Anda di halaman 1dari 41

MORBUS HANSEN

(KUSTA)
KUSTA
Sinonim :
•Morbus Hansen, Lepra
Definisi :
•Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae
•Saraf perifer sebagai afinitas pertama lalu kulit dan
kemudian mukosa traktus respiratorius bagian atas
serta organ lain kecuali SSP.
Bukan penyakit turunan
Semua umur
Frekuensi tertinggi umur 25 – 35 th
Anak-anak < 14 th. ± 13 %
Basil Tahan Asam ditemukan di kulit, folikel
rambut,ASI  jarang pada kelenjar. keringat,
sputum, urin
ETIOLOGI
• Mycobacterium leprae
• Basil Gram positif
• Hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang
besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sistem
retikulo endotelial.
• Tahan asam dan alcohol
Makula hipopigmentasi yang khas + 5A yaitu :
 Achromia = tidak ada pigmen
 Anestesia = tidak terasa
 Atrofi = kulit agak menipis
 Alopesia = tanpa rambut
 Anhidrosis = tidak berkeringat
. Penebalan saraf perifer, antara lain :
N.facialis: raba bagian pelipis
N.auric.magnus: raba sisi/ lateral leher
N. radialis : raba lateral lengan atas
N.ulnaris : raba dorsal epicondilus
medial
N.peroneus lateral: raba dorsal capitulum
fibulae
N.tibialis posterior: raba dorsal maleolus
medialis
Gangguan sensibilitas
(+ tabung reaksi, jarum & kapas)
Lakukan pemeriksaan:
◦rasa suhu (panas & dingin)
◦rasa sakit (tajam & tumpul)
◦rasa raba (sentuhan kapas)
◦rasa nyeri dalam
Gangguan Saraf Autonom
• Alopesia (kebotakan alis mata/ madarosis, bulu
mata)
• Anhidrosis (tes potlot Gunawan, tes histamin)
ketidakmampuan tubuh berkeringat secara normal
Gangguan Saraf Motorik
 Atrofi otot thenar,(kelemahan otot-otot thenar, dan
& interphalangeal (ketidakmampuan tangan untuk
melakukan aktifitas. Hipothenar)
 Claw Hand (Claw hand merupakan salah satu
bentuk kecacatan pada tangan yang biasa disebut
jari-jari kiting
 Drop Wrist (Gangguan dalam fungsi motorik
akibat parese nervus radialis lebih menimbulkan
kecacatan dari pada parese nervus medianus atau
 Drop Foot
Adalah kelumpuhan pada kaki akibat saraf peroneus
profundus. Kaki jadi seperti kaki ayam yang sedang
melangkah, yaitu kaki tidak bisa menapak tanah dengan
rata. Kaki juga tidak punya kekuatan untuk melangkah)

 Claw Toes
Kerusakan syaraf pada daerah kaki menimbulkan
gangguan sensibilitas pada fungsi sensorik (anestesi),
motorik (kelumpuhan otot) dan otonom (hilangnya fungsi
kelenjar keringat dan kelenjar lemak kulit) dari syaraf tepi.
Kerusakan syaraf sensorik, motorik serta otonom tersebut
dapat menyebabkan anestesi, jari kaki kiting
Gangguan organ-organ lain
a. Mata: iritis, iridosiklitis, ggn visus (buta), lagofthalmus
b. Hidung: epistaksis, hidung pelana (kerusakan tulang
rawan
c. Lidah: nodus, ulkus
d. Larings: suara parau
e. Ginjal: pielonefritis, nefritis interstitiel,Glomerulonefritis,
amilidosis ginjal
f. Testis: epididimitis, orchitis, atrofi  ginekomastia &
steril
g. Kel limfe: limfadenitis
h. Tulang & sendi: artritis, tendosinovitis, absorpsi tulang
jari tangan (mutilasi)
PATOGENESIS
Bila kuman M.Leprae masuk ke tubuh, bentuk
klinis tergantung dari Sistem Imunitas Selular (SIS)
penderita, masa inkubasinya bisa 6 bulan - 40 tahun.
Bila SIS tinggi  Tuberkuloid
Bila SIS rendah  Lepromatosa

(rata – rata 4 tahun pada Tuberkuloid dan 10 tahun


pada Lepromatosa)
Gangguan Saraf Tepi
 Pembesaran saraf tepi (asimetri)
 Sensory loss
 Paralisis saraf tepi tanpa tanda-tanda inflamasi
(weakness atau atrophy)
 Acral distal symmetric anesthesia dimulai dengan
hilangnya sensasi panas & dingin sebelum hilangnya
sensasi nyeri atau raba.
KLASIFIKASI
Menurut WHO :
• Pausibasiler (TT, BT), Multibasiler (BB, BL, LL)
LESI TT
(Tuberkuloid-Tuberkuloid)
Gejala ini disertai penebalan saraf perifer yang
biasanya teraba.
Lesi kulit : Plak anular dengan tepi yang menimbul,
batas tegas dan central clearing, lesi soliter,
hypesthesia, anhidrotic.
Lesi kulit (+) anastetik
LESI BT
(Borderline – Tuberkuloid)
Lesi kulit : Papul & plak dengan konfigurasi anular,
berbatas tegas, dapat disertai papul satelit.
Anestetik adalah tanda pasti. Pembesaran &
kelumpuhan saraf tepi biasanya tidak lebih dari 2
dan asimetris
LESI BB & BL
(Borderline-Borderline &
Borderline- Lepromatous)
BB : Paling tidak stabil, terdapat ruam kulit yang
batasnya tidak tegas.
BL : Tipe ini dimulai dengan ruam yang awalnya
dalam jumlah sedikit kemudian dapat dengan cepat
menyebar ke seluruh badan. Ruam kulitnya
berwarna merah, mengkilat, tidak teratur.
Lesi : Gambaran klasik lesi dimorphic  ‘punched
out’
Anestesi (+)
LESI LL
(Lepromatous – Lepromatous)
Sistem imun seluler sangat kurang
Lesi : nodul-nodul berbatas tidak tegas, warna kulit,
diameter ± 2cm terdistribusi simetris
Dapat juga berupa papul-papul eritem yang dapat
berkonfluen menjadi plak.
REAKSI KUSTA
Interupsi dengan episode akut pada penyakit yang
sangat kronik
Ada 2 :
E.N.L (Erytema Nodusum Leprosum)
Reaksi reversal
REAKSI REVERSAL
Disebut juga reaksi tipe 1
Terjadi pada pasien tipe borderline disebabkan
meningkatnya kekebalan seluler secara cepat.
Sering pada lesi tipe BL,BB,BT atau yang sedang dalam
terapi
Khas : onset akut dari lesi yang datar aktif lagi. Disertai
munculnya beberapa lesi baru
Dengan atau tanpa neuritis
Warna keunguan
E.N.L
(Erytema Nodusum Leprosum)
Disebut juga reaksi tipe 2
Terjadi paling sering pada LL, tapi dapat juga pada BL
Reaksi ini merupakan reaksi humoral, basil kusta 
antigen. Tubuh  antibodi  respon adanya antigen.
Kompleks imun ini dapat mengendap antara lain di kulit
berbentuk nodul yang dikenal sebagai eritema nodosum
leprosum (ENL), mata (iridosiklitis), sendi (artritis), dan
saraf (neuritis) dengan disertai gejala konstitusi seperti
demam dan malaise, serta komplikasi pada organ tubuh
lainnya.
Dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah terapi
Lesi : sekelompok nodus2 dermal atau kulit subkutan
yang nyeri berwarna kemerahan pada kulit yang tadinya
normal
Dapat disertai demam, anorexia, malaise, atritis
DIAGNOSIS
Menurut WHO :
•Bercak kulit disertai anestesi
•Pembesaran saraf tepi
•Ditemukannya BTA pada jaringan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan sensibilitas
Perabaan nervus superfisial :
-N. Aurikularis
-N. Ulnaris
-N. Peroneus lateralis
-N. Tibialis posterior
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• BTA
• TES SENSIBILITAS
•TES GUNAWAN
•TES LEPROMIN
• PA (HISTOPATHOLOGY)
BTA
(BAKTERIOSKOPIK)
• Pengecatan Ziehl – Neelsen
• Spesimen diambil dari 4 – 6 tempat
1. 2 cuping telinga (wajib)
2. 2 – 4 pada lesi paling eritema dan infiltratif
TES SENSIBILITAS
• 2 tabung reaksi (air panas dan air dingin)
• Kapas
• Jarum
TES GUNAWAN
Tes terhadap kelenjar keringat dengan
menggunakan guratan tinta.
Penderita disuruh melakukan aktifitas agar
berkeringat, jika tinta berwarna biru hasilnya
negative bila tinta tidak berubah hasilnya positif.
TES LEPROMIN
• Menggunakan reagen lepromin
• Untuk mengetahui status imunologis (CMI)
• Interpretasi
1. 24 – 48 jam : Reaksi Fernandez
2. 4 minggu : Reaksi Mitsuda
HISTOPATOLOGI
• Pada tipe tuberculoid :
1. Sel epitheloid yang tidak bervakuola dan mengandung
lipid yang meluas ke epidermis tanpa Grenz zone.
2. Micobacterium Leprae (-) atau sedikit
•. Pada tipe lepromatosa :
1. Infiltrat terbatas pada dermis dan selalu dipisahkan
dengan epidermis oleh Grenz Zone yang tegas
2. Terdapat histoit yang mengandung banyak lemak dan
Micobacterium Leprae (sel lepra/sel foam/sel Virchow)
DIAGNOSIS
4 tanda kardial kusta :
1. Anestesia
2. Penebalan saraf
3. Lesi kulit
4. BTA (+) pada slit skin smear

DIAGNOSIS : 2 dari 3 kardial, atau nomer 4 saja.


DIAGNOSIS BANDING
Penyakit kusta :
– Dermatofitosis
– Tinea versikolor
– Pitiriasis rosea
– Pitiriasis alba
– Psoriasis
– Neurofibromatosis
PENATALAKSANAAN
• Pausibasiler (PB)
-Rifampicin 600mg/bln
-DDS 100mg/hari
Maksimal dalam 9 bulan
• Multibasiler (MB)
-Rifampicin 600mg/bln
-Lamprene 300mg/bln, 50mg/hari
-DDS 100mg/hari
PENGOBATAN REAKSI
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif u mengatasi rasa nyeri
4. MDT diteruskan
Reaksi reversal :
-Analgesik, parasetamol 300-1000mg 4x/hari
-Prednison :
-40mg/hr pada minggu 1
-30mg/hari pada minggu ke 3-4
-20mg/hari pada minggu ke 5-6
-15mg/hari pada minggu ke 7-8
-10mg/hari pada minggu ke 9-10
-5mg/hari pada minggu ke 11-12
Reaksi E.N.L (Erytema Nodusum Leprosum) :
- Analgesik
- Prednison seperti pada reaksi reversal
- Clofazimine 200mg/hari
- Thalidomide 100-200mg/hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai