Anda di halaman 1dari 3

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

LAPORAN RESUME PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN ONLINE FIQIH KELAS XII IPA 1 MINGGU
KE..... TGL........2020 NAMA SISWA: DWI LESTARI
NAMA GURU : H. MU’IZUDIN, S.Ag, M.Pd.

SUMBER HUKUM ISLAM YANG MUKHTALAF

Sumber hukum mukhtalaf adalah sumber hukum islam yang diperselisihkan oleh seluruh
ulama. Berikut adalah sumber-sumber hukum yang mukhtalaf:

A.       Istihsan
Menurut bahasa, istihsan berarti menganggap sesuatu lebih baik atau mencari kebaikan.
Menurut ulama ushul fiqh, ialah berpaling pada sesuatu masalah dari sesuatu hukum yang
sama menuju hukum lain karena ada alasan yang lebih kuat”. Imam asy-Syarkhasi dalam
kitabnya “al-Mabsut”, menyimpulkan bahwa istihsan ialah menghindarkan kesulitan
demi kemudahan.” Sebab kemudahan merupakan unsur pokok atau prinsip dalam agama.

1)   Macam- macam Istihsan


a)      Istihsan Sunnah: Istihsan yang disebabkan oleh adanya ketetapan sunnah yang
mengharuskan meninggalkan dalil Qiyas pada kasus yang bersangkutan.
b)      Istihsan Ijma’: istihsan yang meninggalkan penggunaan dalil qiyas karena adanya
ijma’ ulama’ yang menetapkan hukum yang berbeda dari tuntutan qiyas.
c)      Istihsan Dlarurat: istihsan yang disebabkan oleh adanya keadaan dlarurat dalam
suatu masalah yang mendorong seorang mujtahid untuk meninggalkan dalil qiyas.

B.    Maslahah Mursalah
Mashalihul mursalah terdiri dari dua kalimat yaitu maslahat dan mursalah. Maslahat
sendiri secara etimologi didefinisikan sebagai upaya mengambil manfaat dan
menghilangkan mafsadat atau madharat. Dari sini dapat dipahami, bahwa maslahat
mamiliki dua terma yaitu adanya manfaat dan menjauhkan madharat.

Adapun mursalah dipahami sebagai sesuatu yang mutla yaitu maslahat yang secara
khusus tidak dijabarkan oleh nash atau tidak ada perintah maupun larangan. Dengan tidak
adanya qorinah tersebut, maka maslahat bisa menjadi acuan dalam menentukan suatu
hukum.

C.    Urf
‘Urf menurut bahasa berarti mengetahui. ‘Urf adalah apa-apa yang saling diketahui oleh
manusia dan mereka mempraktekkannya, baik perkataan maupun perbuatan atau
meninggalkan. Sedangkan menurut para ahli ushul fiqh adalah sesuatu yang telah saling
dikenal oleh manusia dan mereka menjadikan tradisi.
D.   Syar’un Man Qoblana
Definisi Syar’u man qablana adalah hukum-hukum yang disyari’atkan Tuhan kepada
umat-umat sebelum kita yang diturunkan melalui para Nabi dan para Rasul untuk
disampaikan kepada seluruh masyarakat pada waktu itu.

E.    Istishab
Istishab secara bahasa berarti “meminta ikut serta secara kontinyu”. Adapun menurut
pengertian istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh sebagian ulama, istishab berarti:
“Menganggap status sesuatu (hukumnya) tetap seperti keadaan semula tanpa perubahan,
sebelum terbukti ada sesuatu yang mengubahnya (membatalkannya)”.
Senada dengan pengertian di atas, istishab berarti “Menetapkan berlakunya hukum yang
telah ada atau meniadakan sesuatu yang memang tiada sampai ada bukti yang mengubah
kedudukannya”. Contoh: Seseorang yang sebelumnya diketahui masih hidup tetap
dianggap hidup selama belum ada bukti bahwa ia telah wafat, atau seseorang yang sudah
berwudlu masih terus dihukumi punya wudlu sampai ada bukti yang membatalkannya.

F.     Saddud Dzari’ah
secara bahasa: “menutup”, sedangkan dzarī’ah: “jalan yang menghubungkan kepada
suatu tujuan, baik yang mengandung suatu kemafsadahan maupun mengandung suatu
kemaslahatan, berupa perbuatan ataupun perkataan”. Dengan demikian saad dzarī’ah
secara bahasa berarti “menutup jalan ke suatu tujuan“. Menurut istilah, Saad al-Dzarī’ah
adalah: “Setiap sesuatu yang menghubungkan kepada sesuatu yang dilarang, yang
mengandung kemafsadatan dan kemadhorotan”.[3]

G.    Madzhab Sahabi
Madzhab shohabi adalah: “Pendapat sahabat Rasulullah Saw tentang suatu kasus di mana
hukumnya tidak dijelaskan secara tegas di dalam al-Quran dan Hadis”. Sedangkan yang
dimaksud dengan “sahabat” adalah “Setiap orang Islam yang hidup bergaul bersama Nabi
dalam waktu yang cukup lama serta menimba ilmu dari Rasul”.[10] Para sahabat tersebut
antara lain: Umar bin Khottob, Ali bin Abi Tholib, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Umar, Aisyah dll.

Penilaian Ulama’ tentang Madzhab Sahabi


1)      Hanafiah, Malikiah, Syafiah dan sebagian Hanabilah: fatwa sahabat dapat dijadikan
pegangan generasi sesudahnya.
2)      Mu’tazilah, Syiah dan sebagian Hanabilah: fatwa sajabat tidak dapat dijadikan
sebagai pegangan generasi sesudahnya.
Mengetahui,
Nilai Cilegon,
Orang tua/wali
Siswa yang bersangkutan

........................

……………...
………………………………..
………………….

Anda mungkin juga menyukai