Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

PENYAKIT AKIBAT KERJA CAISSON DISEASES

Dosen Pengampu :

Siti Hani Istiqomah, SKM, MKes

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Faal Kerja dan Ergonomi

Disusun Oleh :

ATSILAH FARAH HUSNA


P07133216002

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
2019
A. Caisson Disease

Caisson disease adalah istilah yang digunakan oleh Andrew Smith untuk
menggambarkan penyakit yang ia temui di antara para pekerja selama pembangunan
Jembatan Brooklyn. Meskipun lebih sering disebut penyakit dekompresi hari ini,
caisson disease tetap menjadi ucapan sehari-hari yang populer. Hal ini umumnya
digunakan untuk membedakan penyakit dekompresi industri / konstruksi dari
menyelam dan penyakit dekompresi ketinggian. Termasuk pertambangan,
terowongan, dan pembangunan jembatan. Terlepas dari nama, penyakit tetap sama.
Ini adalah penyakit dengan pembentukan nitrogen yang terlalu banyak.

Gejala caisson disease dicatat pada pekerja jembatan setelah


menyelesaikan pekerjaan mereka di bawah air dan kembali ke permukaan.
Gejala ini meliputi pusing, kesulitan bernapas, dan nyeri di sendi atau perut..
Para pekerja sering mengalami sakit punggung yang parah yang membuat
mereka membungkuk, sehingga nama lain dari penyakit Caisson adalah "the
bends".

Penyakit dekompresi biasanya dihasilkan dari pembentukan gelembung gas,


yang dapat melakukan perjalanan ke bagian manapun dari tubuh, yang dapat
menyebabkan banyak gangguan. Biasanya, jaringan pada tekanan konstan jenuh
dengan sejumlah nitrogen inert terlarut. Jika tekanan turun, terjadi penurunan seiring
dengan tekanan nitrogen. Ketidakseimbangan terjadi kemudian dan kejenuhan
jaringan terjadi. Akibatnya, jaringan cenderung melepaskan "kelebihan" nitrogen ke
sistem vaskular untuk dibawa ke paru-paru dan kemudian dikeluarkan ke atmosfer.
Dengan demikian, keseimbangan baru tercapai. Sayangnya, perubahan tekanan dapat
melebihi kemampuan tubuh untuk melepaskan nitrogen ekstra. Setelah titik kritis
tercapai nitrogen tidak bisa lagi tetap dihilangkan dan membentuk gelembung.
Gelembung ini bisa terjadi pada jaringan sendiri atau dalam pembuluh darah, ataupun
hanya terbentuk dari beredar dalam micronuclei (microbubbles). Dalam hal apapun,
segudang gejala yang disebabkan oleh gelembung mendefinisikan penyakit
dekompresi.
Penyakit dekompresi biasanya dihasilkan dari pembentukan gelembung gas,
yang dapat melakukan perjalanan ke bagian manapun dari tubuh, dan menyebabkan
banyak gangguan. Sebuah gelembung gas terbentuk di bagian belakang atau sendi
dapat menyebabkan nyeri lokal (the bends). Di sumsum tulang belakang atau jaringan
saraf perifer, gelembung dapat menyebabkan parestesia, neurapraxia, atau
kelumpuhan. Gelembung terbentuk di sistem peredaran darah dapat menyebabkan
emboli paru atau gas di otak.

B. Gejala Caisson Diases


Gejala bisa ringan sampai berat :
a. Pusing, muntah, sakit kepala
b. Bising pada telinga yang cepat menjadi kehilangan pendengaran
c. Pada kasus berat dapat terjadi gangguan penglihatan, ataxia, hingga kesadaran
yang berawan

