Laporan Praktikum Biokimia 1 Uji Biuret
Laporan Praktikum Biokimia 1 Uji Biuret
PRAKTIKUM BIOKIMIA 1
Oleh
Nama : Anggi Febrianti
Nim : 06121010011
Kelompok : 2 (dua)
Dosen Pembimbing:
Drs.Made Sukaryawan, M.Si.
Desi, S.Pd., M.T.
Dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang
berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu hemoglobin dalam butir-butir darah
merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang
berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu
protein (Poedjiadi, 2005).
Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa
memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama,
yaitu 20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas
biologi. Lalu, apakah yang memberikan suatu protein aktivitas enzimnya, protein lain
aktivitas hormon, dan yang lain lagi aktivitas antibody ? Bagaimana kimiawi protein-
protein ini berbeda ? Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama lain karena
masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino
merupakan abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam
jumlah deret yang hampir tidak terbatas, untuk membuat berbagai protein dalam
jumlah yang hampir tidak terbatas pula (Lehninger, 1982).
Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang
diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam
amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk
protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari
gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina
molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi
kondensasi.
Uji Biuret
3 ml putih telur 2% +1 ml
Putih telur (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N
bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
3 ml putih telur 3% +1 ml
Putih telur (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N
bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
3 ml putih telur 4% +1 ml
Putih telur (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N
bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
3 ml putih telur 5% +1 ml
Putih telur (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
3 ml putih telur 2% +1 ml
Larutan ikan (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N
bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
3 ml putih telur 3% +1 ml
Larutan ikan (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N
bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
3 ml putih telur 4% +1 ml
Larutan ikan (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N
bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
3 ml putih telur 5% +1 ml
Larutan ikan (bening) + NaOH (bening)
NaOH 2,5 N + 3 tetes
larutan bening + 2 tetes CuSO4 (hijau
CuSO4 0,01 N
bening) bening + 1 tetes CuSO4 (hijau
bening) ungu bening.
IX. Pembahasan
Pada percobaa kali ini kami melakukan uji terhadap protein. Uji yang kami gunakan
yaitu uji biuret. Adapun sampel protein yang kami gunakan yaitu kuning telur 1 – 5
% , putih telur 1-5%, dan ikan giling 1-5 %. Reagen yang digunakan yaitu biuret,
dimana reagen ini didapatkan dengan mereaksikan larutan NaOH dan CuSO 4. Adapun
tujuan dari uji biuret ini adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya ikatan peptide
pada suatu protein. Dimana reaksi positif pada uji biuret ini ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi ungu.
Pada sampel putih telur, ketika putih telur di tambahkan dengan NaOH putih
telur akan berubah menjadi sedikit kental. Hal ini dikarenakan adanya ikatan peptide
dalam putih telur yang menandakan adanya protein. Setelah ditambahkan CuSO4
putih telur yang sebelumnya berwarna bening kemudian berubah menjadi warna
ungu. Hal ini terjadi karena warna ungu yang terbentuk berasal dari kompleks
koordinasi antara Cu2+ dengan gugus amida karboksil dari ikatan peptida dalam
larutan basa. Untuk sampel kuning telur dan ikan giling, perubahan warna yang
terjadi yaitu sama. Hal ini menunjukan bahwa ketiga sampel tersebut positif terhadap
uji biuret.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan, larutan yang memiliki warna
ungu paling pekat adalah larutan ikan giling. Yang kedua yaitu putih telur, dan yang
ketiga yaitu kuning telur. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang ada, dimana sampel
yang memiliki lebih banyak kandungan protein maka warna nya akan semakin pekat.
Dimana dari ketiga sampel larutan yang memiliki protein paling banyak yaitu ikan
giling, kemudian putih telur dan terakhir adalah kuning telur. Dari hasil pengamatan
juga dapat dilihat perbedaan warna antara larutan yang berbeda konsentrasi. Dimana
semakin tinggi konsenstrasi makan warna nya akan semakin pekat. Pada percobaan
ini kami membandingkan beberapa sampel yang berbeda dengan reagen yang sama
untuk melihat sampel mana yang memiliki kandungan protein paling banyak.
X. Kesimpulan
1. Larutan kuning telur, putih telur, dan ikan giling positif terhadap uji biuret.
2. Reaksi positif dengan reagen biuret (CuSO4 dan NaOH) ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi ungu.
3. Warna ungu yang dihasilkan pada uji biuret menunjukan adanya ikatan
peptida pada larutan tersebut
4. Larutan yang memiliki warna paling pekat adalah ikan giling, kemudian putih
telur dan terakhir yaitu kuning telur.
5. Semakin pekat warna maka kandungan proteinnnya akan semakin banyak
Daftar Pustaka
Diana,hasty.2013. Uji Biuret. (online).
(http://www.pendidikanbio.blogspot.com/2013/11/uji-biuret.html, diakses
tanggal 8 september 2014)
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia : Jilid I. Diterjemahkan oleh :
Maggy Thenawidjaja. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, Ana dan F.M. Titin Supriyanti. 2005. Dasar-Dasar Biokimia : Edisi
Revisi. Bandung : UIP (UI-Press).