PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui perbedaan perubahan-
perubahan yang terjadi pada tape singkong (warna, aroma, rasa, tekstur, dan kadar
air) saat disimpan pada kemasan jar yang diberi perlakuan berbeda.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tape
Tape merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan
dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat atau sumber pati, yang
melibatkan ragi di dalam proses pembuatannya. (Astawan dan Mita, 1991). Dalam
proses fermentasi tape, digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti
Saccharomyces Cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp.,
Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus, dsb sp. (Ganjar,
2003).
Pembuatan tape tidak hanya berbahan baku singkong maupun ketan. Tape juga
dapat dibuat dari ubi jalar, melihat kandungan karbohidrat ubi jalar relatif tinggi
yaitu sebesar 16-35% per berat basah atau 80-90% per berat kering, sehingga ubi
jalar layak dibuat menjadi tape (Susanto dan Suneto, 1994). Prinsip pembuatan
tape ubi jalar sama dengan pembuatan tape ketan atau tape singkong. Keuntungan
yang dimiliki ubi jalar dibandingkan ubi kayu yaitu daging umbi yang berwarna
putih, krem, merah muda, kekuningan, dan jingga tergantung dari jenis umbi yang
digunakan. Warna daging umbi ini memberikan warna tape ubi jalar yang lebih
menarik (Sumantri, 2007 dalam Simbolon 2008). Fermentasi tape dapat
meningkatkan kandungan VitaminB1 (tiamin) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini
diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi
dengan baik. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan
tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam
tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari tape adalah
kemampuan tape untuk mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh.
Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama
Aspergillus flavus. Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-
hari, seperti kecap (Ganjar, 2003).
2.2 Umur Simpan
Umur simpan produk pangan (Shelf life) merupakan salah satu informasi yang
sangat penting bagi konsumen. Pencantuman informasi umur simpan menjadi
sangat penting karena terkait dengan keamanan produk pangan dan untuk
memberikan jaminan mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen, yang
mana telah dipertegas setiap industri pangan wajib mencantumkan tanggal
kadaluarsa (expired date) pada setiap kemasan produk pangan sesuai dengan
Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan Peraturan Pemerintah
nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Tape singkong
Penimbangan 3x @50 gr
Pendinginan
Pada praktikum kali ini, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
bahan dan alat terlebih dahulu. Bahan utama yang dibutuhkan adalah tape
singkong. Tape singkong yang sudah tersedia, kemudian dilakukan 3 kali
penimbangan sebanyak 50 gr menggunakan timbangan analitik. Hal ini bertujuan
agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan teliti. Setelah itu, dari ketiga sampel
tersebut ditempatkan pada wadah masing-masing untuk perlakuan selanjutnya.
Untuk sampel kontrol tidak dilakukan perlakuan apapun, hal ini dikarenakan
sampel kontrol hanya sebagai pembanding. Kemudian, untuk sampel steam
dimasukkan pada dandang atau alat steam untuk dilakukan perlakuan pengukusan
sesuai petunjuk selama 5 menit. Begitu juga dengan sampel oven, dimasukkan
pada alat pengovenan selama 15 menit, dengan tujuan agar nantinya dapat
dilakukan pengamatan antara ketiga sampel tersebut. Setelah itu sampel yang
sudah di oven dan dilakukan pengukusan kemudian didinginkan pada suhu ruang
dengan tujuan agar sampel yang diperoleh lebih awet dan tidak cepat basi jika
dalam keadaan panas dimasukkan pada toples dan memudahkan perlakuan
selanjutnya. Setelah sampel dingin, kemudian dimasukkan pada masing – masing
toples yang sudah diberi label. Perlakuan terakhir adalah uji organoleptik pada
ketiga sampel selama 7 hari agar mengetahui perlakuan mana yang paling tahan
terhadap umur simpan dari ketiga sampel tersebut.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Keterangan:
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Warna
Pada pengamatan tape menggunakan uji warna semakin + warna semakin
cerah, dan sebaliknya jika jumlah + berkurang maka warna yang dihasilkan
kurang cerah. Berdasarkan data yang diperoleh pada hari ke-1 dan hari ke-2
memiliki warna yang cerah pada semua perlakuan dengan jumlah + sebanyak 4
(+++). Pada hari ke-3 perlakuan kontrol memiliki tingkat warna yang masih cerah
dengan jumlah + sebanyak 4 (++++), sedangkan pada oven dan steam memiliki
warna yang cukup cerah dengan jumlah + sebanyak 3 (+++). Pada hari ke 4
perlakuan kontrol dan oven memiliki tingkat kecerahan yang cukup cerah dengan
jumlah + sebanyak 3 (+++), sedangkan pada steam memiliki warna yang kurang
cerah dengan jumlah + sebanyak 2 (++). Pada hari ke 5 dan hari ke 6 warna pada
perlakuan kontrol memiliki warna yang cukup cerah dengan jumlah + sebanyak
3 (+++), sedangkan pada oven dan steam memiliki warna yang kurang cerah
dengan jumlah + sebanyak 2 (++). Pada hari ke-7 dan hari ke-8 memiliki tingkat
kecerahan warna yang kurang cerah dengan jumlah + sebanyak 2 (++).
Berdasarkan uji warna tersebut pada hari ke 1 dan hari ke 2 memiliki tingkat
kecerahan warna yang paling baik pada ke tiga perlakuan dan pada hari ke 7 dan
hari ke 8 memiliki tingkat kecerahan yang kurang cerah. semakin lama fermentasi
akan merubah bentuk alkohol semakin banyak dan jumlah ragi yang semakin
banyak akan mempercepat proses fermentasi, sudah tentu hasil ini akan
mempengaruhi jumlah alkohol yang membentuk ester sehinmgga warna menjadi
kuning kurang cerah. (Winarno, 1987)
5.2 Bau
Pada pengamatan tape menggunakan uji bau semakin + bau alkohol pada
tape semakin menyengat dan kadar alkoholnya semakin tinggi dan sebaliknya jika
jumlah + sedikit maka tingkat kandungan alkohol yang terkandung pada tape juga
sedikit. Pada perlakuan kontrol, oven, dan steam pada hari ke 1 memiliki tingkat
kandungan alkohol yang kurang menyengat dengan jumlah + sebanyak 2 (++).
Pada hari ke 2 perlakuan kontrol menghasilkan bau alkohol yang kurang
menyengat dengan jumlah + sebanyak 2 (++), sedangkan pada perlakuan oven dan
steam menghasilkan bau alkohol yang cukup menyengat dengan jumlah +
sebanyak 3 (+++). Pada hari ke 3 pada perlakuan kontrol, oven dan steam
menghasilkan bau alkohol yang cukup menyengat dengan jumlah + sebanyak 3.(+
++) Pada hari ke 4 dan ke 5 pada perlakuan oven dan kontrol menghasilkan bau
yang cukup menyengat dengan jumlah +sebanyak 3 (+++), sedangkan pada
perlakuan steam menghasilkan bau yang menyengat yaitu dengan jumlah +
sebanyak 4 (++++). Pada hari ke 6 perlakuan kontrol, oven dan steam
menghasilkan bau yang menyengat dengan jumlah + sebanyak 4 (++++). Pada
hari ke 7 dan hari ke 8 perlakuan kontrol dan oven menghasilkan bau yang
menyengat dengan jumlah + sebanyak 4 (++++), sedangkan pada perlakuan steam
menghasilkan bau alkohol yang sangat menyengat dengan jumlah + sebanyak 5 (+
++++).
Berdasarkan hasil data analisa pada hari ke 1 pada semua perlakuan
tingkat alkohol pada tepe menghasilkan bau yang kurang menyengat, dan pada
hari ke 7 dan hari ke 8 menghasilkan bau alkohol yang menyengat bahkan sampai
sangat menyengat. Menurut Astawan (2010).Lama waktu fermentasi berpengaruh
terhadap kadar etanol. Tape memiliki aroma yang khas yaitu sedikit beralkohol
5.3 Tekstur
Pada pengamatan tape menggunakan uji tekstur semakin + tekstur pada
tape semakin lunak dan sebaliknya jika jumlah + sedikit maka tingkat tekstur
kurang lunak atau masih keras. Pada hari ke 1 pada perlakuan kontrol, oven dan
steam memiliki tekstur yang agak keras dengan jumlah + sebanyak 2 (++). Pada
hari ke 2 menghasilkan tekstur yang agak keras pada perlakuan kontrol dengan
jumlah + sebanyak 2 (++) dan pada perlakuan oven dan steam menghasilkan
tekstur yang cukup lembek dengan jumlah + sebanyak 3 (+++). Pada hari ke 3 dan
ke 4 pada semua perlakuan mengasilkan warna yang cukup lembek dengan jumlah
+ sebanyak 3 (+++). Pada hari ke 5 perlakuan kontrol dan oven memiliki tekstur
yang cukup lembek dengan jumlah + sebanyak 3 (+++), sedangkan pada
perlakuan steam memiliki tekstur yang lembek. Pada hari ke 6 memiliki tekstur
yang cukup lembek dengan jumlah + sebanyak 3 (+++), sedangkan pada oven dan
steam memiliki warna yang lembek dengan jumlah + sebanyak 4 (++++). Pada
hari ke 7 dan ke 8 memiliki tekstur yang cukup lembek dengan jumlah + sebanyak
3 (+++), pada perlakuan oven memiliki tekstur yang lembek dengan jumlah +
sebanyak 4 (++++), dan pada perlakuan steam memiliki tekstur sangat lembek
dengan jumlah + sebanyak 5 (+++++).
Bedasarkan data yang diperoleh pada hari ke 1 memiliki tekstur agak keras
dan semakin lama pada hari 7 dan 8 memiliki tekstur yang lembek dan sangat
lembek. Menurut Astawan (2004) lama pengukusan singkong dan lama
fermentasi juga dapat mempengaruhi tekstur tape. Pada proses fermentasi semakin
lama fermentasi yang dilakukan maka mikroorganisme yang berkembang akan
semakin banyak sehingga yang mendegradasi pati menjadi dekstrin dan gula juga
semakin banyak, maka tape semakin lembek bahkan berair.
5.4 Rasa
Pada pengamatan tape menggunakan uji rasa semakin + rasa pada tape
semakin enak atau manis dan sebaliknya jika jumlah + sedikit maka tingkat rasa
manis berkurang atau rasanya menjadi asam bahkan tidak layak untuk dimakan.
Pada pengamatan tape menggunakan uji organoleptik rasa diperoleh data pada
hari ke-1 dan ke-2 pada perlakuan kontrol, oven, dan steam memili rasa yang
manis dengan jumlah + sebanyak 4 (++++). Pada hari ke 3 dan ke 4 memiliki rasa
yang manis pada perlakuan kontrol dengan jumlah + sebanyak 4 (++++),
sedangkan pada perlakuan oven dan steam memiliki rasa yang manis. Pada hari ke
5 dan ke 6 memiliki rasa yang manis pada perlakuan kontrol, sedangkan pada
perlakuan oven memiliki rasa yang cukup manis dengan jumlah + sebanyak 3 (++
+) dan pada perlakuan steam memiliki rasa yang kurang manis dan sedikit terasa
kecut dengan jumlah + sebanyak 2 (++). Pada hari ke 7 perlakuan kontrol
memiliki rasa yang cukup manis dengan jumlah + sebanyak 3 (+++), dan pada
perlakuan oven dan steam memiliki rasa yang kurang manis dan sedikit terasa
kecut dengan jumlah + sebanyak 2 (++). Pada hari ke 8 pada perlakuan kontrol
memiliki warna yang kurang enak dan terasa kecut dengan jumlah + sebanyak 2
(++), sedangkan pada perlakuan oven dan steam memiliki rasa yang sudah tidak
layak lagi untuk dimakan dengan jumlah + sebanyak 1 (+).
Berdasarkan data tersebut maka pada hari 1 dan 2 masih terasa manis dan
pada hari 8 memiliki tingkat rasa yang kurang manis dan tersa kecut bahkan sudah
tidak layak untuk di makan. Menurut Astawan (2004), menunjukkan bahwa
semakin lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan
semakin banyak. Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan
menjadi rusak. Rasa manis ini karena terjadi perubahan karbohidrat yang lebih
sederhana yaitu menjadi glukosa, sedangkan rasa asam karena dalam proses
fermentasi terbentuk asam (Suliantri dan Winiarti, 1991).
Astawan dan Mita (1991), waktu yang dibutuhkan dalam proses fermentasi
adalah 2-3 hari, waktu yang sesuai akan didapatkan rasa tape yang sesuai akan
menghasilkan tape yang rasanya manis dengan sedikit asam serta adanya aroma
alkohol dan tekstur empuk.Menurut Widowati (1993), semakin lama
penyimpanan, perubahan rasa yang terjadi semakin besar yang disebabkan oleh
hilangnya senyawa penting pembentuk rasa melalui volatilisasi, oksidasi,
kondensasi, dan reaksi kimia lainnya. Dengan literattur tersebut maka hasil
praktikum yang telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tape singkong memiliki umur simpan yang tidak terlalu lama, hal ini
dikarenakan pengawet dari tape singkong sendiri merupakan pengawet alami.
Dengan adanya hal ini, pada praktikum yang telah dilaksanakan dilakukan
percobaan untuk melihat umur simpan dari tape singkong dengan menggunakan
kemasan jar tanpa sterilisasi dan kemasan jar yang disterilisasi dengan cara yang
berbeda. Perbedaan perlakuan terhadap kemasan berdampak nyata terhadap umur
simpan tape. pada perlakuan steam umur simpan tape lebih panjang. setiap
perlakuan kemasan dapat mempengaruhi terhadap perubahan warna, rasa, bau,
kadar air dan tekstur bahan.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ganjar I., 2003. Tapai from Cassava and Sereals. Di dalam : First International
Symposium and Workshop on Insight into the World of Indigenous
Fermented Foods for Technology Development and Food Safety.
Bangkok
Simbolon, Karlina. 2008. Pengaruh Persentase Ragi Tape Dan Lama Fermentasi
Terhadap Mutu Tape Ubi Jalar. Skripsi. Fakultas Pertanian USU.
Medan
Suliantari dan P.W. Rahayu. 1990. Teknologi Fermentasi Biji dan Umbi-Umbian.
PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor