Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017

IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

Desain Pembelajaran ELPSA pada Materi Operasi Aljabar

Muhbahir
Madrasah Tsanawuyah Negeri 1 Mataram, Kota Mataram
muhbahir@gmail.com

Abstrak
Banyak peserta didik yang kesulitan memahami konsep tentang bentuk aljabar maupun operasi
bentuk aljabar. Salah satunya karena dalam mengajarkan materi Aljabar guru langsung
menyampaikan simbol-simbol berupa huruf yang dikenal dengan variabel. Untuk itu perlu
dirancang desain pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengkontruksi sendiri pemahamannya tentang konsep bentuk aljabar. Salah satu desain
pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini adalah desain pembelajaran berkerangka
ELPSA. ELPSA sendiri singkatan dari experience, language, pictorial, symbol, dan application.
Ini adalah merupakan tahapan-tahapan dalam desain pembelajaran berkerangka ELPSA. Tulisan
ini mencoba membahas tentang desain pembelajaran berkerangka ELPSA pada materi Aljabar.
Pembelajaran diawali dengan mengekplorasi pengalaman peserta didik yang berkaitan dengan
aljabar yang merupakan tahapan experience. Selanjutnya dalam tahap language peserta didik
diarahkan untuk memahami adanya hal-hal terkait nilai atau bilangan secara umum yang belum
diketahui. Pada tahap pictorial peserta didik menggambarkan ataupun memisalkannya yang
kemudian diharapkan peserta didik mampu menyimpulkan bentuk aljabarnya yang merupakan
bentuk symbol. Terahir untuk memantapkan pemahaman peserta didik tentang aljabar, peserta
didik menerapkan/mengaplikasikan pengetahuannya untuk mengerjakan soal-soal yang lebih
menantang.

Kata kunci: Aljabar, Desain Pembelajaran berkerangka ELPSA.

PENDAHULUAN
Aljabar (Algebra) adalah merupakan salah satu cabang matematika yang sangat penting untuk
membantu menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari secara matematis. Ada dua tahap
dalam menyelesaikan permasalahan keseharian secara aljabar yaitu menterjemahkan
permasalahan keseharian/soal cerita kedalam kalimat matematika yang biasanya merupakan
bentuk aljabar, kemudian melakukan operasi terhadap bentuk aljabar tersebut untuk mencari
penyelesaiannya. Bentuk aljabar sendiri memuat simbol-simbol matematika yang tidak hanya
angka tapi juga huruf yang dikenal dengan variabel. Sebagaimana disampaikan oleh De Cruz dan
De Smedt (2013), bahwa simbol-simbol matematika memungkinkan untuk melakukan operasi
atau perhitungan-perhitungan. Jika peserta didik memahami konsep terkait simbol-simbol
matematika tersebut dengan baik, maka dapat menggunakannya secara efektif dan bermakna.
Jika tidak maka peserta didik hanya akan berkutat dengan simbol-simbol tanpa makna. Sehingga
kurang bijaksana jika simbol-simbol matematika langsung diberikan tanpa melalui tahapan-
tahapan yang memungkinkan peserta didik untuk mengkontruksi pemahamannya terhadap
konsep terkait simbol tersebut.

68
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan pengamatan penulis guru-guru sering menyampaikan materi pembelajaran


langsung pada simbol-simbol yang abstrak tanpa mengkorelasikan terlebih dahulu simbol-
simbol tersebut dengan hal-hal kongkrit yang mudah dipahami peserta didik. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan, Plomp & Gravemeijer (2013) yang menyatakan
bahwa kebanyakan guru dalam mengajar matematika lebih suka pendekatan tradisional. Topik-
topik yang diajarkan jauh dari kehidupan sehari-hari peserta didik. Bahkan guru sendiri kadang-
kadang tidak tahu kegunaan dari topik yang mereka ajarkan. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran peserta didik hanya berkutat dengan simbol-simbol yang dia sendiri tidak
memahami apa maksud simbol-simbol tersebut. Pembelajaran seperti ini tentu akan
membosankan dan menyebabkan peserta didik kurang tertarik mememahami matematika.
Akibatnya daya nalar peserta didik kurang berkembang dan kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah rendah. Banyak peserta didik yang ketika dihadapkan pada permasalahan
matematika selalu menayakan jalan pintasnya/cara cepatnya. Mereka kurang sabar dalam
menjalani proses matematika untuk menemukan sesuatu. Sejalan dengan kondisi ini Jalal et al.
(2009) menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis terhadap video pembelajaran matematika
di Indonesia yang dilakukan oleh TIMSS, pengajaran guru-guru matematika di Indonesia kurang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan penalaran dan kemampuan
pemecahan masalah.

Oleh karena itu penting bagi seorang guru untuk senantiasa melakukan inovasi-inovasi baru
dalam pembelajaran, agar pembelajaran lebih bervariasi dan peserta didik lebih tertarik dan aktif
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini menuntut guru untuk senantiasa menambah
pengetahuan dan wawasannya, tidak hanya pada kemampuan profesionalnya tetapi juga
kemampuan pedagogiknya antara lain kemampuan dalam menyusun strategi, pendekatan, model,
metode maupun pembelajaran.

Salah satu desain pembelajaran matematika yang saat ini tengah dikembangkan adalah desain
pembelajaran berkerangka ELPSA (Experiences, Language, Pictures, Symbols, Application).
Adiwijaya (2014) menyatakan bahwa ELPSA adalah merupakan sebuah kerangka desain
pembelajaran yang dibuat secara khusus untuk konteks Indonesia sebagai hasil dari analisis data
video TIMSS. Kerangka ini pertama kali digunakan dalam mendesain Modul Geometri untuk
guru Matematika SMP yang digunakan di forum MGMP. Kerangka pembelajaran ini sekarang
tengah dikembangkan di seluruh kabupaten/kota di Privinsi Nusa Tenggara Barat melalui
tahapan-tahapan pelatihan di LPMP dan melalui kegiatan MGMP ELPSA. Kegiatan ini
terselenggara atas kerja sama Universitas Canberra dengan IKIP Mataram, LPMP NTB, Dinas
Dikpora NTB dan Kanwil Kemenag NTB. Kerangka pembelajaran ELPSA ini diyakini mampu

69
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

memacu guru untuk senantiasa melakukan inovasi-inovasi pembelajaran sehingga dapat


meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

KERANGKA PEMBELAJARAN ELPSA


Kerangka pembeljaran ELPSA disusun oleh tim RIPPLE (Research Institute for Professional
Practice, Learning & Education) yang diketuai oleh Prof. Tom Lowrie dari Charles Sturt
University Australia. ELPSA merupakan sebuah kerangka desain pembelajaran yang dibuat
secara khusus untuk konteks Indonesia sebagai hasil dari analisis data video TIMSS. ELPSA
dikembangkan dengan menganut pada teori-teori pembelajaran konstruktivisme dan sifatnya
sosial. Dalam kerangka ELPSA proses pembelajaran adalah suatu proses yang menuntut peserta
didik untuk aktif dimana para peserta didik mengkonstruksi sendiri caranya dalam memahami
sesuatu dimulai dari hal-hal yang telah diketahui peserta didik melalui proses berpikir secara
individu dan interaksi sosial dengan orang lain. Oleh karena itu Lowrie dan Patahuddin (2015)
mengemukakan bahwa ELPSA penting untuk konteks Indonesia untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran matematika agar peserta didik di Indonesia bisa belajar matematika secara
bermakna dan mampu menerapkannya dalam memecahkan permasalahan yang lebih kompleks.

Lowrie dan Patahudin (2015) juga menjelaskan bahwa Kerangka Pembelajaran ELPSA
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang sifatnya tidak linier tetapi bersiklus. Rancangan
ini menyajikan ide-ide matematika melalui pengalaman-pengalaman hidup, percakapan
matematika, rangsangan visual, notasi simbol, dan aplikasi pengetahuan. Dengan kata lain bahwa
kerangka pembelajaran ELPSA terdiri dari lima komponen, yaitu: E (Experience = pengalaman);
L (Language = bahasa); P (Pictorial = gambar); S (Symbol = simbol); dan A (Application =
aplikasi). Ini adalah merupakan tahapan-tahapan dalam desain pembelajaran berkerangka ELPSA
yang harus dilalui peserta didik dalam mengkontruksi pemahamannya terhadap suatu topik
pembelajaran. Ibarat naik anak tangga tidak langsung menapaki anak tangga tertinggi tetapi anak
tangga demi anak tangga dilalui sehingga peserta didik diharapkan bisa mencapai puncak
pemahamannya dengan nyaman.

Penerapan kerangka ELPSA dalam satu tatap muka tidak harus memuat semua tahapan
ELPSA. Tahapan pembelajaran harus urut mengikuti pola ELPSA dan jika dipandang perlu
penekanan kembali pada tahapan yang telah dilalui maka hanya boleh mundur satu tahap. Tabel
1 berikut adalah contoh pola tahapan pembelajaran berkerangka ELPSA yang diperbolehkan dan
yang tidak.

70
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

Tabel 1 berikut adalah contoh pola tahapan pembelajaran berkerangka ELPSA

No Pola Tahapan Keterangan Catatan


1 ELPSA √ Normal
2 PSLP x Mundur dua tahap
3 PSPS √ Mundur satu tahap
4 ASP x Terbalik
5 ELP √ Normal
6 S √ TM sebelumnya harus P atau S
10 ELS  Lompat

DESAIN PEMBELAJARAN ALJABAR DALAM KERANGKA ELPSA


Dalam menyusun sebuah desain pembelajaran, acuan pertama yang digunakan tentunya
adalah standar isi kurikulum yakni Kompetensi Dasar (KD) apa yang ditetapkan dalam
kurikulum tersebut. Kompetensi Dasar yang terkait dengan materi Aljabar dalam kurikulum 2013
adalah 3.5 Menjelaskan bentuk aljabar dan melakukan operasi pada bentuk aljabar (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian) dan 4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bentuk aljabar dan operasi pada bentuk aljabar.

Berikut adalah salah satu alternatif tahapan kegiatan pembelajaran berkerangka ELPSA untuk
menghantarkan siswa memahami bentuk aljabar.

Tahap Experience/Pengalaman
Tahap Experience dalam kegiatan pembelajaran berkerangka ELPSA adalah mengeksplorasi
pengalaman siswa baik secara pribadi maupun sosial yang berkaitan dengan aljabar dan
menghubungkannya dengan pengetahuan/pengalam baru yang akan dipelajarinya yakni tentang
bentuk aljabar. Dalam kerangka kerja ELPSA pengalaman adalah pondasi bagi siswa menuju
pada pengalaman belajar baru (Lowrie dan Patahuddin, 2015).
Komponen experience bisa dieksplorasi antara lain dengan mengajukan pertanyaan : “Masih
ingatkah kalian tentang operasi bilangan bulat? Coba sebutkan jenis-jenis operasi pada bilangan
bulat!” Selanjutnya guru bisa melanjutkan
pertanyaannya antara lain : “Siapa bisa menjelaskan apa
perbedaan antara 2 x 4 dengan 4 x 2?”
Kemungkinan jawaban yang diberikan siswa adalah :
- 2 x 4 yaitu empatnya dua kali sedangkan 4 x 2
adalah duanya empat kali
- Dua kali empat artinya 4 + 4 sedangkan empat
kali dua adalah 2 + 2 + 2 + 2

71
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

Kemungkinan jawaban lainnya siswa menjawab kebalikan dari dua jawaban diatas. Selanjutnya
guru bisa menggunakan benda kongkrit seperti dua kotak spidol pada gambar di samping. Guru
mengeksplorasi pendapat siswa tentang banyaknya spidol untuk membantu mengkontruksi
kembali dan memantapkan pemahaman siswa tentang makna perkalian.
Maksud dari dilakukannya aktivitas diatas adalah bahwa guru perlu melakukan assessment
tentang apa yang telah diketahui siswa dan pengatahuan mana yang masih perlu diperkuat
sebelum siswa diajak pada pengetahuan/pengalaman baru. Contoh kotak spidol bisa juga
digunakan sebagai jembatan pada pengetahuan baru husunya tentang variabel yang menjadi
komponen penting dalam bentuk aljabar, yakni ketika banyak isi kotak tidak diketahui.

Tahap Language/Bahasa
Tahapan Language (Pengembangan bahasa) dalam ELPSA adalah merupakan kegiatan
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan bahasa matematika tertentu agar dimaknai oleh
pembelajar (Wijaya, 2014). Istilah matematika yang penting dalam pelajaran Aljabar adalah
bentuk aljabar itu sendiri yang didalamnya memuat istilah variabel, konstanta, koefisien dan suku
sejenis. Guru harus memastikan bahwa siswa tidak salah pemahamannya terhadap istilah-istilah
tersebut, terutama ketika guru menyebutkan huruf a sebagai variabel jangan sampai siswa
menganggap huruf a yang dimaksud guru sama dengan huruf a pada kata “ada”. Sebelumnya
guru perlu mengingatkan bahwa angka adalah merupakan simbol/lambang yang melambangkan
bilangan. Yakni untuk sesuatu yang bilangannya jelas maka dilambangkan dengan angka.
Sedangkan untuk sesuatu yang bilangannya tidak diketahui seperti jumlah benda dalam kotak
tertutup yang tidak diketahui banyaknya dilambangkan dengan huruf yang disebut variabel. Perlu
juga guru menunjukkan manfaat lambang ini dalam memudahkan operasi atau perhitungan
melalui contoh. Misalnya terdapat sembilan saudagar kambing yang masing-masing memiliki
125 ekor. Tentu akan susah menentukan jumlah kambing kesembilan saudagar tersebut jika tidak
ada angka 9 yang melambangkan bilangan sembilan dan angka 125 yang melambangkan
bilangan seratus dua puluh lima.
Untuk membantu siswa memahami tentang variabel, konstanta dan koevisien Guru bisa
memberikan ilustrasi dari kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh sebuah toko mainan mendapat
kiriman paket boneka figur pasukan yang dipesannya dari distributor. . Dari contoh diatas Guru
bisa membimbing/memandu siswa untuk menjawab pertanyaan berikut :
- Manakah isi kemasan yang bisa dilambangkan dengan angka dan manakah isi kemasan
yang harus dilambangkan dengan huruf/variabel?
- Adakah isi kemasan yang bisa dilambangkan dengan variabel yang sama? Yang mana?
Banyaknya berapa?

72
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

Dari pertanyaan-pertanyaan diatas diharapkan siswa bisa membangun pemahamannya tentang


istilah konstanta, variabel, koefisien serta suku sejenis yang tentunya dengan arahan guru karena
ini adalah hal baru bagi siswa.
Tahap Pictorial/Gambar
Pictorial dalam ELPSA adalah merupakan visualisasi penyajian ide-ide matematika.
Bentuk visualisasinya bisa berupa benda kongkrit, model, gambar, tabel ataupun
pemisalan menggunakan deskripsi kalimat. Visualisasi dapat merangsang siswa untuk
berpikir matematis. Untuk itu guru perlu mempertimbangkan visualisasi yang
bagaimana yang lebih efektif menghantarkan siswa sampai pada tahap pemahaman
Symbol dari tahapan ELPSA (Lowrie dan Pattahudin, 2015).

Gambar di atas adalah contoh visualisasi dari banyaknya boneka figure pasukan yang
dipesan oleh toko mainan. Dengan melihat gambar di atas siswa akan terbantu dalam
menentukan simbol yang mereprentasikan banyaknya boneka.
Tahap Symbol/Simbol
Symbol adalah bahasa matematika yang padat isi universal sehingga bisa dipahami
oleh siapa saja meski dengan latar belakang bahasa yang berbeda-beda, symbol juga
bisa berupa hasil kesepakatan sehingga bentuk kesepakatan tersebut perlu disampaikan
kepada peserta didik (Lowrie dan Pattahudin, 2015). Dalam tahapan ELPSA symbol
tidak bisa berdiri sendiri tetapi sangat terkait dengan tahapan lain terutama language
dan pictorial. Kegiatan pembelajaran pada tahap ini guru dapat mengubah atau
melakukan transisi representasi dari pictorial ke symbol. Jika simbol untuk banyak
boneka pada kotak kecil x dan banyak boneka dalam kotak besar y maka representasi
pictorial dari banyak boneka adalah :

5
x x y
73
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

Representasi symbol dari gambar di atas adalah 2x + y + 5 dengan 2 disebut koefisien, x dan
y disebut variabel dan 5 disebut konstanta. Representasi ini adalah merupakan representasi
aljabar atau bentuk aljabar. Tahapan ELPSA pada materi bentuk aljabar cukup sampai pada
“S”. Untuk mencapai tahap “S” pada materi bentuk aljabar komponen “L” dan “P” memiliki
peran yang sangat penting dan saling terkait erat. Untuk itu guru bisa membuat LKS untuk
merangsang aktivitas belajar siswa sekaligus memantau perkembangan kontruksi pemahaman
menuju “S” seperti berikut:

Bahasa Gambar

Toko A menerima paket boneka yang


Dikemas dalam dua kotak kecil,
satu kotak besar dan satu
kemasan plastik yang
berisi lima buah

Simbol

2x + y + 5

OPERASI ALJABAR
Pada pokok bahasan/materi operasi aljabar kegiatan pembelajaran berkerangka ELPSA
berikut ini bisa jadi alternatif :
Experience
Siapkan empat model bangun datar terdiri atas persegi dan persegi panjang sedemikian rupa
sehingga keempatnya bisa disusun menjadi sebuah persegi panjang baru.

Mintalah siswa menghitung luas masing-masing model, kemudian menyusunnya menjadi


persegipanjang baru dan hitung pula luasnya. Guru mengarahkan diskusi siswa sampai pada

74
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

menyimpulkan perbandingan luas persegi panjang baru dengan jumlah luas bangun
penyusunnya.
Language
Pada tahap ini guru memberikan model bangun datar seperti tahap experience tetapi dengan
sebagian ukuran model berupa variable. Aktivitas siswa sama seperti tahap experience. Disini
guru harus memastikan ketepatan siswa dalam memaknai bahasa matematika yang muncul
khususnya terkait dengan aljabar.
Pictorial
Menggunakan model persegi panjang yang disusun pada tahap Language guru memberikan
pengalaman mengenal konsep operasi aljabar khususnya operasi penjumlahan dan operasi
perkalian suku dua. Dilanjutkan visualisasi perkalian aljabar suku dua berupa tabel perkalian
sebagai tahapan menuju Symbol.
x 3

x x2 3x

y xy 3y

x 3

x …

y …

Symbol
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah melakukan transisi dari
representasi gambar ke representasi symbol. Dari tahapan pembelajaran ELPSA khususnya
Language dan Pictorial diharapkan siswa bisa mengkonstruksi sendiri alur perkalian bentuk
aljabar seperti berikut (untuk suku dua).

Aplication
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru adalah berusaha memahamkan
signifikansi proses belajar dengan dengan mengaplikasikan pengetahuan baru dalam
memecahkan masalah. Pada kurikulum 2013 setiap kompetensi dasar pada aspek kognitif selalu

75
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

diikuti oleh aspek pemecahan masalah, sehingga kurikulum 2013 lebih kaya dengan pemecahan
masalah. Pemecahan masalah inilah yang pada dasarnya adalah merupakan aplikasi dari
pengetahuan baru yang telah diperoleh yang biasanya berupa soal-soal yang lebih menantang.
Berikut adalah contoh soal aplikasi
1 1 1 1 1
1. Diketahui bahwa (1 + ) (1 + ) (1 + ) (1 + ) … (1 + ) = 11. Berapakah nilai n
2 3 4 5 𝑛

yang memenuhi?
Petunjuk :
a. Sederhanakan bilangan yang di dalam kurung.
b. Amati pola perkalian beberapa bilangan awal.
c. Dengan mengamati, tentukan nilai n yang yang memenuhi persamaan di atas.
2. Ketika tuan Felix dihadapkan dengan soal berbentuk √2.374x2.375x2.376x2.377 + 1,
dia tidak mengalikan satu persatu bilangan-bilangan yang ada, yang dia lakukan adalah
menjumlahkan 2.374 dengan kuadrat dari 2.375. Benarkah jawabannya? Bisakah
jawabannya dipertanggungjawabkan untuk setiap bentuk dengan pola seperti itu?

SIMPULAN DAN SARAN


Penting bagi seorang guru untuk senantiasa melakukan inovasi-inovasi baru agar
pembelajaran lebih bervariasi dan peserta didik lebih tertarik dan aktif untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Hal ini menuntut guru untuk senantiasa menambah pengetahuan dan
wawasannya, tidak hanya pada kemampuan profesionalnya tetapi juga kemampuan
pedagogiknya antara lain kemampuan dalam menyusun strategi, pendekatan, model, metode
maupun pembelajaran.

Salah satu desain pembelajaran matematika yang saat ini tengah dikembangkan adalah desain
pembelajaran berkerangka ELPSA yang terdiri lima tahap yaitu Experiences, Language,
Pictures, Symbols dan Application. ELPSA adalah merupakan sebuah kerangka desain
pembelajaran yang telah dikembangkan secara khusus untuk konteks Indonesia sebagai hasil dari
analisis data video TIMSS.

Kerangka ELPSA menyajikan ide-ide matematika secara bertahap mulai dari pengalaman-
pengalaman hidup, percakapan matematika, rangsangan visual, notasi simbol, dan aplikasi
pengetahuan. Ibarat naik anak tangga tidak langsung menapaki anak tangga tertinggi tetapi anak
tangga demi anak tangga dilalui sehingga peserta didik diharapkan melalui pembelajaran
berkerangka ELPSA bisa mencapai puncak pemahamannya dengan nyaman.

76
Prosiding Seminar ELPSA, 3 April 2017
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat

DAFTAR PUSTAKA
As’ari A. R., Tohir M., Valentino E., Imron Z.,& Taufiq I. (2016). Matematika untuk SMP/MTs
kelas VII Semester 1, Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
De Cruz, H., & De Smedt, J. (2013). Mathematical symbols as epistemic actions. Synthese,
190:3-19. DOI: 10.1007/s11229-010-9837-9
Fauzan, A., Plomp, T., & Gravemeijer, K. (2013). The development of an RME-based geometry
course for Indonesian primary schools. In T. Plomp, & N. Nieveen (Eds.), Educational
design research – Part B: Illustrative cases (pp. 159-178). Enschede, the Netherlands:
SLO
Jalal, F., Samani, M., Cahang, M. C., Stevenson, R., Ragatz, A. B., & Negara, S. D. (2009).
Teacher certification in Indonesia: A strategy for teacher quality improvement. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia.
Lowrie, T. dan Patahuddin, S.M. (2015). ELPSA–Kerangka kerja untuk merancang
pembelajaran matematika. Jurnal Didaktik Matematika, 2(1), 94-108.
McSeveny A., Conway R., & Wilkes S. (2011). New Signpost Mathematics Enhanced 8 : Stage
4, Pearson Education Australia.
Wijaya, A. (2014). Pengenalan desain pembelajaran ELPSA (experiences, language, pictures,
symbols, application). Makalah. PPPPTK Matematika Yogyakarta.

77

Anda mungkin juga menyukai