Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual (Tamsuri, 2007). Tingkat keparahan
subjek penelitian tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subyektif (Prasetyo, 2010).
Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri, terdiri dari enam wajah kartun yang
diurutkan dari seorang yang tersenyum (tidak ada rasa sakit), meningkat wajah yang kurang
bahagia hingga ke wajah yang sedih, wajah penuh air mata (rasa sakit yang paling buruk)
Gambar 2.3 Faces Analoge Scale
Obyektif
Pada pasien yang tidak dapat mengkomunikasikan rasa nyerinya, yang perlu diperhatikan adalah
perubahan perilaku pasien. CPOT (Critical Care Pain Observation Tool) dan BPS (Behavioral
Pain Scale) merupakan instrumen yang terbukti dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan
perilaku
tersebut.
Behavioral Pain Scale (BPS)
BPS digunakan untuk menilai rasa nyeri yang dialami pasien pada prosedur yang menyakitkan
seperti tracheal suctioning ataupun mobilisasi tubuh. BPS terdiri dari tiga penilaian yaitu ekspresi
wajah, pergerakan ekstremitas, dan komplians dengan mesin ventilator. Setiap subskala diskoring
dari 1 (tidak ada respon) hingga 4
(respon penuh). Karena itu skor berkisar dari 3 (tidak nyeri) hingga 12 (nyeri maksimal). Skor
BPS sama dengan 6 atau lebih dipertimbangkan sebagai nyeri yang tidak dapat diterima
(unacceptable pain).
Tabel 2.1 The Behavioral Pain Scale (BPS)
Pengalaman
Individu yang mempunyai pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih
sedikit gelisah dan lebih toleran dibanding orang yang hanya mengalami sedikit
nyeri (Smeltzer & Bare, 2012).
Ansietas
Hubungan antara nyeri dan cemas bersifat kompleks, cemas meningkatkan persepsi terhadap
nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas (Smeltzer & Bare, 2012).
Budaya
Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagimana seseorang berespon terhadap nyeri
(bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berperilaku dalam berespon terhadap nyeri)
(Smeltzer & Bare, 2012).
Usia
Pengaruh usia pada presepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak
diketahui secara luas (Smeltzer & Bare, 2012).
Gaya Koping
Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan. Individu
seringkali menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan
psikologis nyeri. Sumber-sumber koping individu seperti berkomunikasi dengan keluarga,
melakukan latihan atau bernyanyi untuk mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu
(Potter & Perry, 2006).
Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap individu
rasakan, tetapi dengan kehadiaran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan (Potter & Perry, 2006).
Latihan Stretching
Definisi Exercise
Exercise merupakan salah satu manajemen non farmakologis yang lebih aman digunakan karena
menggunakan proses fisiologis (Woo & McEaney, 2010). Sedangkan menurut Harry (2007)
dengan melakukan exercise tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak
dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini
berfungsi sebagai obat penenang alami, sehingga menimbulkan rasa nyaman.
Kadar endorphin dalam tubuh yang meningkat dapat mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi.
Exercise/latihan fisik terbukti dapat meningkatkan kadar endorphin empat sampai lima kali di
dalam darah, sehingga semakin banyak melakukan exercise maka akan semakin tinggi pula kadar
endorphin (Harry, 2007). Ketika seseorang melakuka exercise, maka endorphin akan keluar dan
ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur
emosi. Peningkatan endorphin berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya
ingat, memperbaiki nafsu makan, kemapuan
seksual, tekanan darah dan pernapasan (Harry, 2007).
Adapun salah satu exercise/latihan untuk menurunkan intensitas nyeri haid adalah dengan
melakukan abdominal stretching exercise. Abdominal stretching exercise merupakan suatu
latihan peregangan otot terutama pada perut yang dilakukan selama 10 menit. Latihan-latihan ini
dirancang untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, dan fleksibilitas otot sehingga
diharapkan dapat menurunkan nyeri haid (dismenore) pada wanita. Latihan ini
sebaiknya dilakukan pada saat nyeri haid (Thermacare, 2010).
