ETIKA PERIKLANAN
Oleh:
NIM: 01219083
Dosen pengampu:
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.2.1. Deontologi...............................................................................................................3
2.2.2. Komunitarianisme..................................................................................................3
2.2.3. Utilitarianisme........................................................................................................4
2.9. Contoh Pemasangan Iklan atau Reklame yang Melanggar Etika Periklanan
(Tidak Etis).........................................................................................................................11
2.10. Contoh Pemasangan Reklame yang Tidak Melanggar Etika Periklanan (Etis) 13
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................15
3.2. Saran.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
i
BAB 1 PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
sesuai pesanan (tailor-mode), dan sejenisnya; iklan penggoda (teaser); iklan waktu
blokiran (blocking time) di media elektronik dan sisipan khusus di media cetak; iklan
pelaku usaha jasa keuangan (PUJK).
Dalam EPI diatur juga tentang tata krama pemeran iklan. Pemeran iklan yang
dimaksud adalah anak, perempuan, jender, pejabat negara, tokoh agama, anumerta,
pemeran sebagai duta merek (brand ambassador), tuna daksa (penyandang cacat),
tenaga medis, pemeran lainnya, hewan, tokoh animasi.
Mengenai tata krama dalam wahana iklan juga diatur, yaitu media cetak, media
televisi, media radio, media bioskop, media luar griya (out-of- home-media), media
digital, layana pesan singkat (SMS-Short Message Service) dan layanan multimedia
singkat (MMS-Multimedia Service), promosii penjualan, pemasaran/penjualan
langsung (direct marketing/selling), perusahaan basis data (database), penajaan
(sponsorship), gelar wicara (talk show), periklanan informatif (informative advertising),
pemaduan produk (product placement/integration), penggunaan data riset, subliminal,
subvertensi (subvertising).
2.2. Teori Etika Periklanan
2.2.1. Deontologi
3
Penerapan teori komunitarianisme dalam periklanan adalah ketika orang-
orang memperhatikan iklan, maka setiap orang tidak akan memiliki pendapat.
Beberapa orang mungkin menyukainya atau membenci dan lain-lain. Teori ini
dipandang kurang sesuai untuk menjelaskan etika periklanan.
2.2.3. Utilitarianisme
Dalam dunia bisnis periklanan memiliki banyak fungsi. Secara bisnis ada 6 cara
menggunakan periklanan sebagai pendukung usaha dan penjualan produk. Berikut
adalah 6 peran periklanan tersebut:
Sumber Informasi
Periklanan dapat berfungsi sebagai jalan untuk masyarakat mengenal
produk yang ditawarkan. Informasi mengenai fungsi, harga, bahan, kelebihan
dan informasi lain mengenai produk dapat disampaikan melalui iklan. Semakin
jelas informasi yang disampaikan mengenai produk, semakin jelas pula
gambaran produk kepada individu.
Sarana Membujuk dan Mempengaruhi
4
Gambaran dari iklan sebagai sumber informasi dapat dibuat sebagai
bahan persuasi dan bujukan. Kelebihan produk dibanding produk lain bisa
menjadi daya jual dan faktor pembujuk yang penting. Contohnya adalah untuk
produk snack makanan, iklan menginformasikan tentang bahan, rasa dan
keunggulan produk. Karena dalam iklan terlihat seseorang
memakan snack tersebut dan menikmatinya, Individu yang menonton
membayangkan rasa dan nikmatnya snack tersebut sesuai dengan informasi
yang diberikan. Jika ia tertarik, individu tersebut akan membeli snack yang
diiklankan tersebut.
Menciptakan Image
Iklan dapat menjadi media dimana image produk maupun brand muncul
di pikiran masyarakat. Semakin lekat image pada produk, semakin lekat pula
identifikasi masyarakat saat membeli produk. Contohnya yang terjadi di pasar
air mineral kemasan dan juga mie instant. Image brand untuk kedua produk ini
lengket dengan Aqua dan Indomie saat dibicarakan dengan masyarakat.
Alat Komunikasi
Periklanan juga bisa dijadikan sarana untuk menangkap respon dari
masyarakat tentang produk yang ditawarkan. Dengan feedback dan komunikasi
ini, para pelaku usaha dapat mereka produk agar dapat lebih diterima oleh
calon–calon konsumen.
Identitas Pengusaha
Media periklanan dapat membuat pengusaha dan brand perusahaan
terkenal. Semakin dikenalnya pengusaha dan brand perusahaan, masyarakat
dapat mengidentifikasi produk sesuai dengan karakteristik pengusaha dan
brandnya. Menjual brand ini dapat meningkatkan nilai produk. Contohnya
untuk produk Teknologi Apple, teknologinya mungkin dapat dicapai oleh
brand lain, namun tidak ada yang dapat mengalahkan brand produk Apple
dimata konsumen.
Sarana Kontrol
Melalui periklanan, para pelaku usaha dapat menyebarkan informasi
yang tepat untuk menghindari produk palsu. Memberikan informasi yang jelas
pada masyarakat tentang produk akan membuat masyarakat mampu
membedakan antara produk asli dan palsu. Iklan juga dapat dugunakan untuk
5
mengontrol para pesaing usaha. Menyebarkan informasi yang lebih
menguntungkan produk sendiri dibanding produk pesaing adalah hal umum
yang terjadi dalam periklanan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengiklankan
paket murah dan diskon. Jika pesaing tidak dapat mengeluarkan strategi
periklanan yang lebih menarik, masyarakat tidak akan melirik produk mereka.
2.4. Periklanan dan Kebenaran
Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reputasi baik sebagai pelindung atau
pejuang kebenaran. Sebaliknya, kerap kali iklan terkesan suka membohongi,
menyesatkan, dan bahkan menipu publik.
Iklan mempunyai unsure promosi. Iklan merayu konsumen, iklan ingin
mengiming-iming calon pembeli. Karena itu bahasa periklanan mempergunakan
retorika tersendiri. Ia menandaskan bahwa produknya adalah yang terbaik atau nomor
satu di bidangnya. Bahasa periklanan pada umumnya sarat dengan superlative dan
hiperbol. Di sini si pengiklan tidak bermaksud agar public percaya begitu saja. Dan
public konsumen tahu bahwa retorika itu tidak perlu dimengerti secara harfiah.
2.5. Manipulasi dengan Periklanan
Masalah manipulasi terutama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan (tapi
tidak terlepas juga dari seg informatifnya). Karena dimanipulasi, seseorang mengikuti
motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam dirinya dari
luar.
Ada 2 cara untuk memanipulasi orang dengan periklanan :
1) Subliminal advertising
Teknik periklanan yang sekilas menyampaikan suatu pesan dengan begitu
cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal di bawah
ambang kesadaran. Teknik ini bisa dipakai di bidang visual maupun audio.
Teknik subliminal bisa sangat efektif, contohnya, dalam sebuah bioskop di
New Jersey yang menyisipkan sebuah pesan subliminal dalam film yang
isinya “Lapar. Makan popcorn”. Dan konon waktu istirahat popcorn jauh
lebih laris dari biasa.
2) Iklan yang ditujukan kepada anak
Iklan seperti ini pun harus dianggap kurang etis, Karena anak mudah
dimanipulasi dan dipermainkan. Iklan yang ditujukan langsung kepada anak
6
tidak bisa dinilai lain daripada manipulasi saja dan karena itu harus ditolak
sebagai tidak etis.
2.6. Pengontrolan Terhadap Iklan
7
Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu
menjadi tidak baik juga. Jika maksud si pengiklan adalah membuat iklan yang
menyesatkan, tentu iklannya menjadi tidak etis.
Sebagai contoh: iklan tentang roti Profile di Amerika Serikat, yang
menyatakan bahwa roti ini bermanfaat untuk melangsingkan tubuh, karena
kalorinya kurang dibandingkan dengan roti merk lain. Tapi ternyata, roti
Profile ini hanya diiris lebih tipis. Jika diukur per ons, roti ini sama banyak
kalorinya dengan roti merk lain.
Isi iklan
Menurut isinya, iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang
menyesatkan. Iklan menjadi tidak etis pula, bila mendiamkan sesuatu yang
sebenarnya penting. Namun demikian, kita tidak boleh melupakan bahwa iklan
diadakan dalam rangka promosi. Karena itu informasinya tidak perlu
selengkap dan seobyektif seperti laporan dari instansi netral.
Contohnya : iklan tentang jasa seseorang sebagai pembunuh bayaran. Iklan
semacam itu tanpa ragu-ragu akan ditolak secara umum.
Keadaan publik yang tertuju
Yang dimengerti disini dengan publik adalah orang dewasa yang normal dan
mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan.
Perlu diakui bahwa mutu publik sebagai keseluruhan bisa sangat berbeda.
Dalam masyarakat dimana taraf pendidikan rendah dan terdapat banyak orang
sederhana yang mudah tertipu, tentu harus dipakai standar lebih ketat daripada
dalam masyarakat dimana mutu pendidikan rata-rata lebih tinggi atau standar
ekonomi lebih maju.
Contohnya : Iklan tentang pasta gigi, dimana si pengiklan mempertentangkan
odol yang biasa sebagai barang yang tidak modern dengan odol barunya yang
dianggap barang modern. Iklan ini dinilai tidak etis, karena bisa menimbulkan
frustasi pada golongan miskin dan memperluas polarisasi antara kelompok
elite dan masyarakat yang kurang mampu.
Kebiasaan di bidang periklanan
Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi itu
orang sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Dimana ada tradisi
periklanan yang sudah lama dan terbentuk kuat, tentu masuk akal saja bila
8
beberapa iklan lebih mudah di terima daripada dimana praktek periklanan baru
mulai dijalankan pada skala besar.
Seperti bisa terjadi juga, bahwa di Indonesia sekarang suatu iklan dinilai biasa
saja sedang tiga puluh tahun lalu pasti masih mengakibatkan banyak orang
mengernyitkan alisnya.
2.8. Kasus Etika Periklanan
10
2.9. Contoh Pemasangan Iklan atau Reklame yang Melanggar Etika Periklanan
(Tidak Etis)
Gambar 2.1
Reklame brosur yang ditempel/ melekat pada tiang listrik di daerah Jl. Raya Blimbing –
Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang (Senin, 24 Mei 2021 pukul 09.00 WIB)
Gambar 2.2
11
Reklame brosur yang ditempel/ melekat pada pohon di daerah Jl. Raya Blimbing – Pulorejo,
Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang (Senin, 24 Mei 2021 pukul 09.00 WIB)
Gambar 2.3
Reklame brosur yang ditempel/ melekat pada tembok pasar di daerah Jl. Raya Blimbing,
Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang (Senin, 24 Mei 2021 pukul 09.00 WIB)
Ulasan :
Hal tersebut telah melanggar Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pajak
Reklame mengenai Larangan Penyelenggaraan Reklame yang berbunyi “Dilarang
menempatkan atau memasang Reklame Selebaran pada tembok- tembok, pagar, pohon, tiang
listrik, tiang telepon dan sejenisnya”.
Selain itu menurut saya penempatannya tidak cocok karena dapat merusak keindahan dan
kebersihan kota menggunakan fasilitas umum sebagai media untuk mempromosikan produk.
12
2.10. Contoh Pemasangan Reklame yang Tidak Melanggar Etika Periklanan (Etis)
Gambar 2.4
Reklame Kain yang dipasang pada pinggir jalan di daerah Jl. Raya Blimbing, Kecamatan
Gudo, kabupaten Jombang (Senin, 24 Mei pukul 09.00 WIB)
Ulasan :
Pemasangan reklame kain tersebut saya rasa sudah sesuai dengan Peraturan Bupati Jombang
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Izin Penyelenggaraan Reklame di Kabupaten
Jombang BAB III (Standar Reklame) Pasal 3 Ayat 2 yang dimana titik reklame yang
dimaksud di dalamnya di tempatkan di :
a. Bahu jalan
b. Trotoar
c. Median jalan
d. Jembatan penyebrangan orang
e. Halte bus
f. Tempat lain yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten
13
Sehingga tidak menggangu lalu lintas umum, tidak membahayakan keselamatan
masyarakat di sekitarnya, dan tentu tidak mengganggu fungsi konstruksi sarana dan prasarana
kota serta tidak menganganggu keindahan, kebersihan lingkungan tersebut.
Karena pemasangan reklame kain tersebut telah memenuhi persyaratan teknis dan standar
pemasangan reklame yang dikeluarkan oleh kabupaten jombang, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan bila terjadi hal yang tidak diinginkan.
14
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan untung, dan diperbolehkan
oleh sistem hukum, serta sesuai moral. Beriklan adalah salah satu proses bisnis,
sehingga dalam beriklan pun harus mematuhi hukum dan sesuai moral. Etika yang baik
dalam periklanan sesuai dengan aturan hukum contohnya adalah mematuhi segala
regulasi yang ada seperti yang diatur dalam Etika Pariwara Indonesia.
Sebagai masyarakat kita harus memahami regulasi mengenai periklanan apakah
sudah sesuai hukum yang berlaku atau belum, maupun sudah sesuai moralkah iklan
yang ada. Masyarakat harus proaktif untuk melaporkan setiap pelanggaran yang ada,
sehingga terjadi check and balances.
3.2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arijanto, Agus. 2012. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis. Cetakan Kedua.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller,. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi
ke 13, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
B. Dokumen-dokumen
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
2. Etika Pariwara Indonesia, Amandemen 2020. Dewan Periklanan Indonesia
3. Peraturan Bupati Jombang Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pajak Reklame
4. Peraturan Bupati Jombang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Izin
Penyelenggaraan Reklame.
C. Internet
Arfadia, 2018. Fungsi Periklanan. [Online]. Alvailable at:
https://blog.arfadia.com/fungsi-periklanan/#:~:text=Fungsi%20Periklanan%20sangat
%20penting%20dalam,atau%20jasa%20yang%20perusahaan%20tawarkan. [Accessed
26 Mei 2021].
Ulty, 2020. Teori dan Peran Etika Periklanan. [Online]. Alvailable at:
https://lancangkuning.com/post/15856/teori-dan-peran-etika-periklanan.html.
[Accessed 26 Mei 2021].
Anjar, Yuni. 2019. 6 Contoh Iklan Produk Komersil yang Melanggar Etika Periklanan
dan Pariwara Indonesia. [Online]. Available at:
http://yunianjarw.blogspot.com/2019/08/6-contoh-iklan-produk-komersil-yang.html.
[Accessed 26 Mei 2021].
16