Anda di halaman 1dari 26

FTS-STERIL

SEDIAAN OPTALMIK

Astrid Indalifiany, S.Farm., M.Si.


ANATOMI MATA
Lensa

Aqueous Humor Sklera

Koroid
Kornea
Makula
Pupil

Iris
Konjungtiva Saraf Mata
Retina
Bodi Siliari Bodi Vitreous
1. Kornea

 Ketebalan kornea pada bagian tengah 0,5-0,6


mm sedangkan pada bagian pinggir 1,2 mm
 Struktur transparan yang bertanggung jawab
untuk meneruskan cahaya yang masuk ke mata
 Tidak ada pembuluh darah di kornea. Suplai
oksigen dan nutrisi melalui cairan lakrimal,
aqueous humour, dan sklera
 Kornea tersusun atas 5 lapisan

Susunan: 5 lapisan
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descemet
5. Endotelium
Epitelium
a  Ketebalan epitelium berkisar 50-100 µm
 Berfungsi untuk mencegah masuknya benda asing, serta menyerap oksigen dan nutrisi dari air mata
 Sel epitel dihubungkan oleh adanya tight junction yang dapat membatasi permeabilitas obat

Membran Bowman
b  Terletak di antara dasar sel epitelium dan stroma, serta tersusun atas jalinan serat kolagen

Stroma
c  Stroma menyusun 90% dari bagian kornea dan tersusun atas air dan kolagen lamelar
 Tidak membatasi permeabilitas obat secara signifikan

Membran Descemet
d  Terletak di antara stroma dan endotelium, serta tersusun atas jalinan serat kolagen

Endotelium
e  Tersusun atas satu lapis sel datar yang terhubung dengan adanya tight junction
 Dapat mengontrol hidrasi kornea dengan membatasi masuknya air dari aquaeous humour
2. Konjungtiva

 Konjungtiva adalah selaput tipis


yang melapisi lapisan posterior bulu
mata (palpebral conjunctiva) dan
anterior sklera (bulbar conjunctiva)
 Lapisan stroma konjungtiva tersusun
atas saraf, limfatik, dan pembuluh
darah
 Berkontribusi dalam pembentukan
air mata melalui sekresi elektrolit,
cairan, dan musin
 Konjungtiva 2-3 kali lebih permeabel
terhadap obat daripada kornea mata
3. Sklera

 Luas permukaan : 16,3 cm2


 Tersusun atas serat kolagen
 Ketebalan sklera  0,53 mm di
dekat limbus; 0,39 mm pada bagian
equator; dan 1,0 mm di dekat saraf
optik
 Fungsi: membantu melindungi mata
dan mempertahankan bentuk mata
4. Aqueous Humor dan Vitreous Humor

Aqueous Humor Vitreous Humor


 Cairan jernih encer  Material seperti gel yang
transparan yang menempati ruang antara
komposisinya hampir sama lensa dan retina
dengan plasma namun
konsentrasi proteinnya lebih  Fungsi : men-support
rendah bagian posterior lensa mata
 Fungsi : memberikan nurisi dan menjaga saraf retina
bagi kornea dan lensa serta tetap pada tempatnya
transport material buangan  Tersusun atas air, serat
dari jaringan yang ada kolagen dan asam hyaluronat
disekitarnya
 Tersusun atas air, asam
askorbat, glukosa, asam
amino, dan protein
PERSYARATAN PRODUK OPTALMIK

Untuk memenuhi persyaratan


tersebut, perlu diperhatikan:
1. Kecermatan & kebersihan selama
proses pembuatan
2. Pelaksanaan pembuatan
dilaksanakan seaseptis mungkin
3. Adanya bahan antimikroba yang
tepat untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme
baik selama pembuatan ataupun
pemakaian obat tetes mata
4. Formula yang tepat mencakup
larutan isotonis, pH yang sesuai
(obat tetes mata)
ABSORPSI OBAT PADA MATA (1)

1 Absorpsi pada Bagian a. Absorpsi Kornea


Anterior Mata  melalui difusi pasif  dipengaruhi oleh lipofilisitas dan ukuran
molekul. Senyawa lipofilik berpenetrasi melalui rute intraseluler,
sedangkan senyawa hidrofilik melalui rute paraseluler. Ukuran
molekul besar umumnya tidak dapat berpenetrasi karena adanya
tight junction
 melalui transpor aktif  dipengaruhi oleh kejenuhan transporter.
Transpor aktif dapat memfasilitasi molekul obat ke aqueous
humor, namun kejenuhan transporter dapat membatasi jumlah
obatyang masuk ke mata
b. Absorpsi Konjungtiva dan sklera  Ukuran pori pada
konjungtiva 5,5 nm dapat dilewati molekul yang cukup besar
(38600 Da) secara difusi pasif. Senyawa yang berpenetrasi melalui
konjungtiva selanjutnya akan masuk ke mata melalui sklera.
ABSORPSI OBAT PADA MATA
(2)

Absorpsi pada Bagian


Anterior Mata digambarkan
pada Bagan berikut
ABSORPSI OBAT PADA MATA (3)

2 Absorpsi pada Bagian a. Absorpsi Topikal (rute kornea dan konjungtiva/sklera)  Obat
Posterior Mata diabsorpsi melewati kornea dan masuk hingga melewati lensa mata
sampai posterior mata. Penetrasi obat dari lensa mata ke vitreous
oleh molekul lipofilik. Obat yang diabsorpsi melewati
konjungtiva/sklera dapat mencapai retina dan koroid
b. Penghantaran Subkonjungtiva/Transkleral  melalui injeksi
subkonjungtiva. Keuntungan: obat memiliki waktu difusi lebih
lama ke koroid dan retina dibandingkan lewat topikal.
c. Injeksi Intravitreal/Implant  injeksi langsung ke vitreous dan
langsung sampai ke retina. Keuntungan: obat cepat smpai ke retina
dengan resiko masuk sirkulasi sistemik yang rendah. Keterbatasan:
injeksi berulang memicu endoptalmitis dan kerusakan lensa 
diatasi dengan controlled release dan implan.
ABSORPSI OBAT PADA MATA
(3)

Absorpsi pada Bagian


Posterior Mata digambarkan
sebagai berikut
KATEGORI TERAPETIK PRODUK OPTALMIK

Antiinfeksi

Antiinflamasi

Antialergi

Treatment mata kering

Antiglaukoma
a Antiinfeksi
 Mengobati infeksi mata akibat adanya bakteri, virus, ataupun fungi
 Umumnya diberikan obat dengan spektrum luas
 Biasa dikombinasikan dengan obat lain (mis. Antiinflamasi)

b Antiinflamasi
 Inflamasi  manifestasi dari respon vaskuler dan seluler dari jaringan terhadap luka yang dapat disebabkan oleh bahan
kimia, infasi patogen, maupun hipersensitivitas
 Tipe : Kortikosteroid dan NSAID

c Antialergi
 Alergi pada mata mis. konjungtivitis (SAC) pengobatan terfokus pada gejala yang muncul
 Pengobatan alergi dapat diberikan kortikosteroid dan antihistamin

d Treatment mata kering


 Mata kering dapat disebabkan oleh adanya masalah pada sistem nasolakrimal yang menyebabkan kualitas dan kuantitas
air mata abnormal
 Obat  bekerja untuk menggantikan dan menstabilkan air mata atau mengobati inflamasi kelenjar air mata untuk
memaksimalkan sekresi air mata

e Antiglaukoma
 Antiglaukoma bekerja dengan menurunkan produksi aqueous humor atau meningkatkan pengeluaran aqueous humor
 Diberikan satu sampai dua kali sehari
PERTIMBANGAN DALAM PROSES FORMULASI SEDIAAN OPTALMIK

1
STERILITAS 2
 Seaseptis mungkin KEMUNGKINAN IRITASI
 Dilakukan proses sterilisasi
Disebabkan oleh:
3
 Disesuaikan dengan bentuk
a. Bahan aktif PENGGUNAAN PENGAWET
sediaannya
b. Eksipien
 Dievaluasi  bahwa benar-benar Semua obat tetes mata harus dalam
c. pH yang tidak cocok dari sediaan keadaan steril.
sediaan tersebut steril
Akibat : Akan menimbulkan air pengawet perlu ditambahkan
mata yang arahnya bertentangan khususnya untuk obat tetes mata
dengan difusi obat ke dalam mata yang digunakan dalam dosis ganda
untuk menghindari bakteri yang
menyebabkan kebutaan
PENGAWET

 Kontaminan berbahaya  Pseudomonas aeroginosa


 Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata
yang digunakan dalam dosis ganda
 Syarat pengawet dalam obat tetes mata:
a. Harus efektif dan efisien
b. Tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau eksipien lainnya
c. Tidak iritan terhadap mata
d. Tidak toksis
PENGAWET YANG BIASA DIGUNAKAN

 Benzalkonium klorida. Efektif dalam dosis kecil, reaksi cepat, stabilitas yang
tinggi. Merupakan garam dari basa lemah. Penggunaan dalam tetes mata antara
0,004-0,02%
 Garam raksa. (fenilraksa (II) nitrat 0,002-0,004% ; fenilraksa (II) asetat
0,005-0,02% ; tiomersal 0,01%. Efektivitas tinggi pada pembawa dengan pH
sedikit asam
 Klorbutanol. Stabil pada suhu kamar pada pH 5 atau kurang, konsentrasi 0,5%
 Metil dan propil paraben. Mencegah pertumbuhan jamur. Kelarutan rendah
dan dapat menimbulkan rasa pedih di mata. Metilparaben (0,03-0,1% ) dan
propilparaben (0,01-0,02% )
 Feniletilalkohol . Aktivitasnya lemah, mudah menguap, kelarutan kecil, dan
memberi rasa pedih di mata. Konsentrasi 0,5%
JENIS--JENIS SEDIAAN OPTALMIK
JENIS

Sediaan Optalmik
Larutan
Perlu diperhatikan
Pemilihan eksipien untuk kontrol
Suspensi
osmolaritas, pH, dan stabilitas sediaan
Salep
Emulsi
Sediaan Larutan
 Untuk zat aktif yang larut dalam air
 Osmolaritas dan pH sediaan harus mendekati air mata
 Perlu ditambahkan surfaktan (untuk meningkatkan daya pembasahan serta sebaran sediaan
pada permukaan mata) dan agen peningkat viskositas (untuk meningkatkan waktu kontak
sediaan pada mata)

Sediaan Salep
 Untuk zat aktif yang tidak stabil terhadap air
 Merupakan suspensi obat dalam basis minyak mineral dan petrolatum
 Waktu kontak sediaan lama dipermukaan mata dan dapat bertahan dari air mata

Sediaan Emulsi
 Keuntungan : dapat menghantarkan obat yang kurang larut dalam air dalam bentuk terlarut
seperti tetes mata. Fase minyak dari emulsi M/A akan menyebar secara merata pada
permukaan mata  meningkatkan waktu kontak sediaan  meningkatkan efikasi obat
 Biasa digunakan dalam pengobatan mata kering (Restasis®)
Sediaan Suspensi
 Digunakan untuk obat yang stabil dalam bentuk padatan yang terdispersi daripada obat
tersebut dilarutkan (untuk meminimalkan hidrolisis)
 Dalam formulasi suspensi perlu diperhatikan: (a) distribusi ukuran partikel; (b) stabilitas
fisik  sedimentasi dan kemampuan resuspensi; dan (c) keseragaman isi dalam
penghantaran obat.

a. Distribusi ukuran partikel. Perlu diperhatikan untuk kenyamanan pemakaian,


keseragaman dosis, dan juga stabilitas obat
b. Sedimentasi dan kemampuan resuspesi. Suspensi tidak stabil secara termodinamika
sehingga dalam waktu tertentu akan beragregasi dan membentuk sedimen. Sementara itu,
kemampuan resuspensi berhubungan dengan flokulasi dan deflokulasi yang terjadi pada
sediaan suspensi
c. Keseragaman isi dalam penghantaran obat. Faktor yang berpengaruh adalah
kompatibilitas formula dengan kemasan, kemampuan resuspensi, dan perlakuan pasien
terhadap resuspensi sediaan
Sediaan : Larutan vs Suspensi vs Salep

Sediaan Larutan Sediaan Suspensi Sediaan Salep


Waktu kontak sediaan lebih lama
Tidak mengganggu penglihatan Waktu kontak sediaan lama di mata
pada mata dibandingkan larutan

Dapat memicu iritasi bila ukuran Menghasilkan lapisan tipis di mata


Waktu kontak pada mata singkat
partikel tidak seragam atau besar sehingga mengganggu penglihatan
KOMPONEN NON TERAPETIK SEDIAAN OPTALMIK

Agen Pengisotonis Untuk mempertahankan tonisitas sediaan  isotonis. Umumnya, mata


dapat mentoleransi 0,5-1,6% NaCl tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman

Buffer/Dapar Idealnya, setiap produk akan dibuffer pada pH 7,4 yang dipertimbangkan pH
fisiologi normal air mata  menghindari rasa perih

Stabilizer  Antioksidan
Ditambahkan pada suatu formula untuk menurunkan dekomposisi
(penguraian) dari komposisi aktif

Pengawet Untuk menjaga sediaan dari kontaminasi mikroorganisme yang


membahayakan mata  Peudomonas aeroginosa

Agen Peningkat Viskositas


Digunakan untuk meningkatkan viskositas khususnya pada larutan
opthalmik  memperpanjang waktu kontak obat pada mata

Pembawa/Basis
Misalnya API atau vaselin flavum
KOMPONEN NON TERAPETIK SEDIAAN OPTALMIK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai