Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAM HIV AIDS


(Dampak Pada Aspek Psikologi, Sosial Dan Spiritual Pada Passien
HIV AIDS )

Disusun Oleh:
Kelompok II
1901404071 Nurhayati Kasim
19011404072 Jesika Mananggel
19011404075 Jeklin Manaping
19011404077 Titi Suryani Arum Tampilang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2020
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunan-Nya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Dampak Pada Aspek Psikologi, Sosial, Dan
Spiritual Pada Pasien HIV AIDS” ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
keperawatan HIV AIDS.

Selama penyusunan makalah ini, kami dihadapkan pada berbagai kendala baik
secara materi maupun dalam teknik kamian. Namun berkat ketekunan dan bantuan dari
berbagai pihak kendala-kendala tersebut dapat terlewati dan akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu
maka kami berharap kritik dan saran yang membangun demi melengkapi makalah ini.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Manado, 04 Maret 20202

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

Daftar Tabel ................................................................................................................... iii

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

Bab II : Tinjauan Teoritis

A. Dampak Aspek Psikologi Pada Pasien HIV AIDS ................................................. 3


B. Dampak Sosial Pada Pasien HIV AIDS ................................................................. 7
C. Dampak Spiritual Pada Pasien HIV AIDS ............................................................. 8

Bab III : Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 11

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Reaksi Psikologi Pada Pasien HIV AIDS............................................................................3

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
HIV AIDS kini bukan menjadi suatu yang baru lagi ditelinga kita. Acquired
Immuno Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan sekumpulan gejala-gejala
penyakit yang ditimbulkan karena sistem kekebalan tubuh manusia telah terserang
Human Immune Deficiency Virus (HIV) (Iman, 2011 dalam Khasanah, 2014).
Virus HIV sebagai penyebab dari AIDS ditemukan atau menyebar melalui
cairan tubuh seperti darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu. Virus tersebut
masuk dan merusak kekebalan tubuh manusia sehingga mnyebabkan turunya ataupun
hilangnya kekebalan tubuh manusia sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi
lainnya (Nursalam, dkk 2014).
Walaupun penyakit ini sudah begitu sering kita dengar disekeliling kita. Tapi,
pada kenyataannya penyakit ini masih menjadi masalah yang sangat dibenci, di takuti
dan bahkan penderitanya akan di asingkan dari masyarakat. Karena hingga saat ini
masih begitu banyak masyarakat yang menganggap penyakit ini sebagai suatu
kutukan. Sehingga dampak yang diterima bukan hanya secara fisik saja, tapi dari
askepk psikologis, sosial dan spiritual juga dapat terganggu.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Jelaskan bagaimanakah dampak dari aspek psikologis yang dialami oleh pasien
HIV AIDS !
2. Jelaskan bagaimanakah dampak sosial yang dialami oleh pasien HIV AIDS !
3. Jelaskan bagaimanakah dampak spiritual yang dialami oleh pasien HIV AIDS !

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan HIV AIDS tentang “ Dampak Pada Aspek Psikologi, Sosial dan
Spiritual Pada Pasien HIV AIDS”

1
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah untuk :
4. Mengetahui bagaimanakah dampak dari aspek psikologis yang dialami oleh
pasien HIV AIDS
5. Mengetahui bagaimanakah dampak sosial yang dialami oleh pasien HIV AIDS
6. Mengetahui bagaimanakah dampak spiritual yang dialami oleh pasien HIV
AIDS

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Dampak Pada Aspek Psikologi pada Pasien HIV AIDS


Tahapan reaksi psikologis pada pasien HIV menurut Grame Stewart (1997) dalam
Nursalam dan Ninuk Dian (2007) adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Reaksi Psikologi Pada Pasien HIV AIDS


Hal-hal yang biasa
No. Reaksi Respon Psikologis
dijumpai
1. Shock (kaget, Merasa bersalah, marah, Rasa takut, hilang akal,
goncangan batin) tidak berdaya frustasi, rasa sedih, susah
2. Mengucilkan diri Merasa cacat dan tidak Khawatir menginfeksi orang
berguna, menutup diri lain, murung
3. Membuka status secara Ingin tau reaksi orang lain, Penolakan, stress,
terbatas penghilang stress, ingin konfrontasi
dicintai
4. mencari orang lain yang Berbagi rasa, pengenalan, Ketergantungan, campur
HIV positif kepercayaan, penguatan, tangan, tidak percaya pada
dukungan sosial pemegang rahasia dirinya
5. Status khusus Perubahan keterasingan Ketergantungan, dikotomi
menjadi manfaat khusus, kita dan mereka (sema orang
perbedaan menjadi hal yang dilihat sebagai terinfeksi
istmewa, dibutuhkan oleh HIV dan direspon seperti
yang lainnya itu), over identification
6. Perilaku mementingkan Komitmen dan kesatuan Pemadaman, reaksi dan
orang lain kelompok, kepuasan kompensasi yang berlebihan
memberi dan berbagi,
perasaan sebagi kelompok
7. Penerimaan Integrasi status positif HIV Apatis, sulit berubah
dengan identitas diri,
keseimbangan antara
kepentingan orang lain
dengan diri sendiri, bisa
menyebutkan kondisi
seseorang

Menurut Djoerban (1999) dalam Nur Khansanah (2014) menjelaskan ada


beberapa dampak yang dialami oleh penderita HIV AIDS, yaitu:
1. Depresi
2. kecemasan
3. merasa tertekan
4. merasa tidak berguna
5. keyakinan diri yang rendah
6. memiliki keinginan untuk bunuh diri

3
Secara psikologis ada tujuh masalah psikososial terkait dengan masalah
emosional, yaitu (Athfi, 2017):
1. Rendah diri
2. Depresi
3. Panik
4. Rasa malu
5. kesepian
6. Permusuhan
7. Agresi

Masalah psikososial pasien HIV AIDS meliputi : khawatir, frustasi, kesedihan,


berduka, ketakutan anggota keluarga menjadi terinfeksi, perasaaan marah serta depresi,
dan ketakutan menghadapi kematian (WHO, 2006; Smelttzer, et all, 2010, dalam
Amini, 2019). Temuan yang didapatkan menunjukan ketika didiagnosa HIV AIDS
pasien merasa “drop”, kaget, takut, marah, jengkel, malu, sedih dan tidak percaya
(Amini, 2019).

Coping tres yang biasanya digunakan oleh penderita ODHA memiliki


kecenderungan untuk melakukan emotional focus coping dari pada problem focus
coping (Amini, 2019).

1. Problem focus coping merupakan usaha individu yang secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stress. Problem focus coping terdiri dari:
a. Convrontative coping, usaha untuk mengubah keadaan yang menekn dengan
cara agresif
b. Seeking social support, yaitu usaha untuk mendapat kenyamanan dan bantuan
informasidari orang lain untuk menyelesaikan masalahnya
c. Planful problem solving, yaitu usaha untuk mengubah keasdaan yang dianggap
menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap dan analitis
2. Emotion focus coping merupakan usaha individu untuk mengatur emosinya dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu
kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Emotion focus coping terdiri dari:
a. Seeking Social Emitional Support, yaitu usaha untuk memperoleh dukungan
secara emosional maupun sosial dari orang lain.
b. Self control, yaitu usaha untuk mengatur peraaan ketika menghadapi situasi
yang menekan
c. Distancing, yaitu usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, perti
menhindari dari permaalahan seperti tidak terjadi apa-apa, atau menciptakan
pandngan positif seperti menganggap maalah sebagai lelucon
d. Positive reappraisal, yaitu usaha mecari makna positif dari permasalahan yang
berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang
berbau religious

4
e. Accepting responsibility, yaitu usaha untuk menyadari tanggung jawab diri
sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerimanya
untuk membuat semuanya lebih baik

Respons/reaksi Psikologis terhadap Penyakit, Kubler „Ross (1974) dalam


Nursalam dan Ninuk Dian (2007) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang
terhadap penyakit, yaitu :
1. Pengingkaran (denial)
Pada tahap pertama pasien menunjukkan karakteristik perilaku
pengingkaran, mereka gagal memahami dan mengalami makna rasional dan
dampak emosional dari diagnosa. Pengingkaran dapat dinilai dari ucapan
pasien “saya di sini istirahat.” . Pengingkaran diri yang mencolok tampak
menimbulkan kecemasan, pengingkaran ini merupakan buffer untuk menerima
kenyataan yang sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat sementara dan
segera berubah menjadi fase lain dalam menghadapi kenyataan (Achir Yani,
1999 dalam Nursalam & Ninuk Dian, 2007). Pada fase ini biaanya timbul
perasaan menolak mmempercayai sebagai suatu kebenaran, menjadi gelisah,
menyangkal, gugup dan kemudian menyalahkan hasil diagnosis, penyangkalan
ini biasanya menjadi suatu mekanisme perlindungan psikologis (Amini, dkk
2019).
2. Kemarahan (anger)
Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi makan akan berubah
menjadi kemarahan. Perilaku pasien secara karakteristik dihubungkan dengan
marah dan rasa bersalah. Pasien akan mengalihkan kemarahan pada segala
sesuatu yang ada disekitarnya. Biasanya kemarahan diarahkan pada dirinya
sendiri dan timbul penyesalan. Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan
adalah perawat, semua tindakan perawat serba salah, pasien banyak menuntut,
cerewet, cemberut, tidak bersahabat, kasar, menantang, tidak mau bekerja
sama, sangat marah, mudah tersinggung, minta banyak perhatian dan iri hati.
Jika keluarga mengunjungi maka menunjukkan sikap menolak, yang
mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan menyebabkan bentuk
keagresifan (Hudak & Gallo, 1996 dalam Nursalam & Ninuk Dian, 2007).
Secara tidak sadar respon psikologis akan berkembang menjadi raa bersalah
terhadap dirinya sendiri yang telah terinfeksi, marah terhadp dirinya sendiri

5
atau orang yang telah menularinya, tidak berdaya serta kehilangan konrol akan
dirinya (Amini, dkk 2019).
3. Sikap tawar menawar (bargaining)
Setelah marah-marah berlalu, pasien akan berfikir dan merasakan bahwa
protesnya tidak ada artinya. Mulai timbul rasa bersalahnya dan mulai membina
hubungan dengan Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri yang jelas yaitu
pasien menyanggupi akan menjadi lebih baik bila terjadi sesuatu yang
menimpanya atau berjanji lain jika dia dapat sembuh (Achir Yani, 1999 dalam
Nursalam & Ninuk Dian, 2007).
4. Depresi
Ketika negosiasi tidak menolong dan sudah tidak ada harapan lagi, pasien akan
memasuki masa dimana pasien merasa sedih/ berkabung mengesampingkan
marah dan pertahanannya serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif.
Tingkat emosional adalah kesedihan, tidak berdaya, tidak ada harapan,
bersalah, penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu untuk menangis berguna
pada saat ini. (Netty, 1999 dalam Nursalam dan Ninuk Dian, 2007).
5. Penerimaan dan partisipasi
Sesuai dengan berlalunya waktu dan pasien beradapatasi, kepedihan dari
kesabatan yang menyakitkan berkurang dan bergerak menuju identifikasi
sebagai seseorang yang keterbatasan karena penyakitnya dan sebagai seorang
cacat. Pasien mampu bergantung pada orang lain jika perlu dan tidak
membutuhkan dorongan melebihi daya tahannya atau terlalu memaksakan
keterbatasan atau ketidakadekuatan (Hudak & Gallo, 1996 dalam Nursalam &
Ninuk Dian, 2007).

Manajemen masalah psikologis yang dilakukan oleh pasien HIV AIDS antara
lain (Amini, dkk 2019) :

1. Peningkatan Koping
2. Konseling
3. Upaya spiritual
4. Meningkatkan upaya dukungan keluarda dan kelompok sosial

6
B. Dampak Pada Aspek Sosial Pada Pasien HIV AIDS
Penderita HIV AIDS biasanya akan mengalami depresi, merasa tertekan, merasa
tidak berguna, dan memiliki keinginan untuk bunuh diri sebagai akibat dari masalah
sehari-hari yang dialami oleh pasien penderita HIV AIDS dilingkungan sosial seperti
(Djoerban, 1999 dalam Nur Khansanah, 2014) :
1. Adanya stigma atau hukum sosial
2. Diskriminasi masyarakat terhadap orang yang mendrita HIV AIDS
3. Penolakan dan pengabaian yang dilakukan oleh orang lain, terutama keluarga

Penderita HIV AIDS (ODHA) mengelami masalah dalam hubungan sosial,


diantaranya (Athfi, 2017):

1. Mendapat perlakuan yang buruk


2. Adanya stigma negative dilingkungan masyarakat yang diartikan sebagai cap
buruk yang diterima berkaitan dangan permasalahan HIV AIDS
3. Diasingkan dari masyarakat
4. Adanya diskriminasi yang diartikan sebagai perlakuan tidak adil karena
mempunyai hubungan langsung dengan HIV AIDS
Konsekuensi dari adanya stigma dan dikriminasi yang dialami oleh pasien HIV
AIDS (ODHA) berupa (Athfi, 2017):
1. Penderita biasanya menarik diri dari lingkungan keluarga, pertemanan, dan
komunitas sekitarnya.
2. Mengalami keterbatasan pelayanan kesehatan, pendidikan
3. Mengalami erosi perlindungan hak asasi manusia
4. Interaksi sosial terganggu
5. Pengucilan
6. Pengusiran
7. Pemutusan hubungan kerja
8. Kekerasan
9. Hilangnya akses layanan kesehatan dan pendidikan

Hasil penelitian dari International Center Of Research on Women (ICRW) tahun


2012, mengemukakan konsekuesi dari stigma terhadap orang dengan HIV AIDS
antara lain:
1. Kehilangan pendapatan
2. Diputusnya pekerjaan
3. Kehilangan keluarga
4. Kegagalan pernikahan
5. Terhentinya keinginan mempunyai anak
6. Miskin layanan kesehatan
7. Mundur lari layanan perawatan dirumah
8. Kehilangan reputasi

Adanya stigma dan dikriminasi akan berdampak pada tatanan soial masyarakat.
Penderita HIV/ADIS dapat mengalami beberapa hal sebagai berikut (Amini, dkk 2019):

7
1. Kehilangan kasisayang dan kehangatan pergaulan sosial
2. Kehilangan pekerjaan dan sumberpenghasilan
3. Dikucilkan oleh teman-teman ahkan keluarga
4. Ketakutan akan perlakuan yang buruk membuat penderita susah menjembatani diri
dengan orang lain, membagi pengalaman dengan orang lain dan tkut meminta
pertolongan saat iya sakit
Peran perawat dalam perawatan pasien terinfeksi HIV adalah melaksanakan
pendekatan Asuhan Keperawatan agar pasien dapat beradaptasi dengan cepat. Peran
tersebut meliputi (Nursalam & Ninuk Dian, 2007) :
1. Memfasilitasi strategi koping
a. Memfasilitasi sumber penggunaan potensi diri agar terjadi respons
penerimaan sesuai tahapan dari Kubler-Ross
b. Teknik Kognitif, penyelesaian masalah; harapan yang realistis; dan pandai
mengambil hikmah
c. Teknik Perilaku, mengajarkan perilaku yang mendukung kesembuhan:
kontrol & minum obat teratur; konsumsi nutrisi seimbang; istirahat dan
aktifitas teratur; dan menghindari konsumsi atau tindakan yang menambah
parah sakitnya
2. Dukungan sosial
a. dukungan emosional, pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai; dan
diperhatikan
b. dukungan informasi, meningkatnya pengetahuan dan penerimaan pasien
terhadap sakitnya
c. dukungan material, bantuan / kemudahan akses dalam pelayanan kesehatan
pasien
Intervensi yang diberikan pada sistem pendukung adalah (Nursalam & Ninuk, 2007):
1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
2. Menegaskan tentang pentingnya pasien bagi orang lainnya
3. Mendorong agar pasien mengungkapkan perasaan negatif
4. Memberikan umpan balik terhadap perilakunya
5. Memberikan rasa percaya dan keyakinan
6. Memberi informasi yang diperlukan
7. Berperan sebagai advokat
8. Memberi dukungan: moril, materiil (khususnya keluarga); spiritual
9. Menghargai penilaian individu yang cocok terhadap kejadian

C. Dampak Pada Aspek Spiritual pada Pasien HIV AIDS


Terdapat 4 hal yang diakui sebagai kebutuhan spiritual yaitu (Amini, dkk 2019) :
1. Proses mencari makna baru dalam kehidupan
2. Pengampunan
3. Kebutuhan untuk dicintai
4. Pengharapan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual (Amini, dkk 2019):
1. Kebudayaan
2. Jenis kelamin

8
3. Pengalaman sebelumnya
4. Situasi krisis dan berubah
5. Terpisah dari ikatan spiritual
Aspek spiritual dapat menjadi intervensi yang sangat baik, hal ini dikarenakan
spiritualitas dapat (Amal & Khofsoh, 2017):
1. meningkatkan koping
2. mempromosikan perilaku sehat
3. mengurangi depresi dan kecemasan
4. memberi dukungan sosial
5. memberi optimisme dan harapan
6. serta mendukung perasaan relaksasi pada pasien dengan penyakit kronis, salah
satunya kasus HIV AIDS.
Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien
terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000 dalam Nursalam & Ninuk, 2007).
Sehingga PHIV akan dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan
mampu mengambil hikmah. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah:

1. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan


Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang
bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh
diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan,
misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.
2. Pandai mengambil hikmah
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien
untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik
semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien
harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan
melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh
suatu ketenangan selama sakit.
3. Ketabahan hati
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam
menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah
dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai
keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Ketabahan hati sangat
dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan
memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak;
bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi
kemampuannya. Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan
pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
1. Dampak Pada Aspek Psikologi yang dialami oleh pasien HIV AIDS yaitu: Rasa
takut, hilang akal, frustasi, rasa sedih, khawatir menginfeksi orang lain, murung,
penolakan, stress, konfrontas, Pemadaman, reaksi dan kompensasi yang berlebihan,
Apatis, sulit berubah , merasa tertekan, merasa tidak berguna, keyakinan diri yang
rendah, memiliki keinginan untuk bunuh diri, malu , kesepian.
2. Dampak Pada Aspek Sosial yang dialami oleh pasien HIV AIDS yaitu: adanya
stigma atau hukum sosial, diskriminasi masyarakat terhadap orang yang mendrita
HIV AIDS, penolakan dan pengabaian yang dilakukan oleh orang lain, terutama
keluarga, mendapat perlakuan yang buruk, diasingkan dari masyarakat, menarik
diri dari lingkungan (keluarga, pertemanan, dan komunitas sekitarnya), mengalami
keterbatasan pelayanan kesehatan, pendidikan, mengalami erosi perlindungan hak
asasi manusia, interaksi sosial terganggu, kekerasan, kegagalan pernikahan,
terhentinya keinginan mempunyai anak, kehilangan reputasi, kehilangan kasih
sayang dan kehangatan pergaulan sosial, ketakutan akan perlakuan yang buruk
membuat penderita susah menjembatani diri dengan orang lain, membagi
pengalaman dengan orang lain dan tkut meminta pertolongan saat iya sakit
3. Terdapat 4 hal yang diakui sebagai kebutuhan spiritual yaitu (Amini, dkk 2019) :
proses mencari makna baru dalam kehidupan, pengampunan, kebutuhan untuk
dicintai, pengharapan

B. Saran
Penderita HIV AIDS bukanlah monster yang seharusnya kita jauhi dan kita kucilkan,
tapi ada baiknya kita mulai memberi perhatian selayaknya kepada mereka, agar
mereka merasa memiliki tempat di tengah masyarakat dan merasa mendapat keadilan
terutama dari kita selaku petugas kesehatan. Karena seperti yang kita ketahui bersama
bahwa penyakit tersebut tidak hanya mempengaruhi keadaan fisik saja tapi juga
mempengaruhi dari egi psikologi, sosial dan spiritual, karena para penderita
cenderung mendapat stigma yang buruk di masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amini, A., dkk. 2019. “Aspek Psiko, Sosio, Kultural, dan Spiritual Klien HIV AIDS”.
Diunggah oleh Rifda Rianti. Diakses pada 4 Maret 2020. <http//id.
scribd.com>

Athfi, A. E. 2017. “Dukungan Sosial Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) Oleh Victory
Plus Di Yogyakarta”. Skripsi. Fakultas Dakwa dan Komunikasi. Universita
Islam Negri Sunan Kalijaga: Yogyakarta. Diakses dari <http://diglilib.uin-
suka.ac.id/24628/1/12250107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR>

Khansanah, N. 2014. “Dampak Ekonomi, Sosial Dan Psikolodi HIV/ADIS Pada Orang
Dengan HIV AIDS (ODHA)Di Kabupaten Kebumen”. Hal. 630-645. STIE
Putra Bangsa Kebumen: Kebumen. Diakses pada 4 Maret 2020.
<htt://jp.feb.unsoed.ac.id/index>

Nursalam, dkk. 2014. “Respon Bio-Psiko-Sosio-spiritual Pada Keluarga Tenaga Kerja


Indonesia Yang Terinveksi HIV”. Jurnal Ners. Vol. 9. No. 2. Hal. 209-216.
Diakses pada 4 Maret 2020. <http://media.
neliti.com/media/publications-/118974-ID-none>

Nursalam., Nunik, D. K. 2007. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV”.


Salemba Medika: Jakarta.

Amal, A. I., Khofsoh, E. 2017. “Potret Kebutuhan Spiritual Pasien HIV/AIDS Description
Of Spiritual Need Among Hiv Aids Patient”. Buku Proceeding Unissula
Nursing Conference. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan
Agung Semarang: Semarang. Diakses pada 4 Maret 2020.
<jurnal.unissula.ac.id › index.php>

11

Anda mungkin juga menyukai