Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

36 LANGKAH BELAJAR MENGAJAR EMOSIONAL


QUESTION CARA NABI MUHAMMAD
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Keguruan
Dosen Pengampu Dr. Akhirin, M.Ag
Kelas 6 PAI

A7 Oleh:

1. Siti Masruroh ( 181310003966)


2. Nugroho Putro (181310003979)
3. Muhammad Yusril Hana (181310003997)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
JEPARA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah swt. Atas segala karunia dan rahmatnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah “36 Langkah Belajar
Mengajar Emosional Question Cara Nabi Muhammad” sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Solawat dan salam semoga selalu tercurah kepada beliau junjungan
kita nabi agung Muhammad saw. Semoga kita tetap diakui sebagai ummatnya
hingga kelak mendapat syafaatnya, amin.
Kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalan ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan
untuk rekan-rekan semua.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen Dr. Akhirin, M.Ag
yang telah memberikan bimbingannya kepada kami dan semua pihak yang telah
membantu proses penulisan dan penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Jepara, 07 Juli 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
2.1 Pengertian EQ.........................................................................................2
2.2 Karakteristik Pendidik?..........................................................................2
2.3 Peran dan Kewajiban Seorang Pendidik?...............................................3
2.4 Metode Pengajaran.................................................................................3
BAB III PENUTUP.........................................................................................11
3.1 Simpulan.....................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecerdasan emosional sekaligus
intelektual ternyata tidak cukup membuat
seseorang berhenti mencari kepuasan batin
sekaligus jati dirinya. Emotional Spiritual
Quotient (ESQ) mengingatkan bahwasannya
menjadi seorang pemimpin kita harus meniru cara
dari uswatun hasanah kita, Rosulullah Nabi Besar
Muhammad,SAW yang mengajarkan kepada kita
agar bisa menjadi pemimpin yang memiliki
tingkatan-tingkatan kesempurnaan, yang pertama
agar menjadi pemimpin yang dicintai kita harus
bisa berhubungan kepada sesama manusia, kedua
agar pemimpin bisa dipercaya maka, seorang
pemimpin harus menjaga integritas, tingkat ketiga
agar seorang pemimpin bisa diikuti maka seorang
pemimpin harus banyak menolong, tingkat kempat
soerang pemimpin harus menyiapkan kaderisasi
untuk menjalankan organisasi secara terus
menerus degan cara menyiapkan pendamping, dan
tingkat kelima seorang pemimpin akan bisa
menjadi pemimpin abadi dengan cara
meninggalkan warisan. Dengan ESQ juga akan
terbentuk nilai dasar yang jujur, disiplin, tanggung
jawab, kerjasama, adil, peduli, visioner, rasa saling
menghormati, rasa saling menyayangi, tidak ada
lagi saling menjatuhkan, saling membenci antara
satu agama dengan agama lain, satu suku dengan
suku lain.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian EQ?
1
b. Bagaimana
karakteristik
pendidik?
c. Bagaimana peran
dan kewajiban
seorang pendidik?
d. Bagaimana
metode
pengajarannya?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui
pengertian EQ?
b. Untuk
mengetahui
karakteristik
pendidik?
c. Untuk mengetahui
peran dan
kewajiban
seorang pendidik?
d. Untuk
mengetahui
metode
pengajarannya?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian EQ

E (Emosional) adalah kemampuan bertindak dengan mendengar suara hati


dari berbagai informasi yang dimiliki. Kemampuan mengenali perasaan diri
sendiri dan orang lain, kemampuan mengelola emosi secara baik pada diri
sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain merupakan hal penting untuk
memahami difinisi emosional.1 Menurut Goleman yang dikutip oleh Syarif
Makmur bahwa kematangan emosional adalah mentability, yang menentukan
seberapa baik kita mampu menggunakan keterampilan-keterampilan lain mana
pun yang kita miliki, termasuk intelektual yang belum terasah. EQ tidaklah
ditentukan sejak lahir, dalam sebuah penelitian dengan cermat memperlihatkan
bagaimana EQ dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri kita sendiri.
EQ adalah kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain dan
mengambil informasi penting tersebut untuk mengambil tindakan. Kita dituntut
untuk menjadi insan yang kreatif, berani mengambil resiko, komitmen, tanggung
jawab, visi, kemampuan merasakan, kemampuan membaca situasi, inisiatif,
sensitif dan merasakan serta melihat dengan mata hati.
Melalui sentuhan dan pendekatan EQ membuat seseorang mampu
membuka diri untuk membangkitkan potensinya yang selama ini terpendam
sehingga meraih prestasi yang terbaik. Seorang guru hendaknya ikhlas beramal
semata karena Allah dan niat mengamalkan ilmunya agar bermanfaat,
memberantas kebodohan, memperbanyak amal kebaikan, menambah ganjaran,
seperti sabda Nabi dalam hadis shahih, “semua amal tergantung dengan niat”.
Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Umamah ra “sesungguhnya
Allah, malaikat, penghuni langit dan bumi, hingga semut yang berada dalam
lubangnya, bahkan ikan yang ada dalam lautan, bersama-sama mendo’akan
kesejahteraan bagi seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”

2.2 Karakteristik Seorang Penididik


1
Henry Mayer.Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. Bandung: Nuansa. 2008. Hal 105
a. Mengharap ridha Allah
b. Jujur dan amanah
c. Komitmen dalam ucapan dan tindakan
d. Adil an Egaliter
e. Berakhlakul karimah
f. Rendah hati
g. Berani
h. Menciptakan suasana keakraban
i. Sabar dan mengendalikan nafsu
j. Baik dalam tutur kata
k. Tidak egois

2.3 Peran dan Kewajiban Seorang Pendidik


a. Menanamkan Akidah yang kuat bagi anak didik
b. Memberikan taushiyah
c. Ramah dalam mendidik
d. Bijaksana dalam menuturkan kejelekan
e. Mengucapkan salam sebelum dan sesudah mengajar
f. Memberikan sanksi yang bijaksana

2.4 Metode Pengajaran


a. Memberikan penghargaan
Memberikan hadiah adalah tindakan yang dapat menyenangkan
hati , memambah semangat seorang peserta didik. Seorang pendidik harus
menerapkan metode pengajaran dengan memberikan penghargaan kepada
peserta didik agar anak dapat termotivasi. Bentuk hadiah yang diberikan
adalah dalam bentuk pertama : hadiah materi, hadiah dalam bentuk materi
adalah hadiah yang paling mengesankan bagi murid karena ada kepuasan
tersendiri ketika memperolehnya dan terdapat suatu keistimewaan
sehingga pendidik menjadi puas dan mendapat simpati dari muridnya.
Kedua: Hadiah doa, untuk mendoakan muridnya supaya mendapat
keberkahan ilmunya. Ketiga: Hadiah pujian, pujian seperti ungkapan
bagus, baik, merupakan tindakan yang dapat menanamkan suatu
keyakinan pada diri murid akan pengetahuan yang dimilikinya.
b. Memanfaatkan media
Memamanfaatkan media dengan menggunakam media audio dan
media visual.
 Gaya bicara, menjabarkan materi pelajaran dengan gaya bicara yang
tidak membuat murid susah memahami, maka menggunakan metode
penyampaian materi pelajaran yang baik yaitu dengan memetakan
kata. Sehingga antara kata satu dengan kata lainnya terpisah dan
tidak sulit dipahami oleh murid.
 Pembicaraan yang tidak panjang lebar/ berlebihan.
 Penjelasan yang tidak terputus, seorang guru harus terlebih dahulu
menyelesaikan penjelasannya.
 Diam sejenak di sela-sela penyampaian materi, berhenti sejenak atau
diam di tengah-tengah penjelasan materi untuk menarik perhatian
murid.
 Menghargai perbedaan murid.
c. Praktek
Menjelaskan materi pelajaran dengan cara komunikatif merupakan
media yang baik dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi lebih efektif
jika dibarengi dengan metode praktek, yaitu penggabungan antara teoretis
dan peraktis. Jika diterapkan secara bersama dalam suatu pengajaran,
maka memperkuat akan pengetahuan murid dan agar tidak cepat lupa.
d. Menyajikan pelajaran secara professional
Akal dan kemampuan manusia berbeda-beda, baik dari individu
dengan individu lainnya maupun suatu kelompok atau kelompok lainnya.
Dimana tingkat kecepatan dalam memahami pelajaran atau menjawab
pertanyaan guru berdeda-beda.
e. Dialog dan rasionalisasi
Menjaga sistem pengajaran melalui media dialog, serta partisopasi
murid adalah demi untuk menghasilkan interaksi yang positif. Adapun
rasionalisasi merupakan metode yang bagus untuk menyampaikan
pengetahuan ke dalam akal dan hati murid. Mengerti akan keasaan murid,
apakah ia termasuk murid yang bisa berasionalisasi atau tidak. Dialog
yang rasional dan yang dapat dinalar oleh murid. Seperti cerita orang
baduwi yang mempunyai anak berkulit hitam, dan cara menyontohkan
Nabi Muhammad saw dengan sesuatu yang lebih dekat dengannya (
dengan sesuatu yang lebih mudah dipahami) yaitu dengan untanya.
f. Bercerita
Cerita mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk menarik simpati
murid. Hal itu dikarenakan sebuah cerita pada dasarnya banyak disenangi
orang, mengingat kembali kisah masa lalu, beberapa kejadian. Manfaatnya
adalah bahwa bercerita kepada murid merupakan sesuatu yang jelas dan
tidak mudah dilupakan. Oleh karena itulah, Al-Qur’an benar-benar
memperhatikan penuturan cerita-cerita, mengambil pelajaran dan
mengetahui kejadian-kejadian masa lalu. Dalam Al-Qur’an penuturan
suatu cerita bukan sekedar menghibur pembaca, melainkan untuk
direnungi berbagai permasalahan tauhid dan hukum-hukum Allah yang
sudah pasti ketetapannya. Karena itu dapat dimengerti, bahwa sebuah
cerita mempunyai peranan yang besar dalam memberi pelajaran kepada
manusia. Rasulullah juga pernah bercerita kepada sahabat-sahabatnya
yaitu dengan tujuan memberi pelajaran dan pendidikan bagi mereka.
Bercerita adalah metode yang sangat baik dalam pendidikan cerita
htidak hanya ditujukan untuk hiburan semata akan tetapi harus diambil
pelajaran,nasihat,dan hikmah serta dapat memberikan pengaruh yang besar
bagi pikiran dan emosional murid.
Sesungguhnya cerita atau kisah memiliki pengaruh yang sangat
besar bagi jiwa pendengarnya lantaran di dalamnya terkandung
pentahapan dalam pengurutan berita, membuat kerinduan dalam
pemaparannya, dan membuang pemikiran-pemikiran yang bercampur
dengan emosi kemanusiaan. Cerita juga bertahap dari satu posisi ke posisi
lain yang dapat memikat emosi dan pikiran pendengar sehingga
dimungkinkan adanya interaksi dan larut dalam kisah yang didengarnya
pada akhirnya ia sampai pada titik klimaks, kemudian mengurai sedikit
demi sedikit. Titik penerang dalam peristiwa berada pada cahaya yang
menyelamatkan posisi cerita dan mengalihkannya ke kondisi yang tenang
dan teratur atau mengambil posisi kemanusiaan sebagai akibat dari
interaksi pikiran dan kejiwaan bersama dengan adegan-adegan peristiwa
itu.2
Penyampaian pesan-pesan (mendidik) yang beliau lakukan melalui
cerita lebih di maksudkan sebagai upaya beliau agar para peserta didiknya
bisa banyak belajar dari sejarah kehidupan orang-orang yang mendahului
mereka, baik tentang kesuksesan ataupun kegagalan, tentang kebaikan dan
keluhuran mereka dan lain sebagainya. Jika cerita tersebut mengandung
kebaikan atau kesuksesan, maka mereka diharapkan bisa meniru dan
meneladani apa yang telah mengantarkan mereka pada kesuksesan
tersebut. Begitu juga sebaliknya. Yang penting untuk di catat adalah
bahwa kisah-kisah yang beliau sampaikan adalah bersandar pada fakta riil
yang pasti yang pernah terjadi di masa lalu, jauh dari khurafat dan mitos.
Kisah-kisah tersebut bisa membangkitkan keyakinan sejarah pada diri
anak, juga menambahkan spirit pada diri anak untuk bangkit serta
membangkitkan rasa keislaman yang bergelora dan mendalam.3
g. Perumpamaan
Seorang guru membutuhkan suatu media untuk mendekatkan suatu
masalah yang sulit, serta menjelaskan suatu permbahasan yang rumit,
Artinya jika seorang guru memberikan pengetahuan yang sulit bagi
muridnya, maka membutuhkan media yang lain yang dapat memecahkan
masalah, sehingga seorang murid dapat mempelajari dengan mudah

2
Usman Qodri, Muhammad Sang Guru Agung : Beragam Metode Pendidikan Nabi, Yogyakarta:
Diva Pres, 2003, hlm. 19.
3
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, Yogyakarta: Pustaka Arafah, 2004, hlm.
486.
permasalahan tersebut. Rasulullah saw juga banyak mencantumkan
perumpamaan-perumpamaan dalam hadisnya. Hal itu, karena beliau
mengetahui bahwa dalam perumpamaan terdapat kekuatan yang dapat
mendekatkan maknanya dan menjelaskan maksudnya (dalam hati).
Memberikan perumpamaan merupakan sarana yang baik untuk
memudahkan dalam memahami kandungan makna-makna dan pemikiran.
Untuk lebih memudahkan diterima, dicerna dan dipemahami pesan
pendidikan yang hendak disampaikan kepada peserta didiknya beliau
seringkali memberikan perumpamaan-perumpamaan yang dekat dan akrab
dengan kehidupan sehari-hari mereka atau secara umum sudah dikenal
oleh mereka. Ini untuk mempermudah pemahaman terutama peserta
didiknya yang berada dalam taraf intelektual yang sedang. Sehingga
mereka bisa lebih mudah untuk mengingat isi pesan yang disampaikan,
terutama ketika sedang ingat kepada perumpamaan yang dipakai. Dalam
banyak kasus pendidikan yang berlangsung antara Beliau dan peserta
didiknya, Beliau tidak langsung menjawab atau memberikan penjelasan
atau persoalan yang diajukan atau sedang dibahas bersama peserta
didiknya dengan memakai bahasa yang komplit atau verbal. Beliau
seringkali memberikan penjelasan dengan memakai pendekatan
perumpamaan.
h. Antusias
Semangat merupakan suatu metode yang dapat meningkatkan
kemauan dan mencerdaskan diri. Pada dasarnya, jiwa seseorang senang
mencari-cari hal-hal baru. Karena itu, motivasi atau semangatseorang guru
dapat menjadikan seorang murid antusias dan senang untuk mengetahui
hal yang diinginkan.
i. Gerak tubuh
Seorang guru tidak boleh mengabaikan hal ini, yaitu gerak tangan
ataupun kepala ketika sedang mengajar. Memfungsikan gerak tagan dan
kepala sebagai bentuk pengajaran yang baik. Gerak tubuh seorang guru,
fungsinya adalah sebagai peringkas dan lebih menguatkan perkataan.
menarik perhatian dan menanamkan kepahaman bagi murid serta dapat
membantu guru untuk mengungkapkan suatu maksud yang tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata.
j. Sketsa gambar
Guru membutuhkan media untuk membantu memudahkan dalam
menyampaikan pengetahuan kepada murid, seperti papan tulis yang
berfungsi menguatkan sebuah penjelasan. Seorang guru menjelaskan suatu
ilmu disertai dengan penulisan dipapan tulis dengan seorang guru yang
hanya menyampaikan ilmu dengan lisan saja, pasti berbeda dan dengan
media lebih jelas dan cepat dipahami. Rasulullah saw pada zaman dahulu
telah mengajarkan sebagian hadis dan menguatkan penjelasannya dengan
memakai sketsa/ gambar, karena lebih memahamkan dan mudah
dipahami.4
k. Argumentasi
Metode argumentasi dapat menjelaskan masalah kepahaman murid,
menenangkan jiwa dan lebih mudah dipahami, serta menanamkan suatu
kepahaman di hati murid.
l. Memancing kreativitas berfikir murid
Seorang guru yang tidak langsung menguraikan jawaban kepada
muridnya, agar dapat mengaktifkan akal dan mendorong mereka berfikir
untuk mencari jawabannya, tetapi tidak lepas dari pengawasan guru.
m. Pengulangan
Pengulangan merupakan media yang baik untuk mengingat materi
pelajaran serta menyimpan hal-hal penting. Pengulangan tiga kali adalah
batas maksimal untuk menghasilkan suatu kejelasan.
n. Pemetaan
Menyampaikan materi pelajaran dengan membaginya ke beberapa
bagian, fase, paragraf, dan nomor, kemudian setelah itu baru disampaikan
kepada murid.

4
Fuad bin Abdul Aziz Al-Syalhub, Quantum Teaching: 38 Langkah Belajar Mengajar EQ Cara
Nabi Muhammad saw, Jakarta: Zikrul Hakim, 2005, hlm. 118
o. Quesioner
Metode kuisioner merupakan metode yang dapat menarik perhatian
murid serta persiapannya atas pertanyaan yang akan diajukan oleh guru.
p. Menguji kemampuan murid
Menguji kemampuan secara kolektif mempunyai tujuan untuk
menumbuhkan kecakapan dan menguatkan pemahaman murid.
q. Mendorong kreativitas murid
Bertanya dapat menjelaskan ketidaktahuan murid serta dapat
mengetahui pemahaman dan pemikiran murid. Dorongan guru kepada
murid untuk dapat mengajukan sebuah pertanyaan mempunyai beberapa
manfaat diantaranya mengetahui tingkat pemahaman murid, memberikan
dorongan kepada murid yang pemalu untuk berani bertanya, dan evaluasi
terhadap materi yang telah disampaikan.
r. Memberikan jawaban lebih
Terkadang banyak pertanyaan murid yang diajukan kepada guru
dijawab seadanya saja, dan tidak lebih. Harusnya guru tidak hanya
memberikan jawaban seadanya, tetapi harus menambahi jawaban dari soal
yang diajukan, serta menjelaskan korelasinya terhadap pertanyaan
tersebut, apabila ada seorang murid yang kurang pengetahuannya.
s. Menjelaskan jawaban dengan berulang-ulang
Seorang guru harus menjelaskan ulang jawaban dari murid, yaitu
setelah murid mengajukan pertanyaan. Hal itu dilakukan karena murid
terkadang tidak yakin atas jawabannya sendiri, dan dengan murid lain
apakah jawaban dari temannya itu benar atau salah. Maka seorang guru
harus Menjelaskan ulang jawaban dari murid tersebut, sehingga jawaban
menjadi lengkap dan dan murid yang lain dapat memahami. Guru harus
teliti dengan jawaban murid, guru harus menguatkan jawaban murid jika
jawaban tersebut benar, dan ketika jawaban murid salah maka guru harus
menjelaskan dan meluruskan jawaban.
t. Sportif dalam menjawab
Ketika menjawab pertanyaan dari murid maka guru harus sportif
dan menguatkan, dan memberikan pengetahuan yang benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

EQ adalah Kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain,


kemampuan mengelola emosi secara baik pada diri sendiri dan dalam
hubungannya dengan orang lain.
Karakteristik Seorang Penididik : Mengharap ridha Allah, Jujur dan
amanah, Komitmen dalam ucapan dan tindakan, Adil an Egaliter,
Berakhlakul karimah, Rendah hati, Berani, Menciptakan suasana keakraban,
Sabar dan mengendalikan nafsu, Baik dalam tutur kata, dan Tidak egois.
Peran dan Kewajiban Seorang Pendidik : Menanamkan Akidah yang kuat
bagi anak didik, Memberikan taushiyah, Ramah dalam mendidik, Bijaksana
dalam menuturkan kejelekan, Mengucapkan salam sebelum dan sesudah
mengajar, dan Memberikan sanksi yang bijaksana.
Metode Pengajaran : memberikan penghargaan, memanfaatkan media,
praktik, Menyajikan pelajaran secara professional, Dialog dan rasionalisasi,
bercerita, perumpamaan, antusias, gerak tubuh, sketsa gambar, argumentasi,
Memancing kreativitas berfikir murid, pengulangan, pemetaan, Quesioner,
Menguji kemampuan murid, Mendorong kreativitas murid, Memberikan
jawaban lebih, Menjelaskan jawaban dengan berulang-ulang, dan Sportif
dalam menjawab.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Meyer, Henry. 2008. Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. Bandung:


Nuansa.
Qodri, Usman. 2003. Muhammad Sang Guru Agung : Beragam Metode
Pendidikan Nabi. Yogyakarta: Diva Pres.
Suwaid, Muhammad.2004. Mendidik Anak Bersama Nabi. Yogyakarta: Pustaka
Arafah.
Abdul Aziz Al-Syalhub, Fuad. 2005. Quantum Teaching: 38 Langkah Belajar
Mengajar EQ Cara Nabi Muhammad saw. Jakarta: Zikrul Hakim.

Anda mungkin juga menyukai