Manusia memiliki sumber rujukan atau pedoman hidup yang dapat menuntun menuju ke arah yang
benar dan lebih baik. Sumber Islam yang pertama adalah Al-Quran. Merupakan wahyu yang telah
sangat sempurna diturunkan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW dan menetapkan Islam
sebagai agama yang diridhai Allah SWT.
Al-Quran memberikan dasar-dasar nilai kepada manusia sampai berakhirnya sejarah manusia di
akhir zaman dan tidak akan ada lagi wahyu yang turun atau rasul yang diutus Allah SWT. Sehingga
bersifat mutlak dan berlaku universal serta abadi sampai kiamat. Al-Quran merupakan kitab
petunjuk hidup manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Karenanya diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu secara global dan tiang kokohnya umat
Islam.
Dalam penulisan makalah ini, saya akan mengkaji tentang ayat Al-Quran yaitu Q.S.At-Taghaabun :5
yang membahas tentang harta dan tanggungjawab dalam merawat anak. Pada ayat ini terdapat
asbabun nuzul yang akan dibahas di bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Tafsir dari surat at-taghabun ayat 5?
b. Penderitaan akibat perbuatan umat masalalu
c. Hadist yang berkaitan dengan surat at-taghabun ayat 5
BAB 2
ISI
A. Tafsir Surat At-Taghabun, ayat 5
1. Tafsir umum
إِنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَ ْواَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ ۚ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ أَ ْج ٌر َع ِظي ٌم
Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar. (QS At-Taghabun: 5).
Selanjutnya Allah memberikan tuntunan bagaimana supaya istri dan anak tidak menjadi
musibah, Landasan pertama berhati-hatilah, waspadalah dan seriuslah. Dalam ranah
pendidikan, kita mendidik anak-anak kadang-kadang tidak berhati-hati, tidak waspada, dan
tidak serius.
Sebagaimana di Amerika Serikat orang tuanya mengantar anaknya ke sekolah sampai ortunya
tahu betul duduk anaknya di kelas dan ia selalu mengontrol. Orang tua sering menanyakan
kepada gurunya posisi duduk anaknya di kelas.
Sementara terkadang kita jika dipanggil untuk mengambil raport anak kita, tidak datang
dengan berbagai alasan. Kalau anaknya bermasalah padahal ia belum izhar (serius) sehingga
kita belum izhar terhadap akan-anak kita. Inilah kita mohon melakukan introfeksi kalau
anak-anak kita kadang-kadang menjadi musuh, dan istri menjadi musuh kita. Bahkan dengan
istri kita malah takut ini belum izhar.
Inilah realita kehidupan setelah itu kalau akhirnya istri dan anak mu melakukan kesalahan.
Allah memberikan tiga tuntunan.
Begitu juga anak, dengan anak mendatangkan kebaikan. Apa kebaikannya? Kalau anak kita
baca Quran kita dapat pahala. Ibu saya yang tidak bisa apa-apa, hanya bisa membaca Quran.
Kalau saya mengajar Quran, ibu saya di akhirat mendapatkan pahala terus.
Sebab amal Jariyah ada tiga, ilmu yang manfaat, anak yang sholeh, dan shadaqah jariyah.
Maka jangan berkecil hati yang tidak mempunyai anak, masih ada dua lainnya, yaitu
shadaqah jariyah dan ilmu yang manfaat.
Maka Allah kemudian menyampaikan ada empat macam anak dalam Qur’an, pertama anak
sebagai musuh, yang kedua anak sebagai fitnah, dan ketiga anak sebagai perhiasaan.
Perhiasaan itu memberikan kebaikan tetapi sementara di dunia boleh kita banggakan. Di
akhirat kita tidak dapat apa-apa. Itulah ada anak sebagai hiasan.
Keempat, anak sebagai penyejuk mata (qurrota a’yun). Sebagaimana dijelaskan oleh para
ulama, yaitu ketika anak di dekat kita menyenangkan, dan ketika jauh menentramkan.