C. Patofisiologi
Bila seseorang menggunakan udara bertekanan tinggi sebagai media
pernafasan untuk menyelam, maka semakin dalam dan semakin lama ia menyelam
akan semakin banyak gas yang larut dan ditimbun dalam jaringan tubuh sesuai hukum
Henry volume gas yang larut dalam suatu cairan sebanding dengan tekanan gas di atas
cairan itu. Karena oksigen (O2) dikonsumsi dalam jaringan tubuh, maka yang tinggal
adalah nitrogen yang merupakan gas lembam (inert, tidak aktif). Seperti kita ketahui
tekanan udara di permukaan laut adalah 1 Atmosfer Absolut (ATA) dan setiap
kedalaman 10 meter maka tekanan akan bertambah 1 ATA. Jadi bila 1 liter nitrogen
terlarut di dalam tubuh seseorang penyelam pada permukaan, maka pada kedalaman
20 meter (3 ATA) ia akan menyerap 3 liter nitrogen. Nitrogen yang berlebihan ini
oleh darah akan didistribusikan ke dalam jaringan-jaringan sesuai dengan kecepatan
aliran darah ke jaringan tersebut serta daya gabung jaringan terhadap nitrogen.
Jaringan lemak mempunyai daya gabung nitrogen yang tinggi dan melarutkan banyak
nitrogen daripada jaringan yang lainnya. (1)
Ketika penyelam naik ke permukaan dan tekanan gas turun, terjadi kebalikan
dari proses yang memenuhi tubuh dengan nitrogen. Tekanan parsial nitrogen yang
rendah dalam paru-paru selama naik menyebabkan darah melepaskan nitrogen ke
dalam paru-paru. Proses ini berlangsung beberapa jam karena jaringan lambat
melepaskan nitrogen dengan perlahan-lahan, dan tubuh memerlukan 24 jam atau lebih
untuk menghilangkan semua nitrogen yang berlebihan. Jika dekompresi berlangsung
terlalu cepat, maka nitrogen tidak dapat meninggalkan jaringan dengan cepat dan
teratur seperti yang dilukiskan di atas. Tekanan yang tiba-tiba menurun tidak cukup
untuk mempertahankan kelarutan gas sehingga timbul gelembung, seperti fenomena
yang kita lihat bila tutup botol bir dibuka dengan tiba-tiba maka gelembung gas
karbondioksida naik ke permukaan botol.

D. Pencegahan
Pencegahan sangat penting dalam kaitan ini dikenal pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer artinya mengurangi faktor risiko sebelum terserang  penyakit.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Undang-undang atau Peraturan yang mengatur tentang masalah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Di Indonesia terdapat berbagai macam
Undang-undang dan Peraturan tentang hal tersebut antara lain :
1) UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-undang ini
adalah sebagai undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar
atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja disemua tempat
kerja baik di darat, dalam tanah, di permukaan air maupun diudara yang
berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang
ini memuat tentang syarat-syarat keselamatan kerja dan separuhnya (50%)
merupakan syarat-syarat kesehatan kerja. Pada pasal 8 disebutkan
kewajiban untuk:
a) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
tenaga kerja yang akan diterima maupun yang akan dipindahkan,
sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan diberikan kepada pekerja.
b) Memeriksakan kesehatan semua tenaga kerja yang berada di  bawah
pimpinannya secara berkala (periodik) pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan (disahkan) oleh Direktur.
2) UU No. 14/1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja Pada
Bab IV Pasal 9 dan 10 Undang-undang tersebut disebutkan : Setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat dan moral agama. Pemerintah membina perlindungan kerja yang
mencakup:
a) Norma Keselamatan Kerja
b) Norma Kesehatan Kerja
c) Norma Kerjad. Pemberian ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam
hal kecelakaan kerja. Pasal ini sebenarnya dapat dipakai untuk
mempertahankan hak tenaga kerja yang terkena penyakit. Pemberi
kerja (pemerintah atau pengusaha) wajib memberi perlindungan bagi
tenaga kerja, tidak boleh memberhentikan begitu saja dan juga wajib
memberi  pengobatan serta upah yang menjadi hak mereka. Dan masih
banyak lagi Undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Pencegahan Sekunder
Adalah melakukan deteksi dini penyakit dan deteksi dini pajanan zat yang dapat
menimbulkan penyakit. Dilakukan pemeriksaan berkala pada  pekerja yang
berisiko tinggi terjadinya gangguan kesehatan. Pemeriksaan berkala dilakukan
sejak tahun pertama bekerja dan seterusnya. Surveilans medik adalah kegiatan
yang sangat mendasar,  bertujuan untuk mendeteksi efek pajanan yang tidak
diinginkan sebelum menimbulkan gangguan.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berguna untuk mencegah penyakit bertambah  buruk dan
penyakit menjadi menetap. Bila diduga telah terjadi penyakit atau diagnosis telah
ditegakkan, perlu secepat mungkin menghindarkan diri dari pajanan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai