Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...........................................…………………… i


KATA PENGANTAR …………….............................................…………… ii
DAFTAR ISI ……………………………................................................…… iii
BAB I PENDAHULUAN ………....……………… 1
 A. Latar Belakang ……………………………...........................…………….. 2
 B. Rumusan Masalah …………………………….……............................…… 2
 C. Tujuan Penulisan …………………………………….............................….. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………. 4
 A. Tafsir Surah At-taghabun ayat 5 …………………………………...........… 4
 B. Akibat Penderitaan umat zaman dahulu …………………………………... 5
 C. Hadits yang berkaitan dengan surah at-taghabun ayat 5…………………. 6
BAB III PENUTUP …………………….........…… 11
 A. Simpulan …………………………...........................………………………… 11
 B. Saran ………………………………..........................………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………....................................................……… 12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia memiliki sumber rujukan atau pedoman hidup yang dapat menuntun menuju ke arah yang
benar dan lebih baik. Sumber Islam yang pertama adalah Al-Quran. Merupakan wahyu yang telah
sangat sempurna diturunkan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW dan menetapkan Islam
sebagai agama yang diridhai Allah SWT.

Al-Quran memberikan dasar-dasar nilai kepada manusia sampai berakhirnya sejarah manusia di
akhir zaman dan tidak akan ada lagi wahyu yang turun atau rasul yang diutus Allah SWT. Sehingga
bersifat mutlak dan berlaku universal serta abadi sampai kiamat. Al-Quran merupakan kitab
petunjuk hidup manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Karenanya diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu secara global dan tiang kokohnya umat
Islam.

Dalam penulisan makalah ini, saya akan mengkaji tentang ayat Al-Quran yaitu Q.S.At-Taghaabun :5
yang membahas tentang harta dan tanggungjawab dalam merawat anak. Pada ayat ini terdapat
asbabun nuzul yang akan dibahas di bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Tafsir dari surat at-taghabun ayat 5?
b. Penderitaan akibat perbuatan umat masalalu
c. Hadist yang berkaitan dengan surat at-taghabun ayat 5

C. Tujuan Penulisan Makalah


a. Menambah pemahaman saya mengenai isi kandungan Q.S.At-Taghaabun ayat 5.
b. Berusaha mengamalkan dan mengajarkan kepada orang lain sebagai bagian dari
dakwah yang diperintahkan Allah SWT.
c. Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang didapat setelah mengkaji Q.S.At-Taghaabun ayat 5
dalam kehidupan sehari-hari. Agar menjadi manusia yang senantiasa bertakwa kepada
Allah SWT.

BAB 2
ISI
A. Tafsir Surat At-Taghabun, ayat 5
1. Tafsir umum

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

‫إِنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَ ْواَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ ۚ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ أَ ْج ٌر َع ِظي ٌم‬
Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar. (QS At-Taghabun: 5).

Penjelasan Surah At-Taghabun Ayat 5


Setelah membahas tentang musibah. Allah Subhanahu wa ta’ala mengingkatkan kepada
orang beriman bahwasaan istri dan anak bisa menjadi musuh.
Musibah merupakan segala sesuatu tidak menyenangkan. Jadi jika kita mendapatkan istri
yang memusuhi kita, itu adalah musibah. Juga jika kita memiliki anak anak yang memusuhi
kita, itu juga adalah musibah.

Selanjutnya Allah memberikan tuntunan bagaimana supaya istri dan anak tidak menjadi
musibah, Landasan pertama berhati-hatilah, waspadalah dan seriuslah. Dalam ranah
pendidikan, kita mendidik anak-anak kadang-kadang tidak berhati-hati, tidak waspada, dan
tidak serius.

Sebagaimana di Amerika Serikat orang tuanya mengantar anaknya ke sekolah sampai ortunya
tahu betul duduk anaknya di kelas dan ia selalu mengontrol. Orang tua sering menanyakan
kepada gurunya posisi duduk anaknya di kelas.

Sementara terkadang kita jika dipanggil untuk mengambil raport anak kita, tidak datang
dengan berbagai alasan. Kalau anaknya bermasalah padahal ia belum izhar (serius) sehingga
kita belum izhar terhadap akan-anak kita. Inilah kita mohon melakukan introfeksi kalau
anak-anak kita kadang-kadang menjadi musuh, dan istri menjadi musuh kita. Bahkan dengan
istri kita malah takut ini belum izhar.
Inilah realita kehidupan setelah itu kalau akhirnya istri dan anak mu melakukan kesalahan.
Allah memberikan tiga tuntunan.

Pertama, kita memaafkan,


Kedua, kita memberikan kelonggaran,
Ketiga, kita mengampuni kesalahan-kesalahan mereka.
Para ahli tafsir membedakan antara memaafkan tidak (bertindak keras atau lemah lembut),
kemudian kelonggaran (memberikan toleransi), mengampuni (menutup kesalahan mereka).

