawal dari keterbatsan potensi yang dimiliki rasio


(pemikiran,nalar). Pun demikian proses pencariannya di butuhkan pembatasan-
pembatasan yang berkaitan dengan ilmu itu sendiri.
Menurut imam Abi Abdillah Muhammad bin Muhammad ar-Ru’ainy dalam
kitabnya Qurrotul ‘ain li syarhi al waroqot di sebutkan bahwa klasifikasi ilmu itu ada dua:

a.       ILMU DHORURIY

Ilmu dhoruriy adalah pengetahuan yang tidak memerlukan pemeriksaan dan pembuktian.
Dalam arti lain, ilmu dhoruriy adalah ilmu yang bersifat pasti. Secara umum, dapat di katakan
bahwa setiap manusia pasti memiliki pengetahuan tentang hal itu tanpa menggunakan bukti
maupun dalil. Seperti pengetahuan yang di hasilkan oleh panca indra, seperti halnya bahwa
garam itu asin, bahwa gula itu manis, bahwa api itu panas dan lain sebagainya.

b.      ILMU MUKTASAB

Ilmu muktasab adalah ilmu yang sudah baku hukumnya atau sesuatu yang didapatkan atau
dihasilkan melalui proses pemikiran/kajian dan penggunaan dalil/pembuktian. Seperti
pengetahuan bahwa alam ini adalah baru, pengetahuan ini di dasarkan atas pemikiran atau
kajian terhadap alam dan hal-hal yang di kajikan di alam ini, berupa pergantian dan
perubahan.
Nabi Muhammad SAW berasabda:

‫فقال صلى هللا عليه و سلم إن كان شيئا من أمر دنياكم فشأنكم به وإن كان من أمور دينكم فإلي * ( صحيح ) وأخرجه‬
‫مسلم‬.

"Adapun perkara yang berkenaan dengan urusan dunia kalian, maka terserah kalian. Namun
mengenai perkara agama kalian, maka kembalikanlah padaku.”

Dalam redaksi yang lain menyebutkan: (as-silsilah as-shohihah;juz 10 halaman 214;maktabah


syamilah)

) ‫ ) ( الصحيحة‬3977 (

 ‫إذا كان شيء من أمر دنياكم فأنتم أعلم به فإذا كان من أمر دينكم فإلي‬

“Adapun untuk urusan dunia maka kalian lebih tau, namun masalah agama kembalikanlah
padaku”.

Dari hadits yang telah dituturkan, maka klasifikasi ilmu dapat di golongkan menjadi dua
macam, yaitu ilmu duniawi dan ilmu din(agama).

Menyerahkan semua urusan dunia kepada manusia dan menjadikannya sebagai hak mereka
baik dari sisi kajian, penelaahan, eksperimen, maupun penerapan, yaitu dari sisi ilmu teoritis
yang didapat dari fitrah pemberiaan Allah pada manusia berupa perasaan dan akal. Dan dari
sisi penerapan praktis dalam hal keahlian, profesi, industri, prosedur dan sarana prasarana.
Semua itu hukumnya boleh (mubah) terserah manusia, halal bagi mereka. Mereka bisa
melakukannya sekehendak mereka kapan saja dan dengan cara apa saja.

Namun, dalam persoalan agama, maka harus mentaati dan menjalani semua perintah Allah
dan larangan-Nya. Karena agama bukan sekedar sekumpulan tentang hal-hal ghaib, syiar-
syiar ibadah, moral dan adab, tetapi yang benar itu mencakup pengaturan seluruh hubungan
yang ada.

Menurut Muhammad bin Idris ilmu itu ada dua jenis:

a.       ILMU ABDAN

Ilmu abdan atau arti lainnya adalah ilmu duniawi, yaitu segala macam ilmu yang dapat
memberikan mashlahat (kebaikan) didunia dan kehidupan manusia serta makhluq lainnya,
seperti halnya ilmu kedokteran, ilmu perdagangan, ilmu kelautan dan sebagainya. Secara
umum ilmu abdan atau duniawi ini hukumnya fardlu kifayah.

b.      ILMU ADYAN

Ilmu adyan atau dalam makna lain adalah ilmu agama, ilmu ini terbagi menjadi dua bagian:
1.      Yang hukumnya fardlu ‘ain, seperti: Ilmu tentang pemahaman akidah dan ibadah yang
benar seperti rukun iman dan rukun islam.

2.      Yang hukumnya fardlu kifayah, seperti: Ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu faraidl, ilmu balaghoh
dan sebagainya.

Menurut Abu al-Ma’aly Abdul Malik bin Abdillah bin Yusuf bin Muhammad al-Juwainy,
ilmu itu terbagi menjadi dua macam yaitu: Ilmu dhorury dan ilmu nadzory. Adapun definisi
dari keduanya sama dengan ilmu dhorury dan ilmu muktasab, hanya berbeda namanya saja.

Al-Ghozali pertama tama mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasan hidup
yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan kepada hal hal
jahat, maka anak itu akan berakhlak jahat. Pentingnya pendidikan      ini   di    dasarkan pada
pengalaman hidup Al-Ghozali sendiri.

Pada dasarnya ilmu islam yang banyak dicetuskan kepada seluruh masyarakat-
masyrakat islam, terutama jalur Pendidikan, harus dilandasi penanaman moral, penaman
akhlak dari jati diri seseorang tersebut. Klarifikasi ilmu juga dibagi dalam beberapa
kelompok yang masing masing memiliki karakteristik yang berbeda.

Imam Al-Ghozali memandang ilu dari dua segi, yaitu :

·         Ilmu sebagai proses dan,

·         Ilmu sebagai objek

Menurut Imam Ghozali juga ilmu bisa tergolong ilmu FARDHU ‘AIN  dan FARDHU
KHIFAYAH. Yang tergolong dalam ilmu Fardhu ‘ain adalah:  Ilmu agama dan macam
macamnya dengan memulai kitab-kitab Allah kemudian diikuti dengan pokok-pokok ibadah
seperti masalah sholat, puasa, zakat,dan sebagainya.

            Sedangkan ilmu yang tergolong dalam ilmu Fardhu Khifayah adalah: segala ilmu
yang digunakan untuk tegaknya perkara-perkara dunia,seperti ilmu kedokteran perikanan,
pertanian dll. Karena hal itu merupakan hajat yang pokok bagi seluruh cakupan tentang
keadaan sehari-hari. Termasuk ilmu hitung, itu juga ilmu yang sangat penting dalam
mu’amalat, pembagian wasiat, warisan dll. Apabila Negara tidak ada orang yang
menegakkannya, maka berdosalah seluruh warga Negara tersebut, bila salah seorang
menegakannya, maka dapat mencakupi dan gugurlah kewajiban yang lain.

Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h. 43

C. Instrumen Pendidikan dalam Meraih Ilmu Pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai