PERFORASI GASTER
Disusun oleh:
AZAN FARISCY
Pembimbing:
dr. DELIDIOS ARIMBI, Sp.B
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Perforasi Gaster”.
Adapun tujuan penulisan referat ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh
kegiatan Kepaniteraan Klinik Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab di
RSUD Dumai. Penulis juga berterima kasih kepada dr. Delidios Arimbi Sp. B yang telah
membimbing dalam penyusunan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis memohon maaf jika ada
penulisan yang kurang berkenan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari segala pihak sebagai masukan agar menjadi lebih baik di waktu mendatang.
Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Terlepas dari
segala kekurangan yang ada penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR PUSTAKA 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perforasi gaster adalah trauma seluruh dinding organ. Karena peritoneum sepenuhnya
menutupi gaster, perforasi dinding menyebabkan adanya hubungan antara lumen gaster dan
rongga peritoneum. Jika perforasi terjadi secara akut, tidak ada waktu bagi reaksi inflamasi
menutup perforasi, dan isi gaster bebas masuk ke rongga peritoneum umum, menyebabkan
peritonitis kimia. Perforasi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat ditahan secara lokal
oleh reaksi inflamasi. Perforasi dapat disuspek berdasarkan manifestasi klinis pasien, atau
diagnosis menjadi jelas adanya "free-air" ekstraluminal pada pencitraan diagnostik yang
dilakukan untuk mengevaluasi nyeri perut atau gejala lain. Terapinya dapat berupa tindakan
bedah. Selama pembedahan, sebagian besar perforasi berbentuk linier dan ditemukan pada
abdomen bagian atas dan di sepanjang kurvatura mayor. Perforasi biasanya ditutup dengan
bagian dari omentum atau daerah yang berlubang dapat dilakukan reseksi baji. 1,2,3
Perforasi dalam bentuk apapun yang terjadi dan mengenai saluran pencernaan
merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan terutama dalam kegawatan bedah.
Penatalaksanaan bedah yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah laparatomi
eksplorasi.4
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Gaster
Gaster merupakan bagian traktus gastrointestinal yang paling berdilatasi dan
memiliki bentuk seperti huruf J. Gaster terletak diantara esophagus pars abdominalis
dan intestinum tenue. Gaster berada di region epigastrium, umbilicalis dan
hipokondrium sinistra abdomen.5
Dinding gaster terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukos, submukosa, muskularis dan
serosa. Bagian terdalam adalah mukosa yang terdiri atas epitel kolumner yang
mengandung sel goblet. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus yang
melindungi mukosa terhadap asam dan enzim pencernaan. Sel parietal tersebar
sepanjang bagian leher berfungsi memproduksi HCl dan factor intrinsic yang penting
untuk absorbs vitamin B12 di usus halus. Sel chief, berfungsi untuk menyekresi
pepsinogen yang akan diaktifkan menjadi pepsin.6
2
Bagian paling distal dari pars pyloric gaster adalah pylorus. Pylorus terlihat pada
permukaan gaster dengan adanya konstriksi pyloricus yang berisi suatu cincin
musculorum gaster yang menebal, sphincter pyloricum yang mengelilingi lubang dital
gaster, ostium pyloricum berada tepat di sisi kanan garis tengah pada suatu bidang yang
melewati tepi bawah vertebra LI (planum traspyloricum.6
Gaster memiliki peradaran darah yang sangat kaya yang berasal dari beberapa arteri
besar, yaitu5,6 :
3
• Arteri gastric posterior dari arteri lienalis yang tidak selalu dapat ditemukan
Persarafan simpatis gaster dibawa oleh serabut saraf yang menyertai arteri.
Impuls nyeri dihantarkan melalui serabut aferen saraf simpatis. Serabut parasimpatis
berasal dari n.Vagus dan mempersarafi sel parietal di fundus dan korpus gaster.6
4
2.3 Definisi Perforasi Gaster
Perforasi gaster merupakan kebocoran dari dinding mukosa gaster. Perforasi
dari gaster dapat menyebabkan adanya hubungan antara lumen gaster dengan rongga
peritoneum. Jika perforasi terjadi secara akut, tidak ada waktu untuk reaksi inflamasi
umtuk menutup daerah yang mengalami perforasi, sehingga isi lambung dengan bebas
memasuki rongga peritoneum dan dapat menyebabkan terjadinya peritonitis kimiawi. 7
5
rendah, yang cenderung membatasi peritonitis. Pasien biasanya datang dengan
gejala yang kurang jelas.
c. Trauma
Perforasi traumatik lebih sering terjadi akibat cedera tembus pada lambung,
meskipun perforasi dan ruptur organ dapat terjadi pada trauma tumpul abdomen
yang parah. Cedera lambung dapat terjadi sehubungan dengan trauma tembus
perut, seperti luka tembak dan tusukan. Jenis luka lambung yang dihasilkan oleh
peluru atau alat tajam dipengaruhi ukuran, bentuk, arah, dan kecepatan peluru.
Dengan luka tembus, baik dinding anterior dan posterior lambung dapat terluka,
dan dinding posterior organ dapat terlihat pada saat pembedahan. Trauma tumpul
pada daerah perut bagian atas dapat menyebabkan laserasi lambung, atau jika
ruptur organ akan terisi dan distensi pada saat benturan. Lambung merupakan
organ berongga intra-abdomen ketiga yang paling sering mengalami cedera
setelah usus halus dan usus besar dan kemudian lambung, dikarenakan terproteksi
oleh lokasi anatomisnya.
e. Iatrogenik
Lambung dapat terluka dalam beberapa prosedur. Endoskopi pencernaan bagian
atas adalah penyebab utama perforasi iatrogenik. Lambung bagian proksimal
6
paling berisiko karena dindingnya paling tipis. Perforasi iatrogenik lebih sering
terjadi pada pasien dengan penyakit lambung yang sudah ada sebelumnya.
Perforasi gaster terjadi akibat kebocoran lapisan mukosa saluran usus yang
mengakibatkan tumpahnya udara dan isi pencernaan ke dalam rongga peritoneum. Isi
7
ini dapat berkisar dari isi lambung yang sangat asam di perforasi usus yang lebih
proksimal, hingga isi dari daerah perforasi yang lebih distal. Erosi parsial dapat menjadi
robekan dinding gaster seiring waktu, atau cedera fisik tertentu dapat menyebabkan
pecah secara spontan. Gejala nyeri perut biasanya timbul bertahap atau tiba-tiba, tetapi
biasanya berkembang semakin parah. Dapat timbul distensi abdomen dan tanda-tanda
kekakuan otot abdomen yang mewakili peritonitis. Dalam kasus obstruksi intestinal,
terutama usus (kecil atau besar) distensi fisik dari dinding usus menyebabkan
penurunan perfusi. Hal ini pada akhirnya menyebabkan nekrosis dinding ketebalan
penuh dan perforasi berikutnya.6
8
Tanda dan gejala dapat mencakup anoreksia, muntah, dan penurunan aktivitas.
Manifestasi klinis yang tersering adalah distensi dan nyeri perut yang tiba-tiba; gejala
yang jarang adalah ileus, respiratory distress, demam, emesis, hematemesis, atau
hematochezia.7
Pasien dengan perforasi selalu mengeluhkan nyeri perut yang berat atau nyeri
dada. Nyeri dada atau perut yang berat pasca dilakukan instrumentasi (nasogastric tube,
endoskopi) sebelumnya harus dilihat dan curiga kearah perforasi lambung. Pasien yang
menggunakan obat-obatan agen imunosupresif atau anti-inflamasi kemungkinan untuk
terasa nyeri dan dilakukan penekanan dapat menjadi bias rasa nyerinya. Diafragma
dapat teriritasi dan menyebabkan nyeri menjalar ke bahu. Pada pasien yang
imunokompromais, lansia, dan memiliki komorbid penyakit lain, kemampuan
peritoneum parietal untuk menahan perforasi dapat terganggu. 7
Gambar 4. Foto Polos Abdomen menunjukan (a). posisi erek dengan air fluid
levels dan free air di bawah hemidiafragma kanan (ana panah), (b). posisi
supine dengan dilatasi loop usus yang signifikan
10
• Ultrasonografi (US) juga telah dipelajari dan menunjukkan potensi yang sangat
baik untuk mengidentifikasi pneumoperitoneum.
• CT-Scan
Modalitas pencitraan yang paling berguna adalah CT scan yang sangat sensitif
dan spesifik untuk udara bebas.
Temuan CT-Scan untuk kasus perforasi :
Pneumoperitoneum
• Udara mesenterika
• Diskontinuitas dinding usus
11
• Free intraabdominal fluid
12
Gambar 10. CT-Scan menunjukan penebalan dari dinding usus
• Hematom mesenterika.
13
• Ulkus duodenum
• Penyakit bilier
• Infark limpa
• Insufisiensi mesenterika embolik
• Gastritis
• Perforasi esofagus
• Ruptur aneurisma aorta abdomen
Terapi Bedah7
Tujuan utama terapi bedah pada kasus perforasi gaster adalah 7 :
Pre-Operatif7
14
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan atau elektrolit. Ganti kehilangan cairan
ekstraseluler dengan cairan yang mempunyai komposisi elektrolit sama seperti
plasma.
2. Antibiotik sistemik seperti ampisilin, gentamisin dan metronidazole.
3. Pemasangan kateter urin untuk menghitung output cairan.
4. Analgetik seperti morfin dengan dosis kecil dianjurkan secara continous infusion.
Intra-Operatif7
Managemen operasi tergantung kepada kausa dari perforasi. Semua materi nekrosis dan
cairan yang terkontaminasi harus dibuang dan diteruskan dengan levase pemberian
antibiotik (tetrasiklin).7
• Omenplasty simple.
• Penjahitan perforasi dengan vagotomy, biasanya vagotomy perforasi gaster
proksimal (PGV).
• Trunkal vagotomy dengan gastroenteric anastomosis jika terjadi stenosis.
• Eksisi perforasi tanpa vagotomy.
• Gastrektomi parsial pada pasien dengan risiko operasi yang rendah.
Post-Operatif7
1. Infeksi luka
2. Sepsis
3. Malnutrisi
15
4. Kegagalan multiorgan
5. Adhesi dan obstruksi usus
6. Delirium
1. Usia lanjut
2. Demensia
3. Sepsis
4. Kelainan elektrolit dan metabolisme
5. Hipoksia
BAB III
KESIMPULAN
Perforasi gaster merupakan kebocoran dari dinding mukosa gaster. Perforasi gaster
dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti tukak gaster, trauma, keganasan dan iatrogenik.
Manifestasi klinis dari perforasi gaster tergantung pada ukuran luka, kehilangan darah dan ada
tidaknya cedera yang menyertai, Gejala klinis dapat berkisar dari nyeri lokal ringan hingga
tanda-tanda peritonitis dan syok.
Penegakan diagnosis perforasi gastre perlu dilakukan anamnesa terkait gejala dan
faktor resiko yang mengarah ke perforasi gaster, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
16
seperti pemeriksaan radiologi. Tatalaksana perforasi gaster yaitu dengan pembedahan yang
dapat dilakukan dengan laparaskopi atau pembedahan terbuka. Prognosis dari perforasi gaster
tergantung kecepatan dan ketepatan penanganannya. apabila tindakan operasi dan pemberian
antibiotik berspektrum luas segera dilakukan maka prognosisnya akan lebih baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18