Manfaat Latihan Stretching
Adapun manfaat stretching menurut Alter (2008) antarain
lain:
Meningkatkan kebugaran fisik seorang atlet.
Mengoptimalkan daya tangkap, latihan, dan penampilan atlet
pada berbagai bentuk dengan gerakan terlatih.
Meningktakan mental dan relaksasi fisik.
Meningkatkan perekembangan kesadaran tubuh.
Mengurangi resiko keselo sendi dan dan cidera otot (kram)
Mengurangi risiko cidera punggung.
Mengurangi rasanyeri otot dan ketegangan otot.
Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (dismenore) pada atlet wanita.
Teknik Latihan Abdominal Stretching
Adapun langkah-langkah latihan abdominal stretching
sebagai berikut:
Cat Stretch
Posisi awal : tangan dan lutut di lantai, tangan dibawah pinggul,
kaki relaks, mata menatap kelantai.
Punggung dilengkungkan, perut digerakan ke arah lantai senyaman mungkin. Tegakkan
dagu dan mata melihat lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan bersuara,
lalu relaks.
Kemudian punggung digerakan ke atas dan kepala menunduk ke lantai. Tahan selama 10
detik sambildihitung dengan bersuara lalu, relaks.
Duduk diatas tumit, rentangkan lengan ke depan sejauh mungkin. Tahan selama 10 detik
sambil dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
Catatan: Bagi yang menginginkan gerakan lebih menantang, angkat kedua lutut ke arah dada,
angkat kaki dari lantai sampai lutut di atas pinggul.putar lutut ke kanan kemudianke kiri. Pastikan
punggung tetap datar ke lantai
Buttock/Hip Stretch
Posisi awal :
Letakan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha kiri
diatas lutut.
Pegang bagian belakang paha dan trik ke arah dada senyaman mungkin. Tahan selama 20
detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal dan relaks.
Lakukan hal yang sama pada kaki kiri.
15
Abdominal Strengthening : Curl Up
Posisi awal : badan dalam keadaan berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dilantai, dan kedua
tangan di bawah kepala.
Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke arah langit-langit. Tahan selama 20
detik sambil dihitung dengan bersuara.
Ratakan punggung sejajar lantai dengan mengencangkan otot perut dan bokong.
Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah lutut, tahan selama 20 detik.
Pertahanka posisi tersebut, perlahan tarik kedua lutut ke arah dada ambil menarik tumit
dan bola, kencangkan otot bokong. Jangan melengkungkan punggung.
16
The Bridge Position
Posisi ini tidak dianjurkan bagi responden yang mengalami sakit
leher.
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan siku
dilantai, lengan dibentangkan sebagian keluar menjauhi tubuh.
Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan otot-otot
perut dan bokong.
Angkat pinggul dan punggung bawah untuk membentuk garis lurus dari lutut ke dada. Tahan
selama 20 detik dengan bersuara, kemudian perlahan kemabli keposisi awal dan relaks.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parahnyeri dirasakan oleh individu, pengukuran
intensitas nyeri sangat subyektif dan individual (Tamsuri, 2007).
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subyektif. Pada
pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan,
sedang maupun berat (Prasetyo, 2010).
Beberapa alat untuk mengukur tingkat intensitas nyeri:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri sedang Nyeri
nyeri hebat
Skala numerik (Numerical Rating Scale, NRS) menggunakan angka 0 sampai 10. Angka 0 diartikan
bahwa kondisi klien tidak merasakan nyeri, sedangkan angka 10 kondisi dimana klien merasakan
nyeri paling berat. Skala ini efektif untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi
terapeutik (Potter dan Perry, 2007).
Skala Deskriptif Verbal
Skala deskriptif verbal (Verbale Scale Deskriptive, VSD) merupakan salah satu alat ukur
tingkat intensitas nyeri berupa sebuah garis yang
terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis
(Prasetyo, 2010).
Skala Analog Visual
0 1 2 3 45 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri
Nyeri sedang sangat
berat
Skala nyeri bourbanis merupakan skala respon perubahan perilaku terhadap nyeri yang dikategorikan
sebagai berikut:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak bisa mengikuti perintah tapi masih
merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri tetapi tidak bisa mendeskripsikannya.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak bisa berkomunikasi lagi, memukul.
Kompres Hangat
Definisi
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan menggunakan buli-buli panas atau
botol air panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari
buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi
penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang di rasakan akan berkurang atau hilang (Potter
dan Perry, 2007).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Rehman dkk, 2013) yang berjudul “Approach to
dysmenorrhea in ancient ages and its curret relevance” menyatakan bahwa pemberian kompres
hangat pada penderita dismenore sudah dilakukan sejak abad ke 8 SM di Roma dengan menggunakan
media berupa buli-buli panas, kain atau botol berisi air panas. Terapi kompres hangat dilakukan pada
abdomen bagian bawah hingga suprapubis terbukti dapat menurunkan nyeri pada dismenore primer.
Manfaat kompres hangat
Kompres hangat dapat menurunkan intensitas nyeri, memberikan rasa hangat dan nyaman,
meningkatkan aktivasi sel dan mengurangi peradangan dan spasme otot.
Menurut (Stevens dkk, 2007) (Achjar, 2009) menyatakan bahwa Kompres hangat dapat membuat
pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga akan memperbaiki aliran darah di dalam jaringan
tersebut.
Penggunaan kompres hangat menyebabkan penyaluran oksigen dan zat- zat makanan ke sel-sel akan
diperbesar sehingga aktivitas sel akan meningkat dan dapat mengurangi rasa sakit serta menunjang
proses penyembuhan luka, radang dan abses. Pada otot-otot, panas akan memberikan efek untuk
menghilangkan ketegangan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Murray, 2015) dengan judul “Are Topical
Heat Patches more Effective at Relieving Pain Associated with Dysmenorrhea than OTC
NSAIDs (Ibuprofen 400mg PO Q8h or Acetaminophen 500 mg Po Q6h) in Menstruasing
Women 18 and over” menyatakan bahwa penggunaan kompres hangat pada penderita
dismenore dalam waktu 8 jam pertama dengan suhu 38,90C dapat menurunkan nyeri haid
sebanyak 70%, sedangkan pada penggunaan ibuprofen dan acetaminophen dapat
menurunkan nyeri haid sebanyak 55%. Hal ini menunjukkan penggunaan kompres hangat
lebih efektif untuk mengurangi nyeri dismenore dibandingkan dengan konsumsi ibuprofen
dan acetaminophen.
Teknik pelaksanaan kompres hangat
Menurut (Stevens dkk, 2007) persiapan alat untuk melakukan kompres hangat dengan buli-buli panas
adalah buli-buli panas, termos berisi air panas, lap bersih dan thermometer. Cara memberikan
kompres dengan buli-buli panas sebagai berikut:
Cuci tangan
Melakukan pemasangan terlebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara: mengisi buli-buli
dengan air panas, kecangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-
ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang diinginkan (50-600C).
Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli tersebut.
Lalu keluarkan udaranya dengan cara:
Letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat dasar
Bagian atas buli-buli dilipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli
Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar.
Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkan dengan lap bersih dan masukkan ke
dalam sarung buli-buli
Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien
Letakkan atau pasang buli-buli pada abdomen bagian bawah hingga supra pubis
Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui kelainan yang timbul akibat pemberian
kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidaknyamanan dan kebocoran.
Ganti buli-buli panas setelah 30 menit dipasang dengan air panas lagi sesuai yang
dikehendaki
Bereskan alat bila sudah selesai
Cuci tangan
ANALISA JURNAL