1. Penafsiran dari Ibnu Kasir


Jadi, agar Allah mengetahui mana orang mentaati Allah setalah diberi harta dan anak,  dari
yang maksiati harta didahulukan dari pada anak. Berat mana menghadapi coban harta dengan
anak? berat harta! Begitu mengapa harta didahulukan. Kalau kalimat musuh mesti negatif,
kalau kalimat fitnah belum tentu negatif.
Makanya Allah tidak mengunakan kalimat  Innama (‫ )إِنَّ َما‬ini baru bahasaan kata sudah
memahamkan. Jadi Allah tidak menggunakan, karena ada anak atau istri yang bukan musuh.
Tetapi kalau harta dan anak mesti cobaan. Kadang-kadang anak dan harta ini terpengaruh
bisa jadi baik, bisa juga jadi buruk itu namanya (ujian). Dengan anak kita bisa lebih
bersyukur. Tetapi dengan anak kita bisa jadi kufur, sementara dengan harta kita bisa menjadi
syukur. Juga dengan anak kita bisa menjadi kufur, dengan anak kita bisa mendapatkan
kebaikan. Namun dengan anak kita juga bisa mendapatkan keburukkan, harta bisa
mendatangkan kebaikan, harta juga bisa mendatangan keburukkan.

Begitu juga anak, dengan anak mendatangkan kebaikan. Apa kebaikannya? Kalau anak kita
baca Quran kita dapat pahala. Ibu saya yang tidak bisa apa-apa, hanya bisa membaca Quran.
Kalau saya mengajar Quran, ibu saya di akhirat mendapatkan pahala terus.

Sebab amal Jariyah ada tiga, ilmu yang manfaat, anak yang sholeh, dan shadaqah jariyah.
Maka jangan berkecil hati yang tidak mempunyai anak, masih ada dua lainnya, yaitu
shadaqah jariyah dan ilmu yang manfaat.

Allah Subhanahu wa ta’ala begitu adilnya. Oleh karena itu, Allah mengingatkan dalam


Quran, jangan sampai anak-anak dan harta membuat kita terlena dan maksiat kepada Allah.
Jangan sampai terlena dengan anak. Jangan sampai juga membanggakan anak kita, sehingga
muncul rasa sombong kita.
Kalau yang muncul kebanggaan dapat menjadi berdosa. Padahal itu semua kehendak Allah.
Itulah fitnah yang tidak terasa oleh kita.

Maka Allah kemudian menyampaikan ada empat macam anak dalam Qur’an, pertama anak
sebagai musuh, yang kedua anak sebagai fitnah, dan ketiga anak sebagai perhiasaan.
Perhiasaan itu memberikan kebaikan tetapi sementara di dunia boleh kita banggakan. Di
akhirat kita tidak dapat apa-apa. Itulah ada anak sebagai hiasan.
Keempat, anak sebagai penyejuk mata (qurrota a’yun). Sebagaimana dijelaskan oleh para
ulama, yaitu ketika anak di dekat kita menyenangkan, dan ketika jauh menentramkan.

B. Penderitaan Akibat Perbuatannya


Setelah Allah menjelaskan bagaimana orang-orang kafir terdahulu, mereka menderita akibat 
dari perbuatan buruk mereka, dan mereka mendapatkan siksaan pedih di dunia. Mereka
menderita dengan berbagai macam siksaan yang menghinakan yang telah diceritakan
beberapa ayat sebelumnya.
Seperti contohnya umat Nabi Nuh yang ditelenggelamkan melalui musibah banjir, umat Nabi
Luth yang disiksa dengan hujan batu, suara yang menggelegar dan dijungkirbalikan buminya,
umat Nabi Shuaib juga disiksa dengan siksaan yang tidak kalah pedihnya. Itu adalah sisksaan
dunia dan belum cukup untuk membalas perbuatan kekafiran dan kedurhakaan mereka, nanti
di akhirat mereka akan mendapat siksaan lagi yang sangat pedih.   
ْ ‫ٰ َذلِكَ بِأَنَّهُ َكان‬
ِ ‫َت تَأْتِي ِه ْم ُر ُسلُهُ ْم بِ ْالبَيِّنَا‬
‫ت فَقَالُوا أَبَ َش ٌر يَ ْهدُونَنَا فَ َكفَرُوا َوت ََولَّوْ ا ۚ َوا ْستَ ْغنَى هَّللا ُ ۚ َوهَّللا ُ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد‬
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul
mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: “Apakah manusia yang akan
memberi petunjuk kepada kami?” lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak
memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Pada ayat sebelumnya, Allah sudah menceritakan dan menunjukkan beberapa kekuasaan-
Nya. Jadi kalau disebut sifat Allah dalam urutan pertama sebuah ayat (Al Mulk), maka ayat-
ayat yang sesudahnya menunjukan kekuasaan dan kebesaran Allah yang Mahaterpuji.
Mulai dari ayat yang ke-2, bahwasannya Allah Mahakuasa karena Dia yang menciptakan
manusia, Allah Kuasa menjadikan manusia sehingga mereka menjadi kafir dan juga menjadi
mukim. Jika manusia menggunakan logika, sangat jelas mereka tidak akan menolak
kekuasaan dan takdir Allah, akan tetapi menjadi Mukmin atau kafir itu pilihan manusia
sendiri.
Allah mengetahui apa saja yang diperbuat oleh manusia selama hidupnya. Kekuasaan Allah
menciptakan langit dan bumi dengan segala yang ada di antaranya tidaklah sia-sia. Demikian
juga untuk membalas amal perbuatan manusia, tidaklah sulit bagi Allah melakukannya.
Kemudian Allah menjelaskan ciptaan-Nya, yaitu manusia dan selainnya sebagai bentuk
Keagungan dan KebesaranNya.
C. Hadist yang Berkaitan
1. Nabi SAW bersabda: “Tidaklah ada satu hari pun yang dilalui oleh setiap hamba pada pagi
harinya, kecuali ada dua malaikat yang turun, berkata salah satu dari keduanya: Ya Allah
berilah orang yang suka menginfakkan hartanya berupa ganti (dari harta yang diinfakkan
tersebut), dan berkata (malaikat) yang lain: Ya Allah, berilah orang yang kikir kebinasaan
(hartanya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Demikian pula yang difirmankan-Nya dalam hadits qudsi: “Berinfaklah wahai anak Adam,
niscaya engkau akan diberi balasan/gantinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Perhatikan sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah sedekah itu akan mengurangi harta (HR.
Muslim)
4. Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk banyak-banyak bersedekah, walaupun
mungkin ada di antara mereka yang tidak memiliki kelebihan harta, beliau SAW tetap
memberikan dorongan untuk berinfak, bersedekah, dan memberikan apa yang dimiliki
kepada siapa saja yang membutuhkan. Beliau SAW bersabda: “Wahai para wanita muslimah,
janganlah seorang tetangga meremehkan untuk memberikan sedekah kepada tetangganya
walaupun hanya sepotong kaki kambing” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
5. Kebinasaan yang akan ditimpa oleh orang-orang yang kikir tidak hanya di akhirat saja,
bahkan Allah SWT menyegerakan azab bagi mereka di dunia. Perhatikan sabda Rasulullah
SAW berikut ini: “Tidaklah suatu kaum mencegah dari memberikan zakat kecuali Allah akan
menimpakan bala’ kepada mereka dengan paceklik.” (HR Ath Thabarani).
BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Harta seolah-olah sudah menjadi tolok ukur tinggi dan rendahnya status sosial
seseorang di masyarakat. Sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian harta
menjadi buruan yang senantiasa diintai oleh para pemburunya. Bahkan bagi beberapa
orang ada yang bersedia melakukan apapun, untuk bisa mendapatkan harta
buruannya, walaupun dengan menghalalkan segala cara. Setelah mendapatkannya,
sebagian dari kita, ada yang merasa berat untuk mengeluarkan sebahagian dari harta
mereka untuk disedekahkan. Padahal dalam rezeki yang mereka dapatkan, ada hak
bagi anak yatim dan kaum dhuafa. Sedikitnya ada 3 kerugian yang akan dialami
manusia saat dirinya dikuasai oleh sifat kikir atau pelit, dan hal itu tidak memberikan
keuntungan sedikitpun baginya. Pertama, ia akan jauh dari Allah Swt, yang berarti
tidak akan mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya. Kedua, ia akan jauh dari manusia,
sebab tidak seorang pun yang suka bergaul dengan manusia kikir. Ketiga, berpeluang
masuk ke dalam neraka, sebab hidupnya tiada lagi berarti. Di mata Allah Swt ia hina
dan bagi manusia ia dianggap sebagai lawan. (Al hadits)
Sebagai pendidik hindari sifat kikir dengan etika seorang pendidik yaitu :
1. Mengajarkan dan mempraktikan etika islam
2. Menggunakan kata-kata yang bijak
3. Memperingati anak didiknya yang melakukan kesalahan
4. Menjawab pertanyaan anak didiknya
5.. Menghiasi wajahnya dengan senyuman
B. Saran
Saran menjadi pendidik yang sukses
1. Menguasai bidang pelajaran yang diasuh
2. Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan
3. Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan
4. Memiliki keluhuran akhlak dan tingkat pendidikan
5. Saling membantu dengan sesama pendidik
6. Menghiasi diri dengan sifat sabar dalam setiap hal.
DAFTAR PUSTAKA

Diposting Oleh ibnu katsir.


http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-at-taghabun-ayat-5-
6.html. Dikutip 10 April 2021.
Diposting oleh M Resky S. https://pecihitam.org/surah-at-taghabun-ayat-5-6-
terjemahan-dan-tafsir-al-quran/. Dikutip 10 April 2021.
Diposting oleh Heroes. kajian ayat, kajian ayat al-quran surat at-taghabun ayat
16, kajian ayat surat, makalah kajian ayat, tafsir alquran surat at-taghabun ayat
16. Dikutip 10 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai