Anda di halaman 1dari 23

Ketahanan Nasional dan Bela Negara

Disusun Oleh :

KELOMPOK V
Vita Corisa (02)
Ni Luh Putu Ayu Pujianti (04)
Ni Kadek Lia (05)

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang dan Konsep Ketahanan Nasional ..................................................... 3
B. Asas-asas Ketahanan Nasional .................................................................................. 5
C. Ketahanan nasional dalam era covid ......................................................................... 6
D. Bela Negara Dan Sistem Pertahanan Ketahanan Negara .......................................... 8
E. Sistem pertahanan dan keamanan negara ................................................................ 11
F. Landasan dan Motivasi dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara ...... 12
G. Kewajiban Warga Negara dalam Bela Negara dalam kedudukan sebagai
Mahasiswa ...................................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila, dengan judul
“Ketahanan Nasional dan Bela Negara”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pegetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bukit Jimbaran, 07 April 2021

Penyusun.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia istilah Ketahanan Nasional muncul pada tahun 1960-an, namun
pada hakekatnya unsur ketahanan nasional sendiri telah ada sejak era 1900-an. Sejarah
bangsa mencatat bahwa pada tanggal 20 Mei 1908 sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Kebangkitan Nasional ini memicu lahirnya kerangka pemikiran dalam mewujudkan
Ketahanan Nasional di Indonesia. Selanjtunya istilah Ketahanan Nasional muncul dari
kalangan militer angkatan darat di SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan
Darat) (Sunardi, 1997). Masa itu merupakan masa meluasnya pengaruh komunisme yang
berasal dari Uni Soviet dan Cina. Fenomena tersebut mempengaruhi pemikiran para
militer di SSKAD, mereka mengadakan pengamatan terhadap kejadian tersebut hasil
pengamatannya menunjukkan bahwa tidak adanya perlawanan yang gigih dan ulet di
Indonesia dalam menghadapi ekspansi komunis.
Kejadian atas tersebarnya Covid-19 ini menjadi urusan dunia internasional serta
muncul sebagai masalah yang mengancam kondisi nasional Indonesia. Masalah maupun
dampak dari Covid-19 di Indonesia, bagaimana negara. Indonesia menghadapinya, dapat
diamati melalui model ketahanan nasional Indonesia terkini, yaitu Astagatra. Menurut
model ketahanan nasional, aspek kehidupan nasional dibagi dua yaitu aspek alamiah dan
aspek sosial. Aspek alamiah mencakup tiga gatra, yakni Kondisi Geografis negara,
Keadaan dan Kemampuan Penduduk (Demografi) serta Kekayaan Alam. Maka, aspek
alamiah dianggap mewakili tiga gatra, atau Trigatra.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Kesadaran bela negara itu hakikatnya
kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari
hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata
musuh bersenjata. Bela negara dapat didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Dalam pelaksanaannya,tiap-tiap warga negara itu berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara dan syarat tentang pembelaan diatur di dalam undang-
undang. Dengan melaksanakan kewajiban bela bangsa, menjadi bukti dan proses bagi
seluruh warga negara untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti pada nusa
dan bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang dan konsep ketahanan nasional?
2. Apa saja asas-asas ketahanan nasional?
3. Bagaimanakah bela negara dan sistem pertahanan ketahanan negara?

1
4. Apakah landasan dan motivasi dalam pembelaan dan pertahanan keamanan
negara?
5. Apakah kewajiban warga negara dalam bela negara dalam kedudukan sebagai
mahasiswa?
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang dan konsep ketahanan nasional
2. Untuk mengetahui asas-asas ketahanan nasional
3. Untuk mengetahui bela negara dan sistem pertahanan ketahanan negara
4. Untuk mengetahui landasan dan motivasi dalam pembelaan dan pertahanan
keamanan negara
5. Untuk mengetahui kewajiban warga negara dalam bela negara dalam
kedudukan sebagai mahasiswa

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang dan Konsep Ketahanan Nasional
Di Indonesia istilah Ketahanan Nasional muncul pada tahun 1960-an, namun
pada hakekatnya unsur ketahanan nasional sendiri telah ada sejak era 1900-an. Sejarah
bangsa mencatat bahwa pada tanggal 20 Mei 1908 sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Kebangkitan Nasional ini memicu lahirnya kerangka pemikiran dalam mewujudkan
Ketahanan Nasional di Indonesia. Selanjtunya istilah Ketahanan Nasional muncul dari
kalangan militer angkatan darat di SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan
Darat) (Sunardi, 1997). Masa itu merupakan masa meluasnya pengaruh komunisme yang
berasal dari Uni Soviet dan Cina. Fenomena tersebut mempengaruhi pemikiran para
militer di SSKAD, mereka mengadakan pengamatan terhadap kejadian tersebut hasil
pengamatannya menunjukkan bahwa tidak adanya perlawanan yang gigih dan ulet di
Indonesia dalam menghadapi ekspansi komunis.
Pengembangan atas pemikiran tersebut semakin kuat setelah berakhirnya
gerakan G30S PKI. Gejala tersebut mempengaruhi para pemikir dilingkungan
SSKAD atau sekarang SESKOAD (Sunardi,1997:12). Mereka mengadakan
pengamatan dan kajian atas kejadian tersebut. Tahun 1960-an gerakan komunis semakin
masuk ke wilayah Philipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. Di tahun 1965
komunis Indonesia bahkan berhasil mengadakan pemberontakan (Gerakan 30
September 1965) yang akhirnya dapat diatasi. Menyadari akan hal tersebut, maka
gagasan tentang masalah kekuatan dan unsur-unsur apa saja yang ada dalam diri bangsa
Indonesia serta apa yang seharusnya dimiliki agar kelangsungan hidup bangsa
Indonesia terjamin di masa-masa mendatang terus menguat. Pada tahun 1968
pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional).
Kesiapan menghadapi tantangan dan ancaman itu harus diwujudkan dalam bentuk
ketahanan bangsa yang dimanifestasikan dalam bentuk perisai (tameng) yang terdiri
dari unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial budaya. Tameng yang dimaksud adalah
wujud dari konsep kekuatan dari SSKAD.
Konsepsi ketahanan nasional semakin berkembang, pada tahun 1972 konsepsi
ketahanan nasional diperluas menjadi hakekat ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan (ATHG). Selanjutnya konsepsi Ketahanan Nasional diperbaharui dan
diartikan sebagai : “Kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan
nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan dan gangguan baik yang datang luar maupun dari dalam, yang langsung
maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional”. Dari sini
kita mengenal tiga konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia. yakni konsepsi tahun
1968, tahun 1969 dan tahun 1972. Menurut konsepsi tahun 1968 dan 1969
ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan, sedang pada konsepsi 1972

3
ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamik yang berisi keuletan dan
ketangguhan. Jika pada dua konsepsi sebelumnya yakni tahun
1968 dan 1969 konsepsi ketahanan nasional dikenal istilah IPOLEKSOM (Panca
Gatra) dalam konsepsi tahun 1972 diperluas dan disempurnakan berdasar asas Asta
Gatra. Asta gatra sendiri terdiri dari panca gatra dan tri gatra yang meliputi penduduk,
wilayah dan sumber daya alam (Haryomataraman dalam Panitia Lemhanas, 1980: 95-
96).
Adapun konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia sebagai berikut :
Konsepsi Ketahanan Nasional memiliki latar belakang sejarah kelahirannya di
Indonesia. Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada
kalangan militer angkatan darat dari SSKAD yang sekarang berubah menjadi
SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu adalah sedang meluasnya pengaruh
komunisme seperti Laos, Vietnam dan sebagainya sampai ke Indonesia. Dalam
pemikiran Lembanas tahun 1968 tersebut telah ada kemajuan konsep tual berupa
ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideologi politik,
dari tinggalnya konsep kekuatan, meskipun dalam ketahanan nasional sendiri terdapat
konsep kekuatan.
Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kalinya dimasukkan ke dalam
GBHN 1973 yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional
dalam GBHN 1998 sebagai berikut:
1) Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang
selalu harus menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara
efektif diletakkan dari hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang
timbul dari dalam maupun dari luar.
2) Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari
kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
3) Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologi, politik, ekonomi, sosial,
dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
4) Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang
berlandaskan keyakinan dan kebenaran ideologi pancasila yang
mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan
dan kesatuan nasiona, kemampuan menangkal penetrasi ideologi asing
serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
5) Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang
berlandaskan demokrasi politik berdasarkan pancasila dan UUD 1945
yang mengandung kemampuan memelihara sistem politik yang sehat dan
dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.
6) Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
berlandaskan demokrasi ekonomi pancasila yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta
kamampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya
saing tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyatyang adil dan merata.

4
7) Ketahanan sosial dan budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya yang
dijiwai kepribadian nasional berdasarkan pancasila yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial da budaya
manusia dan masyarakat Indoesia yang beriman dan bertaqwa terhadap
TYME, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju, dan sejahtera
dalam kehidupan yang serba selaras, serasi, seimbang serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
8) Ketahanan pertahanan dan keamanan adalah kondisi daya tangkat
bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan
negara yang dinamis. Mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya
serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal
segala bentuk ancaman.
B. Asas-asas Ketahanan Nasional
Asas ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :
1) Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam sistem kehidupan nasional.
Tanpa kesejahteraan dan keamanan, sistem kehidupan nasional tidak akan dapat
berlangsung. Kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada pada
sistem kehidupan nasional itu sendiri. Kesejateraan maupun keamanan harus selalu ada,
berdampingan pada kondisi apapun.
Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional yang
dicapai merupakan tolok ukur Katahanan Nasional.
2) Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
Ketahanan Nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara
utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif integral)
3) Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
a. Mawas ke Dalam
Tujuaannya yaitu menumbuhkan hakikat, sifat dan kondisi kehidupan nasional
itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang proporsional untuk
meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh. Hal ini
tidak berarti bahwa Ketahanan Nasional mengandung sikap isolasi atau
nasionalisme sempit.
b. Mawas ke Luar
Tujuannya yaitu untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi
dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya
interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional. Kehidupan nasional
harus mampu mengembangkan kekuatan nasional untuk memberikan dampak ke
luar dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Interaksi dengan pihak lain
diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

5
4) Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, gotong royong,
tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Asas ini mengakui adanya perbedaan. Perbedaan tersebut harus dikembangkan
secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembang menjadi konflik yang
bersifat menghancurkan.

C. Ketahanan nasional dalam era covid


Kejadian atas tersebarnya Covid-19 ini menjadi urusan dunia internasional serta
muncul sebagai masalah yang mengancam kondisi nasional Indonesia. Masalah maupun
dampak dari Covid-19 di Indonesia, bagaimana negara. Indonesia menghadapinya, dapat
diamati melalui model ketahanan nasional Indonesia terkini, yaitu Astagatra. Menurut
model ketahanan nasional, aspek kehidupan nasional dibagi dua yaitu aspek alamiah dan
aspek sosial. Aspek alamiah mencakup tiga gatra, yakni Kondisi Geografis negara,
Keadaan dan Kemampuan Penduduk (Demografi) serta Kekayaan Alam. Maka, aspek
alamiah dianggap mewakili tiga gatra, atau Trigatra.
Aspek sosial pun mencakup lima gatra, yakni Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial
budaya serta Hankam (Pertahanan dan Keamanan). Oleh karenanya, lima gatra ini
dimaknai sebagai Pancagatra. Tergabungnya dua aspek tersebut membuahkan delapan
gatra atau yang dikenal dengan istilah Astagatra (asta = delapan). Jika mengamati
masalah Covid-19 saja, maka seolah-olah masalahnya hanya pada virus yang menyerang
kesehatan manusia saja. Namun karena Covid- 19 ini sudah menjadi pandemi, maka ini
pun menjadi masalah penyakit dan Kesehatan yang berkaitan dengan masalah sosial
berdampak pada masalah lainnya.
Dilihat dari Astagatra, masalah kesehatan masyarakat dapat tercantum pada
Aspek Sosial di Gatra Sosial / Budaya. Akan tetapi, jika dilihat dari kondisi terkini, hal
ini juga berdampak pada gatra lainnya. Mewabahnya virus ini di belahan negara lain
sudah menggungcang perekonomian dunia dan Indonesia, maka ini menyerang Gatra
Ekonomi. Keterlibatan instansi militer serta aparat keamanan lainnya juga sudah
menyentuh Gatra Pertahanan dan Keamanan. Masukkan kritikan pada pemerintah atas
lambannya atau salah dalam menyikapi Covid-19 juga sudah termasuk pada Gatra Politik.
Selanjutnya, himbauan yang disampaikan agar tidak melakukan kegiatan keagamaan
hingga ada yang mengasosiakan dengan ajaran komunis maka ini berkaitan dengan Gatra
Ideologi.
Bila dilihat dari Aspek Alamiah maka Gatra Kondisi Geografis Indonesia yang
terdiri dari banyak pulau dapat menguntungkan guna pencegahan menyebarnya Covid-
19 dari satu pulau ke pulau lainnya dengan aturan yang ketat oleh pemerintah. Pada Gatra
Kekayaan Alam, pemanfaatannya dapat terhambat dan tidak dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat apabila Covid-19 tidak segera diatasi. Dari Gatra Demografi, perlu dibuktikan
kepada masyarakat bahwa pemerintah sudah sangat serius memimpin, memegang
komando dan kendali penuh dalam perang melawan virus ini. Perlu diinformasikan kabar
yang positif tentang upaya dan sejumlah aturan dalam menghadapi Covid-19 sehingga

6
masyarakat dapat lebih paham dan merasa terlindungi. Selain itu, perlu dikobarkan
semangat, sikap pantang menyerah dan rasa percaya diri bahwa bangsa Indonesia pasti
mampu mengatasi wabah Covid-19 sedini mungkin. Masyarakat juga perlu diberdayakan
agar tidak mudah panik dalam menghadapi situasi pandemi ini. Masyarakat harus dilatih
kedisiplinan, patuh dan taat melaksanakan aturan dan himbauan dari pemerintah.
Masyarakat juga harus mampu menjaga dirinya sendiri.dan keluarga serta lingkungannya
agar tidak terpapar Covid -19.
Terkait dengan kondisi pandemi global Covid-19, Hamid (2020) menyatakan
bahwa kapasitas kesehatan akan sangat bergantung pada kondisi tenaga kesehatan dan
kesediaan logistik. Hal ini menjadi tuntutan nasional dalam rangka menyediakan logistik
dan pekerja kesehatan lokal yang berkualitas dan berkompeten. Dijelaskan oleh Hamid
(2020) juga bahwa kebijakan yang ada di Indonesia, seperti social distancing, tidak
berkumpul pada tempat ibadah, tempat kerja maupun pembatasan sosial lainnya,
menghadapi banyak tantangan, terutama dengan alasan perekonomian dan ajaran agama.
Mahmud, dkk (2020) menambahkan bahwa Covid-19 juga menyebabkan adanya
kekhawatiran dan depresi atas jenjang karir masa depan bagi sekelompok orang yang
akhirnya menyebabkan efek negatif pada kondisi psikologi manusia tersebut. Pernyataan
ini didukung oleh Ustun (2020) bahwa depresi akan Covid-19 ini lebih banyak dialami
oleh wanita lajang berusia 18 s.d 29 tahun. Selain itu, kondisi yang memperburuk depresi
adalah pemasukan ekonomi yang sedikit serta ketakutan akan terinfeksi dari orang lain.
Dijelaskan pula bahwa orang yang memiliki kesibukan bersama keluarga, pendidikan
atau bekerja di rumah memiliki taraf depresi yang lebih rendah dari yang lainnya. Dari
penjelasan ini, dapat dipahami bahwa Covid-19 memberikan dampak negatif tidak hanya
dari kesehatan klinis saja, tapi juga berdampak pada kesehatan psikologi manusia.
Chakraborty dan Maity (2020) memaparkan dalam artikelnya bahwa memang
benar Covid-19 memberikan dampak pada kehidupan ekonomi manusia, maupun
kesehatan masyarakat global. Memang secara signifikan memberikan dampak positif
kepada lingkungan, karena pembatasan yang terjadi pada kegiatan industri sehingga
menurunkan emisi gas buang yang berdampak pada lapisan ozon, namun kondisi ini di
satu sisi memberikan dampak yang kurang baik pada kehidupan sosial, mengingat
pemasukan ekonomi meraka terhenti. Dalam rangka kontrol maupun pencegahan ke
depan, khususnya dalam menghadapi ancaman epidemi, memang diperlukan eksperimen
dalam pembuatan vaksin dalam mencegah maupun mengobati penyakit yang ada. Selain
itu, diperlukan reboisasi hutan guna mendukung pasukan oksigen dunia menjadi lebih
baik dan sebagai sarana kehidupan bagi hewan-hewan liar agar tidak menciptakan virus
yang berbahaya bagi manusia. Selanjutnya adalah menjaga atau mengontrol pertumbuhan
populasi manusia dan menegakkan aturan yang kuat pada perlindungan hewan-hewan
liar.
Ditambahkan oleh Totten (2015) yang menjelaskan hubungan epidemi dan
keamanan nasional, bahwa benar dengan terjadinya epidemi dibutuhkan kebijakan untuk
menghentikan kehadiran orang asing masuk ke suatu negara, kalaupun orang asing sudah
masuk ke suatu negara mereka harus dikarantina dan menentukan keputusan presiden

7
terkait dengan penghentian urusan imigrasi. Hal tersebut memang dibutuhkan untuk
menekan angka penyebaran Covid-19 ataupun penyakit menginfeksi lainnya. Selain itu,
dijelaskan bahwa epidemi memberikan dampak pada perekonomian dan kekuatan militer.
Hal ini ditandai dengan SDM yang sakit dan tidak dapat berkontribusi pada perekonomian
maupun sektor militer guna pertahanan negara.
Hal penting lainnya dikemukan oleh Torales, dkk (2020) bahwa pandemi Covid-
19 memberikan dampak yang negatif pada kondisi mental dan kesehatan jiwa masyarakat.
Wabah ini mengarah ke masalah kesehatan tambahan seperti stres, kecemasan, gejala
depresi, insomnia, penolakan, kemarahan, dan ketakutan secara global. Kekhawatiran
kolektif mempengaruhi perilaku sehari-hari, ekonomi, strategi pencegahan dan
pengambilan keputusan dari pembuat kebijakan, organisasi kesehatan dan pusat
kesehatan, yang dapat melemahkan strategi Covid-19 mengendalikan dan mengarah pada
lebih banyak morbiditas dan kebutuhan kesehatan mental di tingkat global.
Bahkan, ketakutan akan hal yang tidak diketahui menyebabkan tingkat kecemasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang sehat dan orang-orang dengan masalah
mental yang sudah ada sebelumnya. Ketakutan publik yang tidak adil dapat menyebabkan
diskriminasi, stigmatisasi dan kambing hitam (Mowbray, 2020). Pertama, respons
emosional orang cenderung termasuk ketakutan ekstrim dan ketidakpastian, dan perilaku
sosial negatif akan sering didorong oleh rasa takut dan persepsi risiko yang menyimpang.
Kedua, upaya khusus harus diarahkan untuk populasi yang rentan, termasuk (1) yang
terinfeksi dan sakit pasien, keluarga dan kolega mereka, (2) individu dan hubungan
mereka dengan komunitas, (3) individu dengan kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya (baik fisik dan / atau mental), (4) penyedia layanan kesehatan, terutama
perawat dan dokter yang bekerja secara langsung dengan orang yang sakit atau
dikarantina. Akhirnya, tingkat stres psikologis yang sehat profesional dan orang lain
mungkin menghadapi dan risiko rentan populasi harus dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan krisis.
Oleh karena itu, kondisi mental masyarakat ke depan dalam menghadapi sebuah
ancaman yang menghendaki mereka hidup dalam keterbatasan juga perlu diperhatikan.
Kondisi mental yang tidak baik dapat memicu permasalahan lain yang juga sama
berbahaya dengan ancaman sesungguhnya. Selain itu, kondisi pendidikan yang terkesan
terhambat juga perlu ditanggulangi agar generasi penerus bangsa tidak kehilangan akal
sehat, tidak kehilangan ilmu, kreativitas dan masa depan nya. Oleh karena itu, dalam
mempersiapkan ancaman ke depan, perlu dipersiapkan protokol terkait kurikulum
pendidikan dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk menjamin
pola pikir dan daya pemikiran generasi penerus agar tidak terjebak hanya pada ancaman
yang melanda.

D. Bela Negara Dan Sistem Pertahanan Ketahanan Negara


Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara

8
tersebut. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi
serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut,
sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun
peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Peran penting Bela Negara dapat dikuak secara lebih jernih dan mendalam melalui
perspektif pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta seluruh sumber daya,
kedaulatan dan kemerdekaannya, selalu terancam oleh agresi asing dari luar dan
pergolakan bersenjata dari dalam. Kalau ancaman ini menjadi nyata dan Indonesia tidak
siap, semuanya bisa kembali ke titik nol. Antisipasi para pendiri bangsa tercantum dalam
salah satu poin tujuan nasional yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia”. Pernyataan ini menjadi dasar dari tujuan pertahanan. Ia tidak
berdiri sendiri tetapi berbagi ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban sipil dan
berdampingan 3 (tiga) tujuan lainnya, yakni tujuan kesejahteraan (memajukan
kesejahteraan umum), tujuan keadaban (mencerdaskan kehidupan bangsa) dan tujuan
kedamaian (berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia yang adil dan abadi). Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-
syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang
paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara
sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di
dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Unsur Dasar Bela Negara
1. Cinta Tanah Air
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
Contoh-Contoh Bela Negara:
1. Melestarikan budaya
2. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
3. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
4. Mencintai produk-produk dalam negeri
Sifat-sifat bela negara
1. Sifat lunak
 Psycological

9
 Pemahaman ideologi negara (Pancasila dan UUD 1945)
 Nilai-nilai luhur bangsa
 Wawasan kebangsaan
 Persatuan dan kesatuan bangsa
 Kesadaran bela negara
 Physical
 Perjuangan mengisi kemerdekaan
 Pengabdian sesuai profesi
 Menjunjung tinggi nama Indonesia di dunia internasional
 Penanganan bencana dan menghadapi ancaman non militer lainnya
(ekonomi, sosial, budaya, dsb)
2. Sifat Keras
 Menghadapi ancaman militer
1. Komponen Utama
2. Komponen Cadangan (kombatan)
3. Komponen Pendukung (Non kombatan)
Nilai nilai bela negara
1. Cinta tanah air
Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela tanah
air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Indikator
cinta tanah air meliputi:
 menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.
 bangga sebagai bangsa Indonesia
 menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia
 memberikan kontribusi dan kemajuan pada bangsa dan negara Indonesia
 mencintai produk dalam negeri, budaya, dan kesenian Indonesia.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
Sadar sebagai warna bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap,
dan kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian
bangsa. Indikator nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:
 memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat.
 melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
 mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya.
 berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
 berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Yakin akan Pancasila
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan

10
nasional. Rasa yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara dicapai dengan
menumbuhkan kesadaran:
 yang didasari pada Pancasila,
 pada kebenaran negara kesatuan republik Indonesia,
 bahwa hanya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
negara bangsa Indonesia akan tetap jaya,
 setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat,
 bahwa Pancasila dapat membentengi mental dan karakter bangsa dalam
menghadapi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
4. Rela berkorban
Rela berkorban untuk bangsa dan negara. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga,
pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya nanti
siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Indikator rela
berkorban bagi bangsa dan negara meliputi:
 bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan
negara.
 siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
 memiliki kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara.
 memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
 mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan/atau golongan.
Kemampuan awal bela negara
1. secara psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan
uji, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan
nasional.
2. secara fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani
yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.

E. Sistem pertahanan dan keamanan negara


Pertahanan dan keamanan negara Indonesia diatur dalam Undang Undang Dasar
1945 pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) sebagai berikut
a. Ayat 1 pasal 30 UUD 1945 berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
b. Ayat 2 pasal 30 UUD 1945 berbunyi: “Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan
utama dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.”
Maka dengan demikian bahwa sistem pertahanan dan kemanan negara Indonesia
dilaksanakan dengan sistem rakyat semesta dengan Tentara Nasional dan Kepolisian
Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

11
Sistem rakyat semesta yang dimaksud yaitu mengarahkan seluruh potensi dan kekuatan
serta kemampuan yang dimiliki dan dikerahkan secara total dan integral oleh bangsa dan
negara dalam rangka mencapai tujuan secara efektif, efisien dan optimal.
Potensi yang dimilki oleh bangsa dan negara dalam sistem rakyat semesta dijelaskan oleh
Undang-Undang No.2 tahun 1982 adalah sebagai berikut:
“Upaya pertahanan dan keamanan negara republik Indonesia mencakup pembentukan
dan penggunaan sumber daya manusia, pengamanan, serta pendayagunaan sumber daya
alam, sumber daya buatan, dan segenap prasaran fisik dan prasarana psikis bangsa dan
negara.”
Pertahanan dan keamanan negara yang dilaksanakan dengan sistem rakyat
semesta disusun dalam konsep bela negara. Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakkan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Kewajiban bela
negara bagi warga negara diatur dalam pasal 27 ayat ayat (3) UUD 1945 berbunyi: “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara.”
Bela negara juga diartikan sebagai suatu sikap dan prilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara.
F. Landasan dan Motivasi dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara
Landasan dalam Pembelaan Negara dan Pertahanan Keamanan Negara
1) Sebelum amandemen UUD 1945 diatur dalam Bab XII pasal 30 ayat (1) DAN (2)
dan
UU No 20 tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pertahanan dan Keamanan Negara.
2) Setelah amandemen UUD 1945 diatur dalam Bab X pasal 27 ayat (3), Bab XII
(Pertahanan dan Keamanan Negara ) pasal 30 ayat :
1. “Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara”
2. “Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Kepolisian negara
RI sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”
3. “TNI terdiri atas AD,AL dan AU sebagai alat Negara bertugas
mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
Negara”
4. “Kepolisian Negara RI sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat serta menegakkan hukum”
5. “Susunan dan kedudukan TNI, Kepolisian Negara RI , hubungan
kewenangan TNI dan Kepolisian Negara RI di dalam menjalankan
tugasnya , syarat-syarat keikutsertaan warga Negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara serta hal-hal yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan diatur dengan UU”

12
Selanjutnya tentang Pertahanan Negara diatur dalam UU No. 3 tahun 2002.
Motivasi dalam Pembelaan Negara dan Pertahanan dan Keamanan Negara
Motivasi bela Negara didasarkan pada kesadaran setiap warga Negara akan hak
dan kewajibannya. Kesadaran ditumbuhkan dengan proses motivasi untuk mencintai
tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan Negara.
Beberapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan bahan motivasi antara lain :
1. Pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia
2. Kedudukan wilayah geografis Indonesia yang strategis
3. Keadaan penduduk yang besar
4. Kekayaan sumber daya alam
5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
6. Kemungkinan timbulnya bencana perang
G. Kewajiban Warga Negara dalam Bela Negara dalam kedudukan sebagai
Mahasiswa
Bela negara dapat didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Dalam pelaksanaannya tiap-tiap warga negara itu berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara dan syarat tentang pembelaan diatur di dalam undang-
undang. Dengan melaksanakan kewajiban bela bangsa, menjadi bukti dan proses bagi
seluruh warga negara untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti pada nusa
dan bangsa. Sekaligus menjadi bukti pemahaman mengenai bela negara. Lalu bagaimana
peran mahasiswa dalam upaya pembelaan negara?
Sebagai generasi muda Indonesia,dalam upaya bela negara,mahasiswa diharapkan
dapat ikut ambil bagian dalam memerangi korupsi di lingkungan kampus,menolak
keterlibatan dalam paham-paham radikalisme dan ikut serta melakukancounter narasi
terhadap paham-paham radikal,ujaran kebencian dan narasi-narasi yang memecah belah
bangsa. Dalam pelaksanaannya Bela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi
sebagai mahasiswa kita bisa melakukan bela negara dengan cara lain seperti belajar
dengan rajin,tidak menyebarkan berita Hoax dan ujaran kebencian,hidup
bertoleransi,melestarikan budaya,memakai produk Indonesia,berprestasi mengharumkan
nama bangsa di dunia internasional,menjaga nama baik bangsa dan negara.
Kita sebagai mahasiswa tidak boleh acuh terhadap perkembangan pemerintahan
yang ada di negara kita. Kesalahan-kesalahan atas kebijakan yang dilakukan dengan
penguasa harus dikiritik. Mahasiswa harus menjadi generasi yang cerdas dan tidak diam
begitu saja ketika masyarakatnya bergeming. Sebagai mahasiswa kita harus berada di
garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Sebagai mahasiswa juga kita harus memikirkan bagaimana caranya untuk
mengembalikan dan mengubah kondisi negara kita ini agar menjadi negara yang ideal
dan mampu bersaing dengan negara maju yang ada di seluruh dunia. Perubahan tersebut
sangat diperlukan untuk tercapainya sebuah negara yang ideal, namun, dalam

13
pelaksanaannya nanti tidak menghilangkan jati diri sebagai mahasiswa dan Bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang sopan,ramah,bermoral dan memiliki akhlak mulia.
Supaya semua hal itu terwujud,peran mahasiswa sangat-sangat penting
adanya,terlebih sebagai agent of change untuk membuat bangsa dan negara kita menjadi
bangsa yang kuat dan mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya.Maka dari
itu,intinya mahasiswa harus memiliki sikap kritis terhadap dinamika
pemerintahan,apabila terjadi kesalahan dalam pemerintah,mahasiwa harus berani untuk
mengkritik dan memberikan saran untuk yang lebih baik.Mahasiswa harus menjadi
generasi penerus bangsa yang cerdas sehingga dapat memperjuangkan aspirasi
masyarakat.
Sebagai mahasiswa pada zaman modern ini kita dihadapkan dengan keadaan dimana
negara negara berusaha untuk tidak saling berkonflik sehingga prosentase terjadinya
perang akan sangat kecil. Didukung dengan diplomasi negara-negara yang mengarah
pada prisnsip perdamaian maka pelaksanaan wajib militer di rasa belum dibutuhkan, akan
tetapi apabila di buka pendaftaraan untuk pelatihan militer, mahasiswa juga dapat ikut
serta mengikutinya karena ilmu dari pelatihan militer tersebut suatu saat akan bermanfaat
apanila indonesia menghadapi agresi negara lain.
1. Mencintai tanah air
2. Mempunyai tekad yang kuat dalam diri
3. Memiliki kesatuan dan kesatuan didalam masyarakat
4. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata
5. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
6. Menerapkan nilai Pancasila sebagai ideologi negara dalam kehidupan sehari-hari
Namun sebagai mahasiswa ada cara-cara lain kita dapat melaksanakan kewajiban
bela negara, hal lain itu meliputi: Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negri
maupun di luar negri. Budaya merupakan harta suatu bangsa dan alangkah bagusnya
apabila harta tak ternilai tersebut dilestarikan.
Selain melestarikan budaya, mahasiswa juga harus giat belajar demi meraih masa
depan yang gemilang serta dapat membantu kelangsungan pembangunan negara. Ilmu
yang melimpah dari para pelajar apabila di amalkan kepada bangsa ini maka akan
membawa perubahan yang besar. Taat hukum dan aturan-aturan negara juga merupakan
salah satu faktor penting penunjang konseo bela negara. Dengan taat hukum dan disiplin
akan mencerminkan negara yang berkembang serta efektif dalam bertindak.
Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik
secara fisik maupun non fisik. Pembelaan negara secara fisik di antaranya dengan cara
perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara asing terhadap
kedaulatan bangsa. Sementara, pembelaan negara non fisik adalah semua usaha untuk
menjaga bangsa serta kedaulatan negara melalui proses peningkatan nasionalisme.
Nasionalisme adalah negara dan bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta pada
tanah air. Selain itu, pembelaan bisa dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan
dalam berperan aktif untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.

14
Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik
secara fisik maupun non fisik. Pembelaan negara secara fisik di antaranya dengan cara
perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara asing terhadap
kedaulatan bangsa. Sementara, pembelaan negara non fisik adalah semua usaha untuk
menjaga bangsa serta kedaulatan negara melalui proses peningkatan nasionalisme.
Nasionalisme adalah negara dan bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta pada
tanah air. Selain itu, pembelaan bisa dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan
dalam berperan aktif untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.
Bentuk-bentuk bela negara Bentuk bela negara terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Bentuk penyelenggaraan usaha bela negara
Wujud penyelenggaraan keikutsertaan warga negara dalam usaha pembelaan negara bisa
dilakukan melalui:
1. Pendidikan kewarganegaraan
2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
3. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara suka rela atau secara wajib.
4. Pengabdian sesuai dengan profesi
5. Bentuk bela negara di lingkungan
2. Bentuk bela negara di lingkungan masyarakat
Beberapa bentuk bela negara di lingkungan sebagai berikut:
1. Ikut serta menanggulangi akibat bencana alam
2. Ikut serta mengatasi kerusakan masal dan komukal
3. Keamanan rakyat yaitu berpartisipasi langsung di bidang keamanan.
4. Perlawanan rakyat yaitu bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang
pertahanan.
5. Pertahanan sipil yaitu kekuatan rakyat yang merupakan kekuatan pokok.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
2. Membentuk keluarga yang sadar hokum
3. Meningkatkan iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi di
lingkungan sekolah.
4. Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah
5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat.
6. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama.
7. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku
8. Membayar pajak tepat pada waktunya

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertahanan dan keamanan negara Indonesia diatur dalam Undang Undang Dasar
1945 pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) sebagai berikut
a. Ayat 1 pasal 30 UUD 1945 berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
b. Ayat 2 pasal 30 UUD 1945 berbunyi: “Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.”
Maka dengan demikian bahwa sistem pertahanan dan kemanan negara Indonesia
dilaksanakan dengan sistem rakyat semesta dengan Tentara Nasional dan Kepolisian
Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Kewajiban bela negara bagi warga negara diatur dalam pasal 27 ayat ayat (3) UUD
1945 berbunyi: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara.” Bela negara juga diartikan sebagai suatu sikap dan prilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara.
Unsur Dasar Bela Negara
1. Cinta Tanah Air
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
Dalam pelaksanaannya tiap-tiap warga negara itu berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara dan syarat tentang pembelaan diatur di dalam undang-undang.
Sebagai generasi muda Indonesia dalam upaya bela negara, mahasiswa memiliki peran
yang sangat penting adanya, terlebih sebagai agent of change untuk membuat bangsa dan
negara kita menjadi bangsa yang kuat dan mampu bersaing dengan negara-negara maju
lainnya.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
2. Membentuk keluarga yang sadar hokum
3. Meningkatkan iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi di
lingkungan sekolah.
4. Kesadaran untuk menaati tata tertib dimanapun kita berada
5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat.
6. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama.
7. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku

16
B. Saran

Sebagai warga negara khususnya generasi muda Indonesia sudah menjadi


tanggung jawab dan kewajiban kita dalam upaya bela negara, sebagai mahasiswa kita
memiliki peran yang sangat penting adanya, terlebih sebagai agent of change untuk
membuat bangsa dan negara kita menjadi bangsa yang kuat dan mampu bersaing dengan
negara-negara maju lainnya.
Giat belajar demi meraih masa depan yang gemilang serta dapat membantu
kelangsungan pembangunan negara adalah salah satu dari berbagai cara yang dapat
dilakukan guna upaya bela negara. Taat hukum dan aturan-aturan negara juga merupakan
salah satu faktor penting penunjang konseo bela negara. Dengan taat hukum dan disiplin
akan mencerminkan negara yang berkembang serta efektif dalam bertindak

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Dr.Ir.Zainal Abidin, D. P. (2014). Pendidikan Bela Negara. Surabaya.
Indonesia, K. P. (2016). Naskah Akademik Keamanan Nasional. Jakarta: Kementerian
Pertahanan Republik Indonesia.
Indonesia, L. K. (Jakarta). Modul Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional
Republik Indonesia. 2016: Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
Kemhan, P. P. (2017). Bela Negara Dalam Persfektif Strategi dan Kebijakan Pertahanan
Negara. Jakarta.
Lubis Yunawan, S. M. (2017). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
PT.Gramedia.
Jurnal
Bunga Rampai APHA Indonesia, “Melihat Covid-19 dari Perspektif Hukum Adat”
Chakraborty, I dan P. Maity, 2020, Covid-19 Outbreak: Migration, effects on society, global
environment and prevention. Science of the Total Environment. 728 (2020) 13882.
Torales, J. dkk., 2020, The Outbreak of COVID-19 Coronavirus and its impact on global
mental health. International Journal of Social Psychiatry 2020, Vol. 66, No. 4, hh.
317–320
Totten, R, J., 2015, Epidemics, National Security and US immigration. Defense and
Security Analysis, Vol. 31, No. 3, hh. 199-212.
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11046/8287
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/article/download/3200/2881

18
Lampiran:
BERITA ACARA DISKUSI

Hari/Tanggal : Senin, 29 Maret 2020

Tempat : Via Group Chat WhatsApp

Agenda diskusi : Pembagian materi kepada masing-masing anggota kelompok

 Anggota kelompok yang hadir: Vita, Puji dan Deklia (semua anggota hadir).
 Ringkasan proses diskusi:
Pada Hari Senin, 29 Maret 2020 kami melakukan diskusi secara daring melalui
Group Chat WhatsApp. Dalam diskusi ini kami membahas materi yang kami
dapat, kemudian membagi materi kepada kepada masing-masing anggota.

Berikut lampiran bukti saat diskusi :

19
20

Anda mungkin juga menyukai